Disusun Oleh :
BAB III
METODE KERJA
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk
(mL).
Persyaratan : tidak lebih dari 20%.
E. Uji Keseragaman bobot
Caranya :
1) Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi
jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A,
dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
2) Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom B.
Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
Bobot Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
F. Uji Kekerasan
Alat : Hardness Tester
Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness
tester, kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)
Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2
maksimal 10 kg/cm2
G. Uji Kerapuhan
Alat : Friability Tester.
Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet
tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase
kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.
H. Uji Waktu Hancur
Alat : Disintegration Tester
Caranya :
a. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
b. Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam
medium air dengan suhu 37o± 20C.
c. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi
larutan gastrik (gastric fluid).
d. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari
15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit.
Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman,
2007).
I. Uji Disolusi
Alat : Disolution tester
Cara :
Motor pengaduk diatur dengan kecepatan 50 rpm
Keranjang baja stainlees berbentuk dayung untuk di tempelkan ke ujung
batang pengaduk .
Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume
1000 ml, bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan
pengaduk, dan ada lubang tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk
memindahkan sampel dan satu untuk menempatkan thermometer.
Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
dalam bejana yakni media HCl 0,01 N sebanyak 900 mL.
Waktu pengujian selama 30 menit.
J. Penetapan kadar
K. Uji kebocoran
Alat : Desikator, vacuum
Cara kerja :
Blister dimasukkan ke dalam desikator yang telah diisi air yang telah diisi
metilen blue sebagai indikator
kemudian di vacuum kan.
Tekanan pada desikator dikurangi, sehingga terdapat kebocoran pada
wadah akan terlihat gelembung udara dan tablet akan berwarna biru karena
metilen blue.
Jika terjadi kebocoran, maka mesin dihentikan dulu dan dapat
dioperasikan kembali setelah dilakukan perbaikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan. Salah satu validasi yang dilakukan selama proses produksi yaitu
validasi proses. Validasi proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang
didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberikan hasil yang dapat terulang
untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang
ditetapkan sebelumnya.
Validasi proses terbagi menjadi tiga yaitu validasi prospektif dimana
merupakan validasi yang dilakukan untuk produk-produk baru yang belum pernah
diproduksi yang dilakukan di batch pertama, kemudian yang kedua validasi
concurent yaitu validasi yang dilakukan untuk produk yang sudah di produksi atau
sedang berjalan tetapi karena adanya perubahan pada parameter kritis yang dapat
mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk yang dilakukan pada tiga batch berturut
turut, sedangkan untuk validasi retrospektif dilakukan untuk produk produk yang
sudah lama diproduksi yang belum divalidasi namun memerlukan data validasi
untuk data registrasi ulang yang biasanya berasal dari data batch record (minimum
10-20 batch).
Sebelum pelaksanaan validasi proses produksi harus dibuat protokol
validasi yang disetujui oleh QA Manager. Protokol validasi merupakan panduan
untuk melakukan validasi proses pengolahan tablet difasilitas produksi meliputi
pegawasan parameter kritis, pengambilan sampel yang tepat dan pengujian selama
pengolahan. Selama pelaksanaan validasi proses produksi tidak di perbolehkan
untuk melakukan perubahan terhadap protokol yang telah di sertujui oleh QA
Manager. Validasi proses produksi bukan merupakan bagian dari R & D namun
merupakan proses pembuktian yang di susun oleh R & D untuk membuktikan
bahwa proses produksi yang di lakukan sesuai dengan Dokumen proses
pengolahan. Validasi proses produksi ( terutama untuk produk baru ) hanya bisa
dilaksanakan jika hal-hal berikut telah di laksanakan seperti kualfikasi mesin dan
peralatan produksi, kualifkasi sarana penunjang ( AHU, Water system, dan lain-
lain ) dan validasi metode analisis.
Dalam pelaksanaan validasi proses bagian produksi, pemastian mutu dan
penguasan mutu memiliki tanggung jawab masing-masing. Bagian produksi
bertanggung jawab dalam menyusun protokol validasi, memastikan bahwa
peralatan terkait sudah terkualifikasi tersimpan dengan benar, protap yang
digunakan untuk proses betch validasi pengawasan selama proses dan pengambilan
sampel sudah tercantum dalam protokol. Pemastian mutu bertanggung jawab dalam
mengkaji dan menyetujui protokol validasi, pengevaluasi uji stabilitas, menangani
kendala penyimpangan dalam validasi, mengkaji dan memberikan persetujuan serta
pelulusan atas betch validasi. Sedangkan pengawasan mutu bertanggung jawab
dalam melaksanakan pengujian fisika dan kimia yang diperlukan untuk melulusan
produk melakukan pengujian, melakukan pengujian tambahan, menangani hasil uji
diluar spesifikasi (HULS), dan melakukan uji stabilitas.
