Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN KHUSUS
PUSAT RISET OBAT DAN MAKANAN

A. SEJARAH
Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) merupakan salah satu unit kerja di
BPOM RI yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan di bidang riset
toksikologi, keamanan pangan, dan produk terapetik. Kegiatan riset tersebut
dilaksanakan untuk mendukung kebijakan BPOM RI dalam melakukan fungsi
pengawasan obat dan makanan dengan melakukan pengembangan di berbagai
hal, yaitu riset yang berbasis laboratorium dan non laboratorium, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, publikasi, serta pengembangan jejaring lintas
sector dan kerjasama dengan stakeholder(8).
Berdasarkan SK Kepala BPOM RI No. 02001/SK/KB/POM tanggal 26
Pebruari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM RI No.
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004, PROM merupakan salah satu unit Eselon II,
bertanggungjawab kepada Kepala BPOM RI dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari secara teknis dibina oleh Deputi. Secara administrasi PROM dibina oleh
Sekretaris Utama. PROM mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan riset guna
menunjang kebijakan BPOM RI melalui Deputi I, II, dan III serta Pusat
Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN)(2).

B. STRUKTUR ORGANISASI
Pimpinan PROM terdiri dari Kepala Pusat, 3 (tiga) Kepala Bidang yaitu Kepala
Bidang Toksikologi, Kepala Bidang Keamanan Pangan dan Kepala Bidang
Produk Terapetik serta satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha. PROM dalam
menjalankan aktivitasnya didukung oleh kelompok jabatan fungsional umum dan

15
16

fungsional pengawas farmasi yang merupakan staf dari masing-masing bidang


dan sub bagian tata usaha (Gambar 3.1).

Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PROM

C. SUMBER DAYA MANUSIA


Jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki PROM untuk melaksanakan
tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan sampai tahun 2014 adalag 32
orang, berasal dari berbagai jenjang dan latar belakang pendidikan. Jumlah SDM
PROM dapat dilihat pada Tabel 1(9).

Tabel 1. Jumlah SDM PROM pada tahun 2014 berdasarkan jenjang pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. S3 1 3,23
2. S2 11 35,48
3. S1 17 54,84
4. Akademi/Diploma 3 1 3,23
5. SLTA 1 3,23
Total 31 100
17

Pada tahun 2015 pegawai PROM bertambah 1 (satu) orang CPNS,


sehingga pada saat ini pegawai PROM berjumlah 32 orang. Pegawai PROM
secara rinci terdiri dari 29 orang wanita dan 3 orang pria dengan pangkat mulai
dari II/d hingga IV/b, dengan pendidikan mulai dari SLTA sampai dengan S3.
Doktora sebanyak 2 orang, Magister sebanyak 10 orang terdiri dari Magister
Sains Bidang Farmasi 4 orang, Magister Kesehatan Masyarakat 1 orang,
Magister Ilmu Pangan 2 orang, Magister Pertanian 1 orang, Master of
Philoshofhy 1 orang, Magister Teknologi Informasi 1 orang, Apoteker 7 orang,
Strata Satu (S1) sebanyak 11 orang, yang terdiri dari Sarjana Kima 2 orang,
Sarjana Biologi 1 orang, Sarjana Teknologi Pertanian 1 orang, Sarjana Ekonomi
3 orang, Sarjana Teknologi Pangan 1 orang, Sarjana Farmasi 1 orang, Sarjana
Administrasi Negara 2 orang. Diploma 3 sebanyak 1 orang yaitu Ahli Madya
Akuntansi 1 orang dan SMEA 1 orang. Tiga orang SDM PROM sedang
melaksanakan tugas belajar, 1 orang S3 di Institut Pertanian Bogor dan 1 orang
S2 di Universitas Katholik Atmajaya, keduanya dengan biaya dari BPOM RI, dan
1 orang melaksanakan tugas belajar S2 di Wageningen Universitas Belanda
dengan Beasiswa dari pemerintah Belanda(8).

