Anda di halaman 1dari 11

FARMAKOTERAPI KELOMPOK 6

 ALFYAH AZ-ZAHRA 11171020000032


 ALIYAH AMANDA TUASIKAL 11181020000004
 ABYAN MUBARAK 11181020000005
 ADILAH HULWANI 11181020000013
 ANISA FITRIA 11181020000035
 NOVIA RAMADHANI 11181020000052

COPD DAN ASMA


HA wanita berusia 32 th, tb/bb 155 cm/81 kg datang ke
rumah sakit dengan keluhan meningkatnya sesak napas
dan napas berbunyi lebih dari 5 hari. Dia memiliki
asma selama 20 th dan merokok 10 batang/hari sejak
15 tahun yang lalu. Terakhir kali berobat, satu bulan
yang lalu. Ia bekerja pada sebuah toko kecil sebagai
kasir. HA tinggal di lantai 10, dan dia masih single.
Pada tes kesehatan berikut hasilnya
 Terdengar suara pada dada, menggunakan accessory muscle
 Tidak dapat bicara dengan baik, berhenti untuk bernafas setiap dua kata
 Takikardia, detak jantung 130 beats/menit
 Takipnea, laju pernafasan 25 breath/ menit
 Puncak laju ekspirasi 150 L/ min

 Diskusikan
1. Apakah perlu menggunakan kortikosteroid dalam kasus ini?
2. Adakah kemungkinan COPD?
3. Buatlah rekomendasi pengobatan pada pasien tersebut
Penggunaan kortikosteroid
 Pada pasien HA penggunaan kortikosteroid diperlukan, namun penggunaanya tidak dapat dilakukan secara tunggal.
karena terjadinya penurunan respon terhadap kortikosteroid inhalasi, dan kortikosteroid oral pada pasien asma yang
aktif merokok.
 Kortikosteroid telah diketahui dapat menekan beragam gen inflamatori yang teraktivasi pada penyakit–penyakit
inflamasi kronis misalnya asma. Kerja kortikosteroid ini terutama dengan cara membalik asetilasi histon dari gen
inflamatori yang telah teraktivasi tadi melalui ikatan reseptor glukokortikoid (GR) dengan koaktivator dan perekrutan
histon deasetilase-2 (HDAC2)
 Pada tingkat molekular, penurunan respon terhadap steroid ini terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas enzim
histon deasetilase (histone deacetylase,HDAC) oleh oksidan yang dihasilkan asap rokok sehingga penghambatan
transkripsi gen inflamasi oleh kortikosteroid tidak terjadi.
 Teofilin dosis rendah dibuktikan secara in vitro dan in vivo akan meningkatkan aktivitas HDAC pada sel epitel dan
makrofag. HDAC ini akan tersedia untuk ditarik oleh kortikosteroid.
 Sehingga penggunaan kortikosteroid dikombinasikan dengan teofilin dosis rendah akan meningkatkan efektivitas
penggunaannya.
 Selain itu, penggunaan kombinasi kortikosteroid dengan obat long acting β2 agonist (LABA) dapat dianjurkan. Hal
ini dikarenakan LABA dapat meningkatkan kerja obat kortikosteroid yaitu dengan meningkatkan translokasi inti GR
dengan koaktivatornya.
Adakah kemungkinan copd

