Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA 319 METRO

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

AMALIA, S.Farm
3351201061

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunianya-Nya penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan periode April
2021 di Apotek Kimia Farma NO.319 Metro Bandung. Dalam penulisan laporan
ini penulis menyadari bahwa segala usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan
laporan ini banyak mendapat bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerja sama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terimakasih disampaikan kepada :
1. Apotek Kimia Farma 319 Metro Bandung, selaku Instansi tempat PKPA
dilaksanakan.
2. Ibu Prof. Dr. apt. Afifah B.Sutjiatmo, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Dr. apt. Sri Wahyuningsih, M.Si., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Dra. apt. Ambarsundari, M.M., selaku Koordinator Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) bidang Apotek.
5. Bapak Drs. apt. Hermanta Tarigan, M.Si., selaku Manager Bisnis Bandung
yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKPA secara online
di Apotek Kimia Farma Bandung.
6. Ibu apt. Ina Siti Solihah, S.Si., selaku pembimbing PKPA di Apotek Kimia
Farma 319 Metro Bandung, yang senantiasa memberikan pengarahan,
bimbingan serta segala bantuannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
7. Ibu apt. Suci Narvika Sari, S.Si., M.Si., selaku pembimbing PKPA dari
Universitas Jendral Achmad Yani, yang senantiasa memberikan pengarahan,
bimbingan serta segala bantuannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
9. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberikan perhatian, kasih
sayang, doa yang tulus serta bantuannya, baik moril maupun materil selama
ini.
10. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker angkatan XXX, Fakultas
Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah bersama-sama
berjuang menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
dan ketidak sempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Cimahi, April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek 2
1.3 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek 2
BAB II PELAKSANAAN PKPA................................................................................3
2.1 Tinjauan Apotek Kimia Farma 319 Metro 3
2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP 4
2.3 Pelayanan Farmasi Klinik 14
BAB III TUGAS KHUSUS ANALISA SWOT.........................................................20
3.1 Judul Tugas Khusus 20
3.2 Latar Belakang 20
3.3 Tinjauan Pustaka20
3.4 Hasil dan Pembahasan 22
3.5 Kesimpulan 32
3.6 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33
LAMPIRAN................................................................................................................ 34

3
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III.1 Luas Wilayah menurut kelurahan di Kecamatan Rancasari


Bandung tahun 2019................................................................................23
III.2 Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Rancasari Bandung Semester II 2019..................................24
III.3 Jumlah Pasar menurut jenis per Kelurahan..............................................25
III.4 Daftar Rumah Sakit Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma
319 Metro.................................................................................................26
III.5 Daftar Apotek Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma 319
Metro........................................................................................................27
III.6 Daftar Klinik Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma 319
Metro........................................................................................................28
III.7 Daftar Dokter Praktek Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia
Farma 319 Metro...................................................................................29
III.8 Potensi strategis Apotek Kimia Farma 319 Metro...................................31

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

III.1 Peta Kecamatan Rancasari Bandung....................................................... 22


III.2 Apotek Kimia Farma 319 Metro Radius 2 km………………................ 25
III.3 Lanjutan Gambar 3.2………………………………………............................. 26
III.4 Peta daftar Rumah Sakit Pada Radius 2 km dari Apotek
Kimia Farma 319 Metro.......................................................................... 27
III.5 Peta Daftar Apotek Pada Radius 2 km dari apotek Kimia
Farma 319 Metro..................................................................................... 28
III.6 Peta Daftar Klinik Pada Radius 2 km dari apotek Kimia
Farma 319 Metro.....................................................................................29
III.7 Peta Daftar Dokter Praktek Pada Radius 2 km dari apotek Kimia
Farma 319 Metro.....................................................................................29
II.1 Apotek Kimia Farma 319 Metro............................................................. 34
II.2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 319 Metro............................. 35
II.3 Blanko surat pesanan Narkotika.............................................................. 36
II.4 Blanko surat pesanan Psikotropika......................................................... 37
II.5 Blanko surat pesanan Prekursor Farmasi................................................ 38
II.6 Blanko Pengambilan / pengantaran obat ................................................ 39
II.7 Swalayan farmasi Apotek Kimia Farma 319 Metro ............................... 40
II.8 Rak penyimpanan obat ........................................................................... 41
II.9 Denah apotek 319 Metro......................................................................... 42

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. APOTEK KIMIA FARMA 319 METRO.................................................... 34

2. STRUKTUR ORGANISASI...................................................................... 35

3. BLANKO SURAT PESANAN NARKOTIKA........................................... 36

4. BLANKO SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA..................................... 37

5. BLANKO SURAT PESANAN PREKURSOR FARMASI........................ 38

6. BLANKO PENGAMBILAN / PENGANTARAN OBAT ......................... 39


7. SWALAYAN FARMASI............................................................................ 40

8. RAK PENYIMPANAN OBAT................................................................... 41

9. DENAH APOTEK 319 METRO…………………………………………....42

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian adalah merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan. Salah
satu sarana pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut adalah di Apotek.
Adapun yang berwenang dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek
adalah tenaga kefarmasian yang terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian (Depkes RI, 2009).

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan
kefarmasian di Apotek terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik.
Apotek berfungsi sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang
aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau oleh masyarakat. Apotek juga
berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang
benar tentang obat sehingga mendukung upaya penggunaan obat yang rasional.
Selain sebagai tempat pengabdian Apoteker, Apotek juga berperan sebagai lahan
bisnis, yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan, oleh
karena itu, seorang Apoteker perlu mengetahui konsep manajemen dan bisnis di
Apotek.

Pelayanan kefarmasian yang awalnya hanya berfokus kepada pengelolaan obat


(drug oriented) kemudian berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan obat dan pelayanan kepada pasien (patient oriented) yang bertujuan
kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Pharmaceutical care
merupakan suatu bentuk pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada
pasien guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Perubahan paradigma tersebut
menuntut peran profesionalisme Apoteker sebagai salah satu pelaksana pelayanan
kesehatan. Apoteker bertanggungjawab dalam menjamin pasien mendapatkan
pengobatan yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Oleh karena
itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan tentang ilmu kefarmasian di apotek.

Oleh karena itu Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas
Jenderal Achmad Yani, bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek Manager
Bisnis Bandung menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
Program PKPA di apotek, khususnya Apotek Kimia Farma 319 Metro Bandung,
diharapkan lahir apoteker yang mampu memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat mengenai obat, sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat.
Dengan tersedianya tenaga kefarmasian yang kompeten, diharapkan dapat
menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek adalah :
1. Meningkatkan pemahaman bagi calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk mempelajari strategi dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan, pengelolaan
dan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.

1.3 Waktu dan Tempat Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek


Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai 30 April
2021 secara online dan dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 319 Metro
Bandung, yang terletak di Jalan Venus Raya No. 27 Bandung.

2
BAB II
PELAKSANAAN PKPA

2.1 Tinjauan Apotek Kimia Farma 319 Metro


Apotek Kimia Farma 319 Metro Bandung merupakan salah satu unit usaha dari PT.
Kimia Farma yang dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yang
bertanggung jawab langsung ke Bussines Manager (BM) Bandung dan bertanggung
jawab terhadap pengembangan serta kelangsungan hidup Apotek.

2.1.1 Lokasi Apotek Kimia Farma 319 Metro


Apotek Kimia Farma 319 Metro berlokasi di Jalan Venus Raya No. 27 Bandung.
Apotek Kimia Farma 319 Metro, terletak di kecamatan Rancasari kota Bandung.
memiliki tempat praktek dokter umum dan dokter gigi. Waktu praktek dokter di
Apotek Kimia Farma 319 Metro, dimulai dari hari Senin sampai Jum’at, praktek pagi
dimulai jam 08.00 – 12.00 WIB dan praktek sore dimulai jam 16.00 – 18.30 WIB.
Untuk hari Sabtu hanya ada praktek pagi saja. Waktu pelayanan di Apotek Kimia
Farma 319 Metro dimulai dari jam 07.00-22.00 WIB, yang terdiri dari 2 (dua) shift
jam kerja yaitu shift pagi dimulai jam 07.00-15.00 WIB dan shift sore dimulai jam
15.00-22.00 WIB. Di masa pandemi ini terjadi perubahan shift kerja menjadi, shift
pagi dimulai jam 08.00-15.00 WIB dan shift sore dimulai jam 15.00-21.00 WIB.
Gambar tampak depan Apotek KF 319 Metro ada di lampiran 1 dan untuk denah
apotek ada pada lampiran 9.