D. VISI, MISI DAN TUJUAN


1. Visi
PROM sebagai unit penunjang BPOM RI harus mampu mendukung
keberhasilan program pengawasan di BPOM RI dalam menghadapi dinamika
lingkungan dengan segala bentuk perubahannya. Globalisasi ekonomi
mengharuskan peningkatan daya saing produk agar mampu berkompetisi baik
di tingkat regional maupun internasional. Untuk itu PROM berkewajiban
mendukung BPOM RI dalam memberikan jaminan mutu dan keamanan obat
dan makanan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian
maka visi PROM sesuai dengan visi BPOM RI, yaitu : “Obat dan Makanan
Aman Meningkatkan Kesehatan dan Daya Saing Bangsa”.
18

2. Misi
PROM dalam rangka mewujudkan visi BPOM RI tersebut, telah menetapkan
misi BPOM RI yang sekaligus menjadi misi PROM yakni sebagai berikut :
a. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis resiko
untuk melindungi masyarakat
b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM RI
3. Tujuan
PROM dalam upaya mencapai visi dan misi BPOM RI, maka PROM sebagai
unit penunjang mempunyai tujuan tahun 2015-2019, yaitu meningkatkanya
jumlah pemanfaatan hasil riset, kajian dan survey untuk menunjang
pengawasan obat dan makanan.

E. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati
dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-
nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat
bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Budaya organisasi
PROM mengikuti budaya organisasi BPOM RI seperti tertera pada Budaya
Organisasi BPOM RI.

F. TUGAS POKOK DAN FUNGSI


1. Tugas Pokok
Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM No. 02001/SK/KB/POM tahun 2001
sebagaimana telah diubah berdasarkan Keputusan Kepala BPOM
No.HK.00.05.21.4231 tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM
RI bahwa Pusat Riset Obat dan makanan mempunyai tugas : melaksanakan
kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk
terapetik(2).
19

2. Fungsi
a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan.
b. Pelaksanaan riset obat dan makanan.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

G. KEBIJAKAN MUTU
Kebijakan mutu ditetapkan untuk menghasilkan riset yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Kebijakan mutu PROM diantaranya(9):
1. PROM melaksanakan riset berdasarkan Sistem Manajemen yang mengacu
pada Pedoman Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan
Pengembangan (KNAPPP) 02 : 2007 yang berorientasi pada keluaran hasil
riset yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Riset dikelola secara profesional dengan penugasan tim pelaksana yang
kompeten di bidangnya dan didukung dengan sarana serta prasarana riset
yang memadai.
3. Semua program riset dilaksanakan secara rinci dan terdokumentasi didukung
oleh data yang valid dan dapat dipercaya
4. Hasil riset diperoleh secara obyektif menggunakan pendekatan metode yang
relevan dan akurat serta dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
profesional, bebas dari tekanan komersil dan tekanan lain yang dapat
mempengaruhi hasil riset.
5. Kemampuan SDM senantiasa ditingkatkan baik kualitas maupun jenis
keahlian searah dengan perkembangan IPTEK dan Pembangunan Nasional.
Demikian pula kerjasama antar institusi senantiasa ditingkatkan secara terus
menerus.
PROM sebagaimana kebijakan mutu tersebut telah menerapkan sistem
manajemen mutu yang mengacu pada Pedoman Komite Nasional Akreditasi
Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) 02:2007 dan telah menerima
sertifikat Akreditasi pada tahun yang sama pada tahun 2011. KNAPPP telah
melakukan surveilan dalam rangka reakreditasi PROM pada akhir tahun 2011.
PROM juga telah mendapatkan sertifikat penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 tahun 2012 dan telah menerima resertifikasi pada tahun 2015.
20

