Anda di halaman 1dari 10

Artikel

Pembuatan Simplisia dan Identifikasi Kandungan Senyawa Flavonoid, Glikosida


Flavonoid dan Alkaloid Pada Daun Sembung (Blumae balsamifera)
Rabiyatul Adawiyah1, Ega Astiana Nuzul Wahyuni1, Riza Luthfi1, Anshari Rahman1, Salika
Apriyanti Tatawu1

Abstract
Sembung leaves are a typical plant from tropical Asia which is still a little cultivated in Indonesia. The
purpose of this study was to determine the phytochemical content contained in the leaves of Sembung
simplicia qualitatively. Sembung leaves are dried and then mashed into simplicia powder. The method
used in this qualitative test uses identification of cardiac glycosides with two parameters, namely keller-
killiani test and baljet reagent test, identification of flavonoids and cardiac glycosides with four
parameters, namely 3-flavonol glycoside test, shinoda test, taubeck reagent test and Wilson reagent
test and general identification of alkaloids with two parameters, namely deposition reaction and color
reaction. The results of this study show in the identification of cardiac glycosides, flavonoids and
alkaloids that showed positive results. It can be concluded that the Sembung leaves contain glycosides,
flavonoids and alkaloids.
Keywords: Sembung leaves, glycosides, flavonoids, alkaloid.

Intisari
Daun sembung merupakan tanaman khas dari asia tropis yang masih sedikit dibudidayakan di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia yang terdapat
dalam simplisia daun sembung secara kualitatif. Daun sembung dikeringkan lalu dihaluskan sehingga
menjadi serbuk simplisia. Metode yang digunakan dalam uji kualitatif ini menggunakan identifikasi
glikosida jantung dengan dua parameter yaitu uji keller-killiani dan uji pereaksi baljet, identifikasi
flavonoid dan glikosida jantung dengan empat parameter yaitu uji glikosida 3-flavonol, uji shinoda, uji
pereaksi taubeck dan uji pereaksi Wilson serta identifikasi umum alkaloid dengan dua parameter yaitu
reaksi pengendapan dan rekasi warna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dalam identifikasi
glikosida jantung, flavonoid dan alkaloid mununjukkan hasil yang positif. Dapat disimpulkan bahwa
daun sembung mengandung glikosida, flavonoid dan alkaloid. Kata kunci : Daun Sembung, glikosida,
flavonoids, alkaloid

1. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman hayati yang tersebar luas pada setiap
daerahnya dan termasuk paling tinggi di dunia. Luas kawasan di Indonesia cukup besar sebagai
penyedia tanaman obat tradisional. Tanaman tradisional banyak dimanfaatkan masyarakat
pedalaman sebagai alternatif pengobatan tradisional (Nugroho, 2017)
Tanaman Sembung merupakan tanaman khas dari Asia tropis termasuk Indonesia.
Sembung (Blumae balsamifera) merupakan spesies famili Astereceae. Di Indonesia sembung
masih kurang dibudidayakan, namun budidaya tanaman sembung cukup mudah untuk
dilakukan(Nijveldt et al., 2001)Tanaman Sembung (Blumae balsamifera) memiliki banyak
khasiat dalam bidang kesehatan dan telah banyak digunakan oleh masyarakat Asia Tenggara
seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan China. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
2

Tanaman Sembung mengandung fitokimia flavonoid, minyak atrisi, sesquiterpen, monoterpen,


tannin dan saponin (Pang et al., 2014)
Flavonoid adalah kelompok polifenol dan diklasifikasikan berdasarkan struktur
kimianya. Struktur dasar flavonoid dibagi dalam dua gugus aromatik yang digabungkan oleh
jembatan karbon. Flavonoid terbagi menjadi flavon, flavonol, kalkon, antosianin, katekin,
flavanol. Flavonoid berperan sebagai pemberi warna, rasa pada biji, bunga, dan buah serta
aroma, serta melindungi tumbuhan dari pengaruh lingkungan, sebagai antimikroba, dan
perlindungan dari paparan sinar UV. Dalam bidang kesehatan, flavonoid berperan sebagai anti
bakteri, anti oksidan, inflamasi, dan anti diabetes. (Alfaridz and Amalia, 2018)
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Senyawa ini memiliki atom
nitrogen yang terdapat pada cincin siklik. Mekanisme kerja alkaloid yaitu menghambat
komponen penyusun peptidoglikan yang terdapat pada sel bakteri. (Istifada and Saptarini,
2018)
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian secara kualitatif untuk mengetahaui
kandungan fitokimia yang terdapat dalam simplisia daun sembung.