Dalam hal ini protokol yang dibuat adalah protokol validasi proses tablet
Imodial 2 mg . pada protokol tersebut mencakup komposisi formula, spesifikasi
bahan, perlengkapan peralatan yang digunakan, alur proses, proses pembuatan dan
parameter kritis, sistem penunjang kritis, kondisi ruangan yang digunakan dan pola
pengambilan sampel. Dalam validasi proses tablet imodial 2 mg setiap langkah
proses produksi harus divalidasi mulai dari penimbangan, pembuatan larutan
pengikat, pembuatan fase dalam, proses granulasi basah, pengeringan, pengambilan
contoh, pembuatan fase luar, pencetakan, dan pengemasan.
Dalam melakukan validasi proses pengambilan sampel di kumpulkan dari
masing-masing tahapan produksi sesuai dengan rencana pengambilan sampel yang
telah di setujui pada protokol validasi. Sampel yang di kumpulkan harus di beri
penandaan yang jelas pada wadah khusus agar tidak campur baur. Setelah sampel
pada setiap tahapan proses produksi terkumpul segera di lakukan pengujian.
Seluruh metode pengujian yang di gunakan dalam pengujian harus sudah terbukti
ke handalannya dengan validasi metode analisa. Parameter kritis merupakan
parameter langaung amupun tidak langsung memperngaruhi mutu obat.
Penentuan parameter krtitis di lakukan pada setiap tahapan proses produksi.
Adapun perameter kritis pada proses pengeringan adalah suhu, waktu
pemanasan dan tekanan udara, sedangkan parameter pengujian yang dilakukan
adalah kadar air dan homogenitas. Pada proses pembuatan fase luar parameter
pengujian yang dilkakukan adalah waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas.
Untuk parameter kritis pada proses pencetakan yaitu kecepatan mesin cetak, daya
kompresi, ukuran punch dan dies dan kecepatan pengisian, kemudian untuk
parameter pengujiannya yaitu keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu
hancur, disolusi dan penepatan kadar, sedangkan pada proses pengemasan
parameter krisis yaitu suhu mold, kecepatan kemas dan coding, dengan parameter
pengujian kebocoran blister dan kemasan.
Sistem penunjang kritis seperti sistem tata udara, sisten udara bertekanan
dan sistem pengolahan air hendaklah memenuhi kualifikasi instalasi kualifikasi
instalasi dan kualifikasi kinerja sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Kondisi ruangan
selama proses produksi juga harus tervalidasi seperti ruangan penimbangan,
granulasi, pencetakan dan ruangan pengemasan. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan yaitu kelembaban, suhu, cemaran bakteri diudara dan cemaran bakteri
operasional.
Hasil pegujian dari masing-masing parameter di hitung rata-rata dan
simpangan baku relatifnya utntuk menetukan konsistensi hasil pada setiap batch
dengan menuggnakan analisis variansi satu jalan (ANOVA) untuk menentukan
parameter uji memenuhi persyaratan yang telah di tentukan pada spesifikasi produk
yang bersangkutan. Proses produksi dapat di nyatakan memenuhi persyaratan jika
secara stsatistik menunjukkan konsistensi hasil pada setiap batchnya tidak ada
perbedaan bermakna antar setiap Batch.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yakni LAFIAL melakukan
dokumentasi secara tertulis yakni dokumen prosedur pengolahan induk dan
pengemasan induk serta protokol validasi proses yang mengikuti CPOB 2012 yang
bertujuan untuk menjamin proses produksi berjalan sesuai ketetapan yang berlaku,
mengurangi problem yang bisa terjadi selama proses produksi, memperkecil
kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process). Sehingga bisa dikatakan
bahwa validasi proses yang dilakukan di LAFIAL sudah sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan dari CPOB 2012.
B. Saran
Ada baiknya jika dilakukan perekrutan tenaga apoteker agar kegiatan
produksi obat lebih terjamin sehingga mutu, khasiat, dan keamanan obat yang akan
dihasilkan juga lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J.L., 1986.Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh Suyatmi, S., Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun
2012 Tentang Penerpan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.