2.1.2 Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian. Sumber daya manusia di Apotek Kimia Farma 319 Metro
terdiri atas 1 (satu) orang Apoteker Penanggung Jawab (APJ), 1 (satu) orang
Apoteker Pendamping, dan 3 (tiga) orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang
masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap pengadaan obat, pelayanan
kepada pasien dan bagian Merchandise. Syarat Apoteker di Apotek Kimia Farma
wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), sertifikat kompetensi yang
masih berlaku (SERKOM), Ijazah Apoteker dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi, Sumpah Apoteker dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Untuk TTK
terdiri dari D3 dan S1 farmasi yang wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga
Teknis Kefarmasian (STRTTK), Ijazah, Sumpah AA dan Surat Izin Kerja Tenaga
Teknis Kefarmasian (SIKTTK).

Tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian adalah :


1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertindak sebagai manajer Apotek pelayanan
yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, pengorganisasian, memimpin
dan mengawasi jalannya Apotek.
2. Apoteker Pendamping (Aping)
Apoteker Pendamping (Aping) bertanggungjawab terhadap tugas pelayanan obat,

3
memberi konsultasi, informasi, dan edukasi kepada pasien berkaitan dengan
pengobatan berdasarkan resep dokter maupun swamedikasi.
3. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) bertangungjawab melayani konsumen dengan
ramah dan santun, pengaturan, penyusunan obat, penerimaan resep dan peracikan,
pembuatan kwitansi dan salinan resep, memeriksa kebenaran obat, pencatatan
masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang, membuat faktur penjualan
resep, resep kredit dari instalasi yang telah disepakati, mengatur administrasi
kas/bank dengan data berupa kas masuk dan kas keluar outputnya berupa laporan
kas/bank, membuat laporan manajerial dengan input data berupa rekaptulasi
penjualan, pembelian dan biaya, sedangkan outputnya berupa laporan triwulan,
semester, dan laporan akhir tahun. Contoh Struktur organisasi Apotek KF 319
Metro tercantum pada lampiran 2.

2.1.3 Pelayanan Kefarmasian


Menurut Permenkes No 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi 2 kegiatan yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan perbekalan farmasi seperti sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi
klinik. Kegiatan tersebut harus di dukung oleh sumber daya manusia dan sarana
prasarana (Kemenkes RI, 2016).

2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


2.2.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
dengan jumlah, jenis, dan waktu yang tepat. Tujuan perencanaan adalah
mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai
kebutuhan, menghindari terjadinya kekosongan atau penumpukan obat,
menyesuaikan kondisi ruangan penyimpanan dengan persediaan barang. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, dalam membuat perencanaan pengadaan perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat (Kemenkes RI,
2016).

i) Pola Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi sediaan farmasi. Metode ini sering
dijadikan perkiraan yang paling tepat dalam perencanaan sediaan farmasi. Metode
konsumsi menggunakan data dari konsumsi periode sebelumnya dengan penyesuaian
yang dibutuhkan. Perencanaan jenis sediaan farmasi yang akan diadakan dengan
menggunakan metode konsumsi didasarkan atas Analisis Pareto. Perencanaan
dengan metode Analisa Pareto diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pareto A yaitu 15-20% dari jumlah barang yang berkontribusi sebesar 80% dari
nilai omzet.
b. Pareto B yaitu 20-25% dari jumlah barang yang berkontribusi sebesar 15% dari
nilai omzet.
c. Pareto C yaitu 50-60% dari jumlah barang yang berkontribusi sebesar 5% dari
nilai omzet

4
Sediaan farmasi yang termasuk Pareto C ini memiliki kontribusi yang kecil terhadap
omzet, maka dari itu pada proses pengadaan, pareto A dan B selalu dipriotitaskan
terlebih dahulu. Metode ini dapat memberikan keuntungan karena perputaran barang
menjadi lebih cepat, sehingga modal dan keuntungan tidak terlalu lama berwujud
barang. Selain itu, juga dapat mengurangi resiko penumpukan barang serta obat
kadaluarsa, mencegah terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving dan
meminimalkan penolakan resep. Selain merencanakan jenis sediaan farmasi yang
akan diadakan, jumlah sediaan farmasi yang akan diadakan juga harus terencana
dengan baik. Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa data
konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya ditambah stok penyangga (buffer
stock), stok waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa stok. Buffer stock
dapat mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan
jumlah kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa). Jumlah buffer stock
bervariasi antara 10% sampai 20% dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Klinik.
Sedangkan stok lead time adalah stok obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu
sejak obat dipesan sampai obat diterima (Kemenkes RI, 2019).

ii) Metode Morbiditas (Pola Penyakit)


Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Metode morbiditas memperkirakan keperluan obat tertentu berdasarkan dari jumlah,
kejadian penyakit dan mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk penyakit
tertentu. Pada praktiknya, penggunaan metode morbiditas untuk penyusunan rencana
kebutuhan obat di Apotek jarang diterapkan karena keterbatasan data terkait pola
penyakit (Kemenkes RI, 2019).

Untuk metode perencanaan di Apotek Kimia Farma 319 Metro menggunakan


metode:
a. Metode Konsumsi yaitu menggunakan data history penjualan dari barang yang
sudah terjual pada periode sebelumnya. Metode konsumsi didasarkan pada data
konsumsi sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat
dalam perencanaan sediaan farmasi. Perencanaan berdasarkan data penjualan
dilakukan dengan melihat data penjualan barang pada periode 90 hari
sebelumnya, untuk perencanaan pengadaan barang selanjutnya.
b. Sistem penolakan di Apotek Kimia Farma 319 Metro dilakukan dengan cara
penolakan menggunakan sistem yang ada di POS, yaitu jika pasien akan membeli
obat, tetapi
c. persediaan obat kosong, maka langsung dilakukan penolakan obat dengan cara,
mengklik nama obat kemudian jumlah obat yang dibeli lalu klik tolak semua.
Apabila terdapat obat dengan komposisi yang sama maka dapat direkomendasikan
kepada pasien, jika tidak ada obat yang sama maka terjadi penolakan obat.
d. Analisis Pareto (Sistem ABC) merupakan metode penggolongan berdasarkan
peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga nilai terendah. Pareto berisi daftar barang
yang terjual yang memberikan konstribusi terhadap omzet, yang disusun
berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Analisis sistem pareto digunakan karena jumlah jenis obat yang sangat banyak,
sehingga perlu dilakukan prioritas dalam pengendaliannya.

5
2.2.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Kemenkes RI, 2019).

Pengadaan sediaan farmasi dilaksanakan berdasarkan surat pesanan yang


ditandatangani Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor SIPA
sebagaimana pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 4 Tahun 2018. Surat
pesanan dibuat sekurang- kurangnya rangkap 2 (dua) serta tidak dibenarkan dalam
bentuk faksimili dan fotokopi. Satu rangkap surat pesanan diserahkan kepada
distributor dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip. Apabila Surat Pesanan tidak bisa
dilayani baik sebagian atau seluruhnya, maka Apotek harus meminta surat
penolakan pesanan dari pemasok. Surat Pesanan Narkotika hanya dapat diperoleh
dari PT Kimia Farma Trading and Distribution, seperti tercantum dalam Lampiran
3 Surat Pesanan Narkotika dan Lampiran 4 Surat Pesanan Psikotropika pada
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 4 Tahun 2018, yang harus dibuat dengan
jumlah 3 (tiga) rangkap. Pengadaan sediaan farmasi yang merupakan prekursor
menggunakan surat pesanan seperti tercantum pada Lampiran 5 untuk obat jadi.
(Kemenkes RI, 2019).

