FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Disusun Oleh:
2018
LINIVERSITAS PANCASILA
F;\KULTAS FARNIASI
,IAKARTA
L;\PORAN
PRAKTEK KERJA PROFEST APOTEKER
DI APOTEK KIIVIIA FARMA NO.389
JALAN NUSANTARA RAYA NO.33, KELURAHAN DEPOK JAYA'
ECAMATAN PANCORAN MAS'
KOTA DEPOK
PERIODE FEBRUARI2Ol8
i.tisu-iiin Lrleit:
|"311; 1'dfliJ,. S.i:arm :01100(1042
re.V^"E
s* Mt"
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.
389 Jalan Nusantara, Kota Depok yang dilakukan bulan Februari 2018 telah
terselesaikan dengan baik. PKPA di Apotek merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh untuk memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, dengan harapan setelah mengikuti PKPA,
penulis mendapatkan banyak hal dan pengalaman mengenai tugas, fungsi dan peranan
Apoteker secara langsung dalam pengelolaan dan pelayanan di Apotek.
Pada pelaksanaan kegiatan PKPA ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada Ibu Irma Nuryantie, S.Farm., Apt., selaku
pembimbing PKPA di Apotek Kimia Farma No.389 di Jalan Nusantara No.33, Kota
Depok dan kepada Dra. Liliek Nurhidayati, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA
di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila yang telah menyediakan waktu, memberikan
pengarahan, bimbingan selama pelaksanaan kegiatan PKPA serta penyusunan laporan
PKPA ini. Rasa terimakasih juga turut serta penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta,
Prof. Dr. Shirly Kumala, M. Biomed., Apt.
2. Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta,
Dra. Titiek Martati, M.Si., Apt.
3. Apoteker Pendamping, Staf dan Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek Kimia
Farma No. 389 yaitu Ibu Zahrina Failusufia, S.Farm., Apt, Mba Amanda, Mba
Andriyani Safitri, Mba Irna dan Mas Eka Saputra. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kepustakaan
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Jakarta, Februari 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi
iii
BAB III TINJAUAN KHUSUS ..................................................................... 26
A. PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk ....................................... 26
1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ............................... 26
2. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ...................... 28
3. Maksud dan Tujuan ............................................................... 29
4. Budaya Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ............ 30
5. Logo PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ................................... 31
6. Konsep Bisnis Manager ......................................................... 32
B. APOTEK KIMIA FARMA NO. 389 ........................................... 33
1. Lokasi dan Tata Ruang .......................................................... 33
2. Kegiatan Pengelolaan Apotek ................................................ 33
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 41
A. PEMBAHASAN UMUM ............................................................ 41
B. PEMBAHASAN KHUSUS ......................................................... 41
1. Struktur Organisasi ................................................................ 41
2. Lokasi dan Tata Letak Ruang ................................................ 42
3. Pengadaan Obat ..................................................................... 43
4. Penyimpanan Obat ................................................................. 44
5. Pelayanan Obat ...................................................................... 44
BAB V PENUTUP......................................................................................... 46
A. SIMPULAN ................................................................................. 46
B. SARAN ........................................................................................ 46
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Tampilan Etalase Swalayan Apotek Kimia Farma No. 389 ............ 50
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional. Upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti
pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat (1). Salah satu
upaya peningkatan kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. BPJS adalah
badan hukum, yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan
yang bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan,
diperlukan adanya pelayanan kesehatan yang memadai dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara merata, terjangkau, dan bermutu. Pelayanan kesehatan
mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
salah satunya diwujudkan melalui pelayanan yang berhubungan dengan kefarmasian,
khususnya di apotek.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Apotek juga merupakan sarana
penyampaian informasi mengenai obat atau persediaan farmasi secara baik dan tepat,
guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dan menunjang
kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pengobatan mandiri (2). Berdasarkan
1
2
ini di perkuliahan serta untuk mempelajari kegiatan dan permasalahan yang ada dalam
pelaksanaan suatu apotek.
B. TUJUAN
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek
adalah:
1. Mahasiswa PKPA memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
2. Mahasiswa PKPA dapat mengetahui dan memahami peran, fungsi, dan tanggung
jawab apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian di apotek.
3. Mahasiswa PKPA dapat melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan yang dapat
dilakukan dalam rangka pengembangan praktik farmasi komunitas di apotek.
