Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI


DI LEMBAGA FARMASI TNI ANGKATAN LAUT
(LAFIAL) DRS. MOCHAMAD KAMAL
Jl. Bendungan Jatiluhur No. 1, Jakarta Pusat
Periode 14 – 28 Mei 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)

Disusun Oleh :

Ishmih Nurul Roudhoh Usman

151 2017 0020

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Produk
obat yang berkualitas yang dihasilkan industri farmasi harus memperhatikan
faktor-faktor yang terlibat dalam proses produksinya. Untuk menghasilkan
produk obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan bahan
awal dan produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek produksi. Agar
obat yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan
aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi
tentang cara pembuatan obat yang baik.
Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB adalah
cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuanpenggunaannya, bila perlu
dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat
yang telah ditentukan telah dicapai.
Salah satu aspek CPOB yang dapat menjamin bahwa produk farmasi yang
di produksi bermutu adalah dengan melakukan validasiproses yang bertujuan
untuk membuktikan dan memberikan dokumentasi bahwa proses produksi
senantiasa menghasilkan hasil yang diinginkan secara terus menerus,
meningkatkan efesiensi dan efektifitas produksi.
Validasi proses produksi baru bisa dilakukan apabila jika telah
dilaksanakan kualifikasi mesin / peralatan produksi / sarana penunjang. Dan
validasi metode analisa.Sebelum melakukan Validasi Proses Harus dibuat
protokol validasi yang sudah disetujui oleh QA Manager. Di mana validasi
proses produksi dibagi atas tiga yaitu validasi prospective (untuk bahan baru
yang belum pernah divalidasi sebelumnya), yang kedua validasi Concurent
yaitu untuk produk yang sudah divalidasi yang sudah berjalan dan diproduksi
tapi oleh karena satu dan lain hal, dan yang ketiga validasi retrospective adalah
untuk produk produk yang sudah lama di produksi yang belum divalidasi,
namun memerlukan data validasi misalnya untuk melakukan registrasi ulang.
B. Tujuan
1. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang
berlaku dan digunakan dalam proses produksi (batch Procesing Record),
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus menerus
2. Mengurangi Problem yang terjadi selama proses produksi
3. Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process)
4. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi produk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik
stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan
bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan
reprodusibel.Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin
homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus dapat terkompresi dengan
baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan
dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki
sifat alir dan kompresibilitas massa tablet (Majalah Ilmu Kefarmasian, 2005).
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan farmasetik yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek
lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Kebanyakan penggunaan tablet secara oral dengan penambahan zat warna dan
zat pemberi rasa (Ansel, 2005).
Sediaan tablet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk
sediaan farmasi yang lain. Tablet merupakan suatu sediaan utuh dan praktis
diberikan secara oral dengan dosis yang tetap dan variasi yang minimal.Tablet
merupakan bentuk sediaan oral dengan biaya produksi paling murah, juga
paling ringan dan paling kompak.Bentuk sediaan ini paling mudah ditelan
dengan resiko kecil untuk tertinggal di tenggorokan.Bentuk sediaan ini
menjamin stabilitas kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi dari zat aktif
yang dikandungnya (Lachman, 1986).
Sediaan tablet juga memiliki beberapa kekurangan yaitu obat dengan sifat
sulit dibasahkan, melarut dengan lambat, jumlah dosis sedang sampai besar,
absorpsi optimum disaluran cerna, atau kombinasi dari sifat-sifat ini bisa sulit
untuk diformulasikan dan diproduksi menjadi tablet dengan bioavaibilitas yang
cukup (Lachman, 1986).
Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu.Bahan pembantu dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama bahan pembantu yang
mempengaruhi karakter kompresibilitas tablet, termasuk didalamnya adalah
pengisi, pengikat, lubrikan, antiadheren dan glidan. Kedua, bahan pembantu
yang mempengaruhi biofarmasi, stabilitas fisika dan kimia, termasuk