Surat Pesanan dapat menggunakan sistem elektronik. Sistem elektronik yang


digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran produk, sekurang kurangnya dalam
batas waktu 5 (lima) tahun terakhir dan harus tersedia sistem backup data secara
elektronik. Surat pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke distributor harus
dipastikan diterima oleh distributor, yang dapat dibuktikan melalui adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak distributor bahwa pesanan tersebut telah
diterima (Kemenkes RI, 2019).
Pengadaan di Apotek Kimia Farma 319 Metro, terbagi menjadi pengadaan rutin,
pengadaan non rutin dan pengadaan khusus yang diuraikan sebagai berikut :
1. Pengadaan Rutin
Pengadaan barang rutin merupakan pengadaan yang dilakukan secara terpusat,
oleh bagian pengadaan Business Manager (BM) Bandung. Umumnya dilakukan
dua kali dalam satu bulan, terdiri dari :
a) Spreading
Merupakan sistem pengadaan secara rutin dengan cara menyebarkan barang,
sehingga terjadi perputaran barang dari satu Apotek Kimia Farma ke Apotek
Kimia Farma lain. Proses perputaran/ penyebaran barang ini dilakukan dengan
melihat history suatu produk pada satu apotek aktif/ pasif. Setiap Apotek Kimia
Farma memiliki pareto berbeda-beda, jika terdapat barang selama 3 bulan tidak
terjadi transaksi, maka barang tersebut masuk ke dalam kategori barang pasif,
tetapi bisa jadi barang pasif tersebut merupakan barang fast moving di Apotek
Kimia Farma lain. Maka dilakukan spreading barang tersebut ke Apotek Kimia
Farma lain, oleh bagian pengadaan BM, dimana barang tersebut berpeluang
untuk terjual.
b) Forecasting
Merupakan sistem yang secara otomatis membaca stok barang yang terjual di

6
Apotek Kimia Farma, melalui sistem POS (Point of Sales System). Sistem
Forecast akan membaca penjualan obat 3 bulan sebelumnya, sistem akan
menarik data yang akan diolah dibagian pengadaan, lalu dibuat Surat Pesanan
(SP) yang dikirim ke PBF yang ditunjuk. Metode ini biasa dilakukan pada
minggu ke-1 atau minggu ke-3 disetiap bulannya.
2. Pengadaan Non Rutin
a) Permintaan Mendesak
Merupakan sistem pengadaan yang dilakukan ke Apotek Kimia Farma lain
tanpa melalui proses verifikasi oleh BM. Permintaan barang mendesak dapat
dilakukan apabila barang yang dibutuhkan pasien, stoknya kosong di Apotek
Kimia Farma 319 Metro. Dengan transaksi ini, diskon pada obat tidak diberikan
kepada apotek yang meminta, sehingga lebih baik hanya dilakukan untuk
keperluan yang mendesak, seperti pasien meminta penggabungan total biaya
dalam satu struk atau pasien sedang buru-buru, sehingga dilakukan transaksi
mendesak ini, untuk kelancaran transaksi. Untuk barang fisik bisa menyusul
dengan delivery service. Sebelum melakukan permintaan mendesak antar
Apotek Kimia Farma, dilakukan terlebih dahulu cek stok obat yang akan diminta
melalui sistem POS, lalu jika sudah diketahui Apotek Kimia Farma yang dituju,
dilakukan konfirmasi via telpon, setelah disetujui oleh Apotek Kimia Farma lain,
dibuat permintaan mendesak melalui sistem POS. Tidak perlu ada pembayaran
pada transaksi permintaan mendesak ini, karena akan ada pertukaran laporan
pembelian. Semakin banyak menerima barang maka akan semakin tinggi
pembeliannya.
b) Dropping antar Apotek Kimia Farma
Merupakan sistem pengadaan yang sama seperti transaksi permintaan mendesak,
yang membedakannya adalah transaksi ini dilakukan melalui proses verifikasi
oleh BM dan diskon pada obat diberikan kepada apotek yang meminta, tetapi
proses penambahan stoknya agak lama, karena diproses terlebih dahulu melalui
BM. Sehingga jika pasien tidak sedang buru-buru, lebih baik menggunakan
transaksi dropping, karena apotek akan mendapatkan diskon dari obat.
c) Cito (Cepat)
Pengadaan Cito (cepat) dilakukan jika tidak dapat dipenuhi dengan permintaan
mendesak ataupun dropping antar Apotek Kimia Farma. Pada saat pengadaan
cito, apotek membuat pesanan ke bagian pengadaan dibawah jam 9 pagi,
diperlukan persetujuan dari Kimia Farma pusat di Jakarta melalui sistem POS,
setelah disetujui, lalu diverifikasi oleh bagian pengadaan BM Bandung. Jika
permintaan dari instansi dalam jumlah banyak, maka perlu dilampirkan bukti
dari instansi, agar segera disetujui. Lalu dibuat SP oleh bagian pengadaan
sesuai pesanan, untuk dikirimkan ke PBF, lalu PBF akan menyiapkan barang
pesanan (lebih didahulukan). PBF akan mengirimkan barang secepat mungkin,
lalu barang diterima oleh apotek pada hari yang sama. Pengadaan cito ini
dilakukan maksimal hanya 10 item sehari.
d) Konsinyasi
Merupakan suatu bentuk kerja sama antara Apotek Kimia Farma dengan suatu
perusahaan atau distributor, yang ingin menitipkan produk yang akan
dipromosikan dan dijual di apotek, misalnya alat kesehatan, obat-obat baru,
dan suplemen. Pembayaran kepada distributor dilakukan setelah produk titipan
terjual.

7
3. Pengadaan Khusus
Pengadaan khusus merupakan pengadaan untuk obat-obatan Narkotika,
Psikotropika, Prekursor dan Obat-Obat Tertentu (OOT) dilakukan oleh apotek,
dengan menggunakan SP manual. Untuk SP manual harus ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab (APJ) yang memiliki izin dan diproses oleh PBF
dengan scan tandatangan tersebut, untuk keabsahan dari SP manual. Untuk
pengadaan Narkotika harus dibuat SP manual dengan menggunakan Formulir
N-9 3 rangkap. Satu SP hanya untuk satu jenis Narkotika, SP wajib
ditandatangani APJ yang memiliki izin dan ditujukan hanya kepada PBF PT.
Kimia Farma Trading and Distribution, yang merpakan satu-satunya distributor
resmi untuk obat golongan Narkotika. Untuk Psikotropika, Prekursor dan OOT,
apotek juga membuat SP manual, dimana satu SP bisa diisi beberapa jenis
psikotropika atau prekursor, yang PBF tujuannya sama dalam satu SP tersebut.
Surat pesanan (SP) tersebut memuat informasi mengenai nama dan alamat
Apoteker Penanggung Jawab, nama dan bentuk sediaan, dan jumlah
narkotika/psikotropika/prekursor yang dipesan (KaBPOM, 2018)

2.2.3 Penerimaan Barang


Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam Surat Pesanan
(SP) dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan
merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan
jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau surat
pengiriman barang yang sah (Kemenkes RI, 2019).

Untuk sistem penerimaan sediaan farmasi dari PBF disertai bukti berupa faktur,
lalu diperiksa kesesuaiannya antara faktur dengan SP. Hal pertama yang diperiksa
adalah nama dan alamat apotek yang tercantum didalam faktur, kemudian periksa
kesesuaian barang meliputi jenis, harga, kemasan, jumlah obat, tanggal
kadaluwarsa, dan nomor batch. Apabila seluruh barang telah sesuai antara faktur
dan SP, maka petugas akan menulis tanggal, bulan, tahun, paraf, nomor urut pada
faktur, dan ditanda tangani kemudian di beri cap apotek. Apabila barang yang
datang tidak sesuai atau terdapat barang yang tanggal kadaluwarsanya dekat maka
barang dan faktur akan dikembalikan (retur) dengan membuat nota
pengembalian barang ke distributor. Khusus untuk penerimaan obat golongan
narkotika, psikotropika dan prekursor, faktur harus ditandangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek disertai nomor SIPA. Setelah proses pengecekan dan
penerimaan selesai, dilakukan proses entry ke dalam system. Kemudian di
dokumentasikan ke dalam buku penerimaan barang meliputi nomor urut
penerimaan dan nama PBF. Faktur asli diserahkan kepada petugas PBF sebagai
bukti penagihan, sedangkan dua salinan faktur sebagai arsip apotek dan sebagai
bukti penerimaan ke BM serta untuk proses pembayaran. Obat-obat yang telah
dilakukan pengecekan, selanjutnya disimpan pada masing-masing rak. Apabila
rak obatnya sudah penuh, maka disimpan obat di gudang.

2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi.

8
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan,
serta memudahkan pencarian dan pengawasan (Kemenkes RI, 2019).