4. Mahasiswa PKPA dapat mempelajari cara mengelola apotek yang baik dan
mengikuti kegiatan rutin secara langsung berbagai kegiatan manajemen, organisasi
dan pelayanan kesehatan yang baik di Kimia Farma Apotek.
C. MANFAAT
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
calon apoteker agar:
1. Mahasiswa PKPA dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas
dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek.
2. Mahasiswa PKPA dapat meningkatkan pemahaman serta mengetahui secara
langsung mengenai penerapan ilmu yang telah diperoleh yang berkaitan dengan
praktik kefarmasian di apotek.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. APOTEK
1. Definisi Apotek (3)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetika.
4
5
Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan harus dapat mendukung dan membantu
upaya pemerintah untuk menyediakan obat bermutu baik dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat, terutama untuk masyarakat yang kurang mampu. Apotek diharapkan
memberikan informasi mengenai penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional yang
bertujuan untuk mendidik masyarakat agar dapat mandiri dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
2) Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup
dan terkunci.
3) Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang
penghentian kegiatan disertai laporan invertarisasi yang dimaksud di atas.
6. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (2)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat dan/atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurangkurangnya memuat nama obat, nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
11
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
a) Pelaporan internal
Pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya.
b) Pelaporan eksternal
Pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat
resep, obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat
dan lain-lain.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah
yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime questions. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga
pasien sudah memahami obat yang digunakan.
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, Apoteker harus membuat catatan
pengobatan pasien (medication record).
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat
yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping. Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang merugikan.
15
disertai penyerahan dokumen resep apotek, narkotika, psikotropika, obat keras, dan
kunci penyimpanan narkotika dan psikotropika
9. Pengelolaan Narkotika
Menurut PERMENKES No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (6). Sesuai dengan PERMENKES Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Penggolongan Narkotika, narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu :
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh: opium, heroin
dan kokain.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan yang
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin dan petidin.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan yang mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein dan etilmorfina (7).
Narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan seksama. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, maka
diadakan pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi pembelian,
penyimpanan, penjualan, administrasi serta penyampaian laporannya.
Untuk mempermudah pengawasan tersebut maka Pemerintah menetapkan PT.
Kimia Farma sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi,
17
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut
hanya boleh dilayani oleh apotek menyimpan resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada
resep-resep yang mengandung narkotika.
d. Pelaporan narkotika
Dalam laporan narkotika diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan
penjualan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan
ditandatangani oleh APA. Pelaporan narkotika memuat nama, bentuk sediaan
dan kekuatan narkotika dan psikotropika, jumlah persediaan awal dan akhir
bulan, jumlah yang diterima, dan jumlah yang diserahkan.
Laporan tersebut ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan :
1) Dinas Kesehatan Propinsi
2) Balai Besar POM Propinsi
3) Penanggungjawab narkotika PT. Kimia Farma (persero) Tbk.
4) Arsip
Selain itu, pelaporan penggunaan obat narkotika dilakukan secara
online melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika),
dengan cara menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP lalu setelah data terinput data tersebut di kirim (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya). Sebelumnya Apoteker mempunyai
password dan username yang telah didapatkan setelah melakukan registrasi
pada Dinkes setempat. Pelaporan dilakukan secara online ke Kementerian
Kesehatan.
Pelayanan resep yang mengandung narkotika dalam PERMENKES No.
3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi disebutkan:
19
e. Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika yang dilaksanakan adalah sama dengan tata
cara pemusnahan narkotika.
B. SEDIAAN FARMASI
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga
keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 917 Tahun 1993 Tentang Wajib Daftar Obat Jadi maka pemerintah
menggolongkan obat jadi sebagai berikut (9):
1. Obat Bebas
Obat Bebas, merupakan obat yang pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam,
mengelilingi bulatan berwarna hijau.
Penandaan obat bebas dapat dilihat pada Gambar II.1. Obat bebas
umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-
antipiretik, obat gosok, beberapa antasida. Isi dalam kemasan obat disertakan
brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan
aturan pakai, nomor bets, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara
penyimpanannya. Obat golongan ini dapat dibeli di Apotek, toko obat, toko
kelontong, warung.
