FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI APOTEK AMANDARA
JL. SILIWANGI NO.3 PANCORAN MAS, DEPOK
PERIODE 22 MARET - 31 MARET 2021
Disusun oleh:
LEI\IBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK AMANDARA
JL. SILIWANGI NO.3 PANCORAN MAS, DEPOK
PERIODE 22 MARET-31 MARET 2021
Disusun oleh :
Disctujui olch :
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Amandara yang berlokasi di Jl. Siliwangi No. 3
Pancoran Mas, Depok pada tanggal 22 Maret ─ 31 Maret 2021. PKPA ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi, diharapkan
calon Apoteker memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tugas, fungsi, dan
peran sebagai seorang Apoteker di bidang apotek.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu apt. Retno R. Banuya, S.Si sebagai pembimbing dari
Apotek Amandara, serta kepada Ibu apt. Dra. Wiwi Winarti, M.Si sebagai
pembimbing Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang senantiasa meluangkan
waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan pengetahuan selama kegiatan dan
penyusunan laporan PKPA ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
2. apt. Hesty Utami R,. M.Clin.Pharm., PhD. Selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
3. Seluruh karyawan dari Apotek Amandara yang telah memberikan ilmu, arahan,
dan bantuan selama pelaksanaan PKPA dan dalam pengerjaan laporan
4. Orangtua, saudara, keluarga besar, dan sahabat terkasih yang sudah memberikan
dukungan baik dalam hal doa, motivasi moril maupun materil selama pengerjaan
laporan ini
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan laporan PKPA ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga adanya kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan guna untuk perbaikan di masa yang akan datang.
iii
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan bagi semua pihak khususnya ilmu kefarmasian di bidang apotek.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
B. SUMBER DAYA MANUSIA APOTEK AMANDARA ...................... 41
C. SARANA DAN PRASARANA ............................................................ 42
D. KEGIATAN PENGELOLAAN UMUM .............................................. 43
E. KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK ................................ 53
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................ 56
A. PEMBAHASAN UMUM ...................................................................... 56
B. PEMBAHASAN KHUSUS ................................................................... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 63
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 63
B. SARAN ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64
LAMPIRAN .............................................................................................................. 64
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
I. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Diperlukan suatu upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.
Salah satu sarana kesehatan yang memberikan upaya kesehatan berupa pelayanan
kefarmasian yaitu apotek (1).
Berdasarkan Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek, menyatakan
bahwa definisi Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical
Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan
obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient oriented). Dengan
adanya perubahan tersebut, Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan berkomunikasi dengan pasien agar dapat
memberikan pelayanan yang baik (2).
Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, telah
dikeluarkan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Peraturan ini dijadikan pedoman apoteker dalam
menjalankan profesi di apotek untuk melindungi pasien dan masyarakat dari
pelayanan yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien dan untuk
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian. Adapun standard pelayanan
1
2
B. TUJUAN PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila yang bekerja sama dengan Apotek Amandara
bertujuan untuk:
1. Memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek,
serta melakukan praktik pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan etika yang berlaku
2. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis
untuk melakukan praktik kefarmasian di apotek
3. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktik kefarmasian
C. MANFAAT PKPA
Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada calon Apoteker agar :
1. Mahasiswa PKPA dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman
mengenai, tugas dan tanggung jawab apoteker di apotek
2. Mahasiswa PKPA dapat meningkatkan pemahaman serta mengetahui secara
langsung mengenai penerapan ilmu yang telah diperoleh yang berkaitan
dengan praktik kefarmasian di apotek
II. BAB II
TINJAUAN UMUM
A. APOTEK
1. Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Apotek merupakan
salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian tempat dilaksanakanya pekerjaan
kefarmasian (4). Definisi Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SK/X/2002 adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat (6), sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker (2).
Pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu hidup
pasien, sedangkan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (3).
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Apotek, Apoteker
mengacu pada beberapa peraturan salah satunya Peraturan Menteri Kesehatan
No. 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek,
pengaturan standar pelayanan kefarmasian di Apotek bertujuan untuk : (3)
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016, Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar : (3)
3
4
Apoteker.
4) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik.
5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi (5)
c. Surat Izin Pengelola Apotek
Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan atau Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Apoteker
mengajukan permohonan SIPA sebagaimana menggunakan formulir 1
SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian, dengan melampirkan:
1) Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli
2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi dengan
menggunakan contoh formulir 4 atau surat keterangan dari pimpinan
fasilitas pelayanan kefarmasian.
3) Surat persetujuan dari atasan langsung bagi Apoteker yang akan
melaksanakan pekerjaan kefarmasian di fasilitas kefarmasian.
4) Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
5) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.
6) Kepala Dinas Kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) kabupaten/kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap.
6. Perubahan Izin
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek,
setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus dilakukan
perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama
atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA,
atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada
10
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan (3). Pengadaan Obat oleh Apotek harus bersumber dari Industri
Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi, sedangkan pengadaan Bahan Obat
oleh Apotek hanya dapat bersumber dari Pedagang Besar Farmasi.
Pengadaan Obat dan Bahan Obat dari Indutstri Farmasi atau Pedagang
Besar Farmasi harus dilengkapi dengan Surat Pesanan. Surat Pesanan
dapat dilakukan dengan menggunakan sistem elektronik atau dibuat secara
manual (7).
Arsip surat pesanan harus disimpan sekurang-kurangnya selama 5
tahun berdasarkan tanggal dan nomor urut Surat Pesanan. Faktur
pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang harus disimpan Bersatu
dengan Arsip Surat Pesanan, dimana seluruh arip harus mampu telusur dan
dapat ditunjukan pada saat diperlukan (7).
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (3). Penerimaan Obat dan
Bahan Obat harus berdasarkan Faktur pembelian dan/atau Surat
Pengiriman Barang yang sah, diamana penerimaan obat dan bahan obat
harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab atau dapat
didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker
Penanggung Jawab (7).
Pada saat penerimaan, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus
melakukan pemeriksaan : (7)
1) Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan
baik
2) Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan Obat, isi kemasan antara
arsip Surat Pesanan (SP) / Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) dengan Obat/Bahan Obat yang diterima
13
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi
konseling : (3)
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan menggunakan Formulir Konseling (3).
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
20
Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu
tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak
diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
4) Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi
5) Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
6) Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan
terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
7) Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat dengan
menggunakan Formulir PTO.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis. Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat
antara lain :
1) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
2) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
dengan menggunakan Formulir MESO.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
22
Bangunan Apotek paling sedikit harus memiliki sarana ruang dengan fungsi
tertentu agar dapat memenuhi persyaratan pendirian Apotek, dimana ruang
tersebut antara lain : (2,3)
1. Ruang penerimaan
Resep Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan label
Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu dan kartu suhu.
25
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas : (2)
1. Instalasi air bersih
2. Instalasi listrik
3. Sistem tata udara
4. Sistem proteksi kebakaran
Prasarana Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian antara lain meliputi rak obat, alat peracikan,
bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputerm sistem
pencatatan mutase obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan. Formulir pencatatan pengobatan pasien merupakan
catatan mengenai Riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan
atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan Apoteker yang diberikan
kepada pasien (2).
Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan khusus yang
bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam,
dengan tulisan, sebagai berikut:
4. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam
dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh
garis tepi. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras digunakan secara
parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain
28
dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam
kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang
ditetapkan sebagai obat keras melalui Kepmenkes RI. Contoh: amoksisilin,
Captopril, Erithromycin dan lain-lain.
5. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (7). Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuatmengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : lisergida dan
meskalina.
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan
metamfetamin.
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta 22 mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
amobarbital, pentobarbital dan pentazonia.
d. Psikotropika golongan IV
29
6. Obat Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2015, narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Obat narkotika memiliki tanda berupa lambang
medali berwarna merah. Narkotika dibagi 3 golongan yaitu:
a. Narkotika golongan 1
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
yang sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: ganja,
papaversomniverum, cocain (Erythroxylon coca), opium mentah, opium
masak, heroin, Etorfin, dan lain-lain.