2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, kertas, oven, penggaris, kaca
preparat, mikroskop, moisture analyzer, tabung reaksi, penjepit, rak tabung reaksi, corong
pisah, batang pengaduk, gelas beaker, pipet tetes, gelas ukur, kaca arloji, kertas saring,
aluminium foil, timbangan analitik, kertas perkamen, corong, spatula, ultrasonikator,
waterbath, label, spektrofometer , kamera, plastik klip, Bunsen
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, kloralhidrat, alkohol 70%, larutan pb
asetat, natrium sulfat, FeCl3 3,5%, asam sulfat pekat, kloroform, metanol, preaksi baljet,
petroleum eter, etanol 95%, logam zn, logam mg, HCl 2N, HCl pekat, aseton, asam borat, asam
oksalat, bouchardat LP, mayer LP, eter, asam sulfat P, asam nitrat P, aquadest, amonia pekat,
natrium sulfat anhidrad P

2.2 Cara Kerja Penelitian

2.2.1. Pembuatan Simplisia Daun Sembung


Pembuatan simplisia dimulai dari pengumpulan bahan baku berupa daun sembung
yang diperoleh dari merapi farma herbal Yogyakarta pada 4 desember 2018. Dilakukan sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan dengan menggunakan oven selama 3 hari 2 malam,
sortasi kering, penggilingan, dan pengemasan simplisia.
2.2.1.1. Pemeriksaan bahan nabati
Dilakukan pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan organoleptis (warna, rasa,
dan bau), uji mikroskopik dan pengujian kadar air simplisia daun sembung. Sebagian dari daun
sembung yang tidak dihaluskan dilakukan uji makroskopik dengan mengukur menggunakan
penggaris (panjang dan lebar) daun sembung dan idekntifikasi haksel.

2.2.2 Identifikasi glikosida jantung


Penyiapan cuplikan dengan cara sejumlah serbuk (kurang lebih seujung batang pengaduk)
bahan yang akan diperiksa dimaserasi selama 1 jam menggunakan penyari alkohol 70%.
Setelah proses maserasi selesai, saring dan filtratnya ditambahkan larutan Pb asetat pekat
3

sampai pengendapan terjadi sempurna. Pisahkan endapan melalui pemusingan (sentrifugasi),


dan supernatan yang jernih ditambah dengan larutan natrium sulfat 6,3%. Apabila terjadi
endapan, pusingkan lagi dan supernatan yang jernih diambil. Supernatan yang didapat
kemudian disari dengan kloroform sebanyak 2 kali masing-masing dengan 15 ml, sari yang
didapat kemudian dipekatkan sampai tinggal 5 ml.
2.2.2.1. Uji Keller-Kiliani
Dimasukkan sari kloroform ke dalam sebuah tabung sebanyak 2 ml ,kemudian dilarutkan
dengan 3 ml larutan FeCl3 3,5% yang telah dicampurkan dengan asam asetat glasial, biarkan
selama 1 menit. Kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat melalui dinding
tabung sampai terjadi dua lapisan yang berwarna dan pada pertemuan dua lapisan terbentuk
warna coklat, sementara cairan bagian atas menunjukkan warna hijau.
2.2.2.2 Uji dengan Pereaksi Baljet
Diambil sari kloroform secukupnya, kemudian diencerkan dengan methanol sebanyak 6 ml (3
kali lipat volume asal), kemudian tambahkan pereaksi Baljet. Kemudian diamati beberapa
menit jika terjadi perubahan warna larutan menjadi jingga menunjukkan adanya glikosida
dengan aglikon kardenolida.