23
Penandaan obat bebas terbatas dapat dilihat pada Gambar II.2. Obat bebas
terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat
dikenali oleh penderita sendiri. Definisi Obat bebas terbatas termasuk obat keras
dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan
ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru.
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada
bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.
24
Penandaan obat keras dapat dilihat pada Gambar II.4. Obat yang masuk ke dalam
golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan
secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial
atau farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan
sebagai obat keras melalui keputusan Menkes RI. Contoh obat keras antara lain
amoksisilin, kaptopril, eritromisin, dan lainnya.
Contoh obat narkotik yaitu Morphin, Codein, Etilmorfin. dsb. Obat narkotika
memiliki tanda berupa lambang medali berwarna merah Penandaan obat narkotika
dapat dilihat pada Gambar II.5.
Definisi psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
25
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
26
27
a. Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk membangun produk
unggulan
b. Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.
c. Accountability
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja
sama.
d. Responsibility
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan
dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah.
31
e. Eco – Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang ramah
lingkungan.
b. Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang
disesuaikan dengan nilai dan citra yang telah menjadi energi bagi PT. Kimia
Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah
ada.
c. Sifat huruf
1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
Barang Apotek (BPBA) kemudian dikirim secara online dan akan terbaca secara
otomatis dikomputer Bisnis Manager. SP dikirim ke BM, kemudian bagian gudang
memeriksa stok barang yang diminta tersebut. Bila stok tersedia, maka gudang akan
menerbitkan faktur dan mengirim barang yang diminta. Bila stok tidak tersedia
maka BM akan melakukan pembelian terlebih dahulu. Barang yang dipesan oleh
BM akan diantar oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) ke BM dan dikirim oleh BM
kepada apotik yang memesan. Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian
mendesak jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak
ada persediaan.
Terdapat lima jenis pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 389, Depok
antara lain:
1) Pembelian rutin
Pembelian rutin dilakukan dengan membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) untuk dikirimkan ke Business Manager (BM) secara online. BM akan
merekap permintaan tersebut dan membuat surat pesanan untuk dikirim ke
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah dipilih oleh bagian pembelian dari daftar
pemasok. Pedagang Besar Farmasi (PBF) kemudian akan mengirim barangbarang
yang dipesan beserta faktur ke masing-masing apotek pelayanan berdasarkan surat
pesanan. Keuntungan dari sistem ini adalah tercapainya efisiensi baik dari segi
waktu, jumlah, maupun biaya. Selain itu apotek yang bersangkutan tidak perlu lagi
memikirkan diskon dan pemilihan PBF. Selain menggunakan BPBA, Apotek Kimia
Farma No. 389 juga telah menerapkan sistem Distribution Center (DC) berdasarkan
data penjualan obat di apotek selama 3 bulan terakhir dan akan terbaca secara
otomatis di komputer BM. Selanjutnya,berdasarkan data barang yang tercatat pada
sistem, barang akan didistribusikan secara langsung dari BM ke Apotek.
2) Pesanan cito
Pesanan cito merupakan pengadaan perbekalan farmasi yang dapat dilakukan kapan
saja karena kebutuhan yang segera. Proses pemesanan hampir sama dengan
pemesanan rutin yaitu tetap dibuat BPBA yang kemudian dikirim ke BM untuk
35
dibuatkan surat pesanan. Namun, dalam pesanan cito barang datang terlebih dahulu
kemudian faktur menyusul.
3) Dropping antar apotek
Dropping antar apotek merupakan permintaan perbekalan farmasi ke Apotek Kimia
Farma lain dengan menggunakan sistem BPBA dropping. Pengadaan ini dilakukan
bila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak tersedia di Apotek, dengan
tujuan untuk menghindari penolakan resep.
4) Pembelian mendesak
Pembelian ini dilakukan kepada apotek pihak ketiga atau apotek swasta selain
Apotek Kimia Farma. Pembelian mendesak dilakukan apabila ada resep dengan
obat yang kurang atau tidak tersedia di Apotek Kimia Farma. Kerugian dari sistem
pembelian ini adalah harga beli yang tinggi dari apotek lain.