Diagnosis yang tepat pada pasien HA untuk saat ini bukanlah COPD, tetapi
Asma Parah Akut. COPD terjadi pada usia 40 tahun ke atas, namun pasien
masih berusia 32 tahun. Beberapa hasil dari tes pemeriksaan juga
menunjukkan adanya gejala yang sesuai dengan Asma Parah Akut. Asma
yang tidak terkontrol dapat berkembang menjadi keadaan akut di mana
peradangan, jalan napas edema, akumulasi lendir, dan bronkospasme yang
parah menyebabkan jalan napas yang dalam penyempitan yang kurang
responsif terhadap terapi bronkodilator. Pasien mungkin gelisah dalam
tekanan akut dan mengeluh dispnea berat, sesak napas, sesak dada, atau
terbakar. Mereka mungkin hanya bisa mengucapkan beberapa patah kata
setiap nafas. Pasien HA mungkin akan mengalami COPD di kemudian hari
jika tidak dilakukan pemberhentian merokok.
Adapun gejala yang ditunjukkan pada Asma parah Akut
adalah sebagai berikut
Tanda-tanda Termasuk Mengi Ekspirasi Dan Inspirasi Pada Auskultasi;
 Kering, Peretasan Batuk;
 Takipnea;
 Takikardia;
 Pucat Atau Sianosis;
 Dada Dengan Hiperinflasi Retraksi Interkostal Dan Supraklavikular.
 Bunyi Nafas Mungkin Berkurang Obstruksi Berat.
COPD sendiri adalah penyakit yang ditandai dengan terbatasnya saluran
udara yang progresif, yang tidak sepenuhnya dapat pulih kembali. Kondisi
paling umum yang menyebabkan COPD adalah bronkitis kronik dan
emfisime. Faktor resiko yang menyebabkan COPD yaitu merokok, usia,
paparan asap polusi atau lingkungan perkerjaan dan riwayat keluarga yang
mengalami COPD . Pasien HA telah merokok selama 15 tahun dengan
jumlah batang rokok yang terhitung banyak setiap harinya. Jika hal ini tidak
di atasi dengan mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok maka
kemungkinan menderita COPD akan semakin besar.
Tujuan penanganan asma parah akut :

1. Perbaikan hipoksemia signifikan


2. Pengembalian cepat penutupan jalan udara (dalam hitungan menit)
3. Pengurangan kecenderungan penutupan aliran udara yang parah timbul kembali
4. Pengembangan rencana aksi tertulis jika keadaan memburuk
Buatlah rekomendasi pengobatan pada
pasien tersebut
 Bronkodilator agonis β2 jangka pendek contoh : albuterol/salbutamol
Inhaler : 90mcg (basis) / aktuasi (setara dengan 108mcg albuterol sulfate)
Nebulizer : 1.25mg/3mL (contains 1.50 mg albuterol sulfate/3 mL)
Digunakan untuk saat gejala atau serangan, karena obat ini merupakan pilihan pertama dalam
penanganan asma parah akut.
 Kortikosteroid tablet atau sirup untuk kurang lebih dua minggu (2mg/kg/hari, tidak boleh melebihi 60
mg/hari) contoh : prednisone, metilprednison
 Untuk pengobatan jangka panjang direkomendasikan inhaler kombinasi dari β agonis long acting
yang dikombinasikan dengan kortikosteroid untuk mencegah peningkatan risiko asma berat, contoh :
formoterol dan mometason
 Pengobatan jangka panjang lain yang direkomendasikan adalah dengan mengkombinasikan tablet
teofilin dosis rendah (400 mg/hari) dan inhalasi beclomethason untuk memperbaiki fungsi paru dan
keluhan asma pada pasien asma perokok.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

 Pendidikan pasien adalah wajib untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan,


manajemen diri, keterampilan, dan penggunaan layanan kesehatan
 Menghindari pemicu alergi yang diketahui dapat memperbaiki gejala
 Pemicu lingkungan (misalnya, hewan) harus dihindari pada pasien yang sensitif,
dan perokok harus didorong untuk berhenti.
 Pasien dengan asma berat akut harus menerima oksigen untuk mempertahankan
PaO2 lebih besar dari 90% (> 95% pada kehamilan dan penyakit jantung)
Kelompok 5 :

1. Melihat dari pasien merokok selama 15 th, maka erjadi kemungkinan COPD
2. Menggunakan beta agonis selektif
3. Pemeriksaan penunjang
4. Karena pasien obesitas, dosis salbutamol apakah tidak dinaikkan?
Tanggapan : karena pada penggunaan inhaler tidak

Anda mungkin juga menyukai