Secara garis besar Apotek Kimia Farma 319 Bandung dibagi menjadi 2 layout
utama, yaitu area swalayan dan farmasi (ethical). Area swalayan terdiri dari
golongan obat-obat bebas dan bebas terbatas, alat kesehatan serta produk kesehatan
lainnya. Secara detail, pada area swalayan seluruh produk disusun dan
dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah obat bebas,obat
bebas terbatas, kosmetik, susu, minuman, perlengkapan bayi, obat herbal.
Kemudian pada tiap kategori tersebut, produk disusun berdasarkan abjad. Pada
swalayan farmasi tersedia informasi bagi pasien berupa brosur/leaflet, contoh
swalayan Apotek KF 319 Metro ada pada lampiran 7. Semua produk disimpan
dengan sistem FIFO (First in First out) dan FEFO (First Expired First Out).
Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri dari obat
keras, narkotika, psikotropika dan obat-obat yang membutuhkan penanganan
khusus seperti sediaan supositoria dan insulin. Untuk rak penyimpanan obat ethical
tercantum pada lampiran 8.
Penyimpanan bertujuan untuk melindungi perbekalan farmasi dari kerusakan,
sehingga kualitas tetap terjaga sebelum diterima oleh konsumen. Setiap barang
masuk dan penggunaan obat harus di entry ke dalam komputer. Sistem
penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 319 Metro terdiri dari :
1. Sediaan padat digolongkan sesuai terapi farmakologi
2. Digolongkan dengan kategori bentuk sediaannya
3. Sediaan obat-obat tertentu dan prekursor disimpan pada lemari ethical dan
disusun berdasarkan kelas terapi dan alfabetis
4. Sediaan obat termolabil disimpan pada lemari pendingin seperti suppositoria,
insulin, ovula dan suplemen makanan untuk bayi.
5. Sediaan psikotropika dan narkotika disimpan pada lemari terpisah tertutup dan
terkunci ganda.
6. Obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen, makanan, kosmetik, dan alat
kesehatan disimpan diswalayan apotek disesuaikan dengan kegunaannya.
7. Pengeluaran obat menggunakan sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).

Sistem penyimpanan barang yang terdapat di Apotek Kimia Farma 319 telah
memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek tahun 2019.

2.2.5 Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan ketika terdapat produk yang telah melewati masa
kadaluarsanya atau barang rusak. Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan
(tablet, kapsul dan pulvis), dilarutkan (obat sirup, injeksi ampul), dan ditanam
(salep/krim). Resep yang telah disimpan selama lima tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya

9
petugas lain di Apotek yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lainnya dan Apoteker membuat

dokumentasi berita acara pemusnahan (BAP). Pemusnahan obat kadaluwarsa atau


rusak yang mengandung psikotropika atau narkotika harus disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan dilakukan oleh Apoteker. Setiap pemusnahan
perlu dibuat berita acara sebanyak 4 rangkap yang ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota, Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Arsip. Khusus untuk pemusnahan narkotika berita acara
juga dikirimkan ke Kementerian kesehatan RI.

Adapun seluruh kegiatan pemusnahan yang rutin dilakukan di Apotek Kimia


Farma 319 Metro ini, seluruhnya terpusat kepada Kimia Farma Busines
Manager (BM) Bandung, baik pada saat dibutuhkannya pemusnahan resep
maupun obat. Pemusnahan narkotika dan psikotropika memerlukan perizinan ke
direksi melalui Business Magager (BM). Kemudian Apoteker Penanggung Jawab
membuat pemberitahuan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Badan
Pengawas Obat dan Makanan akan menetapkan masing-masing petugas sebagai
saksi. Sebelum melakukan pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekusor
terlebih dahulu dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi.

2.2.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama sediaan farmasi, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan (Kemenkes RI, 2019).

Di apotek Kimia Farma 319 Metro pengendalian obat bertujuan untuk


menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, serta terjadinya kehilangan. Pengendalian obat di apotek Kimia Farma
yang dilakukan meliputi :
1. Uji Petik
Uji petik bertujuan sebagai pengawasan stok barang di apotek kemudian
dilakukan pencatatan oleh petugas apotek, fokus terhadap jumlah/kuantitas.
Pencatatan ini dilakukan setiap hari untuk dua puluh item obat secara acak
setiap harinya. Pencatatan dilakukan meliputi jumlah obat yang tersedia dalam
rak penyimpanan dengan jumlah yang terdapat di data komputer untuk di
cocokan kesesuaian antara stok fisik dan komputer.
2. Kartu Stok
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
elektronik atau manual. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat,
tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan. Kartu stok elektronik merupakan kartu kendali yang dapat juga

10
berfungsi untuk menelusuri faktur atau mengetahui barang datang dari
distributor apa, tanggal berapa, expire date nya kapan, serta berapa jumlahnya,
serta penelusuran retur barang.
3. Laporan Stock Opname
Stock opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang. Apotek
Kimia Farma melakukan stock opname setiap tiga bulan pada akhir bulan.
Pemeriksaan dilakukan terhadap seluruh sediaan farmasi yang ada di apotek
Kimia Farma 319 Bandung untuk mengecek apakah jumlah fisik barang sesuai
dengan stock data di komputer.

Tujuan dilakukan stock opname adalah:


a) Mengetahui modal yang berbentuk barang (nilai stok barang pada periode
tertentu).
b) Mengetahui adanya kehilangan barang.
c) Mengetahui tanggal kadaluarsa
d) Mengetahui kesesuaian barang
Untuk pengendalian terhadap barang yang rusak serta kadaluarsa dapat dilihat
pada saat penerimaan barang dari BM maupun PBF dengan cara melihat kondisi
fisik barang serta tanggal kadaluwarsanya, pengendalian untuk kehilangan barang
dapat dilihat dari kegiatan stok opname dengan mencocokkan dan menghitung
jumlah persediaan yang tersisa secara manual dan di cocokkan dengan data di
komputer.

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung psikotropika
atau narkotika harus disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
dilakukan oleh Apoteker. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker, disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Obat-obatan tersebut dicatat jumlah dan
tanggal kadaluarsanya, kemudian dikumpulkan, kemudian dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan (tablet, kapsul dan pulvis),
dilarutkan (obat sirup, injeksi ampul), dan ditanam (salep/krim).

Resep yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan (BAP). Pemusnahan dilakukan terhadap perbekalan
farmasi yang telah melewati tanggal kadaluarsa dan rusak, diproduksi tanpa
memenuhi persyaratan yang berlaku dan dicabut izin edarnya.

2.2.7 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

11
i) Pencatatan dan Pelaporan Internal
a. Laporan umum dan Personalia
1) Pencatatan Defecta
Defecta adalah buku yang berisi daftar barang yang habis selama pelayanan
sehingga harus segera dipesan agar tersedia secepatnya. Pencatatan defecta
mengacu pada catatan dalam buku penolakan. Pencatatan ini dilakukan dengan
tujuan meminimalisir penolakan resep.
2) Pencatatan Stok Barang
Pencatatan dilakukan terhadap barang yang masuk dari pembelian, barang yang
keluar dari hasil penjualan, serta barang yang masih tersedia di apotek.
Pencatatan dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan
obat dan kebutuhan masing-masing obat.
3) Pengarsipan Resep
Pengarsipan resep dilakukan setiap bulannya, dimana resep dikumpulkan dan
dipisahkan berdasarkan tanggal dibuat atau dikeluarkannya resep. Resep asli
beserta struk harga obat disimpan sebagai arsip. Untuk resep yang mengandung
obat golongan narkotika dan psikotropika direkap secara terpisah dan diberi
tanda yang selanjutnya akan digunakan untuk keperluan pelaporan penggunaan
narkotika dan psikotropika. Resep disimpan selama sekurang-kurangnya 5
tahun dan harus dirahasiakan. Resep hanya boleh ditunjukkan kepada pasien,
dokter yang menulis resep, dokter yang merawat pasien atau petugas medis lain
dan pihak-pihak yang berwenang sesuai undang-undang.
4) Laporan Stock Opname
Stock opname merupakan pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang dengan
menyesuaikan jumlah yang ada dalam database komputer. Stock opname
dilakukan pada akhir bulan.
5) Pencatatan faktur
Pencatatan faktur dilakukan setiap kali barang datang dari distributor. Jumlah
barang yang bertambah harus segera di entry ke sistem di komputer agar saldo
yang ada di komputer dengan fisik yang ada di apotek sesuai serta untuk
menyesuaikan harga apabila terdapat perubahan harga dari distributor.
6) Pencatatan dropping barang
Pencatatan dropping barang dilakukan setiap kali ada barang yang di dropping
dari Apotek Kimia Farma lain ke Apotek Kimia Farma 319.
7) Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika
Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika berisi tentang
informasi mengenai tanggal dan nomor resep, nama, alamat dan nomor telepon
dokter yang meresepkan, nama, alamat dan nomor telepon pasien yang
menerima resep, serta nama narkotika atau psikotropika yang diresepkan dan
jumlahnya.
8) Buku Penolakan
Buku Penolakan berisi perbekalan farmasi yang ditolak setiap harinya, baik
barang HV, UPDS maupun Resep. Dari masing-masing barang yang ditolak
dilihat harganya kemudian dijumlahkan per tanggalnya.
b. Laporan Keuangan
Beberapa administrasi keuangan yang ada di Apotek antara lain:
1) Bukti Setoran Kas (BSK) merupakan dokumen hasil rekap penjualan tunai dari

