LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan PKPA................................................................................................3
A. Definisi Apotek.............................................................................................4
C. Persyaratan Apotek.......................................................................................5
G. Pelanggaran Apotek....................................................................................15
H. Pelayanan Apotek.......................................................................................17
v
K. Obat Wajib Apotek.....................................................................................35
B. Kegiatan PKPA...........................................................................................61
BAB V PEMBAHASAN...............................................................................................64
A. Kesimpulan.................................................................................................73
B. Saran............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................75
LAMPIRAN....................................................................................................................76
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan satu dari beberapa
unsur penting dalam pembangunan sebuah bangsa yang harus diwujudkan
berdasarkan amanat konstitusi. Pembangunan kesehatan pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang serta terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya
kesehatan memerlukan sumber daya kesehatan, yaitu tenaga kesehatan, sarana
kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengolahan kesehatan,
serta penelitian dan pengembangan kesehatan(1).
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. menurut Peraturan Pemerintah No. 51 (PP 51)
tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat, dan obat tradisional. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker(2).
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) yang dilakukan oleh apoteker
merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
1
2
2
3
Apotek Kimia Farma No.50 Bogor, berlangsung mulai dari tanggal 3 - 31 Agustus
2016.
B. TUJUAN PKPA
Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Apotek,
yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pekerjaan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN RUANG LINGKUP APOTEK
A. DEFINISI APOTEK
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pengertian apoteker yang dimaksud dalam peraturan ini adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker(2). Praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan(3).
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan perlu mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi(3). Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi
pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik
negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah
serta memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat.
B. TUGAS DAN FUNGSI APOTEK
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang
Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek
adalah sebagai berikut(4):
4
5
C. PERSYARATAN APOTEK
1. Legalitas
Suatu apotek dapat beroperasi setelah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Surat
Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek
untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Persyaratan
untuk mendapatkan izin apotek adalah sebagai berikut(5):
a. Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau
milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi.
2. Sumber Daya Manusia
Syarat dapat berdirinya sebuah apotek juga ditentukan dari aspek sumber daya
manusia yang akan menyelenggarakan kegiatan di apotek. Ember daya manusia
apotek adalah tenaga kefarmasian yang terdiri dari(2):
5
6
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah memiliki Surat
Izin Apotek (SIA) dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker).
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek disamping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikannya pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek dan memiliki SIPA (Surat Izin Praktek
Apoteker).
c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA
tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, memiliki
SIPA dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
d. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), yaitu tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
a.Sarjana Farmasi
b. Ahli Madya Farmasi
c.Analis Farmasi
d. Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
e. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek
terdiri dari:
1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan
dan pengeluaran uang.
3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan
keuangan apotek.
3. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.
Surat izin sebagaimana dimaksud yang disyaratkan untuk apotek berupa(2):
a. SIPA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek,
puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.
6
7
7
8
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek
lain.
4. Lokasi
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat(4).
5. Sarana Prasarana
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek harus memiliki(3):
a. Ruang Penerimaan Resep
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
c. Ruangan Penyerahan Obat
d. Ruang Konseling
e. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
f. Ruang Arsip
Bangunan apotek harus dilengkapi dengan:
1) Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Penerangan, harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas
dan fungsi apotek.
3) Alat pernadam kebakaran, harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya
dua buah.
4) Ventilasi dan sanitasi yang baik serta memenuhi persyaratan higienis lainnya.
5) Papan nama apotek yang memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola
Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor
telepon apotek (jika ada). Papan nama apotek berukuran minimal panjang 60
cm, lebar 40 cm, dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf
minimal 5 cm dan tebal 5 cm.
8
9
9
10
10
11
11
12
Cara Pemberian Izin Apotek disebutkan bahwa yang dimaksud dengan APA adalah
apoteker yang telah diberi SIA, sedangkan apoteker pendamping adalah apoteker
yang bekerja di apotek disamping APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek, baik APA dan apoteker pendamping harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut(5):
1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker.
3. Memiliki surat izin dari Menteri.
4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai apoteker.
5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain.
12
13
13
14
14
15
Surat Izin Apoteker akan berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat
Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah dikeluarkannya(6):
1. Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali berturut-
turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek.
Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah
membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai POM setempat melakukan
pemeriksaan. Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan/Kota disampaikan langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan
tembusan kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat serta
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat(6).
Apabila surat izin apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker
Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan tersebut
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut (5):
1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras
tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di apotek.
2. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang
penghentian kegiatan disertai laporan inventaris yang dimaksud di atas.
G. PELANGGARAN APOTEK
Berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di Apotek dapat
dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat Apotek
meliputi:
1. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi.
15
16
16
17
H. PELAYANAN APOTEK
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai upaya agar para Apoteker dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, maka standar pelayanan
kefarmasian di apotek diperlukan untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian
kepada masyarakat.