didalamnya penghancur, zat perwarna, perasa dan pemanis (Lachman, 1986).
Secara umum ada 3 metode pembuatan tablet, yaitu metode granulasi basah,
metode granulasi kering, dan metode cetak langsung.
1. Metode Granulasi Basah
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi
massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat
kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Prinsip granulasi dengan menciptakan
ikatan antara partikel melalui penggumpalan massa dengan penambahan
pengikat basah yang diikuti dengan pengeringan setelah gumpalan massa di
granulasi (Ditjen POM DepKes RI, 1995).
Tujuan dari granulasi ini adalah memperbaiki kompresibilitas dan
kohesi antarserbuk.Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran atau
kompresibilitas yang kurang baik dapat diperbaiki sifat alirannya atau
kompresibilitasnya dengan teknik granulasi basah agar dapat dicetak
menjadi tablet.Teknik ini mencegah segregasi partikel dan meningkatkan
disolusi obat yang tidak larut air dengan menggunakan pelarut dan pengikat
yang sesuai (Lachman, 1986).
Modifikasi teknik granulasi basah dilakukan untuk membuat tablet yang
mengandung zat aktif dengan sifat tertentu. Modifikasi yang dilakukan
antara lain teknik semi granulasi dasar dan teknik granulasi terpisah. Teknik
semi granulasi dasar digunakan jika salah satu dari campuran zat aktif yang
digunakan memiliki sifat tidak tahan panas atau lembab.Dalam teknik ini,
zat aktif yang tidak tahan panas atau lembab ditambahkan sebagai serbuk
dan tidak digranulasi.Teknik granulasi terpisah dilakukan untuk campuran
zat aktif yang bersifat eutektik.Dengan menggranulasi kedua zat secara
terpisah maka kontak antar zat aktif tersebut dapat dicegah.
Beberapa kerugian teknik granulasi basah adalah banyaknya tahapan
produksi sehingga dibutuhkan tempat yang luas dengan suhu dan
kelembaban yang terkendali.Selain itu dibutuhkan peralatan yang mahal dan
waktu yang lama. Kemungkinan kehilangan massa granul selamaproses
produksi besar dan peluang kontaminasi lebih besar dibandingkan dengan
teknik kempa langsung (Lachman, 1986).
2. Metode Granulasi Kering
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada
tekanan rendah sehingga menjadi tablet yang rapuh kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan
(Ditjen POM DepKes RI, 1995).
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk dengan penambahan
bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, setelah itu
diayak menjadi granul, kemudian di cetak menjadi tablet.
Apabila menggunakan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi
harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat
dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang tinggi.
Teknik ini menjadi pilihan yang baik dalam pembuatan tablet jika
kempa langsung dan granulasi basah tidak dapat dilakukan. Peralatan dan
tahapan produksi teknik granulasi kering lebih sederhana dibandingkan
dengan granulasi basah karena dalam teknik ini tidak memerlukan proses
pembasahan dan pengeringan (Lachman, 1986).
3. Metode Kempa Langsung
Merupakan metode yang paling mudah dalam pencetakan tablet karena
langkah-langkahnya hanya terdiri dari pencampuran bahan obat kemudian
pencetakan tablet.Syarat-syarat bahan obat dapat dicetak langsung adalah
memiliki sifat mudah mengalir dan sifat kohesifnyamemungkinkan untuk
dicetak langsung tanpa granulasi basah ataupun granulasi kering (Ansel,
2005).
Eksipien yang digunakan dalam metode kempa langsung mempunyai
sifat aliran yang baik dan memiliki daya kempa yang tinggi.Eksipien untuk
kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa
mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering dan beberapa pati
termodifikasi (Ditjen POM DepKes RI, 1995).
Keunggulan teknik kempa langsung antara lain dapat mengurangi tahap-
tahap dalam produksi tablet dan jumlah peralatan yang digunakan serta
waktu produksi lebih sedikit dibandingkan dengan teknik granulasi
(Lachman, 1986).
Keunggulan teknik kempa langsung antara lain dapat mengurangi tahap-
tahap dalam produksi tablet dan jumlah peralatan yang digunakan serta
waktu produksi lebih sedikit dibandingkan dengan teknik granulasi
(Lachman, 1986).
Eksipien adalah suatu bahan yang digunakan untuk membuat sediaan
farmasi yang tidak berefek farmakologis (Wade dan Weller, 2009).Eksipien
digolongkan berdasarkan fungsinya dalam membuat sediaan farmasi. Untuk
sediaan tablet, eksipien terdiri dari :
1) Pengisi
Pengisi merupakan bahan yang ditambahkan untuk mendapatkan
bobot tablet yang diharapkan bila dosis obat tidak dapat memenuhinya.
Pengisi juga berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga
membuat aliran menjadi baik dan dikempa langsung.Contoh bahan
pengisi adalah laktosa, pati dan derivatnya, selulosa dan derivatnya,
manitol, sorbitol dan sebagainya (Lachman, 1986).
2) Pengikat
Pengikat merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk
granul pada granulasi basah atau kering. Pengikat juga berguna untuk
meningkatkan kekompakkan kohesi pada tablet kempa langsung. Contoh
bahan pengikat adalah gelatin, tragakan, akasia, selulosa dan derivtnya,
pati dan derivatnya, alginate dan sebagainya (Lachman, 1986).
3) Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin
Pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet
dengan dinding mesin cetak tablet sehingga tablet mudah keluar. Anti
lekat merupakan bahan yang digunakan untuk menghindari melekatnya
tablet pada permukaan punch atau dinding die. Pelican digunakan agar
massa tablet memiliki aliranyang baik dengan cara mengurangi gesekan
antara partikel. Contoh bahan pelincir, anti lekat dan pelican adalah talk,
asam stearat, magnesium stearat merupakan contoh bahan pelincir, anti
lekat dan pelican (Lachman, 1986).
4) Penghancur/Disintegran
Penghancur merupakan eksipien yang ditambahkan pada pembuatan
tablet yang berguna untuk memudahkan pecahnya tablet ketika kontak
dengan cairan saluran pencernaan. Penghancur juga berfungsi untuk
menarik bagian-bagian kecil yang akan menentukan kelarutan obat dan
tercapai bioavailabilitas yang diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang
digunakan mempengaruhi kecepatan pecahnya tablet dan lepasnya zat
aktif dalam obat untuk melarut.
B. Validasi
Validasi merupaan tindakan pembuktian dengan cara yng sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan. Adapun Vaidasi proses merupakan tindakan pembuktin yang
didokumentasikan bahwa proses yng dilakukan dalam batas parameter yang
ditetpkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang
untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu
yang ditetapkan sebelumnya (BPOM, 2012).
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan
(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidk
memungkinkan, validasi dapat dilakukan selama proses produksi rutin
dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga
divalidasi (validasi retrospektif) (Fatmawaty, 2015)
Tujuan validasi proses produksi yaitu untukmemberikan dokumentasi
secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan dalam
proses produksi (Batch ProcessingRecord) senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara terus menerus; mengurangi problem yang terjadi selama
proses produksi; memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking
process); dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produk (Fatmawaty, 2015).
Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hebdaklah telah
terkualifikasi dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil yang
melakukan validasi hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai.
a. Jenis-jenis validasi proses produksi yaitu (Fatmawaty, 2015) :
1. Prospective validation
 Untuk produk-produk baru yang belum pernah diproduksi
 Dilakukan pada tiga batch pertama
 Bisa digunakan untuk dijual (commercial batch)
 Bukan termasuk trial batch (skala lab)
2. Concurrent validation
 Untuk produk yang sudah berjalan (sudah diproduksi) tetapi oleh
karena satu dan lain hal, belum dilakukan validasi prospective
 Terjadi perubahan pada parameter kritis seperti peralatan yang
digunakan, prosedur pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara
pengujian, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi mutu dan
spesifikasi produk
 Validasi dilakukan pada batch produksi yang sedang berjalan,
sebanyak minimal 3 batch berturut-turut
3. Retrospective validation
 Untuk produk-produk yang sudah lama diproduksi yang belum
divalidasi, namun memerlukan data validasi, misalnya untuk keperlun
registrasi ulang.
 Penelususran dari data produksi yang sedang berjalan
 Data berasal dari batch record (minimal 10-20 batch)
 Penelusuran riwayat produk yang bersangkutan
b. Ketentuan umum validasi proses produksi (Fatmawaty, 2015)
Validasi proses produksi adalah bukan merupakan bagian dari
Research & Development (R & D), namun merupakan proses pembuktian
prosedur produksi yang telah disusun oleh R & D (prosedur produksi sudah
ada). Validasi proses produksi baru bias dilakukan, jika hal-hal berikut sudah
dilaksanakan:
 Kualifikasi mesin/peralatan produksi/sarana penunjang
 Validasi metode analisa