H. SARANA DAN PRASARANA


1. Fasilitas Perkantoran
Gedung PROM terdiri dari 2 lantai yang digunakan untuk ruang perkantoran
dan laboratorium. Ruang perkantoran terdiri dari ruang kerja yang meliputi
ruang Kepala PROM, ruang Kepala Bidang dan ruang Kepala Sub Bagian
Tata Usaha. Selain itu juga terdapat ruang pegawai PROM, ruang bendahara,
ruang pantry, ruang ibadah, ruang tamu, gudang ATK, gudang pereaksi,
ruang limbah, ruang gas, ruang panel, dan ruang arsip.
2. Fasilitas Laboratorium
Fasilitas laboratorium PROM terdapat di lantai 1 dan 2. Pada lantai 1 tedapat
Laboratorium Mikrobiologi, sedangkan pada lantai 2 terdapat Laboratorium
Kimia, Fisika, dan Toksikologi.
3. Fasilitas Perpustakaan
PROM memiliki fasilitas perpustakaan dengan berbagai macam koleksi buku
(text book, handbook), prosiding, jurnal dan majalah yang dilengkapi setiap
tahunnya. Ruang perpustakaan yang berukuran sekitar 3,5 x 7,5 meter
sekaligus digunakan sebagai ruang rapat PROM, penyimpanan dokumen
mutu dan ruang baca. Koleksi pustaka disimpan di sebuah lemari kaca besar
agar terlihat rapi dan memudahkan dalam pencarian buku. Perpustakaan
tersebut membantu menyediakan pustaka dalam perencanaan, pelaksanaan
dan penyusunan laporan riset.

I. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis PROM disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai
BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki PROM. Dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019)
diharapkan PROM akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut(9):
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan makanan
Dukungan PROM dalam penguatan sistem pengawasan Obat dan makanan
dilakukan melalui kegiatan riset laboratorium dan riset non laboratorium.
Sasaran kegiatan PROM adalah meningkatnya kualitas riset pengawasan obat
dan makanan. Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat
21

indikator yaitu jumah riset laboratorium dan kajian yang dimanfaatkan. Riset
yang dilakukan adalah riset yang menghasilkan pengetahuan lebih mendalam
tentang pengawasan obat dan makanan, serta membuka peluang bagi
penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Riset yang dihasilkan
berdasarkan jumlah riset laboratorium, riset kebijakan, riset pustaka/kajian,
riset lapangan (survei) yang dilakukan dalam satu tahun.
2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan
pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat.
Salah satu pilar pengawasan obat dan makanan adalah masyarakat sebagai
konsumen. obat dan makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran
(masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga
masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk obat
dan makanan yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Dalam upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait obat dan makanan yang
memenuhi syarat, BPOM RI harus memberikan kegiatan pembinaan dan
bimbingan melalui Komunikasi, Layanan Informasi dan Edukasi (KIE).
Strategi komunikasi yang efektif dapat mengedukasi untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam memilih dan menggunakan obat dan makanan
yang aman, bermanfaat, dan bermutu, serta untuk mengetahui tingkat
kesadaran dan persepsi pelaku usaha terhadap kebijakan/intervensi BPOM
RI, PROM perlu melakukan survei terkait hal tersebut.
3. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM RI
Peran PROM dalam meningkatkan kualitas kapasitas kelembagaan BPOM RI
antara lain dengan dikembangkannya fungsi PROM sebagai laboratorium
investigasi BPOM RI. Sebagai laboratorium investigasi, PROM akan banyak
mendukung kegiatan yang terkait penyidikan dan surveilan serta dukungan
untuk laboratrium keliling. Untuk mewujudkan PROM sebagai lembaga riset
yang handal maka perlu didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang kompeten dan sarana prasarana penunjang kinerja yang memadai.
Dalam rangka peningkatan kompetensi PROM ini maka diperlukan
suatu program peningkatan kompetensi berkelanjutan dalam bentuk
22

pendidikan formal sesuai dengan tupoksi dan tuntutan kegiatan riset.


Berdasarkan surat keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan
(BPOM) Nomor OR.08.1.07.12.4830 tahun 2012 mengenai standar
kompetensi jabatan pegawai negeri sipil di lingkungan BPOM RI. Di
dalamnya mengatur kompetensi inti dan kompetensi peran yang wajib
dimiliki SDM baik yang bersifat teknis dan manajerial. Untuk peningkatan
kompetensi inti diperlukan suatu sistem pendidikan berjenjang yang
berkelanjutan salah satu bentuknya adalah melalui peningkatan kompetensi
melalui pendidikan formal. Pendidikan formal ini diperlukan untuk
memenuhi persyaratan kompetensi inti seperti pemikiran analitis,
pembelajaran berkelanjutan, inovasi, pencarian informasi dan orientasi
berprestasi.

J. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Arah kebijakan dan strategi PROM adalah cara untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang sudah ditetapkan, dan akan menjadi acuan operasional kegiatan
PROM dalam kurun waktu tertentu. Arah kebijakan dan strategi terdiri dari arah
kebijakan, program dan kegiatan yang harus ditetapkan selama tahun 2015-2019.
Dasar penetapan arah kebijakan, program dan kegiatan adalah agar kebijakan,
program dan kegiatan mampu memenuhi kebutuhan seiring dengan
perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat dan semakin kompleks
serta tuntutan kualitas pelayanan yang semakin tinggi. BPOM RI pada umumnya
dan PROM pada khususnya sebagai organisasi pembelajar haruslah bersikap
proaktif dan bukan reaktif menghadapi perubahan tersebut. Oleh karena itu
strategi tersebut dibangun dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Selain itu juga berorientasi pada
kebutuhan masa depan yang didukung dengan komitmen penuh semua SDM
PROM untuk menyatukan segala upaya agar tujuan dan sasaran dapat tercapai(9).
Arah kebijakan dan strategi PROM mengacu kepada arah kebijakan dan
strategi BPOM guna mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu sebagai
berikut:
23

1. Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan makanan Nasional


Strategi pertama adalah penguatan sistem, sarana, dan prasarana laboratorium
Obat dan makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas :
a. Pemantapan penerapan Quality Management System dan persyaratan
Good Laboratory Practices (GLP) terkini.
b. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium sesuai dengan kemajuan
IPTEK.
c. Pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini.
d. Peningkatan kompetensi SDM Laboratorium
Strategi kedua diantaranya:
a. Peningkatan pengawasan post market Obat dan makanan, diselenggarakan
melalui fokus prioritas : Pemantapan pengembangan metode analisa dan
pengujian Obat & Makanan, berdasarkan risk based approaches.
b. Perluasan cakupan pengawasan produk terapetik dan pangan termasuk
jajanan anak sekolah (PJAS) melalui penyediaan metode analisis dan cara
uji cepat dan tepat berdasarkan riset pustaka ilmiah dan Laboratorium.
2. Meningkatkan Kompetensi, Profesionalitas, dan Kapabilitas Modal
Insani
Strategi yang digunakan adalah merancang sistem manajemen modal insani
(Human Capital Management) agar dihasilkan modal insani BPOM yang
andal, adaptif, dan kredibel melalui pendidikan dan pelatihan terstruktur dan
berkelanjutan (continous training and education) baik di dalam maupun di
luar negeri dengan fokus prioritas.
a. Implementasi Reformasi Birokrasi BPOM termasuk peningkatan
pelayanan publik.
b. Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan dan
Pelatihan.
c. Perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) termasuk strategi media komunikasi
d. Perkuatan human capital management BPOM.
24

e. Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan


lingkungan strategis.
f. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated
Bottom Up Planning dan Quality System Evaluation
g. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan Obat dan makanan
3. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dalam Pengawasan Obat dan
makanan
Strategi untuk meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka
Pembagian Peran BPOM dengan Lintas Sektor terkait, yang diselenggarakan
melalui fokus prioritas :
a. Pemantapan Kerjasama riset, pertukaran informasi dengan Perguruan
Tinggi dan sektor terkait dalam dan luar negeri.
b. Perkuatan jejaring komunikasi melalui diseminasi hasil riset.
c. Pemantapan koordinasi pengembangan jamu dari tanaman obat di
Indonesia.