12
sistem POS setiap harinya yang berisi jumlah penerimaan uang yang berasal
dari penjualan dan juga jumlah uang yang dikeluarkan untuk kepentingan
operasional. Hasil penjualan harus disetorkan apotek ke rekening BM dan
bukti setoran di serahkan ke BM.
2) Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) merupakan rincian penjualan yang
dilakukan Apotek setiap harinya kepada tiap pasien, baik penjualan tunai
maupun kredit, dalam LIPH juga terdapat rekap penjualan apotek berdasarkan
resep, UPDS, atau HV.
3) Petty cash dan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)
merupakan uang kas yang dimiliki yang diberikan BM dalam jumlah tertentu
setiap bulannya untuk keperluan operasional apotek atau pembelian
mendesak. Sebagian dari petty cash juga digunakan untuk uang kembalian di
kasir, uang kembalian tersebut dikembalikan ke kotak petty cash.
4) Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi mengenai perubahan – perubahan yang
terjadi pada keuangan karena adanya kegiatan operasional transaksi jual- beli
barang atau jasa selama kurun waktu tertentu.

Bentuk-bentuk laporan keuangan yang ada di Apotek umumnya terdiri dari tiga
bentuk pelaporan, yaitu :
a. Laporan aliran kas (Statement of cash flow), yaitu laporan yang
menggambarkan aliran kas yang masuk dan pengeluaran kas pada periode
tertentu.
b. Laporan Redata (Income Statement) yaitu bagian dari laporan keuangan suatu
apotek yang dihasilkan pada suatu periode yang menjabarkan unsur-unsur
pendapatan dan beban apotek sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi.
c. Laporan Neraca (Balance Sheet), yaitu laporan yang menggambarkan tentang
kondisi kekayaan apotek pada tanggal tertentu.

ii) Pelaporan Eksternal


Pelaporan penggunaan obat golongan narkotika dilakukan setiap bulan. Untuk
pelaposran penggunaan obat golongan narkotika menggunakan sistem online
dengan SIPNAP (Sistem Informasi Penggunaan Narkotika dan Psikotropika) yang
dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Apotek Kimia Farma 319 membuat
laporan penggunaan obat golongan narkotika setiap bulan.

Laporan tersebut paling sedikit terdiri atas:


a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. Jumlah yang diterima
d. Jumlah yang diserahkan
e. Yang kemudiaan dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan provinsi atau
kota/kabupaten setempat dengan tembusan kepala balai setempat. Pelaporan
SIPNAP ini dilakukan secara online melalui website resmi SIPNAP.

Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia Farma


menggunakan sistem aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika). Pelaporan dilakukan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10

13
setiap bulannya. Aplikasi SIPNAP dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes,
Kementerian Kesehatan RI. Aplikasi ini diperuntukan bagi seluruh unit pelayanan
(apotek, rumah sakit, dan klinik), instalasi farmasi Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruh Indonesia. Program SIPNAP ini
dapat diakses melalui komputer dengan memasuki website yaitu http://
sipnap.kemkes.go.id menggunakan username dan password yang sudah terdaftar.

2.3 Pelayanan Farmasi Klinik


2.3.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa adanya
masalah terkait obat. Selain itu kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Pengkajian dan
pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria
khusus pasien. Dengan melakukan pengkajian resep, risiko klinis, finansial, dan
legal dapat diminimalisir (Kemenkes RI, 2019).

Pada saat resep diterima, terlebih dahulu dilakukan pengkajian resep.


Pengkajian resep terdiri dari:
1. Kajian administratif
2. Kesesuaian farmasetik
3. Pertimbangan klinis

Kajian administratif meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telefon, dan paraf;
tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan
kekuatan sediaan; stabilitas, dan kompaktibilitas. Pertimbangan klinis meliputi
ketepatan indikasi dan dosis obat; aturan, cara, dan lama penggunaan obat;
duplikasi dan/atau polifarmasi; reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi,
dan interaksi. Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 319 Metro yaitu
penerimaan resep secara tunai.

Resep tunai adalah resep diserahkan oleh pasien ke apotek untuk ditebus, dan cara
pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, debit, atau dengan kartu kredit.
1. Penerimaan resep terdiri dari pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep,
penetapan harga, pemeriksaan ketersediaan obat.
2. Perjanjian dan pembayaran terdiri dari pengambilan obat semua atau sebagian,
ada atau tidak penggantian obat atas persetujuan dokter atau pasien,
pembayaran tunai, pencetakkan struk pembayaran, dan pembuatan kuitansi dan
copy resep jika diperlukan
3. Penyiapan atau peracikan terdiri dari menghitung jumlah obat sesuai resep,
mengambil obat yang dibutuhkan, melakukan peracikan obat bila diperlukan,
penulisan etiket atau penandaan obat dan kemasan.
4. Pemeriksaan akhir, penyerahan obat dan pemberian informasi

14
2.3.2 Dispensing
Dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan dan memberikan
informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien. Dispensing dilaksanakan
setelah kajian administratif, farmasetik dan klinik memenuhi syarat. Setelah
melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya warna putih untuk obat dalam/oral dan
warna biru untuk obat luar dan suntik serta menempelkan label “kocok dahulu”
pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
5. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan antara etiket dan
resep.
6. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien dan memeriksa ulang identitas dan
alamat pasien.
7. Memastikan 5 tepat yakni, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute,
tepat waktu pemberian.
8. Memberikan informasi obat mencakup nama obat, dosis, cara pakai obat,
indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara penyimpanan obat, stabilitas dan
interaksi yang diserahkan kepada pasien dan meminta nomor kontak pasien.
Jika diperlukan pasien dapat diberi konseling obat. Dalam hal penyerahan obat
dilaksanakan melalui pengantaran oleh apotek, apoteker harus menjamin
keamanan dan mutu serta pemberian informasi secara tertulis kepada pasien.
Bila pengantaran dilakukan oleh jasa pengantaran, kemasan sediaan farmasi
harus dalam keadaan tertutup dan menjaga kerahasiaan pasien.
9. Menyimpan dan mengarsip resep sesuai dengan ketentuan.

Ada beberapa jenis pelayanan di Apotek Kimia Farma 319 Metro yaitu pelayanan
resep tunai dan kredit, pelayanan non resep UPDS dan swalayan, delivery service
serta KF mobile, Yaitu :
1. Pelayanan Resep Tunai
Pelayanan Resep Tunai di Apotek Kimia Farma 319 Metro, merupakan
pelayanan yang pembayarannya dilakukan secara tunai atau menggunakan
kartu debit/kredit. Tahapan pelayanan resep tunai dimulai dari penerimaan
resep oleh staf, selanjutnya dilakukan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan
resep, serta ketersediaan obat, lalu dihitung total biaya dari resep dan
diinformasikan kepada pasien, untuk meminta persetujuan pasien tentang biaya
resep tersebut. Jika pasien setuju, maka dilakukan transaksi pembayaran.
Dilakukan proses dispensing dan dibuatkan kwitansi dan salinan resep jika
diperlukan.
2. Pelayanan Resep Kredit
Pelayanan resep kredit adalah permintaan obat yang ditulis oleh dokter, untuk
pasien dari instansi tertentu yang telah membuat kesepakatan kerjasama
dengan Apotek Kimia Farma 319 Metro. Untuk pelayanan resep kredit obat
mengacu pada formularium dari Pertamina dan YKKBI (sebagai instansi yang

