Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA FARMAKOKINETIKA

UJI ADHESIVE

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Biofarmasetika dan
Farmakokinetika

Dosen Pengampu :
1. Drs. Umar Mansur, M.Sc.
2. Apt. Marvel, M.Farm.
3. Apt. Suci Ahda Novitri, S.Farm., M.Si.
4. Apt. Mita Restiani, M.Farm.

Disusun oleh :
Kelompok 2 C

Muhammad Fajar Yusuf Al-Ayubi (11181020000033)


Dinda Melinia (11181020000034)
Anisa Fitria (11181020000035)
Novia Kurnia Dewi (11181020000038)
Firdanissa Risanti Azhari (11181020000040)
Atina Munfarikhatin (11181020000043)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..……………………………………...………………………………………….i

BAB I: PENDAHULUAN..……………………………………...…………………………...1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1

1.2 Tujuan Praktikum……………………………………………………………………...1

BAB II: LANDASAN TEORI..……………………………………...……………..………..2

BAB III: PROSEDUR KERJA..……………………………………...……………..………5

3.1 Alat dan Bahan………………………………………………………………………...5

3.2 Prosedur Kerja…………………………………………………………………………5

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN..……………………………………...……………7


4.1 Hasil…………………………………………………………………………………...7
4.1.1 Cara Membuat Cairan HCl pH 2,5……………………………………………...7
4.1.2 Cara Membuat Larutan NaCl 0,9%.......................................................................7
4.1.3 Uji Bioadhesif…………………………………………………………………...8
4.1.4 Uji Wash Out…………………………………………………………………...10
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………………..12

BAB V: KESIMPULAN..……………………………………...……………..……………..14

DAFTAR PUSTAKA..……………………………………...……………..………………...15

LAMPIRAN ………………………………...……………...……………..………………...16

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sediaan dengan pelepasan obat yang dimodifikasi, salah satunya adalah sediaan
dengan pelepasan diperlambat. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat
sediaan lepas lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di
dalam lambung. Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di dalam lambung disebut Gastm
Retentive Drug Delivery System (GRDDS). Keuntungan GRDDS diantaranya adalah mampu
meningkatkan bioavailabilitas, mengurangi obat yang terbuang dengan sia-sia, meningkatkan
kelarutan obat-obatan yang kurang larut pada Lingkungan pH yang tinggi. GRDDS juga
memiliki kemampuan untuk menghantarkan obat-obatan secara lokal di dalam lambung
(contoh: antacid dan anti Helicobacter pylori) dan usus kecil bagian atas.
Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan untuk beberapa
obat untuk meningkatkan bioavailabilitas dan menurunkan dosis terapinya. Diantara berbagai
sediaan sistem tinggal di lambung, floating dan bio (muco)-adhesive adalah yang paling
banyak diteliti untuk meningkatkan efek terapi dan meningkatkan bioavailabilitas sediaan
yang tinggal di lambung (Malakar dan Nayak, 2013).
Daya mengapung sistem floating dibatasi jumlah cairan lambung yang hanya
mempunyai persentase yang sedikit pada komposisi isi lambung untuk mengapung sehingga
sediaan dapat jatuh dan terbawa keluar dari lambung, daya mengapung dari sediaan mungkin
sangat terbatas yaitu hanya 3-4 jam (waktu pengosongan lambung normal). Sistem
bioadhesive menempel pada lapisan epitel mukosa lambung, yang mana dapat terlepas dari
mukosa dan dibawa keluar dari lambung akibat adanya pengaruh dari motilitas lambung.
Keterbatasan dari sistem floating dan mucoadhesive tersebut memungkinkan untuk
menggabungkannya menjadi sistem floating bioadhesive yang akan dapat meningkatkan
waktu kontak dengan lapisan epitel lambung, efikasi terapetik dan bioavailabilitas obat
(Mohan, et al., 2012).

1.2 Tujuan Praktikum


Agar mahasiswa dapat menguji kemampuan bioadhesive sediaan obat yang
mengandung suatu polimer tertentu

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Adapun syarat-syarat tablet, yaitu :
● Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.
● Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih,
adalah 5-10%.
● Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih
dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.
● Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam
waktu tidak lebih dari 60 menit.
● Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N
selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus
hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º - 38ºC.

Adapun metode pembuatan tablet terdiri dari tiga metode. Metode pertama adalah
metode kempa langsung. Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih
dahulu. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan eksipien yang
memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak. Metode ini digunakan untuk
zat aktif yang memiliki sifat alir yang baik.