Sebelum pelaksanaan validasi proses produksi harus dibuat protocol validasi
yang sudah disetujuai oleh QA manager
c. Pembuatan rencana induk validasi proses produksi (Fatmawaty, 2015)
1. Menetapkan tujuan dan scope validasi
2. Mrenentukan anggota (pelaksana) validasi
3. Menentukan aktivitas validasi
4. Menetapkan jadwal pelaksanaan validasi
d. Urutan pelaksanaan validasi proses produksi (Fatmawaty, 2015)
1. Pembuatan protokol validasi dan penentuan kriteria (batas) penerimaan
2. Pembuatan lembar kerja (worksheet) validasi
3. Pelaksanaan validasi
4. Pengujian sampel
5. Membuat kesimpulan
6. Pembuatan laporan validasi
7. Pemilihan proses produksi yang divalidasi
e. Protokol validasi proses produksi (Fatmawaty, 2015)
1. Halaman pengesahan
2. Tujuan pelaksanaan validasi
3. Cakupan (scope)
4. Latar belakang pelaksanaan validasi
5. Dokumen trkait (IQ/OQ mesin/peralatan yang digunakan, SOP, sumber
rujukan yang digunakan)
6. Pembagian tugas dan tanggung jawab
7. Garis besar proses produksi (dalam bentuk flow chart)
8. Penentuan parameter kritis & pengujian yang digunakan pada setiap
tahapan proses produksi
9. Rencana pengambilan sampel
10. Rencana penanganan sampel
11. Rencana pengujian sampel
12. Rencana analisa hasil jadi
13. Kriteria penerimaan
f. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum validasi proses (Fatmawaty,
2015)
1.) Pencegahan pencemaran silang
Dilakukan secara berkala misalnya pemeriksaan rutin pada saringan
udara apakah baik atau bocor atau harus diganti.
2.) Pemeriksaan lingkungan produksi terhadap pencemaran. Contohnya:
cara apus (dilakukan pada ruangan steril/ non steril terhadap peralatan),
mikroba, cawan papar (untuk melihat bakteri dan jamur dalam ruangan).
3.) Pemeriksaan perbedaan tekanan udara atara run terutama ruang
penyangga.
g. Pelaksanaan validasi proses produksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam pelaksanaan
validasi proses produksi :
1.) Spesifikasi bahan baku
2.) Penyiapan peralatan produksi
3.) Penyiapan peralatan pengujian
4.) Penyiapan item penunjang
5.) Kualifikasi ruangan produksi, yang meliputi :
a) Suhu dan kelembaban ruang produksi
b) Jumlah mikroorganisme udara ruang produksi (sebelum kerja)
c) Jumlah mikroorganisme udara ruang produksi (sedang kerja)
6.) Penentuan parameter kritis
a) Dilakukan pada setiap tahapan dalam proses produksi
b) Merupakan parameter yang langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi mutu obat.
7.) Penanganan sampel
Sampel yang dikumpulkan harus diberi penandaan yang jelas dan
ditempatkan pada wadah khusus agar tidak campur-baur.
8.) Pengambilan sampel
Sampel dikumpulkan dari masing-masing tahapan produksi, sesuai
dengan rencana pengambilan sampel yang telah disetujui pada protokol
validasi. Contoh proses pengambilan sampel pada setiap tahap produksi
sediaan tablet.
9.) Tahap pencampuran awal
Pengambilan sampel dilakukan dari 3 titik dalam mesin Super Mixer
sebelum proses granulasi basah, yaitu kiri atas, tengah, dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing sampel sebanyak 10 gram da dimasukkan
kedalam kantong plastic kemudian ditutup rapat.
10.) Tahap pengeringan granul
Pengambilan sampel dilakukan dari 3 titik dalam Fluid Bed Dryer, yaitu
kiri atas, tengah, dan kanan bawah.Pengambilan masing-masing sampel
sebanyak 10 gram dan dimasukkan kedalam kantong plastic kemudian
ditutup rapat.
11.) Tahap pencampuran granul
Pengambilan sampel dilakukan dari 3 titik dalam mesin Drum Mixer
sebelum pencampuran akhir, yaitu kiri atas, tengah, dan kanan
bawah.Pengambilan masing-masing sampel sebanyak 20 gram dan
dimasukkan kedalam kantong plastic kemudian ditutup rapat.
12.) Tahap pencetakan
Pengambilan sampel dilakukan dari 3 titik, yaitu awal, tengah, dan
akhir. Pengambilan masing-masing sampel sebanyak 50 tablet dan
dimasukkan kedalam kantong plastic kemudia ditutup rapat.
13.) Tahap penyalutan
Pengambilan sampel dilakukan dari 3 titik wadah, yaitu kiri atas, tengah,
dan kanan bawah. Pengambilan masing-masing sampel sebanyak 50
tablet dan dimasukan kedala kantong plastic kemudian ditutup rapat.
C. Uraian Bahan
1. Loperamide HCl (Farmakope Indonesia Edisi V)
Nama Resmi : LOPERAMIDA HIDROKLORIDA
Nama Lain : Loperamide Hydrochloride
RM/BM : C29H33CIN22O2HCl/ 513,51
Pemerian : Serbuk; putih sampai agak kuning; melebur pada suhu lebih
kurang 225˚C disertai peruraian.
Kelarutan :Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil alcohol dan
kloroform, sukar larut dalam air dan dalam asam encer.
Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Amylum Maydis (Farmakope Indonesia Edisi V)