15
bekerjasama dengan Apotek KF 319 Metro), agar dapat diklaim pembayaran
piutangnya. Sama halnya dalam prosedur pelayanan resep tunai, yang
membedakan, pada resep kredit tidak diinformasikan total biaya resep kepada
pasien dan tidak ada proses pembayaran uang tunai. Penagihan total biaya
resep kredit kepada instansi terkait, dilakukan oleh BM.
3. UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Pelayanan UPDS merupakan penjualan obat bebas atau sediaan farmasi yang
dapat dibeli tanpa resep dokter, seperti OTC ( Over the Counter ) baik obat
bebas dan obat bebas terbatas maupun sediaan farmasi lainnya. Adapun obat
keras yang boleh diberikan kepada pasien yang ingin melakukan UPDS yaitu
obat-obatan yang tertera dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Apabila
pasien meminta obat keras yang tidak tercantum dalam DOWA seperti obat
mata, tetes telinga dan lain-lain, pasien diminta untuk mengisi formulir UPDS
yang menyatakan pasien paham dan bertanggungjawab dengan penggunaan
obat tersebut serta menanyakan pada pasien apakah sebelumnya sudah pernah
menggunakan obat tersebut atau belum. Swalayan Farmasi Pelayanan swalayan
farmasi meliputi penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya, yang dapat
dibeli tanpa harus menggunakan resep dari dokter, seperti obat OTC (Over The
Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Barang- barang yang
dijual di swalayan farmasi seperti: kosmetik, susu, suplemen, perawatan bayi
dan alat kesehatan.
4. Delivery Service
Layanan antar obat yang dilakukan untuk pasien, yang melakukan order obat
melalui aplikasi Kimia Farma Mobile (KF Mobile) atau untuk mengirim
barang yang dihutangkan kepada pasien, dimana pasien yang dihutangkan
diberi form khusus pengambilan/ pengantaran obat. Dilakukan oleh staf Apotek
Kimia Farma 319 Metro atau melalui pihak ke 3 seperti Grab. Dengan
maksimal jarak antar yaitu 3 km, jika lebih maka perlu konfirmasi ada
tambahan waktu dan biaya pengiriman kepada pasien.
5. Kimia Farma Mobile
Adapula aplikasi KF mobile yang dapat digunakan untuk order obat non resep
via online disertai konsultasi secara online dan pengiriman obat dengan
delivery servive. KF Mobile dapat diakses dengan menggunakan aplikasi yang
bernama Kimia Farma Mobile. Caranya pelanggan dapat mengunduh aplikasi
Kimia Farma Mobile melalui play store. Jika aplikasi KF Mobile sudah
terpasangan di HandPhone pelanggan, maka GPS akan mengarahkan ke
Apotek Kimia Farma terdekat dengan lokasi pelanggan. Aplikasi KF mobile,
yang juga menerima pelayanan resep dengan foto resep melalui HP, lalu akan
di informasikan total biaya dan dilakukan pembayaran melalui transfer, obat
diantar ke rumah pasien dan resep diambil oleh petugas dari Apotek KF.

2.3.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam penyediaan dan pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat
(Kemenkes RI, 2019).

16
Informasi yang disampaikan mengenai sediaan farmasi dan BMHP. Informasi
mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi
dosis, bentuk sediaan,formulasi khusus, rute dan metoda pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.

Setelah melakukan penyiapan obat selanjutnya obat diserahkan kepada pasien


dengan disertai pelayanan informasi obat. Sebelum melakukan penyerahan maka
harus memanggil nama dan nomor tunggu pasien, setelah itu memeriksa ulang
identitas dan alamat pasien. Pelayanan informasi obat sekurang-kurangnya
meliputi manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan
efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain. Adapun kegiatan Pelayanan
Informasi Obat (PIO) yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 319 Bandung,
telah dilakukan dengan baik sesuai standar dan Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

2.3.4 Konseling
Konseling Obat merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang
digunakan. Konseling bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient safety) (Kemenkes RI, 2019).

Konseling dilakukan untuk pasien dengan kriteria tertentu, seperti pasien dengan
kondisi khusus, penyakit kronis, penggunaan obat khusus, menggunakan obat
indeks terapi sempit, polifarmasi dan pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
(Kemenkes RI, 2019). Kegiatan konseling ini telah diterapkan dan dilakukan
dengan baik di Apotek Kimia Farma 319 Bandung.

2.3.5 Home Pharmacy Care


Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan pasien
untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau keluarga
terutama bagi pasien khusus yg membutuhkan perhatian lebih. Pelayanan
dilakukan oleh Apoteker yang kompeten, memberikan pelayanan untuk
meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta pencegahan komplikasi, bersifat
rahasia dan persetujuan pasien, melakukan telaah atas penatalaksanaan terapi,
memelihara hubungan dengan tim kesehatan (Kemenkes RI, 2019).
Pelayanan Home Pharmacy Care ini khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui keadaan pasien, kepatuhan pasien, monitoring penggunaan obat dan
monitoring efek samping obat yang dikonsumsi pasien.Dalam melakukan home
pharmacy care, Apotek Kimia Farma 319 Metro belum melakukan kegiatan ini

17
dikarenakan kondisi saat ini tidak memungkinkan kegiatan home care untuk
mengurangi resiko penyebaran virus corona.

2.3.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Pemantauan Terapi
Obat (PTO) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya
pengobatan, menghormati pilihan pasien.(Kemenkes RI, 2019).

Adapun kriteria pasien yang memerlukan PTO adalah :


1. Pasien dengan multidiagnosis;
2. Pasien dengan polifarmasi;
3. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika;
4. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal;
5. Pasien geriatri dan pediatri;
6. Pasien hamil dan menyusui;
7. Pasien dengan perawatan intensif.
8. Pasien dengan obat-obatan yang beresiko tinggi

Apotek Kimia Farma 319 Metro memberikan pelayanan berupa pemantauan


terapi obat melalui telepon atau whatsapp yang disebut dengan telefarma. Pasien
juga dapat bertanya mengenai kesulitan atau keraguan dalam menggunakan obat.
Telefarma merupakan bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi melalui telepon
yang disediakan oleh Apotek Kimia Farma. Selain itu, layanan ini memungkinkan
pasien untuk memesan atau menanyakan obat yang akan dibeli. Jika obat
tersedia, maka pasien akan diberitahu melalui telepon dan pasien bisa langsung
datang ke Apotek untuk membelinya. Jika obat tidak tersedia, maka Apotek akan
menyarankan obat lain atau menyarankan ke Apotek Kimia Farma yang lain yang
sudah diberitahu sebelumnya.

Telefarma merupakan layanan tambahan dari Apotek Kimia Farma dilakukan


melalui telepon bertujuan untuk pemantauan terapi obat dan efek samping obat
serta untuk mengetahui kepatuhan pasien. Telefarma tidak dilakukan secara
kontinyu, diutamakan untuk pasien yang menerima antibiotik, mengalami
penyakit kronis dan pasien yang mengkonsumsi multivitamin. WA farma
bertujuan untuk memudahkan pasien memesan obat dan konsultasi obat. Nomor
WA Apotek Kimia Farma 319 Metro dicantumkan pada kartu nama.

2.3.7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Kemenkes RI, 2019).

Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon


terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis

18
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi atau modifikasi fungsi fisiologi.
Apotek Kimia Farma 319 Metro, memberikan pelayanan tersebut melalui telepon
yang disebut dengan Telefarma. Pasien juga dapat bertanya mengenai kesulitan
atau keraguan dalam menggunakan obat via chat melalui WA farma. Saat
mengambil resep dan mengantar obat menggunakan blanko tercantum pada
lampiran 6. Untuk pasien-pasien yang rutin setiap bulan datang ke Apotek Kimia
Farma 319 Metro, MESO dilakukan secara langsung.

19
BAB III
TUGAS KHUSUS

3.1 Judul Tugas Khusus


Potensi Pasar Apotek 319 Metro Radius 2 KM dan potensi strategi.

3.2 Latar Belakang


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
peran penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fungsinya adalah
sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu,
berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga
berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan
tenaga kesehatan lainnya sehingga mereka mendapatkan pengetahuan yang
benar tentang obat-obatan sehingga akan meningkatkan penggunaan obat
yang rasional. Aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju
perkembangan apotek sesuai dengan yang diharapkan Aspek ini diantaranya
menyangkut jumlah rumah sakit, klinik, praktik dokter yang ada di sekitar
apotek dan jumlah apotek pesaing di lokasi tersebut. Letak yang sangat
strategis, dekat dengan pusat pelayanan kesehatan, dekat dengan pusat
keramaian, dan terletak di pinggir jalan raya sehingga dijadikan potensi
pasar. Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT.
Kimia Farma TBK. Kimia Farma Apotek memiliki 55 cabang di Bandung.
Pada Apotek Kimia Farma 319 Metro memiliki strateginya sendiri sehingga
mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik
daripada yang diperoleh cabang lainnya.