5) Konsinyasi
Konsinyasi merupakan bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma No. 389
dengan distributor yang ingin menitipkan produknya di apotek, kemudian setiap
bulan dilakukan pengecekan dari pihak distributor untuk mengetahui jumlah produk
yang terjual. Apotek Kimia Farma menerima barang konsinyasi untuk produk obat
baru, barang promosi, alat kesehatan dan food supplement. Apotek Kimia Farma
No. 389 kemudian membuat faktur setelah ada transaksi penjualan dan membayar
kepada distributor sesuai dengan jumlah produk yang terjual.
b. Penerimaan Barang
Setelah barang pesanan datang maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan
barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama, kemasan,
jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi barang serta dilakukan
pencocokan antara barang yang datang, faktur dan surat pesanan yang meliputi
nama, kemasan, jumlah, harga barang serta nama distributor. Kemudian faktur
ditandatangani dan diberi stempel apotek. Faktur asli diserahkan kembali kepada
petugas pengantar barang untuk kemudian dijadikan bukti salah satu pembayaran.
Faktur umumnya berjumlah 3 lembar, 1 lembar disimpan oleh Apotek pelayanan
36
sebagai arsip, sedangkan 2 lembar disimpan oleh Bisnis Manager untuk kepentingan
administrasi dan pembayaran hutang dagang.
c. Penyimpanan barang
Apotek Kimia Farma No.389 melakukan penyimpanan barang di ruang peracikan
dan di tempat penjualan bebas. Untuk obat-obatan yang dapat dibeli bebas
diletakkan di swayalan farmasi ataupun di depan kasir yang dapat langsung dilihat
oleh pembeli.
1) Penyimpanan barang di ruang peracikan
Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi di ruang peracikan dilakukan oleh
asisten apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus di
input ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal, nomor
dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas
yang melakukan pengisian atau pengambilan barang. Kartu stok ini diletakan di
masing-masing obat atau barang. Setiap asisten apoteker bertanggung jawab
terhadap stok barang yang ada di lemari. Penyimpanan barang untuk obat – obat
ethical disusun berdasarkan farmakologi obat, bentuk sediaan dan alfabetis.
Penyimpanan obat atau barang di ruang peracikan disusun sebagai berikut :
1. Lemari penyimpanan obat ethical
2. Lemari penyimpanan obat generik
3. Lemari khusus yang terkunci untuk penyimpanan obat narkotik. Lemari
penyimpanan obat psikotropika
4. Lemari penyimpanan bahan baku.
5. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.
6. Lemari penyimpanan obat tetes atau drops dan salep.
7. Lemari penyimpanan ampul, vial dan infus.
8. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum,
dan insulin.
9. Lemari penyimpanan alat kesehatan.
10.Lemari penyimpanan obat – obat program BPJS
37
d) Asisten apoteker mencatat jumlah obat dalam resep dan harganya pada lembar
laporan penjualan harian, kemudian resep asli diserahkan ke bagian peracikan
atau penyiapan obat. Asisten apoteker pada bagian peracikan atau penyiapan
obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep.
e) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. Bila obat
hanya diambil sebagian maka asisten apoteker membuat salinan resep untuk
pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapa pula
dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut.
f) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor
resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya serta dilakukan
pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya dan kebenaran kuitansi.
g) Obat kemudian diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep. Alamat
dan nomor telepon pasien dicatat, lalu pasien diberikan informasi tentang cara
pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.
h) Resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan
sekurang-kurangnya tiga tahun. Selain penjualan obat secara tunai, dapat pula
dilakukan penjualan secara kredit yang bekerja sama dengan instansi-intansi
tertentu dengan hubungan kerja sama.
2) Penjualan Obat Tanpa Resep Penjualan tanpa resep terdiri dari Upaya
Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) atau swamedikasi dan Penjualan Obat Bebas.
a) Penjualan Obat untuk Upaya Pelayanan Diri Sendiri (UPDS)
UPDS dilakukan jika pasien berupaya melakukan pengobatan dan perawatan
terhadap penyakitnya secara mandiri. Umumnya UPDS dilakukan untuk
pengobatan pertama sebelum ke dokter dan untuk penatalaksanaan preventif
penyakit degeneratif maupun pencegahan. Produk obat yang digunakan
dalam UPDS biasanya adalah golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan
suplemen. Namun tidak menutup kemungkinanan obat keras dapat diberikan
dalam UPDS. Untuk obat-obat keras yang boleh diberikan dalam UPDS
hanya mencakup obat-obat yang ada dalam daftar obat wajib apotek
(DOWA). Pengumpulan data dan keluhan pasien dilakukan terlebih dahulu
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN UMUM
Apotek merupakan salah satu sarana atau tempat dilaksanakannya pekerjaan
kefarmasian oleh tenaga kefarmasian. Oleh sebab itu, apotek dituntut untuk
menyediakan informasi mengenai penggunaan obat yang tepat, aman, dan rasional
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengobatan atau medication error. Apotek Kimia Farma
merupakan salah satu contoh jaringan Apotek yang memiliki outlet atau cabang yang
tersebar luas di Indonesia. Apotek Kimia Farma No. 389 Nusantara, Kota Depok,
merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT. Kimia Farma Apotek yang terletak di
Jl. Nusantara No 33, Depok. Apotek ini berada dibawah koordinasi Bisnis Manajer
(BM) Depok yang berlokasi bersamaan dengan Kimia Farma No.389. Konsep bisnis
manajer yang diterapkan membuat penyaluran barang atau perbekalan farmasi ke
setiap apotek di wilayah Depok berjalan secara teratur dan efisien dalam jumlah sumber
daya manusia.Seluruh kegiatan apotek pun telah terangkum secara online, sehingga
pengaadaan maupun pendistribusian barang dari apotek dapat dengan mudah ditelusuri
dan tersusun dengan baik. Peran seorang Apoteker diperlukan pada setiap apotek
pelayanan Kimia Farma yakni sebagai pengawas dari setiap kegiatan apotek serta
menjamin terlaksananya konsepasuhan kefarmasian atau Pharmaceutical Care dengan
baik. Seluruh aspek inilah yang menjadikan apotek Kimia Farma profesional dan
terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
B. PEMBAHASAN KHUSUS
1. Struktur Organisasi
Apotek Kimia Farma No. 389 telah melakukan pembagian tugas dan tanggung
jawab pada setiap petugas dalam pengelolaan apotek. Apotek Kimia Farma No. 389
41
42
dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), sebagai Manager Apotek
Pelayanan (MAP) atau Pharmaceutical Manager. APA bertanggung jawab dalam
mengelola seluruh kegiatan Apotek dan memiliki 3 peranan penting sebagai
manager, retailer, dan profesional. Kegiatan pelayanan kefarmasian dilakukan oleh
APA dan dibantu oleh 1 orang Apoteker Pendamping, 3 orang Asisten Apoteker,
dan 1 orang petugas swalayan farmasi (Sales Promotion Girl). Pelayanan
kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 389 dilakukan setiap hari selama 16 jam
dan tetap dilakukan pada hari libur nasional untuk menjamin mutu pelayanan yang
baik kepada masyarakat. Jam kerja terbagi kedalam 2 shift, yaitu shift pagi pukul
07.00 – 15.00 WIB dan shift sore pukul 15.00 – 23.00 WIB
perbekalan kesehatan rumah tangga, serta kebutuhan rumah tangga lainnya di area
swalayan. Obat dan barang diletakkan berdasarkan jenisnya seperti perawatan
tubuh, kosmetik, makanan ringan, minuman, obat-obatan bebas, obat bebas terbatas,
obat tradisional, dan alat kesehatan. Untuk obat bebas dan bebas terbatas, disusun
berdasarkan efek farmakologinya seperti obat diare, batuk flu, maag, suplemen
vitamin. Tata ruang apotek Kimia Farma No. 389 sudah cukup baik untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian. Ruang peracikan telah ditata
sedemikian rupa sehingga menjadi ruang kerja yang memadai dan memudahkan saat
pengambilan obat.
3. Pengadaan Obat
Sistem pengadaan di Apotek Kimia Farma No. 389 dilakukan secara terpusat
dan dikoordinasi oleh Bisnis Manager (BM) Depok. Sistem ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pengadaan barang. Pengadaan
barang diawali berdasarkan atas hasil perhitungan minimal-maksimal oleh BM
bagian pengadaan. Selanjutnya hasil minimal-maksimal tersebut dikorelasikan
dengan jumlah stok yang tersedia di apotek yang dilakukan secara komputerisasi
dan menghasilkan jumlah permintaan kebutuhan untuk suatu apotek berupa surat
pesanan (SP). SP akan diteruskan oleh pihak pengadaan di Bisnis Manager Depok
ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) terkait untuk diproses. Apabila barang yang
diminta terdapat di gudang BM maka akan langsung di dropping ke apotek, namun
bila barang tidak tersedia di BM, maka BM akan melakukan pengadaan barang
dengan pemesanan melalui PBF resmi. Pemesanan obat dari seluruh Apotek Kimia
Farma yang berada dibawah naungan BM Depok, dilakukan di BM dengan tujuan
agar barang yang dibeli dalam jumlah yang banyak sehingga PBF dapat memberikan
diskon yang besar sehingga harga pembelian dapat ditekan dan akan menambah
keuntungan perusahaan. Untuk pengadaan narkotik dan psikotropika dilakukan
langsung tanpa melewati BM dengan membuat Surat Pesanan (SP) yang telah
ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.