Nama Resmi : PATI JAGUNG
Nama Lain : Maize Starch
Pemerian : Serbuk sangat halus; putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai desintegran dalam.
3. PVP (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : POVIDONUM
Nama Lain : Polivinilpirolidon
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau
tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam
kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-
rata; praktis tidak larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pengikat.
4. Laktosa (Farmakope Indonesia Edisi V)
Nama Resmi : LAKTOSA MONOHIDRAT
Nama Lain : Monohydrate Lactose
RM/ BM : C12H24O12/ 360,31
Pemerian : Serbuk putih, mengalir bebas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan; praktis tidak
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pengisi.
5. Air Murni (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : AQUADEMINERALISATA
Nama Lain : Air Demineral
RM/ BM : H2O/ 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai cairan untuk proses granulasi.
6. Talk (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai antiadherent.
7. Magnesium Stearat (Farmakope Indonesia Edisi III)
Nama Resmi : MAGNESII STERAS
Nama Lain : Magnesium Stearat
Pemerian : Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit;
bau lemah khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% P dan dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai lubrikan.
8. Primogel (HOPE Edisi 5)
Nama Resmi : SODIUM STARCH GLYCOLATE
Nama Lain : Primogel
Pemerian : Serbuk yang memiliki laj alir baik, putih sampai agak putih,
tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Larut sebagian di dalam etanol (95%), praktis tidak larut
air.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup baik terhindar dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai desintegran luar.

