Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian dari upaya pembangunan
nasional adalah suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan
terarah. Pembangunan kesehatan yang dilakukan melalui pengarahan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dalam rangka
pembangunan kesehatan, maka berbagai upaya kesehatan dilakukan. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/ atau masyarakat.
Pengawasan obat dan makanan di Indonesia merupakan bagian integral
dari pembangunan di bidang kesehatan yang harus dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan strategis. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan
tugas dan tanggung jawab Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) semakin luas dan kompleks. Dalam kaitan ini, yang
menjadi fokus BPOM RI adalah mengurangi paparan resiko yang dihadapi
masyarakat dalam mengkonsumsi obat dan makanan yang semakin meningkat.
BPOM RI tidak dapat berdiri sendiri dalam melakukan fungsi pengawasan
terhadap peredaran obat dan makanan di Indonesia. Pengawasan obat dan
makanan memiliki aspek permasalahan yang berdimensi luas dan kompleks.
Sistem pengawasan yang komprehensif dan menyeluruh diperlukan sejak awal
proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di tengah masyarakat.
Pelaksanaan pengawasan, pemeriksaan, dan pengujian obat dan makanan
dilakukan oleh sumber daya manusia yang unggul berupa tenaga profesional

1
2

yang berkualitas. Salah satu tenaga profesional yang berperan adalah apoteker.
Demi menekan sekecil mungkin risiko yang mungkin terjadi akibat peredaran
ubat dan makanan, diadakan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)
tiga lapisan yaitu pengawasan oleh produsen, pengawasan oleh pemerintah, dan
pengawasan oleh masyarakat. Pengawasan oleh masyarakat diperlukan karena
pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan
mengkonsumsi suatu produk(1).
Akses informasi mengenai mutu dan keamanan suatu produk kepada
masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam melindungi masyarakat dari
obat dan makanan yang berbahaya terhadap kesehatan. Pemberdayaan dan
pendidikan terhadap masyarakat perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat agar dapat membentengi diri dari penggunaan produk obat dan
makanan yang tidak memenuhi syarat. Konteks pemberdayaan masyarakat ini,
perlu dilakukan program komunikasi, informasi, dan edukasi publik secara
terencana dengan baik dengan implementasi yang berkelanjutan.
Salah satu stakeholder potensial BPOM RI adalah civitas akademika
perguruan tinggi. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, daya tangkap
dan pemahaman tentang keamanan obat dan makanan dapat lebih mudah
dibentuk melalui perguruan tinggi. Dalam rangka mendukung program SisPOM,
perlu dilaksanakan kerja sama antara BPOM RI dengan perguruan tinggi. Melalui
kerja sama BPOM RI dengan perguruan tinggi, diharapkan terjadi multiplier
effect dimana penyebaran informasi mengenai mutu dan keamanan produk Obat
dan Makanan dapat terjadi secara terus menerus kepada masyarakat.
Program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di BPOM
RI sebagai bentuk komitmen BPOM RI dalam membangun kemitraan yang
profesional dengan perguruan tinggi di bidang pengembangan Sumber Daya
Manusia Indonesia khususnya dalam membekali mahasiswa peserta PKPA
dengan pengetahuan secara menyeluruh tentang pengawasan obat dan makanan
sebelum nantinya mengaplikasikan ilmunya di masyarakat.
3

B. TUJUAN
Program PKPA di lingkungan BPOM RI mempunyai tujuan:
1. Sosialisasi dan edukasi mengenai mutu dan keamanan produk obat dan
makanan yang beredar di masyarakat, terutama kepada civitas akademika
perguruan tinggi dan mahasiswa peserta PKPA dan secara tidak langsung
kepada masyarakat.
2. Memberikan pembekalan kepada mahasiswa peserta PKPA dengan
pengetahuan menyeluruh mengenai pengawasan obat dan makanan.
3. Meningkatkan kerja sama BPOM RI dengan stakeholder, terutama dengan
perguruan tinggi.
4. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan tanggung
jawab apoteker dalam lembaga pemerintahan seperti BPOM RI.
5. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di lembaga pemerintahan.
6. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang professional.

C. MANFAAT
Program PKPA di BPOM RI diharapkan memiliki manfaat baik kepada
mahasiswa sebagai peserta dan BPOM RI sebagai fasilitator, meliputi:
1. Peserta PKPA dapat memahami mengenai keamanan produk obat dan
makanan yang beredar di masyarakat.
2. Peserta PKPA memiliki wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan menyeluruh
mengenai pengawasan obat dan makanan.
3. Peserta PKPA memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai peran, fungsi,
dan tanggung jawab apoteker dalam lembaga pemerintahan.
4. Mahasiswa PKPA mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di lembaga
pemerintahan.
5. Mahasiswa PKPA dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi
apoteker yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai