Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia yang beriklim tropis memiliki aneka ragam
tumbuhan, yang mana beberapa tumbuhan dapat digunakan
sebagai bahan obat tradisional (Hariana, 2004; Muhlisah,
2006).
Senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan biasanya
tersebar merata ke seluruh bagian tumbuhan tetapi dalam
kadar yang berbeda-beda (Robinson,1991; Markham, 1988).
Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai
dalam pengobatan tradisional. Hal tersebut disebabkan
flavonoid mempunyai berbagai macam aktivitas terhadap
macam-macam organisme (Robinson, 1995).
Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid
menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid
memperlihatkan

aktivitas

seperti

antifungi,

diuretik,

antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus


dan menghambat kerja enzim (Geissman, 1962).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau
dan salah satu
senyawa aktif

yang

menjadi

penelitian

peneliti

dalam

mengembangkan obat tradisional Indonesia. Hal penting dari


penyebaran

flavonoid

kecenderungan

kuat

dalam

tumbuhan

bahwa

adalah

adanya

yang

secara

tumbuhan

taksonomi berkaitan akan menghasilkan flavonoid yang


jenisnya

serupa.

Jadi

informasi

tumbuhan

yang

diteliti

seringkali didapatkan dengan melihat pustaka mengenai


flavonoid

terdahulu

dalam

tumbuhan

yang

berkaitan,

misalnya dari marga atau suku yang sama (Markham,1988).


B. Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana

senyawa flavonoid ?
senyawa Anthosantin ?
sifat fisik dan kimia senyawa flavonoid ?
senyawa golongan flavonoid ?
tumbuhan
yang
mengandung
senyawa

flavonoid ?
6. Bagaimana ekstraksi flavonoid ?
C.
1.
2.
3.
4.

Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakognosi.
Sebagai bahan acuan tambahan belajar.
Sebagai bahan bacaan.
Sebagai bahan referensi untuk
mengerjakan
selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Senyawa Flavonid

tugas

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang


mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3 -C 6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh
3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan
hijau

sehingga

dapat

ditemukan

pada

setiap

ekstrak

tumbuhan (Markham, 1988).


Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan
senyawa C 6-C3 -C 6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas
dua gugus C 6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan
oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa
metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam
jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951;
Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1). Kerangka
flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang
mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya (Hess, tt). Sistem penomoran digunakan untuk
membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook dan
S. Samman, 1996).
B. Senyawa Anthosantin
Antosantin ini adalah senyawa fenol dari kelompok
flavonoid.

(Pierik,

1987

dalam

Hayati

et

al.,

2010).

Antosantin, menentukan warna kuning gading sampai kuning


tua. Pigmen plastid menentukan warna yang bervariasi dari

kuning sampai oranye atau merah dan dapat memberikan


warna yang sama dengan yang diberikan oleh antosantin.
Kedua

warna

yang

sama

ini

dapat

dibedakan

secara

mikroskopis, karena antosantin berupa larutan dalam cairan


sel, sedangkan pigmen plastid nampak seperti butiran-butiran
kecil yang bewarna.

Pigmen plastid tidak dapat bercampur

dengan antosianin maupun antosantin, dan dapat merupakan


warna dasar apabila di dalam cairan sel terdapat antosianin
atau antosantin. Kalau tidak ada kedua zat tersebut, pigmen
plastid merupakan warna bunga (Lenz dan Wimber, 1959).
Antosantin dipengaruhi oleh pH. Antosantin cenderung
memberikan warna kuning yang lebih tua pada keadaan
basa. (Arditti dan Fisch, 1974; Ting, 1982).
C. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat
kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam
basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau
suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah lama
suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka umumnya
flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH),
metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO),
dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang
polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform (Markham, 1988).
Flavonoid juga

memiliki

beberapa

sifat

seperti

hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflamasi, dan antivirus


(Stavric

dan

Matula,

1992).