Tujuan disusunnya standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien.
Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi(3):
17
18
1. Pelayanan Resep
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan
resep tersebut sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotik.
a. Pengkajian resep, Apoteker melakukan pengkajian resep meliputi :
1) Kajian administratif meliputi:
a) nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien dan berat badan
pasien;
b) nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat praktek dokter,
nomor telepon praktek dokter dan paraf dokter; dan
c) tanggal penulisan resep.
2) Kesesuaian farmasetik meliputi:
a) bentuk dan kekuatan sediaan.
b) stabilitas.
c) kompatibilitas (ketercampuran obat).
3) Pertimbangan klinis meliputi:
a) ketepatan indikasi dan dosis obat
b) aturan, cara pakai dan dan lama penggunaan obat
c) duplikasi dan/atau polifarmasi
d) reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, dan
manifestasi klnis lain)
e) kontra indikasi
f) interaksi obat.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian, maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis resep.
2) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a) Penyiapan obat
Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep, meliputi:
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat
mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan tanpa resep.
d. Pola penulisan resep oleh dokter sekitar
Ketika sakit, masyarakat di wilayah tersebut lebih senang berobat ke dokter,
maka perlu diperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter
tersebut. Pola peresepan dokter di sekitar apotek dan pola resep yang sering
masuk ke apotek menentukan obat yang perlu dipesan / dibeli. Mayoritas
dokter memiliki pola peresepan yang khas. Pola peresepan tersebut
diamati dengan hati-hati untuk mengetahui obat mana yang sering dan jarang
digunakan. Ketika obat baru diluncurkan ke pasar, umumnya Medical
Representative akan menginformasikan kepada dokter. Banyak dokter yang
memiliki kebiasaan untuk menggunakan obat baru. Apotek sebaiknya
menyediakan obat baru dengan jumlah minimal untuk mencegah kosongnya
obat ketika resep masuk ke apotek.
2. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
Kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik
yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk :
a. memelihara mutu obat,
b. menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
c. menjaga kelangsungan persediaan, dan
23
24
24
25
stok, baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan(surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
8. Pengelolaan Narkotika
Menurut Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika dapat
didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Pengaturan tentang
narkotika bertujuan(8):
b. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
c. Melindungi, dan menyelamatkan bangsa indonesia dari penyalahgunaan
narkotik,
d. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika, dan
e. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna
dan pecandu narkotika.
Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
4) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum untuk
apotek, dan
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab apotek /
apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
c. Penyerahan psikotropika
Penyerahan Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, instalasi farmasi klinik, puskesmas dan dokter. Penyerahan
psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya,
rumah sakit, puskesmas, dokter dan kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan psikotropika (dan narkotika) oleh apoteker kepada dokter
dilaksanakan dalam hal(9):
1) Dokter menjalankan praktik perorangan dengan memberikan psikotropika
(dan narkotika) melalui suntikan, dan/atau
2) Dokter menjalankan tugas atau praktik di daerah terpencil yang tidak ada
apotek atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyerahan psikotropika (dan narkotika) tersebut harus berdasarkan surat
permintaan tertulis yang ditandatangani oleh dokter yang menangani pasien.
d. Pelaporan psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan
penggunaan obat narkotika di lakukan melalui online. Asisten apoteker setiap
bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling
lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
e. Pemusnahan psikotropika
Pemusnahan psikotropika dilakukan dalam hal(9):
32
33
33
34
10. Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa serta Pemusnahan Obat dalam Resep.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek mengenai pemusnahan, diantaranya(3):
a Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
Dinas KesehatanKabupaten/Kota.
b Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan.
c Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
J. KEGIATAN NON KEFARMASIAN
Pengelolaan non teknis kefarmasian, meliputi kegiatan:
1. Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Administrasi pelayanan.
3. Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat.
34
35
35
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. KIMIA FARMA APOTEK
36
37
37
38
3. Budaya Perusahaan
Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai
intiPerseroan (corporates value) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/pedoman
bagiPerseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya meningkatkan
38
39
39
40
5. Logo
40
41
a. Simbol matahari
1) Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.
2) Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya
tersebutadalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam
menjalankanbisnisnya.
3) Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam kearah
baratsecara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen
dankonsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh PT.
KimiaFarma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan
PT.Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi
bagikesehatan masyarakat.
5) Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru
berartikeabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu
makna yaitusemangat yang abadi.
b. Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
yangdisesuaikan dengan nilai dan citra yang telah menjadi energi bagi PT.
KimiaFarma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas
yang telahada.
c. Sifat huruf
1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalambidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan
merupakanperusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan
danoptimisme.