Metode berikutnya adalah metode granulasi kering. Granulasi adalah proses


pembesaran ukuran ketika partikel– partikel dibentuk menjadi gumpalan (aglomerat) yang
lebih besar, kuat secara fisik, sedangkan partikel –partikel orisinil masih dapat diidentifikasi.
Tujuan pembuatan granul adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir bebas untuk
pembuatan tablet.Granulasi kering dilakukan karena tidak stabil atau peka terhadap panas ,
lembab, atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak
dapat mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk di kempa langsung.

2
Metode selanjutnya adalah metode granulasi basah. Granulasi basah adalah metode yang
dilakukan dengan cara membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai
terdapat tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Metode ini digunakan untuk zat aktif
yang stabil terhadap pemanasan.

Pembuatan granul merupakan salah satu proses dalam pembuatan tablet pada metode
granulasi basah dan granulasi kering. Pembeda pada kedua metode ini adalah pada metode
granulasi basah pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat terjadi selama pengeringan
dan struktur dibentuk dengan pengerasan pengikat dalam pengeringan. Pada metode
granulasi kering, bongkahan (slugging) dan lempengan kompak, mengandalkan pembentukan
ikatan inter partikulat. Terdapat beberapa macam sediaan tablet, diantaranya adalah tablet
pada sediaan gastroretentif. Pada sediaan ini terdapat tiga jenis tablet, yaitu floating tablet,
swelling tablet dan tablet mukoadhesif. Tablet mukoadhesif adalah tablet yang dapat
menempel pada lapisan mukus sehingga dapat menyediakan sistem penghantaran obat
terkontrol.

2.2 Mukus dan Bioadhesif

Bioadhesive adalah keadaan dimana dua bahan, salah satunya bersifat biologis dan
saling melekat untuk waktu yang lebih lama karena forsa interfasial. Bioadhesif juga dapat
didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan (hasil sintesis atau produk biologi) ter adhesi
pada suatu jaringan biologi untuk periode waktu yang lebih lama. Di dalam sistem biologi,
bioadhesif dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu adhesi dari suatu sel normal terhadap sel
patologi dan adhesi suatu bahan adhesi terhadap suatu substrat biologis. Sedangkan sistem
mukoadhesif adalah terikatnya suatu sistem pembawa obat pada suatu jaringan epitel atau
berupa lapisan penutup mukus yang terdapat pada jaringan. Jika keterikatan tersebut pada
permukaan mukosa, fenomena ini dikenal dengan mukoadhesif.

Mukoadhesif dapat pula berupa interaksi antara suatu permukaan musin dengan suatu
polimer sintetis atau polimer alam. Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat bioadhesif
dari berbagai polimer larut air yang menunjukan sifat adhesif ada waktu terjadi hidrasi
kemudian akan menghantarkan obat mencapai sasaran tertentu untuk waktu yang lebih lama
dibandingkan sediaan konvensional.

3
2.3 Uji Bioadhesif In Vitro

Tahapan dalam uji bioadhesif in vitro tablet mukoadhesif adalah jaringan lambung
dibuka sepanjang lengkung kecil dan dicuci dalam 10 ml cairan lambung buatan. Usus halus
dipotong secara lateral dan dicuci. Kemudian jaringan lambung dipotong dengan ukuran
kira-kira 1 x 1 cm dan jaringan usus halus sepanjang 5 cm dilekatkan pada penyokong
aluminium. kemudian ditempatkan pada sel silindris. Setelah itu sejumlah 50 granul
ditempatkan merata di atas mukosa lambung dan usus, granul dibiarkan kontak dengan
mukus selama 10 menit, kemudian sel silindris diatur pada posisi kemiringan 45 derajat.

. Berikutnya jaringan mukosa lambung dan usus dielusi dengan cairan lambung dan cairan
usus buatan selama 5 menit dengan kecepatan alir 22 ml/menit, dan jumlah granul yang
masih melekat pada jaringan lambung dihitung. Pengujian ini dilakukan sebanyak dua kali
pengulangan. Kemudian dihitung jumlah adhesi dengan rumus sbb :

Na = (N / No) x 100

Keterangan :