2.2.3. Identifikasi Glikosida Flavonoid diawali dengan pembuatan larutan percobaan dengan
cara sebanyak 0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml metanol selama 10 menit di atas penangas
air, disaring selagi pelarut masih panas untuk mencegah agar pelarut tidak banyak menguap
dengan menggunakan kertas saring kecil berlipat. Kemudian diencerkan filtrat dengan 10 ml
air dan dipindahkan ke corong pisah, tambahkan 5 ml petroleum eter, kocok hati-hati.
Selanjutnya diamkan beberapa saat hingga terbentuk pemisahan fase methanol kemudian
diuapkan fase methanol hingga kering, lalu ditambahkan 5 ml etil asetat lalu diamkan , ketika
pemisahan telah sempurna selanjutnya dibuka keran untuk diambil bagian yang jernih dari
larutan untuk digunakan sebagai larutan percobaan. 2.2.3.1 Uji Glikosida 3-flavonol.
Diambil larutan percobaan sebanyak 1 ml, diuapkan menggunakan bunsen, kemudian
dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, dan tambahkan logam Zn, 2 ml HCl 2N, didiamkan selama 1
menit. Kemudian ditambahkan HCl pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi perubahan
warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
2.2.3.2 Uji Shinoda
Diambil larutan percobaan sebanyak 1 ml, diuapkan menggunakan bunsen dan
dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%, selanjutnya ditambahkan logam Mg dan 10 ml HCl pekat.
Jika terjadi perubahan warna merah sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoid,
sedangkan jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.
2.2.3.3. Reaksi Taubeck untuk flavonoid
Diambil larutan percobaan 1 ml, diuapkan menggunakan bunsen dan sisanya dibasahi
dengan aseton, ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat. Dipanaskan di atas
penangas air. Ditambahkan eter kedalam sisa larutan. Dilakukan pengamatan di bawah sinar
UV366. Akan terbentuk warna kuning jika terdapat flavonoid.
2.2.3.4 Reaksi Wilson untuk flavonoid
Diambil larutan percobaan sebanyak 1 ml, diuapkan menggunakan bunsen dan sisanya
dibasahi dengan aseton, ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat. Dipanaskan
di atas penangas air. Ditambahkan aseton kedalam sisa larutan. Terbentuknya warna kuning
menunjukkan adanya flavonoid namun tidak berfluoresensi.
4

2.2.4 Identifikasi kandungan alkaloid


Pertama-tama dilakukan pembuatan larutan dengan menimbang kurang lebih 500 mg
serbuk simplisia, kemudian ditambahkan 1 ml HCl 2N dan 9ml air, dipanaskan diatas penangas
air selama 2 menit, lalu didinginkan dan disaring sebagai larutan percobaan.
2.2.4.1 Reaksi Pengendapan & Reaksi Warna
Larutan yang telah dibuat kemudian diambil sebanyak 3 tetes untuk dilakukan reaksi
pengendapan, letakkan pada gelas arloji, kemudian reaksikan dengan pereaksi Bouchardat LP
atau dengan Mayer LP. Jika tidak terjadi endapan, maka serbuk yang diperiksa tidak
mengandung alkaloid (dengan Bouchardat LP terjadi endapan coklat hingga hitam, dengan
Mayer LP terjadi endapan putih menggumpal yang larut dalam etanol). Jika terdapat endapan
dengan salah satu pereaksi pengendapan di atas, percobaan dilanjutkan dengan mengocok
filtrat di dalam corong pisah dengan ditambahkan 3 ml amonia pekat dan 10 ml campuran 7,5
ml eter P dan 2,5 ml kloroform P (dikocok pelan agar tidak terbentuk emulsi). Pisahkan lapiran
pelarut organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, kemudian disaring. Filtrat diuapkan di
atas penangas air, sisa penguapan dilarutkan dengan sedikit HCl 2N. Setelah itu diambil larutan
percobaan sebanyak 3 tetes untuk dilakukan reaksi identifikasi warna dengan cara meneteskan
1-2 tetes preaksi warna (asam sulfat P, asam nitrat P) masing-masing pada tabung reaksi, lalu
diamati warna larutan yang terjadi. Serbuk dikatakan mengandung alkaloid, jika reaksi yang
positif membentuk endapan sekurang-kurangnya 2 reaksi dari 4 golongan uji reaksi yang
dilakukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengujian Kadar Air

Tabel. 1 Hasil Pengujian Kadar Air


Replikasi Berat Suhu (o C) Waktu Kadar air Sisa yang Berat
serbuk (detik) tidak akhir
berkadar
(gram) (gram)

R1 0.504 g 102 364 -7.54% 92.46% 0.466 g

R2 0.508 g 103 264 -8.06% 91.94% 0.468 g

R3 0.504 g 104 288 -8.32% 91.68% 0.463 g

Perhitungan :
(Kadar air, bobot penyusutan) = bobot awal - bobot akhir X 100% : Bobot Awal
R1 = 0.504 g – 0.466 g X 100% : 0.504 g
= 7.539 %
5