3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
41
42
42
43
3. Struktur Organisasi
Adanya konsep Bisnis Manajer (BM) PT. Kimia Farma Apotek, diharapkan
pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif
dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan
yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan
yang diperoleh melalui konsep BM adalah:
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu
pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada
peningkatanpenjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan penawaran dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang
dagangan yang lebih murah.
43
44
44
45
pasien yang menunggu. Selain itu juga terdapat koran dan majalah yang
dapat dibaca di tempat. Toilet umum terletak di bagian bangunan apotek.
2) Swalayan farmasi
Swalayan terletak di bagian depan sebelah kiri pintu masuk pada bagian
depan. Swalayan farmasi digunakan untuk meletakkan beberapan
merchandise yang dapat dibeli bebas oleh konsumen, seperti paper
product, baby and child product, personal care, beauty care, food
supplement, vitamin, obat tradisional, dan obat OTC. Umumnya swalayan
farmasi ditujukan untuk UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) atau
swamedikasi. Penempatan barang dilakukan berdasarkan kegunaan/jenis
dari obat dan alat kesehatan.
3) Tempat penyimpanan Obat berdasarkan farmakologi
Obat-obat ethical di Apotek Kimia Farma No.50 disusun di rak
berdasarkan farmakologinya dan diurutkan berdasarkan abjad.
Penggunaan dasar farmakologi obat ini dnilai lebih aman untuk
mencegah terjadinya kesalhan pengambilan obat karena obat disekitarnya
memilki efek farmakologi yang sama. Selain itu obat-obat pareto juga
dikelompokkan tersendiri di tempat yang mudah dijangkau oleh petugas
karena obat-obat tersebut fast moving. Obat disimpan di dalam kotak
yang dilengkapi dengan kartu stok. Suhu ruangan diatur sesuai dengan
suhu persyaratan obat pada suhu ruang. Obat-obat yang memerlukan
penyimpanan pada suhu dingin (2-8C) disimpan di lemari es dan
ditempatkan dalam wadah kotak plastik yang telah diberi label nama obat
dan kartu stok barang.
45
46
46
47
47
48
3. Kegiatan Operasional
Kegiatan operasional Apotek Kimia Farma No.50 Bogor dibuka setiap hari dari
pukul 07.30 – 22.30 WIB. Kegiatan ini meliputi kegiatan teknis kefarmasian
(pengadaan barang, penyimpanan, penjualan, pembuatan sediaan dan peracikan)
dan kegiatan non teknis kefarmasian (kegiatan administrasi resep dan non resep).
Kegiatan teknis kefarmasien yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan,
penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta
pengelolaan psikotropika dan narkotika.
4. Pengelolaan Perbekalan Di Apotek
a. Pengadaan barang
Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi dilakukan oleh
seorang Asisten Apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker
48
49
49
50
50
51
Kimia Farma No. 50. Dilakukan kecocokan antara daftar barang yang ada di
kertas dropping dengan fisik meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kesesuaian nama barang, segel kemasan ,
jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang. Petugas penerima barang
adalah asisten apoteker.
c. Penyimpanan barang
Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker.
Setiap barang yang dikirim ke apotek telah dimasukkan ke dalam sistem oleh
DC. Saat dilakukan penyimpanan harus diinput ke dalam komputer dan untuk
ketelitian sebaiknya dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal
pengisian/pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/diambil,
sisa barang dan paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan
barang. Kartu stok ini diletakkan dimasing-masing obat/barang. Setiap
Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di
lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan farmakologi dan alfabetis.
Obat-obat yang dapat dibeli bebas diletakkan di swalayan farmasi yang
disusun berdasarkan farmakologi dan di rak obat yang terletak di belakang
kasir sehingga dapat mudah dilihat oleh pembeli. Penyimpanan obat terdiri
dari :
1) Lemari penyimpanan obat-obat fast moving
2) Lemari penyimpanan berdasarkan farmakologi
3) Lemari penyimpanan obat psikotropika
4) Lemari penyimpanan obat generic
5) Lemari penyimpanan bahan baku
6) Lemari khusus obat narkotik yang terkunci
7) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi
8) Lemari penyimpanan obat tetes/drops, salep dan tetes mata
9) Lemari penyimpanan alat-alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya
51
52
52
53
53
54
54
55
5. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 50 hanya
berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik
penjualan tunai maupun kredit, penyerahan BPBA ke BM serta memasukkan
data resep tunai dan kredit. Hasil penjualan tunai dari kasir kecil masing-masing
apotek pelayanan diserahkan ke kasir besar di BM kemudian dicatat dalam buku
kas. Untuk penjualan kredit masing-masing apotek pelayanan menyerahkan copy
kuitansi kepada bagian administrasi dan dibukukan di kartu piutang. Kegiatan
administrasi di Apotek Kimia Farma No. 50 berupa :
a. Administrasi Resep
Merupakan pencatatan data identitas pasien, penyimpanan Medical Record
(MR), penyimpanan resep, pembuatan kuitansi, salinan resep, pelaporan
resep narkotika dan psikotropika serta pengarsipannya.
b. Administrasi Keuangan
2) Bukti Setoran Kas (BSK)
Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari PhM atas hasil penjualan tunai
pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh PhM.
3) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembayaran
tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS,
HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan dievaluasi oleh PhM. Khusus
untuk laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta
direkap tiap bulan. Seluruh hasil penjualan apotek dalam satu hari (shift
pagi dan shift sore) laporan dibuat dalam bentuk bukti setoran kasir apotek
untuk selanjutnya divalidasi. Validasi adalah proses pengecekan
kebenaran data transaksi tunai yang dicocokan dengan kas yang ada,
kemudian dibuat LIPH yang datanya dikirim ke Business Manager secara
online. Validasi transaksi tunai dan kredit dilakukan tiap hari. Dengan
55
56
56
57
masing diserahkan ke PBF Kimia Farma (SP asli dan 2 lembar copy SP), dan
satu lembar sebagai arsip apotek.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan antara barang yang dikirim dengan faktur.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia FarmaNo. 50
disimpan dalam lemari khusus dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut
dipegang oleh Asisten Apoteker yang telah diberi tanggung jawab.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek Kimia Farma No. 50 hanya melayani resep narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 50 sendiri yang
belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak
melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang
ditulis oleh apotek lain.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Penggunaan
narkotika dilakukan melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) via online oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab.
Asisten apoteker menginput data penggunaan narkotika melalui SIPNAP,
setelah data diinput semuanya kemudian dikirim. Laporan meliputi
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (terdiri dari nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). Setelah itu administrator
SIPNAP akan mengirimkan email balasan ke apotek. Data penggunaan
narkotika yang telah diinput dan email balasan dari administrator SIPNAP
dicetak sebagai arsip apotek.
57
58
f. Pemusnahan Narkotik
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
1) Apoteker Pengelola Apotek membuat dan mendatangani surat
permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis
dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke
Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
3) Panitia pemusnahan dibentuk dan terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek,
Asisten Apoteker, Petugas Balai POM dan Kepala Kantor Dinkes Jawa
Barat.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, maka dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :Hari, tanggal, bulan, tahun, tempat
dilakukannya pemusnahan, nama, jenis dan jumlah narkotika yang
dimusnahkan, cara pemusnahan, petugas yang melakukan pemusnahan,
nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek.Berita acara tersebut
dikirimkan kepada : Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat,
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, dan Arsip apotek
7. Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 50meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 50 dilakukan dengan surat
pemesanan yang ditulis manual dan ditandatangani oleh APA.Surat Pesanan
Psikotropika boleh berisi lebih dari satu jenis obat psikotropika dalam satu surat
pesanan. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke
PBF yang bersangkutan dan salinan sebagai arsip di apotek.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah dari
sediaan farmasi yang lain dan dikunci.
58
59
c. Pelayanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma No. 50 melayani resep psikotropika dari resep asli atau
salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 50 sendiri yang belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh
apotek lain.
d. Pelaporan Psikotropika
Pelaporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulan. Penggunaan
narkotika dilakukan melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) via online oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab. Asisten
apoteker menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP, setelah data
diinput semuanya kemudian dikirim. Laporan meliputi pemakaian psikotropika
untuk bulan bersangkutan (terdiri dari nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan,
persediaan awal bulan). Setelah itu administrator SIPNAP akan mengirimkan
email balasan ke apotek. Data penggunaan psikotropika yang telah diinput dan
email balasan dari administrator SIPNAP dicetak sebagai arsip apotek.
e. Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan
bersamaan dengan pemusnahan narkotika. Setiap pemusnahan narkotika atau
psikotropika wajin membuat berita acara.
8. Pelaksanaan Pemusnahan Resep
Semua resep yang masuk baik asli maupun salinan resep melalui penjualan
tunai harus diatur dan disusun oleh petugas yang ditunjuk untuk diarsipkan
setidaknya selama 5 tahun atau selama waktu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Setelah 5 tahun, maka resep dapat dimusnahkan. Tata cara pemusnahan resep, yaitu :
1. Resep atau salinan resep yang akan dimusnahkan ditimbang beratnya.
2. Setelah ditimbang, dihancurkan menjadi potongan-potongan halus.
3. Kemudian dibakar sehingga tidak mungkin disalahgunakan oleh orang lain.
59
60
60
BAB IV
PELAKSANAAN PKPA
B. KEGIATAN PKPA
Kegiatan yang dilakukan peserta PKPA di Apoteke Kimia Farma No. 50
diantaranya:
1. Mempelajari pengelolaan perbekalan farmasi.
Peserta PKPA mempelajari pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan
lain di apotek mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, sampai dengan pelaporan.