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan dalam pilihan
terakhir dan akan digunakan dalam terapi atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contoh: fentamil, morfin, petidin, tebaina, tebakon, ekgonina, dan lain-
lain.
c. Narkotika golongan III
30
7. Obat Generik
Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan Internasional Non Proprietary
Name (INN) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain itu obat
generik dapat juga merupakan obat yang telah habis masa patennya, sehingga
dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar
royalti. Ada dua jenis obat generik yaitu obat generik bermerek dagang dan
obat generik berlogoyang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya.
Kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik pada
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan.
4. Pencatatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015, dinyatakan bahwa Apotek wajib membuat pencatatan
pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi. Pencatatan paling sedikit terdiri atas (9):
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi
b. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan
f. Jumlah yang disalurkan/diserahkan
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan
h. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk Seluruh dokumen pencatatan,
dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen
penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga)
tahun.
5. Pelaporan
Apotek wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai
setempat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Pelaporan paling sedikit terdiri atas (9):
34
6. Pemusnahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015, dinyatakan bahwa pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat diolah kembali
b. Telah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa
penggunaan
d. Dibatalkan izin edarnya
e. Berhubungan dengan tindak pidana
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus
dilakukan dengan tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan
kesehatan masyarakat. Pemusnahan dilakukan dengan tahapan yaitu
penanggung jawab Apotek menyampaikan surat pemberitahuan dan
permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat serta harus membuat
Berita Acara Pemusnahan yang dibuat sebanyak tiga rangkap. Berita Acara
Pemusnahan yang paling sedikit memuat:
a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
b. Tempat pemusnahan
c. Nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktek perorangan
d. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut
37
c. Tanda LASA pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar
sehingga mudah terlihat.
d. Bila perlu disimpan didalam lemari pendingin, maka diusahakan
dimasukan kedalam lemari pendingin yang terpisah.
III. BAB III
TINJAUAN KHUSUS
41
42
3. TTK: 4
4. Kebersihan: 1
5. Keamanan: 1
c. Contoh lain selain EMOS, pembelian dengan aplikasi juga berlaku untuk
produk – produk yang didistribusikan oleh PT.AAM (Anugrah Argon
Medica) seperti produk bebas, produk ethical hingga produk alat kesehatan
dengan aplikasi iPOS. Semua dapat dilakukan secara cepat, tepat dan
akurat serta dapat diakses 24 jam sehari dalam seminggu. Fitur dari
aplikasi iPOS antara lain membuat order kapan dan dimanapun, cek stok,
cek harga terupdate, cek diskon/bonus, cek status order dan melihat profile
pelanggan.
d. Distributor APL (Anugerah Pharmindo Lestari) juga memiliki aplikasi
dengan nama eZRx yang dapat diakses untuk melakukan pengecekan stok
obat, melakukan pemesanan obat, mengecek status pemesanan obat yang
telah dilakukan. Aplikasi eZRx juga dapat diakses secara cepat, tepat dan
akurat selama 24 jam sehari dalam seminggu
e. Selain aplikasi yang dimiliki dari masing-masing distributor, terdapat
aplikasi lain yaitu Swipe RX untuk melakukan pemesanan obat-obatan
yang berasal dari beberapa supplier. Swipe RX ini berperan sebagai pihak
ke 3 yang menghubungkan Apotek dengan beberapa distributor.
f. Untuk pemesanan obat OOT dan psikotropika, di Apotek Amandara
biasanya memesan pada PBF tertentu seperti:
1) PT. Anugrah Argon Medica (AAM): Stesolid tablet dan stesolid rektal
2) PT. Bina San Prima (BSP): Valisanbe 2 mg dan 5 mg tablet
3) PT. Tiara Kencana: Merlopam tablet, Hexymer tablet
Selain pengadaan berkala (repeat order), Apotek juga dapat
melakukan kerjasama dengan distributor dalam bentuk system konsinyasi.