Na = jumlah adhesi

No = jumlah total partikel yang digunakan

N = jumlah partikel yang melekat pada substrat

Menurut literatur lain, dilakukan menggunakan mukosa lambung dan usus tikus
putih. Lambung dan usus dicuci dengan larutan natrium klorida fisiologis kemudian
masing-masing direndam dalam cairan lambung dan cairan usus buatan. Jaringan lambung
dibuka, dipotong kira-kira 1 x 1 cm dan jaringan usus dibelah dan dipotong kira-kira 4 cm.
Jaringan lambung dilekatkan pada penyokong teflon dengan bantuan lem akrilat. Sejumlah
tertentu granul diletakkan diatas jaringan tersebut, dibiarkan berkontak selama 20 menit
kemudian ditempatkan pada sel silindris dengan kemiringan 45°. Granul yang telah melekat
pada jaringan lambung dielusi dengan cairan lambung buatan selama 10 menit dengan
kecepatan 2 ml/menit.Untuk granul yang melekat di usus dielusi dengan cairan usus buatan
selama 10 menit dengan kecepatan 22ml/menit. Granul yang melekat dihitung setiap 5 menit.

4
BAB III
PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan

A. Alat
● Sel silindris
● Disintegrasi test
● Thermostat
B. Bahan
● Mukosa lambung dan usus tikus putih
● Granul
● Larutan NaCl Fisiologis
● Lem Sianoakrilat

Prosedur Kerja

A. Uji Bioadhesif
★ Uji dilakukan dengan menggunakan mukosa lambung yang diisolasi dari tikus putih.
Jaringan lambung dibuka, kemudian dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis
★ Lambung yang sudah bersih diletakkan pada penyokong alumunium kemudian diberi
lem agar lambung menempel pada penyokong alumunium.
★ Sejumlah 50 butir granul ditempelkan di atas lambung tersebut dan dibiarkan
berkontak selama 10 menit
★ Penyokong aluminium yang telah dipreparasi diletakkan dalam sel silindris dengan
kemiringan 45°.
★ Kemudian granul yang menempel pada jaringan lambung dielusi dengan larutan HCl
pH 2,5 (cairan lambung) pada suhu 37℃ dengan kecepatan aliran 22 ml/menit.
★ Diamati dan dihitung setiap 10 menit jumlah granul yang lepas selama 1 jam.
B. Uji Wash Off
❖ Uji wash off dilakukan dengan alat disintegrasi (uji waktu hancur) yang telah
dimodifikasi.
❖ Jaringan mukosa usus yang telah dibersihkan dengan larutan NaCl Fisiologis dipotong
dengan ukuran ± 4 cm.

5
❖ Kemudian jaringan mukosa usus ditempelkan pada kaca objek menggunakan lem dan
ditunggu ±10 menit hingga lem mengering.
❖ Sejumlah 50 butir granul obat ditempelkan di atas jaringan usus tersebut dan
dibiarkan berkontak selama 10 menit.
❖ Preparat dimasukkan ke dalam alat uji disintegrasi, alat digerakkan naik turun 30 kali
permenit di dalam media larutan NaCl Fisiologis (cairan usus) pada suhu 37℃.
❖ Diamati dan dihitung setiap 10 menit jumlah granul yang lepas selama 1 jam.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 HASIL

4. 1 1 Bagaimana cara membuat cairan HCL pH 2,5?


Diketahui:
- ρHCl = 1,18 gr/mol
- %HCl = 37%
- BM HCl = 36,5 gr/mol
Jawab :

Konsentrasi awal (pekat) HCl induk V1 = 0,132 mL x 20 tetes/mL


adalah V1 = 2,64 tetes = 3 tetes
ρ 𝑥 % 𝑥 1000 𝑚𝑙
M1 =
𝐵𝑀 Cara Pembuatan :
1,18 𝑔𝑟/𝑚𝑙 𝑥 37% 𝑥 1000 𝑚𝑙 - Ambil 0,132 ml (3 tetes) larutan
M1 =
36,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
HCl pekat 11,96 M dengan pipet
M1 = 11,962 mol/mL
M1 = 11,962 M tetes.
- Masukkan larutan tersebut ke
Maka, [H+] untuk pH 2,5 :
dalam labu ukur bervolume 500
pH = - Log [H+]
2,5 = - Log [H+] ml.
[H+] = antilog -2,5 - Tambahkan aqua ke dalam labu
−3
[H+] = 3,1623 x 10 M ukur sampai tanda batas.
−3
M2 = 3,1623 x 10 M - Kocok labu ukur sampai larutan
tercampur merata.
M1 . V1 = M2 . V2
𝑉2 𝑥 𝑀2 𝑥 - Uji pH larutan menggunakan kertas
V1 =
𝑀1 indikator universal.
−3
500 𝑚𝑙 𝑥 3,16 𝑥 10 𝑀
V1 = 11,96 𝑀

4.1.2 Bagaimana cara membuat larutan NaCl 0,9%?


Untuk membuat larutan NaCl 0,9% sebanyak 500 ml, maka perhitungannya :
0,9 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
100 𝑚𝑙
x 500 ml = 4,5 gram
Dari perhitungan diatas, maka diperlukan 4,5 gram NaCl dalam 500 ml Aquades

7
4.1.3 UJI BIOADHESIF
a. Obat Vitalong C
Waktu (Menit Granul yang Granul yang %Granul yang
Ke-) Menempel Lepas Menempel

10 35 15 35
50
x 100% = 70%
20 35 15 35
50
x 100% = 70%
30 33 17 33
50
x 100% = 66%
40 33 17 33
50
x 100% = 66%
50 30 20 30
50
x 100% = 60%
60 30 20 30
50
x 100% = 60%

b. Obat Rhinos 5R
Waktu (Menit Granul yang Granul yang %Granul yang
Ke-) Menempel Lepas Menempel

10 35 15 35
50
x 100% = 70%
20 33 17 33
50
x 100% = 66%

8
30 30 20 30
50
x 100% = 60%
40 29 21 29
50
x 100% = 58%
50 28 22 28
50
x 100% = 56%
60 28 22 28
50
x 100% = 56%

c. Perbandingan Bioadhesif Vitalong C dengan Rhinos 5R

9
4.1.4 UJI WASH OUT
a. Obat Vitalong C
Waktu (Menit Granul yang Granul yang %Granul yang
Ke-) Lepas Menempel Menempel

10 13 37 37
50
x 100% = 74%
20 2 48 48
50
x 100% = 96%
30 1 49 49
50
x 100% = 98%
40 4 46 46
50
x 100% = 92%
50 5 45 45
50
x 100% = 90%
60 3 47 47
50
x 100% = 94%

b. Obat Rhinos 5R
Waktu (Menit Granul yang Granul yang %Granul yang
Ke-) Lepas Menempel Menempel

10 5 45 45
50
x 100% = 90%
20 1 49 49
50
x 100% = 98%

10
30 2 48 48
50
x 100% = 96%
40 0 50 50
50
x 100% = 100%
50 1 49 49
50
x 100% = 98%
60 1 49 49
50
x 100% = 98%

11
4.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum uji bioadhesif, dilakukan pengujian kemampuan bioadhesif obat yang
mengandung suatu polimer tertentu. Obat yang digunakan saat praktikum adalah Vitalong C
dan Rhinos SR. Vitalong C merupakan kapsul lepas berkala yang mengandung Vitamin C
500 mg yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan Vitamin C harian sementara Rhinos SR
merupakan kapsul lepas lambat yang berfungsi meringankan gejala rinitis alergi,
bersin-bersin, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Kedua obat tersebut memiliki
prinsip penghantaran obat yang dirancang untuk mengendalikan pelepasan dan absorpsi obat
serta memperpanjang waktu tinggal obat. Rute pemberian Vitalong C dan Rhinos SR adalah
melalui oral atau diminum langsung, oleh sebab itu pengujian bioadhesif dilakukan pada
lambung dan usus karena nantinya obat akan melalui lambung juga usus.

Pengujian kemampuan bioadhesif dilakukan dengan dua uji, yakni uji bioadhesif dan
uji wash off. Bahan utama yang digunakan adalah lambung dan usus tikus serta granul yang
sudah dikeluarkan dari kapsul masing-masing obat. Uji pertama yang dilakukan adalah uji
bioadhesif. Uji bioadhesif dimaksudkan untuk melihat seberapa cepat kemampuan suatu
granul mukoadhesif untuk melekat pada mukosa lambung dan usus. Pengujian kedua adalah
uji wash off yang dimaksudkan untuk mengetahui durasi perlekatan pada mukosa lambung
dan usus pada kondisi ekstrim (Widayanti, Ari et al, 2011). Selain itu dapat digunakan untuk
menguji kemampuan penghantaran bioadhesif dari suatu granul dengan polimer tertentu