R2 = 0.508 g – 0.468 g X 100% : 0.508 g


= 7.874 %
R3 = 0.504 g - 0.463 g X 100% : 0.504 g
= 8.135 %
Pengukuran kadar air pada serbuk simplisia daun sembung dilakukan dengan tiga replikasi
pada replikasi 1 serbuk simplisia daun sembung di timbang sebanyak 0.504 gram pada suhu
102oc diperoleh kadar air sebesar -7.54% dari data tersebut diperoleh persentase bobot
penyusutan sebesar 7.539 %. Pada replikasi 2 serbuk simplisia daun sembung ditimbang
sebanyak 0.508 gram pada suhu 103oc diperoleh kadar air sebesar -8.06% dari data tersebut
diperoleh presentase bobot penyusutan sebesar 7.874 %. Pada replikasi 3 serbuk simplisia
daun sembung ditimbang sebanyak 0.504 gram pada suhu 104oc diperoleh kadar air sebesar
8.32% dari data tersebut diperoleh presentase bobot penyusutan sebesar 8.135 %.

3.2. Pengujian Bahan Nabati


Tabel. 2 Hasil Uji Organoleptis
6
Identifikasi Tanaman Identifikasi dan Pengamatan
Hasil Pengamatan Literatur

Nama Simplisa : Daun Bau : Khas sembung Bau : Khas sembung


Sembung Warna : hijau Warna : hijau kecokelatan
Nama latin : Blumea Rasa : pahit
Balsamifera Bentuk : daun runcing Rasa : agak pahit
Kingdom : Plantae Panjang : 9.7 cm Bentuk : bundar telur, ujung
Divisi : Magnoliophyta Lebar : 4.3 cm
dan pangkal daun runcing
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales Panjang : 10-30 cm
Famili : Asteraceae Lebar : 2,5-12 cm
Genus : Blumea Spesie
:Blumea balsamifera [L.] DC.
Khasiat : Antibakteri,
melancarkan peredaran
darah, menghilangkan
bekuan darah dan
pembengkakan, peluruh
kentut (karminatif), peluruh
keringat (diaforetik),
peluruh dahak
(ekspektoran), astringen,
tonikum dan obat batuk.
Kandungan : Kadar
flavonoid total tidak kurang
dari 1,20% dihitung sebagai
kuersetin.

Tabel. 3 Hasil Pengamatan Makroskopik


Identifikasi Tanaman Identifikasi dan Pengamatan

Hasil Pengamatan Literatur


7

Nama Simplisia : Daun Serabut Sklerenkim


Sembung
Nama latin : Blumea
Balsamifera
Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida Serabut Sklerenkim
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae Berkas Pengangkut
Genus : Blumea
Spesies : Blumea
balsamifera [L.] DC.
Khasiat : Antibakteri,
melancarkan peredaran
darah, menghilangkan
bekuan darah dan
pembengkakan, peluruh
kentut (karminatif), peluruh Berkas Pengangkut
keringat (diaforetik),
peluruh dahak Rambut Penutup
(ekspektoran), astringen,
tonikum dan obat batuk.
Mikroskopik : Serabut
Sklerenkim, Berkas
Penutup, Rambut Penutup.

Rambut Penutup

3.3 Identifikasi Glikosida Jantung


Identifikasi glikosida jantung yang terdapat dalam simplisia daun sembung dilakukan
dengan dua pengujian yaitu uji keller-killiani dan uji dengan pereaksi baljet. Hasil dapat dilihat
pada Tabel. 4

Tabel. 4 Hasil Identifikasi Glikosida Jantung

No Parameter Hasil Pengamatan


1 Uji Keller-Killiani +
2 Uji dengan Pereaksi -
8

Baljet

Gambar. 1 Hasil Uji Keller Killiani dan Uji dengan Pereaksi Baljet

Dari hasil identifikasi glikosida jantung secara kualitatif dengan 2 parameter didapatkan hasil
yaitu pada uji keller-killiani positif terjadi perubahan warna pada sampel menjadi terbentuk
dua lapisan warna berwarna coklat muda dan hijau, sedangkan pada uji dengan pereaksi
baljet tidak terdapat perubahan warna.

3.4. Identifikasi Flavonoid dan Glikosida Flavonoid


Identifikasi flavonoid dan glikosida flavonoid yang terdapat pada simplisia daun
sembung dilakukan dengan empat parameter pengujian yaitu uji glikosida 3-flavonol, uji
shinoda, uji reaksi taubeck untuk flavonoid dan uji reaksi Wilson untuk flavonoid.