Sistem ini umumnya digunakan untuk produk baru dan hanya bisa
dilakukan dalam satu kali periode. Umumnya pada system ini, pihak
distributor akan meletakkan produk baru di Apotek dengan system jatuh
tempo. Jika barang yang terjual dianggap laku oleh Apotek maka
pengadaan berikutnya dilakukan menggunakan system repear order atau
pembelian berkala seperti pada umumnya. Jika barang tidak laku terjual
46
hingga waktu jatuh tempo maka bentuk kerjasama dapat dibatalkan dan
tidak dilanjutkan dengan pengadaan berkala.
3. Penerimaan
Proses penerimaan yang dilakukan setiap harinya pada Apotek Amandara
adalah sebagai berikut:
a. Sediaan farmasi yang dipesan telah datang, dilakukan proses penerimaan
dan pemeriksaan barang oleh TTK. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
nama produk, kemasan, jumlah barang, expired date, nomor batch serta
kesesuaian antara faktur dan surat pesanan.
b. Faktur asli diserahkan kembali ke pengantar barang sebagai dokumen
untuk penagihan, sedangkan salinan faktur disimpan oleh bagian
penerimaan untuk pembelian dengan kredit. Untuk pembelian langsung,
faktur langsung diserahkan ke Apotek.
c. Faktur dan salinan faktur dicatat ke dalam buku penerimaan barang dan
buku pembayaran. Untuk salinan faktur akan diberikan ke bagian
administrasi, untuk dicatat besarnya jumlah kredit yang harus dibayarkan
serta jangka waktu pembayaran. APA memasukkan data perubahan harga
di komputer setelah mendapatkan informasi dari TTK
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat pada rak obat dipisahkan berdasarkan nama dagang dan
generik disusun secara alfabetis, farmakologi (Hipertensi, Diabetes dan
kardiovaskular lainnya), bentuk sediaan (sediaan solid, semi solid, larutan),
dan stabilitas suhu. Sistem yang digunakan dalam penyimpanan barang atau
obat dan perbekalan farmasi adalah sistem FEFO (First Expired First Out)
artinya obat yang mendekati waktu kadaluarsa yang dikeluarkan terlebih
dahulu, sehingga kecil kemungkinan terjadinya obat rusak atau kadaluarsa dan
FIFO (First In First Out) artinya obat yang masuk lebih dulu harus segera
dikeluarkan/digunakan. Setiap jenis obat yang akan disimpan disertai dengan
kartu stok untuk mencatat mutasinya.
47
6. Pelayanan Resep
Jumlah resep rata – rata perhari di Apotek Amandara 15 sampai dengan 30
resep, setiap pelayanan yang dikerjakan oleh TTK Apotek Amandara sudah
baik, untuk obat dengan resep misalnya, pelayanannya dilakukan secara
menyeluruh dari awal penerimaan resep dari pasien sampai penyerahan obat
disertai informasinya. Pembelian obat dengan resep dapat melakukan
pembayaran secara tunai, dengan kartu kredit maupun debit. Alurnya adalah:
a. Apoteker atau TTK menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa
kelengkapan administratifnya oleh TTK dan diberikan estimasi harga
harga.
b. Setelah pasien setuju, akan langsung membayar pada TTK. Setiap
penjualan resep TTK akan menginput ke komputer alamat dan nomor
telepon pasien untuk disimpan sebagai histori pembelian.
c. Resep dibawa kebagian peracikan untuk dikerjakan oleh TTK. Obat yang
telah selesai dibuat, diberi etiket kemudian diperiksa oleh Apoteker baik
nama obat, bentuk sediaan, nama pasien, aturan pakai dan jumlah obat.
Obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi tentang obat
yang diterimanya resep disimpan sebagai arsip
Untuk pelayanan resep narkotika, psikotropika dan obat-obat tertentu,
Apotek Amandara hanya melayani resep asli dari dokter atau salinan resep
yang berasal dari Apotek Amandara yang belum dilayani. Apotek tidak
melayani pembelian obat narkotika tanpa resep. Pelayanan resep narkotika
hanya berlaku untuk resep dari dokter dengan alamat wilayah setempat.
Pelayanan narkotika dalam jumlah besar hanya dilayani jika menggunakan
52
surat pesanan yang mencantumkan nama, alamat, dan tanda tangan dokter dari
rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya. Obat narkotika, obat psikotropika
yang dikeluarkan langsung dicatat pada kartu stok dan nantinya akan
dimasukkan ke dalam buku harian obat narkotika, obat psikotropika untuk
pembuatan laporan penggunaan obat – obatan tersebut.
7. Pengendalian
Pengendalian di Apotek Amandara dilakukan menggunakan kartu stok baik
dengan cara manual (kartu stok yang berada pada rak-rak penyimpanan obat)
atau elektronik yang menggunakan sistem komputer. Komputer yang
digunakan berjumlah 3 yang terdapat di ruang penjualan dan ruang Apoteker
Pemilik Apotek. Stok opname dilakukan setiap seminggu atau sebulan sekali,
untuk stock opname dalam skala besar dilakukan setahun sekali.
9. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
4. Konseling
Konseling yang dilakukan oleh Apoteker di Apotek Amandara dilakukan
ketika Apoteker menyerahkan obat kepada pasien/keluarga pasien yang
meliputi proses interaksi antara Apoteker dengan pasien atau keluarga pasien
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan Three Prime Questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami obat yang digunakan.
IV. BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN UMUM
Apotek menurut PP Nomor 51 Tahun 2009 mempunyai definisi yaitu Sarana
Pelayanan Kefarmasian tempat dilakukannya praktek Kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek dituntut untuk menyediakan informasi mengenai penggunaan obat yang
tepat, aman, dan rasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengobatan (Medication
Error).
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Amandara
yang berlokasi di Jl. Siliwangi No.3 Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, pada
tanggal 22 s/d 31 Maret 2021. Jadwal untuk praktek dibagi menjadi 2 shift, yakni
shift pagi (pukul 08.00 – 14.00 WIB) dan shift siang (pukul 14.00 – 21.00 WIB).
Apotek ini merupakan apotek milik perseorangan yang dipimpin oleh seorang
Apoteker yang juga sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yaitu apt. Retno R.
Banuya, S.Si. Apotek Amandara telah memiliki sistem yang dapat memantau stok
obat yang tersedia di Apotek, pada sistem juga dapat menampilkan harga obat
sehingga memudahkan kasir dalam melayani pasien, serta untuk stok obat dapat
langsung dipotong setiap transaksi dilakukan, sehingga dapat ditelusuri apabila
ada selisih antara stok barang dengan stok di komputer dan dapat membantu
manajemen di Apotek Amandara.
Peran Apoteker sangat diperlukan di Apotek Amandara yakni sebagai
pengawas dan pengelola dari setiap kegiatan di Apotek sehingga terjaminnya
pelayanan yang bermutu dan tersedianya obat-obatan yang dibutuhkan
masyarakat secara lengkap. Dibantu dengan Tenaga Teknis Kefarmasian yang
melayani dengan ramah dan sigap, menjadikan Apotek Amandara profesional dan
menjadi pilihan yang tepat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
56
57
B. PEMBAHASAN KHUSUS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Keshatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016,
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
Apotek dikelola oleh APA sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Perencanaan adalah tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sesuai kebutuhan.