BAB III
METODE KERJA

A. Pengujian kadar air pada granul


 Alat : Heating Drying Oven
 Caranya :
a. Timbang seksama 5,0 gram granul
b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (1050 C) selama
2 jam
 Perhitungan
𝑊𝑜 − 𝑊1
= 𝑥 100 %
𝑊𝑜
W0 = Bobot granul awal
W1 = Bobot setelah pengeringan
Persyaratan : 2-4 %
B. Homogenitas
 Alat : Sieve Shaker
 Caranya :
a. Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah
tersusun dan ditara
b. Mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat
sieve shaker.
c. Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali dan
dihitung distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)

DISTRIBUSI MESH (%)


PARTIKEL
>500 μm 20 15,2
500 μm – 250 μm 40 25,7
250 μm – 180 μm 60 53,5
<180 μm 80 & 100 5,6

C. Uji Waktu alir dan Sudut Diam


 Alat : corong alat uji waktu alir
 Caranya :
a. timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat
b. uji waktualir dalam keadaan tertutup
c. buka penutupnya biarkan granul mengalir
d. catat waktu (gunakan stopwatch)
e. lakukan sebanyak 3 kali
f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari dan
tinggi dari tumpukan granul setelah metode corong.
g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan
kecepatan alir dari suatu granul tersebut
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>
10 g/detik). Metode sudut diam ini mempunyai nilai α = arc tag h/r, dimana :
α 25-35o = sangat mudah mengalir
α 30-38o = mudah mengalir
α >38o = kurang mengalir
D. Uji Kompresibilitas
 Alat : Jolting Volumeter
 Caranya :
a. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya,
b. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat
uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)
c. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
 Perhitungan :
V0−V500
I= x 100%
V0

Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk
(mL).
Persyaratan : tidak lebih dari 20%.
E. Uji Keseragaman bobot
Caranya :
1) Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi
jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A,
dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
2) Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom B.
Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
Bobot Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %

F. Uji Kekerasan
 Alat : Hardness Tester
 Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness
tester, kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)
Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2
maksimal 10 kg/cm2
G. Uji Kerapuhan
 Alat : Friability Tester.
 Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet
tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.
H. Uji Waktu Hancur
 Alat : Disintegration Tester
 Caranya :
a. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
b. Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam
medium air dengan suhu 37o± 20C.
c. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi
larutan gastrik (gastric fluid).
d. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari
15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit.
Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman,
2007).
I. Uji Disolusi
Alat : Disolution tester
Cara :
 Motor pengaduk diatur dengan kecepatan 50 rpm
 Keranjang baja stainlees berbentuk dayung untuk di tempelkan ke ujung
batang pengaduk .
 Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume
1000 ml, bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan
pengaduk, dan ada lubang tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk
memindahkan sampel dan satu untuk menempatkan thermometer.
 Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
dalam bejana yakni media HCl 0,01 N sebanyak 900 mL.
 Waktu pengujian selama 30 menit.
J. Penetapan kadar

K. Uji kebocoran
Alat : Desikator, vacuum
Cara kerja :
 Blister dimasukkan ke dalam desikator yang telah diisi air yang telah diisi
metilen blue sebagai indikator
 kemudian di vacuum kan.
 Tekanan pada desikator dikurangi, sehingga terdapat kebocoran pada
wadah akan terlihat gelembung udara dan tablet akan berwarna biru karena
metilen blue.
 Jika terjadi kebocoran, maka mesin dihentikan dulu dan dapat
dioperasikan kembali setelah dilakukan perbaikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan. Salah satu validasi yang dilakukan selama proses produksi yaitu
validasi proses. Validasi proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang
didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberikan hasil yang dapat terulang
untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang
ditetapkan sebelumnya.
Validasi proses terbagi menjadi tiga yaitu validasi prospektif dimana
merupakan validasi yang dilakukan untuk produk-produk baru yang belum pernah
diproduksi yang dilakukan di batch pertama, kemudian yang kedua validasi
concurent yaitu validasi yang dilakukan untuk produk yang sudah di produksi atau
sedang berjalan tetapi karena adanya perubahan pada parameter kritis yang dapat
mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk yang dilakukan pada tiga batch berturut
turut, sedangkan untuk validasi retrospektif dilakukan untuk produk produk yang
sudah lama diproduksi yang belum divalidasi namun memerlukan data validasi
untuk data registrasi ulang yang biasanya berasal dari data batch record (minimum
10-20 batch).
Sebelum pelaksanaan validasi proses produksi harus dibuat protokol
validasi yang disetujui oleh QA Manager. Protokol validasi merupakan panduan
untuk melakukan validasi proses pengolahan tablet difasilitas produksi meliputi
pegawasan parameter kritis, pengambilan sampel yang tepat dan pengujian selama
pengolahan. Selama pelaksanaan validasi proses produksi tidak di perbolehkan
untuk melakukan perubahan terhadap protokol yang telah di sertujui oleh QA
Manager. Validasi proses produksi bukan merupakan bagian dari R & D namun
merupakan proses pembuktian yang di susun oleh R & D untuk membuktikan
bahwa proses produksi yang di lakukan sesuai dengan Dokumen proses
pengolahan. Validasi proses produksi ( terutama untuk produk baru ) hanya bisa
dilaksanakan jika hal-hal berikut telah di laksanakan seperti kualfikasi mesin dan
peralatan produksi, kualifkasi sarana penunjang ( AHU, Water system, dan lain-
lain ) dan validasi metode analisis.
Dalam pelaksanaan validasi proses bagian produksi, pemastian mutu dan
penguasan mutu memiliki tanggung jawab masing-masing. Bagian produksi
bertanggung jawab dalam menyusun protokol validasi, memastikan bahwa
peralatan terkait sudah terkualifikasi tersimpan dengan benar, protap yang
digunakan untuk proses betch validasi pengawasan selama proses dan pengambilan
sampel sudah tercantum dalam protokol. Pemastian mutu bertanggung jawab dalam
mengkaji dan menyetujui protokol validasi, pengevaluasi uji stabilitas, menangani
kendala penyimpangan dalam validasi, mengkaji dan memberikan persetujuan serta
pelulusan atas betch validasi. Sedangkan pengawasan mutu bertanggung jawab
dalam melaksanakan pengujian fisika dan kimia yang diperlukan untuk melulusan
produk melakukan pengujian, melakukan pengujian tambahan, menangani hasil uji
diluar spesifikasi (HULS), dan melakukan uji stabilitas.
Dalam hal ini protokol yang dibuat adalah protokol validasi proses tablet
Imodial 2 mg . pada protokol tersebut mencakup komposisi formula, spesifikasi
bahan, perlengkapan peralatan yang digunakan, alur proses, proses pembuatan dan
parameter kritis, sistem penunjang kritis, kondisi ruangan yang digunakan dan pola
pengambilan sampel. Dalam validasi proses tablet imodial 2 mg setiap langkah
proses produksi harus divalidasi mulai dari penimbangan, pembuatan larutan
pengikat, pembuatan fase dalam, proses granulasi basah, pengeringan, pengambilan
contoh, pembuatan fase luar, pencetakan, dan pengemasan.
Dalam melakukan validasi proses pengambilan sampel di kumpulkan dari
masing-masing tahapan produksi sesuai dengan rencana pengambilan sampel yang
telah di setujui pada protokol validasi. Sampel yang di kumpulkan harus di beri
penandaan yang jelas pada wadah khusus agar tidak campur baur. Setelah sampel
pada setiap tahapan proses produksi terkumpul segera di lakukan pengujian.
Seluruh metode pengujian yang di gunakan dalam pengujian harus sudah terbukti
ke handalannya dengan validasi metode analisa. Parameter kritis merupakan
parameter langaung amupun tidak langsung memperngaruhi mutu obat.
Penentuan parameter krtitis di lakukan pada setiap tahapan proses produksi.
Adapun perameter kritis pada proses pengeringan adalah suhu, waktu
pemanasan dan tekanan udara, sedangkan parameter pengujian yang dilakukan
adalah kadar air dan homogenitas. Pada proses pembuatan fase luar parameter
pengujian yang dilkakukan adalah waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas.
Untuk parameter kritis pada proses pencetakan yaitu kecepatan mesin cetak, daya
kompresi, ukuran punch dan dies dan kecepatan pengisian, kemudian untuk
parameter pengujiannya yaitu keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu
hancur, disolusi dan penepatan kadar, sedangkan pada proses pengemasan
parameter krisis yaitu suhu mold, kecepatan kemas dan coding, dengan parameter
pengujian kebocoran blister dan kemasan.
Sistem penunjang kritis seperti sistem tata udara, sisten udara bertekanan
dan sistem pengolahan air hendaklah memenuhi kualifikasi instalasi kualifikasi
instalasi dan kualifikasi kinerja sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Kondisi ruangan
selama proses produksi juga harus tervalidasi seperti ruangan penimbangan,
granulasi, pencetakan dan ruangan pengemasan. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan yaitu kelembaban, suhu, cemaran bakteri diudara dan cemaran bakteri
operasional.
Hasil pegujian dari masing-masing parameter di hitung rata-rata dan
simpangan baku relatifnya utntuk menetukan konsistensi hasil pada setiap batch
dengan menuggnakan analisis variansi satu jalan (ANOVA) untuk menentukan
parameter uji memenuhi persyaratan yang telah di tentukan pada spesifikasi produk
yang bersangkutan. Proses produksi dapat di nyatakan memenuhi persyaratan jika
secara stsatistik menunjukkan konsistensi hasil pada setiap batchnya tidak ada
perbedaan bermakna antar setiap Batch.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yakni LAFIAL melakukan
dokumentasi secara tertulis yakni dokumen prosedur pengolahan induk dan
pengemasan induk serta protokol validasi proses yang mengikuti CPOB 2012 yang
bertujuan untuk menjamin proses produksi berjalan sesuai ketetapan yang berlaku,
mengurangi problem yang bisa terjadi selama proses produksi, memperkecil
kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process). Sehingga bisa dikatakan
bahwa validasi proses yang dilakukan di LAFIAL sudah sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan dari CPOB 2012.
B. Saran
Ada baiknya jika dilakukan perekrutan tenaga apoteker agar kegiatan
produksi obat lebih terjamin sehingga mutu, khasiat, dan keamanan obat yang akan
dihasilkan juga lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah, diterjemahkan


oleh Ibrahim, F., Edisi ke-4. Jakarta, UI Press.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J.L., 1986.Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh Suyatmi, S., Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.

Nugrahani, I, et al. 2005.Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida


Dengan Metode Granulasi Peleburan.Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. II No.
2.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun
2012 Tentang Penerpan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Anda mungkin juga menyukai