Tabel. 5 Hasil Identifikasi Flavonoid dan Glikosida Jantung


No Parameter Hasil Pengamatan
1 Uji Glikosida 3-flavonol +
2 Uji Shinoda -
3 Uji Reaksi Taubeck untuk +
Flavonoid
4 Uji Reaksi Wilson untuk Flavonoid +

Gambar. 2 Hasil pengujian glikosida 3-flavonol, uji shinoda, uji reaksi taubeck dan uji
reaksi Wilson

Dari hasil identifikasi secara kualitatif dengan empat parameter didapatkan hasil dengan uji
glikosida 3-flavonol yaitu positif menunjukkan adanya kandungan flavonoid, karena sampel
9

menunjukkan perubahan warna. Uji shinoda menunjukkan hasil negatif. Uji reaksi taubeck
untuk flavonoid menunjukkan hasil positf dan uji reaksi Wilson untuk flavonoid menunjukkan
hasil positif.

3.5. Identifikasi Alkaloid

Tabel.6 Hasil Identifikasi Alkaloid

No. Simplisia Jenis Uji Gambar Hasil Keterangan

Sebelum

1. Daun Reaksi (-) Tidak


Sembung Pengendapan terbentuk
Uji endapan coklat
Bouchardat hingga hitam

2. Reaksi (+) Terbentuk


Pengendapan endapan
Uji Mayer putih
menggumpal

3. Reaksi warna (+) Terjadi


Asam Sulfat perubahan
warna, yaitu
warna berubah
menjadi
bening
kemerahan

4. Reaksi warna (-) Tidak terjadi


asam Nitrat perubahan
warna larutan
10

Pada projek pengujian alkaloid telah dilakukan identifikasi alkaloid secara. Dalam percobaan
ini dilakukan 4 golongan uji (reaksi pengendapan untuk uji bouchardat, reaksi pengendapan
untuk uji mayer, reaksi warna dengan menggunakan asam sulfat dan asam nitrat), dan jika
terdapat minimal 2 dari golongan uji bernilai positif terbentuk endapan atau terjadi perubahan
warna maka daun sembung dikatakan positif mengandung alkaloid. Hasil dari percobaan yang
dilakukan adalah pada reaksi pengendapan uji bouchardat bernilai negatif karena tidak
terbentuk endapan coklat hingga hitam, reaksi pengendapan untuk uji mayer bernilai positif
karena terbentuk endapan berwarna putih menggumpal, reaksi warna dengan asam sulfat
bernilai positif karena terjadi perubahan warna larutan dari warna awal (jingga) menjadi
bening kemerahan, dan pada reaksi warna dengan asam nitrat bernilai negatif karena tidak
terjadi perubahan warna larutan. Sehingga dapat disimpulkan dari 4 hasil percobaan tersebut
bahwa daun sembung positif mengandung alkaloid karena 2 dari 4 golongan uji yang dilakukan
bernilai positif.

KESIMPULAN
Daun sembung (Blumea balsamifera) mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,20%
dihitung sebagai kuersetin. Pada percobaan ini tidak dilakukan pengujian kuantitatif, namun
terbatas hanya pengujian kualitatif. Pada daun sembung terdapat senyawa flavonoid dan
glikosida flavonoid, karena pada empat parameter yang diuji tiga yang hasilnya positif. Pada
daun sembung juga terkandung alkaloid karena dua reaksi dari empat reaksi yang dilakukan
hasilnya positif. Dapat disimpulkan bahwa daun sembung mengandung senyawa flavonoid,
glikosida flavonoid dan alkaloid.

DAFTAR PUSTAKA
Alfaridz, F., Amalia, R., 2018. REVIEW JURNAL : KLASIFIKASI DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI
DARI SENYAWA AKTIF FLAVONOID 16, 9.
Istifada, D.S., Saptarini, N.M., 2018. REVIEW : AKTIVITAS SENYAWA BIOAKTIF ALGA MERAH
(Rhodophyta) SEBAGAI ANTIMIKROBA 16, 367–373.
Nijveldt, R.J., van Nood, E., van Hoorn, D.E., Boelens, P.G., van Norren, K., van Leeuwen, P.A.,
2001. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential
applications1–3 8.
Nugroho, A.W., 2017. REVIEW: KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI MELALUI
TANAMAN OBAT DALAM HUTAN DI INDONESIA DENGAN TEKNOLOGI FARMASI:
POTENSI DAN TANTANGAN. J. Sains Dan Kesehat. 1, 377–383.
https://doi.org/10.25026/jsk.v1i7.71
Pang, Y., Wang, D., Fan, Z., Chen, X., Yu, F., Hu, X., Wang, K., Yuan, L., 2014. Blumea
balsamifera—A Phytochemical and Pharmacological Review. Molecules 19, 9453–
9477. https://doi.org/10.3390/molecules19079453

Anda mungkin juga menyukai