3.3 Tinjauan Pustaka


3.3.1 Potensi Pasar
Potensi pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang akan memiliki
uang dan keinginan untuk membelanjakan. Cara mengukur potensi pasar (Q)
antara lain dapat dilakukan dengan mengkalikan jumlah pembeli (n) dan
harga rata-rata barang (P) dengan rumus: Q = n x P (Umar M, 2005).
Dalam menentukan potensi pasar, dilakukan pemetaan pasar terhadap
pendekatan demografis dan pendekatan geografis.
1. Pendekatan demografis
Pendekatan demografis lebih berfokus dengan pengelompokan calon
pelanggan pada usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan
hingga tingkat kesejahteraan. pendekatan ini sangat diperlukan oleh
perusahaan dalam menentukan siapa calon pelanggannya.
2. Pendekatan Geografis
Pendekatan Geografis adalah pendekatan yang lebih berfokus pada
pengelompokan calon pelanggan dari sisi geografis seperti, negara,
provinsi, kota/kabupaten hingga sebuah wilayah (Arifin,2019).

Letak yang sangat strategis, dekat dengan pusat pelayanan kesehatan, dekat
dengan pusat keramaian, dan terletak di pinggir jalan raya sehingga dijadikan
potensi pasar. Potensi pasar bisa dianalisis dengan menggunakan analisis
SWOT. Analisis SWOT (SWOT analysis) mencakup upaya-upaya untuk
mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan
kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengenai peluang dan ancaman
dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen
pemerintah, pemasok, kalangan perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak
perusahaan menggunakan jasa lembaga pemindaian untuk memperoleh
keliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-tren domestik dan
global yang relevan.

3.3.2 Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan
demikian, perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi
yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal
peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan
(Rangkuti F, 2015).
1. Analisis kekuatan (Strengths)
Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang berasal dari perusahaan
dan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di dalam suatu
industri, dan akan mendukung perkembangan usaha. Kekuatan mengamati
sumber dana, citra perusahaan, kepemimpinan pasar, hubungan dengan
konsumen ataupun pemasok- pemasok dan lain- lain .
2. Analisis Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan adalah hal-hal dari dalam perusahaan yang dapat menghambat
perkembangan usaha, misalnya kekurangan sumber daya, keahlian,
kemampuan manajemen, fasilitas sumber dana dan lain-lain.
3. Analisis Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan situasi yang baik dari lingkungan perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Peluang merupakan
identitas pasar tertentu, kondisi persaingan, kondisi permintaan di masa
mendatang, regulasi, perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan
dengan konsumen atau dengan pemasok yang memberikan peluang kepada
pengusaha.
4. Analisis Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan situasi yang diharapkan dilingkungan perusahaan
yang dapat menghambat kemampuan perusahaan dalam mengembangkan
usahanya. Ancaman ini dapat berupa masuknya saingan baru, lambatnya
pertumbuhan pasar, naiknya bargaining power dari konsumen atau
pemasok, perubahan teknologi ataupun regulasi yang dapat memberikan
ancaman terhadap keberhasilan.
Penerapan analisis SWOT pada perusahaan bertujuan untuk memberikan
suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan
penempatan analisis SWOT dapat dijadikan sebagai perbandingan pikir dari
berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan maupun
peluang dan ancaman. Tujuan lain dilakukannya analisis SWOT adalah
dimana setiap produk yang ditawarkan pasti akan mengalami pasang surut
atau yang lebih dikenal dengan istilah daur hidup produk (life cycle product)
(Rangkuti F, 2015).

3.4 Hasil dan Pembahasan


3.4.1 Potensi Pasar
Dalam menentukan potensi pasar, dilakukan pemetaan pasar terhadap
pendekatan demografis dan pendekatan geografis.
1. Pendekatan demografis
Data demografi umum Manjahlega, Kec. Rancasari, Kota Bandung, Jawa
Barat, data yang diambil adalah dari data Badan Pusat Statistik Kota
Bandung pada tahun 2020.
2. Pendekatan Geografis
Kawasan disekitar Apotek, yaitu radius 2 km dari lokasi Apotek
Kimia Farma Metro 319.

Peta Kecamatan Rancasari Bandung

Gambar III. 1 Peta Kecamatan Rancasari Bandung


Tabel III.1 Luas Wilayah menurut kelurahan di Kecamatan Rancasari
Bandung tahun 2019

Kelurahan Luas (km2) Persentase


(1) (2) (3)
1 Cipamokolan 300,228 100
2 Derwati 156,00 100
3 Manjahlega 166,250 100
4 Mekarjaya 137,930 100
Kecamatan Rancasari 760,930 100,00
Sumber: Profile Kecamatan Rancasari

Tabel III.2 Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Rancasari

Bandung Semester II 2019


Jenis Kelamin

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (02) (03) (04)

0-4 3106 3025 6131

5-9 3700 3467 7167

10-14 3488 3321 6809

15-19 3141 3009 6150

20-24 3176 3166 6342

25-29 3132 3355 6487

30-34 3212 3293 6505

35-39 3493 3470 6963

40-44 3217 3394 6611

45-49 2970 2957 5927

50-54 2485 2591 5076

55-59 1962 2183 4145

60-64 1560 1792 3352

65-69 1316 1346 2662

70-74 691 735 1426

75+ 809 866 1657

Total 41458 41970 83428

Sumber: Profile Kecamatan Rancasari

Tabel III.3 Jumlah Pasar menurut jenis per Kelurahan

Di Kecamatan Rancasari Bandung Tahun 2019

Desa/Kelurahan Kelompok Pasar Pasar Pasar Minimarker/ Toko/ Restoran/


Pertokoan dengan dengan Tanpa Swalayan Warung Rumah
Bangunan Bangunan Bangunan Kelomtong Makan
Permanen Semi
Permanen

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Cipamokolan 4 0 0 0 4 184 5
2 Derwati 1 0 0 0 2 341 4

3 Manjahlega 2 0 1 0 4 169 27

4 Mekarjaya 2 4 0 0 1 214 2

Kecamatan Rancasari 9 4 0 0 21 908 38

Badan pusat statistik kota Bandung, 2020

Apotek Kimia Farma 319 Metro Radius 2 Km

(Google Maps, akses 10 April 2021)

Gambar III. 2 Apotek Kimia Farma 319 Metro Radius 2 Km

Lanjutan Gambar III.2


(Google Maps, akses 10 April 2021)

Gambar III. 3 Lanjutan Gambar III.2

Tabel III. 4 Daftar Rumah Sakit Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma
319 Metro

No Nama Rumah Sakit Jarak

1 RS Dharmapoetra H 1,6 Km

2 RS Bandung 1,9 Km

3 RS Al Islam Klinik Bedah Mulut 2 Km

Peta daftar Rumah Sakit pada radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro
(Google Maps, akses 10 April 2021)

Gambar III.4 Peta daftar Rumah Sakit Pada Radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro
Tabel III.5 Daftar Apotek Pada Radius 3 Km Dari Apotek

No Nama Apotek Jarak

1 Assyfa 2 400 m

2 Metro 500 m

3 Bundaku 850 m

4 Kimia Farma 900 m

5 Midiamas 1,4 Km

6 Prabu Farma 1,4 Km

7 MTC 1,5 km

8 Emulinda 1,6 km

Peta daftar Apotek pada radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro

(Google Maps, akses 10 April 2021)

Gambar III.5 Peta Daftar Apotek Pada Radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro

Tabel III.6 Daftar Klinik Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma 319 Metro
No Nama Apotek Jarak

1 Klinik Pratama 250 m


2 Identist Metro Care 350 m

3 Klinik Keluara Sehat Tujuh Belas 850 m

4 Klinik Kimia Farma 240 Rancabolang 900 m

5 Balai Pengobatan Bina Medika 1 km

6 Klinik Khusus Kebidanan Harapan Bunda 1,4 km

7 Klinik Iqbal Sehat 1,6 km

8 Klinik Gigi 1,9 km

9 Klinik Mata 1,9 km

10 Klinik Geometrik 33k 1,9 km

Peta daftar klinik pada radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro

Gambar III.6 Peta Daftar Klinik Pada Radius 2 Km dari apotek Kimia Farma 319 Metro

Tabel III.7 Daftar Dokter Praktek Pada Radius 2 Km Dari Apotek Kimia Farma 319 Metro