2. Mempelajari ruang lingkup pekerjaan kefarmasian.
Peserta PKPA mengamati dan mendiskusikan ruang lingkup pekerjaan
kefarmasian di apotek yang meliputi apoteker, asisten apoteker, juru racik
dan petugas lain yang membantu keberlangsungan apotek.
3. Mendiskusikan peran, tanggung jawab dan tugas apoteker di Apotek Kimia
Farma No. 50.
4. Mempelajari dan mengikuti pelayanan kefarmasian di apotek diantaranya
a. Pengkajian resep
Pengkajian yang dilakukan adalah kajian resep yang meliputi kajian
administrasi, farmasetik dan klinik. Kajian dilakukan terlebih dahulu
61
62
dengan mengamati pola penulisan resep yang ada di Apotek Kimia Farma
No. 50.
b. Dispensing sediaan farmasi berdasarkan resep yang masuk ke apotek
Peserta PKPA mempelajari dengan ikut secara langsung dalam
pelaksanaan dispensing sediaan farmasi berdasarkan resep dokter mulai
dari menyiapkan obat, menulis etiket, dan menulis salinan resep.
c. Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat yang diberikan oleh peserta PKPA kepada
pasien meliputi nama dan jenis obat, dosis obat, waktu dan cara
penggunaan obat serta efek samping yang mungkin terjadi pada pasien.
d. Swamedikasi
Swamedikasi dilakukan di area swalayan. Peserta PKPA menyambut
pengunjung apotek dan melakukan komunikasi seputar tujuan pasien
datang ke apotek. Pasien yang bertujuan untuk mengobati diri sendiri
dilayani oleh peserta PKPA. Peserta PKPA melaksanakan swamedikasi
dengan menerapkan metode WWHAM.
5. Melakukan inventarisasi dan pengelolaan perbekalan farmasi
Peserta PKPA membantu invetarisasi pengelolaan perbekalan farmasi.
Inventarisasi yang dilakukan adalah pengurangan stok obat secara rutin setiap
obat selesai dikeluarkan.
6. Melakukan pemantauan terapi obat pasien
Pemantauan terapi obat pada pasien dilakukan dengan mengisi form Patient
Medical Record (PMR).
7. Melakukan telefarma
Peserta PKPA melakukan telefarma. Telefarma dilakukan dengan menelpon
pasien untuk mengetahui hasil pengobatan pasien. Data pasien yang dipilih
untuk dilakukan telefarma diperoleh dari hasil analisis PMR. Peserta PKPA
memilih 2 orang pasien prioritas yang pengobatannya memerlukan perhatian,
diantaranya pasien dengan obat anti tuberculosis dan pasien penyakit
hipertensi.
62
63
63
BAB V
PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma No. 50 merupakan salah satu unit dari PT. Kimia Farma
Apotek yang berada di bawah koordinasi Unit BM wilayah Bogor. Apotek tersebut
berlokasi di Jalan Merdeka No. 24 Bogor. Apotek Kimia Farma No. 50 berada di tepi
jalan raya, dekat dengan pertigaan jalan dan juga dekat dengan stasiun Bogor.
Apotek Kimia Farma terletak di daerah pusat perbelanjaan, pertokoan, sekolah, dan
pemukiman penduduk. Lokasi apotek sangat strategis sehingga mudah dijangkau
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kemudahan akses menuju apotek
merupakan faktor penting sehingga pelanggan mudah untuk datang ke apotek.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan apotek adalah desain bangunan
apotek. Pada bagian depan apotek, terdapat tiang logo Apotek Kimia Farma dan
Klinik Kimia Farma sehingga apotek mudah dikenali dan menarik pasien khususnya
yang telah mengenal reputasi atau menjadi pelanggan. Desain interior di apotek
Kimia Farma No. 50 terbagi menjadi ruang laboratorium klinik, optik, ruang tunggu
apotek, swalayan farmasi, loket penyerahan resep, loket penyerahan obat, ruang
penyiapan dan peracikan obat, ruang praktek dokter (dokter spesialis THT, spesialis
penyakit dalam, spesialis jantung, spesialis mata, spesialis kulit dan kelamin,
spesialis kandungan, spesialis syaraf, spesialis anak, spesialis paru, serta dokter
umum), ruang tunggu praktek dokter, dan sarana penunjang seperti toilet, mushola,
dan ruang karyawan. Apotek Kimia Farma No. 50 dilengkapi dengan fasilitas
pendingin ruangan. dan halaman parkir yang cukup luas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Apotek
meliputi sarana yang memiliki fungsi ruang penerimaan resep; ruang pelayanan resep
dan peracikan; ruang penyerahan obat; ruang konseling; ruang penyimpanan sediaan
64
65
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan ruang arsip. Kimia Farma
No. 50 memiliki ruang penerimaan resep yang merangkap sebagai kasir. Ruang
pelayanan resep terletak di bagian belakang ruang penerimaan, meliputi rak obat dan
meja penyiapan yang menyediakan blanko salinan resep, etiket, dan label obat.