Sifat

antiradikal

flavonoid

terutama terhadap radikal hidroksil, anionsuperoksida, radikal


peroksil, dan alkoksil (Huguet, et al., 1990; Sichel,et al.,1991).
Senyawa flavonoid ini memiliki afinitas yang sangat kuat
terhadap ion Fe (Fe diketahui dapat mengkatalisis beberapa proses
4

yang

menyebabkan terbentuknya radikal bebas). Aktivitas

antiperoksidatif flavonoid ditunjukkan melalui potensinya


sebagai pengkelat Fe (Afanasav,et al., 1989 ; Morel,et
al.,1993).
D. Senyawa Golongan Flavonoid
Harborne ; Marby dkk; Markham (1967a; 1970; 1982 dalam Harborne
1987: 72) memberikan penjelasan bahwa Penggolongan jenis flafonoid dalam
jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan kepada telaah sifat kelarutan dan
reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang
telah dihidrolisis secara kromatografi satu arah. Akhirnya, flavonoid dapat
dipisahkan

dengan

cara

kromatografi.

Komponen

masinh-masing

diidentifikasi dengan membandingkan kromatografi dengan spektrum, dengn


memakai senyawa pembanding yang sudah dikenal. Senyawa baru yang
ditemukan sewaktu menelaah memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum
yang lebih terperinci.
Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai
C3 yaitu :
1. Flavonol
Flavonol tersebar luas dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen
antosianin dalam daum bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Seperti
antosianin, mereka paling sering terdapat sebagai glosida (Harborne : 1987 )
Robinson (1995 dalam Doloksaribu 2009) menyatakan bahwa
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan
aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi.

(struktur flavonol)

2. Flavonon
Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada
flavanol tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
Bebepara senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin
yang terdapat pada buah jeruk yang diperoleh dalam bnetuk glikosidanya,
senyawa ini merupakan suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek
sebagai antioksidan dan anti inflamantory pada tubuh manusia.
Struktur dari flavanon

3. Flavan
Flavan adalah derivate benzopyran yang menggunakan
kerangka 2-fenil-3,4-dihidro-2H-chromene. Mereka dapat ditemukan dalam
tanaman. Senyawa ini termasuk flavan-3-ols , flavan-4-ols dan flavan-3,4diol ( leucoanthocyanidin ). Casuarina glauca merupakan tanaman
menghasilkan akar nodul nitrogen actinorhizal dipenuhi oleh Frankia . Ada
pola yang teratur dari lapisan sel yang berisi flavans.

E. Tumbuhan Yang Mengandung Senyawa Flavonoid


Berikut beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid :
1. Kembang Sepatu

Nama simplisia

: Hibiscus rosa-sinensidis Folium, Hibiscus


rosa- sinensidis Radix
: Hibiscus rosa-sinensis L.
: Malvaceae
: Lendir, flavonoid, dan zat samak
: Akar : Batuk, bronkitis, demam, haid tidak

Nama Tanaman Asal


Keluarga
Zat berkhasiat
Penggunaan

teratur, infeksi saluran

kemih,keputihan,

pelembut kulit, radang kemih dan sariawan


bisul (obat luar), radang kulit bernanah (obat
luar),

radang

payudara(obat

luar)

Anti

inflamasi, diuretik, analgesik, sedatif, dan


ekspectoran.
2. Mahoni
Nama simplisia
: Swieteniae Radix
Nama Tanaman Asal : Swietenia mahaboni Jacq.
Keluarga
: Meliaceae
Zat berkhasiat
: Saponin dan flavonoida
Penggunaan
: Tekanan darah tinggi (hipertensi),kencing
manis

(diabetes

militus),kurang

nafsu

makan,masuk angina, demam, rematik, ,


3. Nangka
Nama simplisia
: Artocarpi Lignum
Nama Tanaman Asal : Artocarpus integra Merr. Thumb.
Keluarga
: Moraceae
Zat berkhasiat
: Morin, flavon, sianomaklurin (zat samak), dan
Penggunaan

tanin
: Anti spasmodik dan sedative

4. Remak Daging
Nama simplisia
: Hemigraphis coloratae Folium
Nama Tanaman Asal : Hemigraphis colorata Hall.
Keluarga
: Euphorbiaceae
Zat berkhasiat
: Flavonoid, natrium, senyawa kalium
Penggunaan
: Disentri, wasir, perdarahan sesudah
melahirkan, Diuretik dan hemostatic
5. Temu Putih
Nama simplisia
Nama Tanaman Asal
Keluarga

: Zedoariae Rhizoma
: Curcuma zedoaria Berg. Roscoe.
: Zingiberaceae
7

Zat berkhasiat

:Minyak

atsiri

zingiberin,

sineol,

prokurkumenol, kurkumenol,kurkumol isofur


anolgermakrena,kukumadeol, hars, zat pati
lendir,minyak lemak, saponin, polivenol dan
Penggunaan

flavonoid.
: Kanker rahim, kanker kulit, pencernaan tidak
baik, nyeri hamil rahim membesar, sakit
maag, memar (obatluar), pelega
Antineoplastik,

kholeretik,

perut.

stomakik,

antiflogostik, dan antipiretik.


