OLEH :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Farmasi Dalam Kesehatan Masyarakat
B. Tingkat Pencegahan Penyakit Oleh Farmasi
C.SWAMEDIKASI
BAB III PENUTUP
DAFTARPUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu farmasi dalam Kesehatan Masyarakat
2. Bagaimana Tingkat pencegahan penyakit oleh farmasi
B. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui farmasi dalam kesehatan masyarakat
2. untuk mengetahui tingkat Pencegahan penyakit oleh Farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi farmasi hingga kini masih belum sangat dikenal luas oleh masyarakat.
Padahal sebenarnya, farmasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam
kesehatan masyarakat. Hal ini karena yang paling kompeten tentang obat-obatan
adalah orang-orang farmasi. Keterkaitan farmasis dalam fungsi kesehatan
masyarakat terutama dalam menyusun kebijakan (menyangkut) kesehatan, baik
organisasi, lokal, regional, nasional, maupun internasional.Parameter umum
tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah penggunaan
obat (rasional) yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam
penentuan kebijakan tersebut pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani
secara optimum.
Pharmaceutical Care
Dalam evolusi perkembangan pelayanan farmasi telah terjadi
pergeseran orientasi pelayanan farmasi dari orientasi terhadap produk
menjadi orientasi terhadap kepentingan pasien yang dilatarbelakangi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan serta
menguatnya tuntutan terhadap jaminan keselamatan pasien. Orientasi
terhadap kepentingan pasien tanpa mengesampingkan produk dikenal
dengan konsep Pharmaceutical Care. Dengan banyak ditemukannya
masalah yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya; semakin
meningkatnya keadaan sosio-ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat;
serta adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang
bermutu terutama di rumah sakit maupun di komunitas, Pharmaceutical
Caremerupakan hal yang mutlak harus diterapkan.
Penekanan Pharmaceutical Careterletak pada dua hal utama, yaitu:
a. Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang
dibutuhkan pasien sesuai kondisi penyakit.
b. Apoteker membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan
setelah dimulai secara berkesinambungan.
Secara prinsip, Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian terdiri dari
beberapa tahap yang harus dilaksanakan secara berurutan:
a. Penyusunan informasi dasar atau databasepasien.
b. Evaluasi atau Pengkajian (Assessment)
c. Penyusunan Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK).
d. Implementasi RPK
e. Monitoring Implementasi.
f. Tindak Lanjut (Follow Up).
Keseluruhan tahap pelayanan kefarmasian ini dilakukan dalam suatu
proses penyuluhan dan konseling kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya.
1. Pelayanan Resep
a. Skrining Resep meliputi:
P e r s ya r a t a n A d m i nis t r a ti f :
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
- Nama obat, potensi, dosis, danjumlah yang minta
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
Kesesuaian farmasetik :
- bentuk sediaan,
- dosis, potensi,
- stabilitas,
- inkompatibilitas,
- caradan lama pemberian.
Pertimbangan klinis :
- adanya alergi,
- efek samping,
- interaksi,
- kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain).
- Jika ada keraguan terhadap resep h endakn ya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan m e
m b e ri k a n p e r ti mb an ga n d a n a l t e rn a ti f seperlunya
b i l a p e r l u menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
Konseling
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta
untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan
utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam
membuka sesi konseling untuk pertama kalinya.
Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi
pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah
pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan
oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga
pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker; dan juga untuk
menggali informasi seluas- luasnya (dengan tipe open ended question).
Penyuluhan
Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok;
sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-
pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media
cetak atau elektronik, misalnya penyuluhan tentang pencegahan dan
penanggulangan penyakit liver perlu dilaksanakan secara berkelanjutan mengingat
sebagian besar penyebab penyakit hati adalah karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka terhadap penyakit-penyakit
hati tersebut.
Apoteker diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan
pasien penyakit liver. Penyuluhan secara personal dapat meningkatkan kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatannya. Hendaknya apoteker memastikan bahwa
pasien tahu tentang penyakit yang dideritanya, pentingnya kepatuhan terhadap diet
yang disarankan serta akibat dari ketidakpatuhan atau kelalaian dalam
menjalankan terapi pengobatannya. Pasien harus diberi pengertian bahwa penyakit
liver, khususnya hepatitis dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti
asites, sirosis hati dan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Pasien juga
harus diberikan daftar obat-obatan yang tidak boleh diminum, seperti misalnya
parasetamol yang bersifat hepatotoksik; jadi apoteker harus mengingatkan
pasienuntuk menggunakan obat yang lain (misalnya asetosal) pada saat pasien
terserang demam.
Swamedikasi
Dampak positifnya:
- Pencegahan maupun pengobatan yang lebih dini
- Biaya yang lebih terjangkau dan cepat
Dampak negatifnya :
Pengobatan yg kurang rasional
Manfaat
Swamedikasi bermanfaat dalam pengobatan penyakit atau nyeri
ringan, hanya jika dilakukan dengan benar dan rasional, berdasarkan
pengetahuan yang cukup tentang obat yang digunakan dan kemampuan
nengenali penyakit atau gejala yang timbul. Swamedikasi secara
serampangan bukan hanya suatu pemborosan, namun juga
berbahaya.
Dengan semakin banyak masyarakat yang melakukan swamedikasi,
maka informasi mengenai obat yang tepat & sesuai dengan kebutuhan
mereka juga semakin diperlukan. Dalam hal itulah seorang apoteker
mempunyai peranan penting untuk memberikan informasi yang tepat
tentang obat kepada pasien atau konsumen
Fungsi Farmasi dalam Kesehatan Masyarakat.
Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi
Apoteker di Apotek menurut WHO (World Health Organization)
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars Pharmacist,
yaitu:
KESIMPULAN
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan
upaya kesehatan, yang terdiri atas anamnesa kefarmasian, diagnosa
kefarmasian, tindakan kefarmasian dan evaluasi kefarmasian, selain itu
sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku obat, fitofarmaka, obat
tradisional, kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga) sangat
berguna bagi masyarakat.
Parameter umum tentang hubungan farmasis dengan kesehatan
masyarakat adalah penggunaan obat (rasional) yang terkait
kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam penentuan
kebijakan tersebut pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani
secara optimum.
Masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri yang disebut
swamedikasi namun harus mencari informasi obat yang sesuai
dengan penyakitnya sesuai dengan arahan seorang farmasi.
DAFTAR PUSTAKA