Ruang peracikan terletak di bagian dalam apotek, berbeda dengan ruang penerimaan
serta ruang pelayanan resep. Ruang peracikan dilengkapi dengan alat-alat untuk
peracikan seperti blender, timbangan, air mineral, sendok obat, bahan pengemas,
lemari pendingin, dan termometer ruangan. Ruang penyerahan obat terdapat di
bagian depan bersebelahan dengan kasir. Kimia Farma No. 50 tidak memiliki ruang
khusus konseling sehingga konseling oleh Apoteker dilakukan di ruang penyerahan
obat maupun di ruang kerja Apoteker. Ruang penyimpanan obat, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai bergabung dengan ruang pelayanan resep dan peracikan.
Pada ruang penyimpanan dilengkapi dengan lemari obat, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu stok untuk masing-masing obat.
Ruang arsip terletak di bagian dalam apotek yang juga menjadi tempat istirahat
pegawai.
Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 50 terdapat dibagian depan
Apotek yang menyediakan berbagai sediaan farmasi berupa obat-obat Over The
Counter (OTC) yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas, juga menyediakan
kebutuhan lainnya seperti kosmetik, perlengkapan bayi, perbekalan kesehatan rumah
tangga, minuman, dan makanan ringan. Barang-barang di swalayan farmasi disusun
berdasarkan kategori tertentu seperti tradicional medicine, beauty care, dan baby
and child care. Swalayan farmasi memiliki nilai positif untuk Kimia Farma Apotek
yaitu meningkatkan pendapatan apotek di luar pelayanan obat ethical.
Kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja profesi apoteker di Apotek
Kimia Farma No.50 Bogor adalah mengamati dan melaksanakan pelayanan farmasi
dasar, proses pengelolaan perbekalan farmasi, mengamati pemberian informasi obat
dan konseling, serta memperoleh pembelajaran tentang kegiatan administrasi
apotek. Pengelolaan perbekalan farmasi terdiri atas perencanaan, pengadaan,
pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, serta pengelolaan resep dan
65
66
66
67
paraf Dokter penulis resep, nama pasien, umur, alamat, dan nomor
telepon), penetapan harga, dan pemberian nomor resep.
b. Perjanjian dan pembayaran
Terdiri dari mengetahui pengambilan obat semua atau sebagian,
mengetahui ada atau tidak penggantian obat atas persetujuan dokter atau
pasien, pembayaran secara tunai atau kredit, validasi dan penyerahan
nomor resep, serta pembuatan kuitansi dan salinan resep.
c. Penyiapan obat dan peracikan
Terdiri dari penyiapan etiket/ penandaan obat dan kemasan, peracikan
obat (termasuk menghitung dosis, menimbang, mencampur, dan
mengemas), dan penyajian hasil akhir.
d. Pemeriksaan akhir
Terdiri dari memeriksa kesesuaian hasil peracikan dengan resep (yaitu
nomor resep, nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan
pakai, nama pasien, umur, alamat, dan nomor telepon), memeriksa
kesesuaian salinan resep dengan resep asli, dan memeriksa kebenaran
kuitansi.
e. Penyerahan obat dan pemberian informasi
Terdiri dari penyerahan obat yang harus disertai dengan penjelasan
informasi tentang nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan
pakai, efek samping yang mungkin terjadi, interaksi terutama dengan
makanan, dan cara penyimpanan, serta menyerahkan tanda terima kepada
pasien atau penerima obat.
2. Swamedikasi
Pelayanan lain yang dilakukan di Apotek Kimia Farma adalah swamedikasi.
Apotek Kimia Farma No. 50 juga memberikan pelayanan untuk pembelian
obat tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Swamedikasi atau UPDS adalah suatu
perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit ringan yang diderita,
dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran, obat bebas
terbatas, atau obat keras yang termasuk Obat Wajib Apotek (OWA). OWA
67
68
3. Konseling
Pada saat penyerahan obat, pasien harus memperoleh informasi tentang obat
dan pengobatannya. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi nama
obat, kandungan, kekuatan, indikasi, aturan pakai, cara penggunaan
obat, kontraindikasi, efek samping, interaksi, dan cara penyimpanan obat.
Pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat sehingga
pemberian informasi obat lebih ditekankan pada aturan pakai dan cara
penggunaan obat. Pada penyerahan obat juga disampaikan jumlah obat dan
expired date-nya. Terdapat tempat khusus untuk penyerahan obat sehingga
membuat pasien merasa nyaman dan informasi yang disampaikan juga dapat
diterima dengan efektif.