K. PROGRAM DAN KEGIATAN


Program PROM adalah program kerja yang berisi kegiatan yang dilaksanakan
untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran.
Sedangkan kegiatan adalah bagian dari program kerja yang dilaksanakan.
Kegiatan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang
berupa SDM, barang modal termasuk peralatan dan teknologi serta dana.
Program ini diselenggarakan dengan sasaran peningkatan efektivitas
pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat. Kinerja
penyelenggaraan program ini diukur dengan:
1. Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar.
2. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar.
3. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar.
4. Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar.
5. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar.
25

PROM untuk mencapai target indikator tersebut di atas, program PROM


dilaksanakan melalui riset kebijakan pengawasan obat dan makanan, khasiat dan
mutu obat dan makanan. Sasaran dari kegiatan ini adalah Meningkatnya hasil
riset untuk menunjang pengawasan obat dan makanan.
Berikut adalah program-program yang telah direncanakan periode 2015-
2019, dengan visi untuk menjadikan PROM sebagai institusi riset yang handal,
diakui di kalangan institusi riset sejenis, serta memiliki daya ungkit besar dalam
mendukung pengawasan obat dan makanan:
1. Riset Pengembangan Metode Analisa (MA) Obat dan makanan
Peningkatan Cakupan Ketersediaan MA dalam rangka mengawal
implementasi regulasi obat dan makanan. Perkembangan lingkungan strategis
yang menuntut peningkatan kinerja BPOM dalam melakukan pengawasan
pre dan post market terhadap produk beredar, memunculkan regulasi baru
baik berupa pembatasan, pelarangan, maupun standar. Maka perlu disiapkan
metode/teknik pengawasan terbaik agar penerapan regulasi tersebut dapat
dikawal, salah satu tools pengawasan yang menjadi backbound adalah
pengujian laboratorium (lab testing).
Dalam hal ini, beberapa program yang akan dilakukan, meliputi:
a. Pengembangan MA yang aplikatif, inovatif dan antisipatif serta sejalan
dengan perkembangan teknologi terkini. Misal, metode analisis untuk
produk rekayasa genetika dan pangan fungsional. Selain itu juga
dilakukan riset pengembangan metode deteksi cepat (rapid test). Selain
untuk memenuhi kebutuhan rutin MA, program ini bisa juga mendukung
bagi Perkuatan Laboratorium Keliling (Mobile Lab), yaitu inspeksi
mendadak serta pengujian onsite. Untuk itu maka Metode uji cepat perlu
memiliki parameter: sensitif, cepat, mudah, simpel, dan murah serta tidak
memerlukan instrumen berat dan rumit.
b. Riset Pengembangan Kulit Buatan untuk model uji toksisitas topikal in
vitro khususnya terhadap produk kosmetika. Hal ini sesuai dengan isu
global, dimana penggunaan hewan uji sudah harus dibatasi bahkan
dilarang di beberapa negara Uni Eropa. Terobosan baru dengan
26

pengembangan metode pengujian toksisitas invitro tanpa menggunakan


hewan percobaan melainkan kulit buatan merupakan salah satu alternatif
penting.
c. Riset penentuan produk komparator (alternatif pengganti produk
inovator). Hal ini guna memenuhi tuntutan regulasi terkait kewajiban Uji
Ekivalensi bagi pendaftaran obat copy. Beberapa produk inovator sudah
tidak beredar di pasar dalam negeri sehingga untuk memenuhi regulasi
tersebut, BPOM perlu menentukan obat komparator dari obat copy yang
mempunyai profil sangat mirip dengan obat inovatornya.
d. Riset untuk skrining keamanan OT/Produk Herbal, khususnya produk
multi komponen, melalui uji toksisitas in vitro seperti uji sitotoksisitas
dan uji genotoksisitas (uji mutagenisitas dan mikronuleus).
2. Riset Pengembangan Database Fingerprint Tanaman Obat Dan
Database Profil DNA Mikroba Patogen Penyebab KLB Keracunan
Pangan.
Kegiatan ini meliputi:
a. Penyusunan Database Fingerprint (profil kromatogram) Tanaman Obat,
khususnya tanaman yang dilarang dalam OT (negative list). Hal ini
dimaksudkan sebagai library untuk memudahkan/mempercepat deteksi
tanaman tersebut dalam produk OT/herbal. Dilihat dari risikonya, hal ini
sama pentingnya dengan pengawasan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam
OT/jamu. Kegiatan ini akan sekaligus menghasilkan metode analisa untuk
pengujian mutu OT.
b. Riset pembuatan database profil DNA mikroba patogen/mikroba
penyebab keracunan pangan. Kegiatan ini dimaksudkan guna menangani /
mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan akibat
cemaran mikroba yang masih sering dijumpai dimasyarakat. Dengan
adanya database tersebut, deteksi keracunan pangan yang diakibatkan
oleh adanya cemaran mikroba akan dapat dilakukan lebih cepat (rapid
test) karena tidak perlu melakukan kultur mikroba yang membutuhkan
media spesifik dan waktu cukup lama sebelum pengamatan. Dengan
27