44
4. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.389 diatur berdasarkan kelas
terapi dari obat, selanjutnya disusun secara alfabetis, dan dibedakan menurut bentuk
sediaan. Obat dengan nama dagang disusun pada rak yang berbeda dengan obat
untuk program BPJS. Obat-obat yang termolabil, seperti suppositoria, ovula, insulin
disimpan dalam lemari pendingin. Untuk penyimpanan obat narkotika disimpan
dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu, terdiri dari dua bagian yang masing-
masing memiliki kunci yang berbeda. Selain itu, untuk penyimpanan obat
psikotropika juga disimpan dalam lemari terpisah dengan obat lain. Penyimpanan
obat-obat OTC diatur berdasarkan kelas terapi obat dan bentuk sediaannya, hal ini
dimaksudkan agar memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan.
Setiap lemari obat mempunyai penanggung jawab masing-masing, hal ini untuk
memudahkan pengawasan terhadap stok obat. Penggunaan sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out) untuk pengeluaran obat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penumpukan barang yang telah kadaluarsa sehingga
obat-obat yang mempunyai waktu kadarluarsa lebih singkat diletakkan paling depan
yang memungkinkan diambil terlebih dahulu. Selain itu dilakukan pula penandaan
pada tiap produk, untuk mencegah agar produk tidak melewati batas waktu
kadaluarsa selama penyimpanan, dan memudahkan untuk diamati dan dikumpulkan
jika hendak diretur.
5. Pelayanan Obat
Apotek Kimia Farma No. 389 melakukan pelayanan dengan resep dokter,
pelayanan HV (Hand Verkoop), dan penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek)
yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (UpayaPengobatan Diri Sendiri). Apotek
Kimia Farma No.389 dalam pelayanan resep, dapat melayani resep baik secara tunai
maupun kredit. Pelayanan resep tunai yaitu resep yang diterima kemudian dilakukan
pengecekan kelengkapan resep, selanjutnya dilihat persediaan barang yang diminta,
kemudian dilakukan penghargaan melalui sistem komputer dan diinformasikan
kepada pasien, bila pasien setuju maka dilakukan pembayaran dan resep mulai
45
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik, selama mengikuti Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Kimia Farma Apotek No. 389 - Depok adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Apotek terkait dengan kegiatan
manajerial dan pelayanan farmasi klinik kepada pasien yang dilakukan di Apotek,
serta mampu menerapkan dan membedakan antara teori yang selama ini
didapatkan dengan praktek di kehidupan nyata.
b. Terdapat 3 peran seorang Apoteker di apotek yaitu bertindak sebagai
Manager¸Retailer dan Professional yang mengelola Apotek dibantu oleh
Apoteker Pendamping, Tenaga Teknis Kefarmasian dan Sales Promotion Girl.
c. Apotek Kimia Farma No. 389 telah melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian
dengan baik dan telah memenuhi standar pelayanan di apotek antara lain
pengadaan, penyimpanan, penjualan, dan penyerahan obat beserta informasi, dan
pengelolaan serta pelaporan narkotika dan psikotropika.
d. Dengan adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
No. 389, Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan
kefarmasian di apotek, mendapatkan pengetahuan mengenai manajemen
pengelolaan apotek, serta meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi secara
langsung dengan pasien.
B. SARAN
a. Perlu penambahan ruangan khusus untuk konsultasi antara pasien dan apoteker
dalam pelayanan informasi obat
b. Untuk setiap produk yang ada di swalayan farmasi sebaiknya diberi label harga
untuk masing-masing barang yang sesuai dengan harga yang tertera di
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49
DAFTAR LAMPIRAN