6. Kulit kina
Nama simplisia
: Cinchonae Cortex
Nama Tanaman Asal : Cinchona succirubra
Keluarga
: Rubiaceae
Zat berkhasiat
: alkaloida kinina, saponin, flavonoida dan
Penggunaan

politenol
: anti malaria

7. Gandarusa
Nama simplisia
: Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix
Nama Tanaman Asal : Justicia gendarussa Burm. F.
Keluarga
: Acanthaceae
Zat berkhasiat
: Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol
Alkaloid yustisina dan minyak atsiri
Penggunaan
: Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar
(obat luar), patah tulang (obat luar), radang
kulit bernanah (obat luar), rematik

(obat

luar)

luar)

dan

sakit

kepala

(obat

Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik


dan sedative
8. Sidaguri
Nama simplisia
: Sidae Folium
Nama Tanaman Asal : Sida rhombifolia L.
Keluarga
: Malvaceae
Zat berkhasiat
: flavonoid, sterol Alkaloid hipaforina,gula,
Penggunaan

triterpenoid.
: Batuk darah, batu ginjal,cacing keremi,
demam, disentri, malaria, sakit perut, rematik,
radang amandel, selesma,
8

usus buntu, Bisul

(obat luar), Eksem (obat luar), gatal (obat


luar), ketombe (obat luar), Anti inflamasi,
diuretik, dan analgesik.
F. Ekstraksi Flavonoid
Ekstraksi merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang
semula berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut
dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik apabila
permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas
(Anonim, 1986).
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, soxhletasi,
maserasi dan perkolasi (Anonim, 1986).
a. Infundasi
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90 0C selama 15 menit. Infundasi adalah proses
penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang
larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
b. Soxhletasi
Cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada
tabung dan kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja
tahan karat, atau bahan lain yang cocok.
Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik
ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin
tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia cairan
penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia karena adanya
sifon maka setelah cairan mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan
kembali ke labu.
Keuntungan menggunakan alat soxhlet:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan segera langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
9

3. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah


volume cairan penyari.
Kerugian menggunakan alat soxhlet:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
2. Cairan penyari dididihkan terus-menerus, sehingga cairan penyari yang
baik harus murni atau campuran azeotrop (Anonim, 1986).
c.

Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi pada umumnya dilakukan
dengan cara: sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil
berulang-ulang diaduk. Selama 5 hari serbuk diserkai, ampas diperas. Ampas
ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian (Anonim, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang dipergunakan sederhana dan mudah diusahakan,
sementara kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986).
Modifikasi yang dilakukan pada maserasi diantaranya adalah
remaserasi.
Remaserasi yaitu cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan
diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua (Anonim,
1986).

d. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
10

berperan dalam perkolasi antara lain gaya berat, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan gaya gesekan (friksi)
(Anonim, 1986).
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(percolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstraksi dialirkan secara berkesinambungan diatas, mengalir turun
secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar.
Melalui penyegaran bahan pelarut secara berkesinambungan akan terjadi
proses maserasi berulang-ulang. Jika pada maserasi sederhana, terjadi
ekstraksi yang sempurna dari simplisia, karena akan terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya.
Pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan
konsentrasi tidak selalu dipertahankan, sehingga terjadi ekstraksi yang
sempurna (Voight, 1995).

BAB III

11

PENUTUP
A. Kesimpulan
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakansebagai pigmen tumbuhan.
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena
merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar
sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air,
butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya
gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung
menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu perlu ada
masukan dan perbaikan untuk bias menyempurnakan. Semoga makalah ini
bias digunakan sebagaimana mestinya dan bias bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
A, REDHA, 2010, Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya.
Online : mobile.repository.polnep.ac.id. Diunduh pada : 28-9-2016.

12

A, Hammerbacher, 2014, Flavan-3-ols in Norway Spruce: Biosynthesis,


Accumulation. Online : www.plantphysiol.org/content/164/4/2107.full.pdf.
Diunduh pada : 28-09-2016.

13

Anda mungkin juga menyukai