demikian penanganan terhadap KLB keracunan pangan akibat mikroba


akan dapat dilakukan dengan lebih baik
3. Pengembangan Fungsi PROM Sebagai Laboratorium Pendukung
Investigasi.
Laboratorium ini ditujukan untuk menjalankan fungsi untuk memenuhi
kebutuhan penelitian/penanganan cepat menghadapi kasus/kejadian luar biasa
di bidang pengawasan obat dan makanan. Hal ini mendukung BPOM dalam
pembuktian melalui pengujian ilmiah yang memerlukan teknik khusus yang
tidak dapat dijawab hanya dengan teknis standar (Metode Baku).
Laboratorium investigasi ini, idealnya harus didukung dengan peralatan yang
lebih canggih dari laboratorium pengujian rutin karena dituntut untuk mampu
menjawab hal-hal yang khusus / tidak biasa dalam waktu yang relatif cepat.
Untuk mendukung operasional lab investigasi diperlukan penyusunan
kebijakan terkait penanganan kasus obat dan makanan (pencemaran,
pemalsuan, keracunan, penyalahgunaan, dan kasus lainnya) yang
memungkinkan PROM memiliki aspek legal penanganan kasus (investigatif,
forensik).
4. Riset Kebijakan (impact analysis, policy analysis).
Riset kebijakan ditujukan antara lain untuk mengukur efektifitas kebijakan
pengawasan obat dan makanan, dampak yang ditimbulkan, serta potensi
dampak yang tidak diharapkan. Kegiatan yang termasuk dalam hal ini, namun
tidak terbatas pada:
a. Riset/Kajian Risiko dampak obat palsu, OT BKO, obat dan makanan
ilegal, terhadap kesehatan masyarakat dan kerugian negara dari segi
ekonomi.
b. Riset/Survey profil produk beredar. Salah satu bentuk survey adalah
terkait Total Diet Study (TDS). Riset tentang total diet study bahan
tambahan pangan (BTP), misalnya, diperlukan sebagai dasar dalam
menentukan batasan BTP yang diijinkan dalam produk pangan yang
beredar di Indonesia.
28

c. Riset Pemantauan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium.


Hal ini dimaksudkan untuk mendukung kebijakan penerapan K3,
khususnya di laboratorium BPOM, sekaligus untuk memberikan
gambaran profil / tren kesehatan pegawai laboratorium dalam periode
kerja tertentu (5 tahunan atau 10 tahunan). Riset pendahuluan akan
memetakan potensi-potensi bahaya yang riil ada, mengembangkan tools
monev yang lebih detil dan sesuai kaidah epidemiologi. Selanjutnya
dilakukan survey melalui pemantauan kesehatan pegawai dalam skala
waktu tertentu untuk membuat gambaran profil/tren kesehatan, yang
dapat digunakan dalam membuat kebijakan terkait implementasi K3 di
masing-masing laboratorium sekaligus pengelolaan SDMnya.
5. Publikasi/Diseminasi Informasi Riset serta Pengembangan Sistem
Informasi Riset.
Mengembangkan Sistem Informasi Riset akan mempercepat upaya mencapai
kemajuan. Dengan Sistem Informasi Riset, pendokumentasian hasil riset,
penelaahan meta analysis, penelusuran ulang data riset, serta kolaborasi
informasi antar peneliti intra maupun inter bidang penelitian akan lebih
mudah dilakukan, sehingga outputnya diharapkan lebih optimal.
Publikasi/Diseminasi informasi riset juga akan meningkatkan popularitas dan
kredibilitas PROM, yang secara tidak langsung akan mendukung reputasi
BPOM di tataran nasional maupun internasional.

Anda mungkin juga menyukai