Konseling atau disebut juga dengan konsultasi, dilakukan ketika pasien
meminta untuk berkonsultasi dengan apoteker. Konseling dilakukan di dalam
ruang apotek di tempat kerja APA. Dalam melakukan konseling, tahap
68
69
pertama adalah mengajukan Three Prime Question yaitu apa yang dokter
katakan tentang obat, apa yang dokter katakan tentang cara minum obat, dan
apa harapan dokter tentang terapi. Three Prime Question ini berfungsi untuk
mencegah informasi yang berbeda yang diberikan oleh dokter dan apoteker.
Konseling bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang obat
dan pengobatan, agar pasien terhindar dari penggunaan obat yang salah
sehingga tujuan terapi dapat tercapai dengan baik.
B. LAYANAN PURNA JUAL (AFTER SALE SERVICE)
Apotek Kimia Farma berupaya memberikan pelayanan obat secara menyeluruh
kepada pasien. Layanan yang diberikan pada pasien meliputi home care, tele
farma, SMS Farma, dan Call Center. Masyarakat dapat memperoleh informasi
dari apoteker mengenai layanan obat melalui layanan Tele Farma, SMS Farma,
dan Call Center dengan menghubungi via telepon atau pesan teks.
1. Tele Farma
Telefarma merupakan pelayanan konseling obat oleh apoteker kepada pasien
melalui telepon, menanyakan keadaan pasien, apakah sudah sembuh atau
belum, dan apakah pengobatan yang saat itu sedang dilakukan efektif atau
tidak. Melalui telefarma apoteker dapat memantau proses terapi obat,
kepatuhan pasien dalam melaksanakan proses terapi, dan memantau efek
samping obat yang terjadi selama proses pengobatan terhadap pasien.
2. Home Care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit. Homecare merupakan sarana dimana
apoteker atas persetujuan pasien dapat mengunjungi pasien ke rumahnya lalu
berdiskusi dengan pasien untuk membantu pemantauan proses terapi obat,
kepatuhan dan efek samping obat selama proses terapi.
Layanan home care di Apotek Kimia Farma berfokus untuk mengatur
penggunaan obat secara tepat dengan berkunjung secara langsung ke rumah
69
70
pasien. Layanan ini umumnya ditujukan bagi pasien yang membutuhkan lebih
banyak perhatian, seperti pasien usia lanjut. Apotek Kimia Farma tidak hanya
menjelaskan tata cara penggunaan obat secara tepat kepada pasien secara
tatap muka melalui layanan home care. Layanan home care belum dilakukan
secara rutin. Kegiatan home care dilakukan dengan penentuan prioritas pasien
yang memerlukan perhatian dalam terapi obat yang diterima. Pasien yang
menerima layanan home care umumnya adalah pasien yang terlebih dahulu
ditelepon berdasarkan penelusuran catatan riwayat pengobatan pasien di
Apotek Kimia Farma.
C. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi, sedangkan pengadaan
merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan. Pengadaan sangat penting terhadap pelayanan yang diberikan
apotek, karena proses pengadaan menentukan pula keuntungan dan kerugian
apotek. Pengadaan yang efektif adalah pengadaan yang sesuai jenis dan
jumlah barang serta tepat waktu. Apotek dengan ketersediaan obat yang
lengkap tentu mempunyai citra yang baik di mata konsumen.
Pengadaan barang (selain narkotika dan psikotropika) dilakukan secara
terpusat di BM dengan menggunakan sistem pembelian sentralisasi (pooling
system) dengan menerapkan sistem DC (Distribution Center) dan BPBA
(Bon Permintaan Barang Apotek). Sistem pengadaan DC mempunyai
beberapa keuntungan yaitu:
a. Menghemat faktur sehingga menghemat tenaga untuk memisahkan bon
dan mengentri faktur.
b. Kesalahan dalam mengentri faktur berkurang.
c. Kegiatan yang dilakukan lebih fokus.
d. Diskon yang diperoleh lebih besar.
e. Keuntungan yang diperoleh juga lebih besar.
70
71
2. Pemesanan
Pemesanan yang dilakukan oleh apotek Kimia Farma No.50 Bogor adalah
menyiapkan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) ke Unit Bisnis dan
menyiapkan SP (Surat Pesanan) Narkotika dan Psikotropika. BPBA dikirim
ke Unit Bisnis/BM Bogor secara online melalui system informasi yang
terhubung secara langsung, kemudian BM akan mengubah BPBA menjadi
SP. SP Narkotika dibuat empa trangkap, dua rangkap untuk distributor
(termasuk yang asli) dan dua rangkap untuk apotek, dimana satu SP untuk
satu jenis narkotika. SP psikotropika terdiri dari dua rangkap, asli untuk
distributor dan satu rangkap untuk arsip apotek. SP Psikotropika, satu SP
dapat digunakan untuk beberapa pabrik kecuali Distributor Enseval yang
menghendaki SP harus berbeda untuk pabrik yang berbeda. Surat pesanan
ditandatangani oleh APA. Contoh SP Narkotika dan Psikotropika dapat
dilihat di Lampiran 5 dan 6.