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mukoadhesif, antara lain faktor-faktor


yang yang berhubungan dengan polimer, lingkungan, dan fisiologi (Rajput, G. C et al, 2010;
Zate, S. U et al, 2010; Yusmar, 2011).
a) Faktor-faktor yang berhubungan dengan polimer
● Berat molekul
● Konsentrasi polimer aktif
● Fleksibilitas rantai polimer
● Penyesuaian ruang
● Pengembangan
b) Faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan
● pH polimer-permukaan substrat
● Kekuatan yang digunakan
● Permulaan waktu kontak

12
c) Faktor-faktor Fisiologi
● Pergantian musin
● Keadaan penyakit

Dalam pelaksanaan praktikum, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan


praktikan, seperti:
● Kesalahan dalam pengambilan organ dari mencit atau tikus yang digunakan
● Dalam penempelan mukosa lambung/usus pada penyokong aluminium, terkadang
terdapat kesalahan dalam pemberian lem yang terlalu banyak mengenai permukaan
mukosa lambung yang mengakibatkan obat (granul) akan menempel pada lem,
sehingga tidak lepas saat alat uji sedang bekerja.
● Kesalahan dalam meletakkan saluran (pipa) yang menghubungkan larutan HCl,
terkadang tidak tepat mengenai lambung yang berada di dalam tabung silinder
sehingga jaringan lambung tidak terelusi dengan baik oleh larutan HCl (uji bioadhesif
in vitro).

Berdasarkan data hasil uji bioadhesif dan uji wash off, pada uji bioadhesif in vitro
dengan obat uji vitalong C dan Rhinos SR dapat disimpulkan bahwa obat yang memiliki daya
bioadhesif yang lebih kuat adalah vitalong C. Hal ini terlihat dari jumlah vitalong C yang
menempel pada mukosa lambung lebih banyak dibanding jumlah Rhinos SR. Sedangkan
pada uji wash off dengan obat uji vitalong C dan Rhinos SR dapat disimpulkan bahwa obat
yang memiliki daya bioadhesif yang lebih kuat adalah vitalong C. Hal ini terlihat dari jumlah
vitalong C yang lepas pada mukosa usus lebih sedikit dibanding jumlah Rhinos SR.

13
BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum uji bioadhesif ini, dapat disimpulkan bahwa :


● Uji bioadhesif dan uji wash off dilakukan untuk melihat seberapa kuat pelekatan
granul pada mukosa lambung dan usus.
● Ada 3 faktor yang mempengaruhi mukoadhesif, yaitu faktor yang berhubungan
dengan polimer, faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan, dan faktor
fisiologi.
● Kesalahan dalam praktikum bisa saja terjadi seperti kesalahan dalam pengambilan
organ dari mencit atau tikus, pemberian lem yang terlalu banyak mengenai permukaan
mukosa lambung, dan kesalahan dalam meletakkan saluran (pipa) yang
menghubungkan larutan HCl
● Berdasarkan hasil yang didapat, obat Vitalong C memiliki daya bioadhesif yang lebih
kuat dibanding Rhinos SR.

14
DAFTAR PUSTAKA

Malakar J, Nayak AK, Goswami S. Use of response surface methodology in the formulation
and optimization of bisoprolol fumarate matrix tablets for sustained drug release. ISRN
Pharm 2012.

Mohan, Ratih Et Al. 2012. Floating And Bioadhesive Delivery System Of Metoprolol
Succinate: Formulation, Development And In Vitro Evaluation. Vol. 6. Asian Journal of
Pharmaceutic.
Rajput, G.C. et al. 2010. Stomach Specefic Mucoahesive Tablet As Controlled Drug Delivery
Systems- A Review Work. Internationl Journal Of Pharmaceutical And Biological
Reaserch, vol 1(1), 2010, 30-41.

Widayanti, Ari., et al. 2011. Formulasi Mukoadhesif Nifedin Menggunakan Kombinasi


Polimer Carbopol 943 dan Gelatin Type B. FARMASAINS Vol 1 No 3.

Yusmar, Maryunita. 2011. Formulasi Granul Mukoadesif Menggunakan Gelatin Tulang Ikan
Kakap Putih (Lates calcariver). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Skripsi.

Zate, S.U. et al. 2010. Gastro Retentive Bioadhesive Drug Delivery Systems: A Review.
International Journal Of Pharmtech Research, vol 2, no. 2, pp 1227-1235.

15
LAMPIRAN

Prosedur Kerja Uji Bioadhesif


Uji Bioadhesif

16
Uji Wash Off

17
18

Anda mungkin juga menyukai