Perencanaan dilaksanakan dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan
perkiraan jenis dan jumlah yang mendekati kebutuhan, meningkatkan
58
beberapa kriteria untuk PBF tersebut yaitu kualitas barang yang baik, jangka
waktu pembayaran yang panjang, pelayanan yang baik, lead time singkat,
ketepatan waktu pengantaran barang, jaminan ketersediaan barang, dan
pertimbangan adanya potongan harga ataupun bonus. Untuk pengadaan obat
narkotika, psikotropika, serta precursor, dilakukan dengan membuat Surat
Pesanan (SP) khusus yang berisi nama dan alamat dari Apoteker Pengelola
Apotek (APA), nama dan alamat Apotek, serta nama perusahaan dan alamat
tempat distributor, jenis, nama dan jumlah obat yang dipesan. Surat Pesanan
(SP) juga harus mencantumkan tanda tangan APA beserta nomor SIPA dan
kemudian distempel Apotek. Untuk SP obat narkotika hanya boleh mencakup
satu jenis atau satu item obat saja dengan 4 (empat) rangkap dimana 3 (tiga)
rangkap diberikan kepada pihak distributor dan 1 (satu) rangkap lainnya
menjadi arsip Apotek. Sedangkan, untuk psikotropika maupun prekursor
farmasi, dapat mencakup lebih dari 1 (satu) jenis atau item obat dalam Surat
Pesanan yang sama, dan hanya membutuhkan 2 (dua) rangkap, dimana 1 (satu)
rangkap untuk distributor dan 1 (satu) rangkap lainnya untuk arsip Apotek.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian fisik yang
diterima dengan faktur. Dalam kegiatan penerimaan barang, hal yang harus
dilakukan pertama yaitu mengecek buku pemesanan barang untuk
memastikan bahwa barang yang datang tersebut memang dipesan oleh Apotek
Amandara. Selanjutnya, barang yang datang tersebut dicek keseuaiannya
dengan yang tertera di faktur, meliputi nama obat, jenis, jumlah, nomor bets,
serta tanggal kadaluwarsa obat. Setelah semuanya sesuai, maka faktur ditanda
tangani oleh penerima barang dengan mencantumkan nama penerima, tanggal
diterima, beserta stempel Apotek. Faktur tersebut kemudian dicatat di buku
penerimaan barang dan di buku pembayaran, untuk buku penerimaan barang
mencakup nomor karcis, tanggal penerimaan, nomor faktur, nama distributor,
nama beserta jumlah barang, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, dan besaran
diskon yang diperoleh. Sedangkan untuk buku pembayaran hanya mencakup
nomor karcis, tanggal penerimaan, nomor faktur, nama distributor dan jumlah
yang harus dibayarkan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan saat tanggal
60
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selama menjalankan PKPA di Apotek Amandara, maka beberapa hal yang dapat
di simpulkan diantaranya yaitu :
1. Mahasiswa memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam
pengelolaan apotek diantaranya sebagai manager, retailer, dan menjalankan
pelayanan farmasi klinis sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman secara praktik, wawasan dan
pengetahuan, serta keterampilan dalam menjalankan peran apoteker di
apotek.
3. Mahasiswa memahami kondisi nyata terkait permasalahan yang terjadi dalam
menjalankan praktik kefarmasian di apotek dan memahami strategi yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah terkait.
B. SARAN
1. Sebaiknya menyediakan kotak untuk keluhan pelanggan untuk mengetahui
saran dan kritik dari pelanggan sebagai evaluasi dan pengembangan mutu
pelayanan di apotek.
2. Sebaiknya informasi harga perlu disediakan untuk barang-barang yang ada di
rak obat bebas atau OTC (Over The Counter) untuk mempermudah konsumen
saat melakukan pembelian obat.
3. Sebaiknya pelayanan farmasi klinis seperti konseling, monitoring efek
samping obat, dan pemantauan terapi obat pada pasien dapat ditingkatkan
untuk mendapatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan di apotek serta
meningkatkan mutu pelayanan dari apotek.
63
DAFTAR PUSTAKA
64
Lampiran 1. Denah dan Bangunan Apotek Amandara
65
Lampiran 2. Tampilan Apotek Amandara
66
Lampiran 3. Ruang Tunggu Pelanggan
67
Lampiran 4. Penyimpanan Obat Ethical
68
Lampiran 5. Tempat Penyimpanan Obat Generik
69
Lampiran 6. Penyimpanan Narkotik dan Psikotropik
70
Lampiran 7. Blanko Etiket
71
Lampiran 8. SOP Penyerahan Obat
72
Lampiran 9. Blanko Salinan Resep
73
Lampiran 10. Surat Pesanan OOT
74
Lampiran 11. Surat Pesanan Prekursor Farmasi
75
Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Non Narkotik,Psikotropika,OOT, dan Prekursor
76
Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Resep
77
78
Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Obat
79
Lampiran 15. Berita Acara Pemusnahan Obat Narkotika dan Psikotropika
80
Lampiran 16. Tugas Khusus 1
81
Lampiran 17. Tugas Khusus 2
82