3. Penerimaan
Barang yang datang dari BM dilakukan penerimaan dan pemeriksaan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi nama, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluarsa dan kondisi barang. Untuk sediaan padat seperti tablet dan kapsul,
dipastikan kemasan tidak terbuka atau tidak utuh. Sediaan cair dipastikan
bahwa botol tidak pecah, atau cairan keluar, wadah tidak cacat secara fisik.
Demikian pula dengansediaan semisolid.
71
72
4. Penyimpanan
Penyusunan obat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, dikelompokkan
berdasarkan farmakologi, dan disusun berdasarkan abjad. Obat khusus untuk
Askes di susun di rak terpisah. Golongan narkotika disimpan sesuai peraturan
undang-undang yang berlaku dan golongan psikotropika disimpan di lemari
terpisah untuk menghindari penyalahgunaan. Untuk produk-produk
termolabil, seperti supositoria dan injeksi disimpan di dalam lemari
pendingin. Swalayan pengawasan terhadap kemungkinan kesalahan di setiap
tahapan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi yang lebih fokus. Adanya
beberapa tahapan yang harus dilalui ini untuk memastikan bahwa obat yang
tiba di tangan pasien adalah tepat dan benar.
5. Pengelolaan resep dan obat kadaluarsa
Pengelolaan resep yaitu dengan melakukan penyimpanan resep yang
dikumpulkan sesuai nomor urut dan tanggal resep. Resep disimpan dengan
baik. Resep yang mengandung narkotika diberi tanda garis merah, dipisahkan
dari resep lainnya, dan disusun pula sesuai nomor urut dan tanggal resep
tersebut. Resep disimpan dalam tempat tertentu agar memudahkan
pengontrolan. Resep disimpan selama 3 tahun sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Pengelolaan obat kadaluarsa dilakukan dengan mengecek obat-obat
yang mendekati expired date dan rusak. Pengendalian obat kadaluarsa
penting dilakukan, untuk mencegah pasien menerima obat kadaluarsa akibat
kelalaian. Hal ini dilakukan dengan mencantumkan expired date pada etiket
setiap pembelian obat dan disampaikan pula kepada pasien. Selain itu,
pengendalian obat daluarsa juga dilakukan dengan menandai tahun expired
date obat pada kotak penyimpanan obat dengan label berwarna yang
menunjukkan tahun expired date. Pengendalian obat kadaluarsa akan
meningkatkan kualitas pelayananyangdiberikan oleh apotek dan mencegah
kerugian yang dapat terjadi.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Apoteker sebagai pengelola apotek mempunyai tiga peranan yaitu sebagai
profesional, manajer, dan retailer. Ketiga peranan ini dijalankan Apoteker
Pengelola Apotek (APA) untuk menjamin mutu pelayanan dan manajemen
apotek.
2. Apoteker penanggungjawab apotek dalam kegiatannya dibantu oleh asisten
apoteker. Asisten apoteker diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan
kefarmasian yang tidak dapat secara langsung diberikan oleh apoteker
seperti tele farma, pemantauan terapi obat dan swamedikasi.
3. Apotek Kimia Farma No. 50 belum memiliki apoteker pendamping.
4. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma telah dilakukan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
5. Pelayanan farmasi klinik yang telah dilakukan di apotek Kimia Farma No.50
adalah pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat, pemantauan
terapi obat (PTO), dan pelayanan kefarmasian di rumah (home care).
6. Pelayanan informasi obat umumnya dilaksanakan oleh asisten apoteker.
7. Swamedikasi di Apotek Kimia Farma No. 50 belum menerapkan metode
WWHAM secara efektif.
B. SARAN
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling kepada pasien oleh Apoteker
perlu dimaksimalkan dengan penyediaan ruang khusus konseling.
2. Sebaiknya pelayanan kefarmasian dirumah (home care) dilakukan lebih
rutin, diharapkan dalam satu bulan minimal satu kali kegiatan.
73
74
74
DAFTAR PUSTAKA
75
76
Keterangan:
7 Kimia Farma Apotek:
1. Kimia Farma No. 7, Jl. Ir. H. Juanda No. 30.
2. Kimia Farma No. 50, Jl. Merdeka No. 24.
3. Kimia Farma No. 110, Jl. Kebon Pedes No. 45.
4. Kimia Farma No. 113, Jl. Raya Wangun No. 240 D, Tajur.
5. Kimia Farma No. 348, Jl. Raya Dramaga KM. 8.
6. Kimia Farma No. 362, Jl. Mayor Oking No. 112, Cibinong.
7. Kimia Farma No. 595, Jl. Raya Wangun No. 431, Tajur II.
78
Manajer
Apotek
Pelayanan
Swalayan
Farmasi
Asisten Non
Apoteker Asisten