No Nama Apotek Jarak

1 Praktek Dokter Shelita Malenie AS 850 m


2 Praktek Dokter H. Yuhana P Muklis 850 m
Peta daftar dokter pada radius 2 Km dari Apotek Kimia Farma 319 Metro

Gambar III.7 Peta Daftar Dokter Praktek Pada Radius 2 Km dari apotek Kimia Farma 319 Metro

3.4.1 Analisis SWOT


1. Strenght (Kekuatan)
a) KF 319 Metro memiliki 5 SDM yang memadai dan berpengalaman
b) Apotek KF 319 Metro delivery obat
c) KF 319 Metro terdapat praktek dokter umum dan dokter gigi
d) Melayani resep tunai dan kredit
e) Kimia farma memiliki modal yang besar
f) KF merupakan apotek jaringan yang memiliki banyak cabang di Bandung
sehingga dapat meminimalisir penolakan pelanggan
g) Kimia farma memiliki produk sendiri
h) Kimia farma memiliki SOP yang baku dan berlaku diseluruh Indonesia baik
dari segi pelayanan dan cara berpakaian SDM
i) Di apotek KF 319 Metro semua transaksi penjualan melalui sistem
komputerisasi.
j) KF 319 Metro membuka peluang bagi produsen obat dalam melayani jasa
penyewaan produk yang ingin mempromosikan produknya, misalnya : produk
suplemen, hal ini akan memberikan keuntungan untuk apotek.
k) KF 319 Metro memiliki obat-obatan yang lengkap, selain obat obatan juga
terdapat beberapa alat kesehatan.
l) KF 319 Metro memiliki pelayanan yang baik seperti ruang tunggu yang
nyaman dan bersih yang dilengkapi dengan sarana penunjang seperti tempat
duduk dengan jumlah yang memadai, pendingin ruangan (AC) dan toilet.
2. Weakness (Kelemahan)
a) Apotek KF 319 Metro belum memiliki ruang atau tempat untuk konseling.
b) Tempat parkir tidak terlalu luas.
3. Opportunity (Peluang)
a) Letak apotek KF 319 Metro strategis
b) Apotek terletak di daerah berpenduduk padat (dekat pemukiman penduduk,
pertokoan dan rumah makan)
c) Ada praktek dokter umum dan gigi yang sudah berkerjasama sehingga akan
menambahkan pemasukan resep bagi apotek
d) Dekat dengan pusat layanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan praktik
dokter sehingga akan menjadi peluang bagi apotek kimia farma 319 Metro.
e) Pasien memiliki daya beli yang tinggi
f) Sarana telkom yang baik (internet dan telepon) sehingga pemesanan obat bisa
lewat telepon dan wa
4. Threat (Ancaman)
a) Adanya apotek lain yang dekat dengan apotek KF 319 Metro.
b) Adanya persaingan harga dengan apotek lain di sekitar apotek KF 319 Metro.

3.4.2 Potensi Strategis


Dalam kasus ini apotek Kimia Farma 319 Metro perlu menemukan dan
mengaplikasikan apa yang menjadi pelayanan unggulan dan fokus padanya sehingga
mampu bersaing dengan kompetitor, mempertahankan pelanggan dengan
memberikan pelayanan yang ramah dan tidak memakan waktu lama dan
menyediakan pelayanan kesehatan baru yang menunjang pelayanan apotek.
Critical Succes Factor yang dapat dilakukan untuk pengembangan apotek Kimia
Farma 319 Metro adalah:
1. Memberikan pelayanan prima
2. Tingkatkan penampilan apotek
3. Dalam jangka panjang dapat menambahkan pelayanan yang diberikan

Tabel III.8 Potensi strategis Apotek Kimia Farma 319 Metro

Sasaran Strategi Kegiatan


1. Memberikan pelayanan 1. Memaksimalkan pelayanan 1. Siapkan kendaraan untuk
prima delivery service delivery service
2. Siapkan SDM untuk
mengantarkan obat
3. Mencatat kontak pasien
2. Pelayanan cepat Meningkatkan SDM untuk
mempercepat pelayanan terutama
saat jam ramai pasien
3. Harga obat yang kompetitif 1. Kerjasama dengan PBF
2. Diskon dari PBF
3. Penawaran khusus dari PBF
4. Membeli obat dalam jumlah
besar
4. Memberikan KIE pada Meningkatkan SDM ber
pasien kualitas
5. Memberikan layanan purna 1. Medical record
jual 2. Memantau keadaan pasien
3. Mencatat kontak pasien
2. Perbaikan Penampilan 1. Perbaiki eksterior, tempat 1. Cat menarik
Apotek parkir, dll 2. Memperluas tempat parkir
3. Gratis parkir
2. Perbaiki counter ruang 1. Memperbaiki counter agar
tunggu, tempat duduk, lebih menarik
Sasaran Strategi Kegiatan
2. Menambah tempat duduk
3. Menambah AC
4. Menambah akses internet
5. Menambah hiburan seperti TV
6. Snack dan minuman
3. Perbaiki cara komunikasi 1. Ramah
karyawan 2. Sopan
3. Perhatian kepada pasien
3. Menambah pelayanan 1. Praktek bersama 1. Menambah kerjasama dengan
yang diberikan dokter spesialis
2. Menambah sarana dan
prasarana untuk praktek dokter
2. Memberi layanan cek gula 1. Siapkan SDM
darah , asam urat dan 2. Siapkan sarana dan prasarana
kolesterol
3. Penambahan ruang Menambah ruang konseling
konseling dengan penambahan AC

3.5 Kesimpulan
Berdasarkan tugas khusus mengenai potensi pasar Apotek Kimia Farma 319 Metro
Radius 2 Km maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Apotek Kimia Farma 319 Metro memiliki letak yang sangat strategis, dekat
dengan pemukiman penduduk, pertokohan, rumah makan, pusat pelayanan
kesehatan, dekat dengan pusat keramaian, dan terletak di pinggir jalan raya
sehingga dijadikan potensi pasar.
2. Dengan adanya penerapan analisis SWOT pada Apotek Kimia Farma 319 Metro
maka, bertujuan untuk memberikan suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih
fokus, sehingga dapat dijadikan sebagai perbandingan dari berbagai sudut
pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi
apotek.

3.6 Saran
Dalam penulisan tugas khusus ini, diharapkan pada mahasiswa PKPA selanjutnya
dapat disarankan untuk menggali faktor lain lebih banyak lagi yang bisa menjadi
kekuatan (strength), peluang (opportunity), kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats) guna menentukan strategi untuk meningkatkan kemajuan Apotek KF 319
Metro.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin HS. (2019). Pemasaran Era Milenium.Yogyakarta:CV.Budi Utama.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009): Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Petunjuk Teknis Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Jakarta.

Rangkuti F. (2015). Personal SWOT Analysis Peluang Disetiap Kesulitan.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Umar, M. (2005). Manajemen Apotik Praktis. CV Ar-Rahman; Solo.


LAMPIRAN 1
APOTEK KIMIA FARMA 319 METRO

Gambar II.1 Apotek Kimia Farma 319 Metro


LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI

Pharmacy Manager (PhM) /

Apoteker Penanggung Jawab (APJ)

apt. Ina Siti Solihah, S.Si.

Apoteker Pendamping

apt. Alsa Giani Mahesha, S.Farm.

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)


Alise Kumala Susana (PIC Pengadaan)
Miftahullina (PIC Merchandise)
Hayuwarna Novela Mandari (PIC Pelayanan)

Gambar II.2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 319 Metro


LAMPIRAN 3
BLANKO SURAT PESANAN NARKOTIKA

Gambar II.3 Blanko surat pesanan Narkotika


LAMPIRAN 4
BLANKO SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Gambar II. 4 Blanko surat pesanan Psikotropika


LAMPIRAN 5
BLANKO SURAT PESANAN PREKURSOR FARMASI
Gambar II. 5 Blanko surat pesanan Prekursor Farmasi

LAMPIRAN 6
BLANKO PENGAMBILAN / PENGANTARAN OBAT
Gambar II. 6 Blanko Pengambilan / pengantaran obat

LAMPIRAN 7
SWALAYAN FARMASI
Gambar II.7 Swalayan farmasi Apotek Kimia Farma 319 Metro

LAMPIRAN 8
RAK PENYIMPANAN OBAT

Gambar II. 8 Rak penyimpanan obat

LAMPIRAN 9
DENAH APOTEK KF 319 METRO

Gambar II. 9 Denah apotek 319 Metro

Anda mungkin juga menyukai