Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“KESEHATAN MASYARAKAT TERKINI DIBIDANG FARMASI”

NAMA: LINDARASWANTI THOMAS

NIM: 013200200131

PRODI: D III FARMASI

STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Farmasi Dalam Kesehatan Masyarakat

B. Tingkat Pencegahan Penyakit Oleh Farmasi

C.SWAMEDIKASI

BAB III PENUTUP

DAFTARPUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa
sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang
lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat
dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa. Dalam arti lain, kesehatan masyarakat adalahkombinasi antara teori (ilmu)
dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Untuk mewujudkan hal ini secara optimal
diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga
dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan

upaya kesehatan, yang terdiri atas anamnesa kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan
kefarmasian dan evaluasi kefarmasian, selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku
obat, fitofarmaka, obat tradisional, kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga)
sangat berguna bagi masyarakat.

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu farmasi dalam Kesehatan Masyarakat
2. Bagaimana Tingkat pencegahan penyakit oleh farmasi
B. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui farmasi dalam kesehatan masyarakat
2. untuk mengetahui tingkat Pencegahan penyakit oleh Farmasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Farmasi Dalam Kesehatan Masyarakat

Profesi farmasi hingga kini masih belum sangat dikenal luas oleh masyarakat. Padahal
sebenarnya, farmasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Hal
ini karena yang paling kompeten tentang obat-obatan adalah orang-orang farmasi. Keterkaitan
farmasis dalam fungsi kesehatan masyarakat terutama dalam menyusun kebijakan (menyangkut)
kesehatan, baik organisasi, lokal, regional, nasional, maupun internasional.Parameter umum
tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah penggunaan obat (rasional)
yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam penentuan kebijakan tersebut
pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani secara optimum.

A. Beberapa hal yang melibatkan farmasis dalam kesehatan masyarakat

· Identifikasi health-related public/comm problems: secara luas berprinsip pada epidemiologi,


termasuk pengumpulan data yg diperlukan untuk penentuan penyebab penyakit, efek (obat),
penyembuhan penyakit. masalah yang muncul di antaranya: prevalensi dan insidensi penyakit,
jumlah dan penderitaan ADRs, tingkat kepatuhan minum obat, biaya, karakteristik peresepan,
kesalahan dispensing, dan pengobatan sendiri.

· Penentuan prioritas kesehatan : lewat proses legislative/regulasi yaitu penentuan alokasi


dana untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan.

· Health planning : setelah prioritas ditentukan, program pelaksanaan disusun secara


sistematik sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

· Evaluasi program : data harus dikumpulkan untuk digunakan sebagai umpan balik bagi
proses perencanaan tugas berikutnya, sehingga sistem menjadi dinamik.

· Reimbursement/economics : alokasi biaya dan pengelolaannya secara efektif – efisien


merupakan faktor esensial. Kelancaran pembiayaan untuk pelayanan seluruh populasi, termasuk
untuk obat, harus diupayakan secara optimal.

· Program legislative/regulasi : penentuan parameter baku mutu pelayanan yg berlaku secara


nasional.

· Increasing access to health services : farmasis merupakan profesional kesehatan


àoptimalisasi fungsi

1. Aktivitas farmasis dalam pelayanan kesehatan masyarakat

· Imunisasi : dalam pemberian tidak berperan, namun suplai logistik merupakan hal yang
esensial. Hal yang lebih penting adalah peran penyuluh kesehatan pada masyarakat, sehingga
dapat meningkatkan partisipasi.

· Penyalah-gunaan dan penggunaan-salah: obat, alkohol, merokok, zat addiktif yang lain,
dosis. Pendidikan merupakan prioritas penentu.

· Penyuluhan penularan penyakit seksual : AIDS à pendidikan perilaku sehat.

· Keluarga berencana : penyuluhan dan penyebaran informasi kesehatan : informasi diit,


latihan fisik, konsep health believe.
· Model, adopsi-inovasi, penggunaan obat secara benar.

· Fluoridation : keseimbangan elektrolit air bersih, kesehatan gigi.

· Promosi kesehatan.

· Pencegahan keracunan : tindakan awal, pertolongan pertama kesehatan, pemberian


antidotum.

· Quackery : obesity, penyakit degeneratif, kronik, menular.

· Persiapan penanggulangan bahaya dan keadaan darurat : perencanaan penanggulangan


bahaya banjir, gempa, epidemi, pandemi, kecelakaan beratàpanduan informasi pencegahan,
penanggulangan penyakit, pppk korban, persiapan obat pertama,

· Pelaksanaannya dalam kelompok terpadu dikelola dengan baik.

· Perlindungan (monitoring) terhadap lingkungan : dampak semua bentuk polusi terhadap


kesehatan harus di-informasikan kepada masyarakatà peran farmasis sebagai pendidik kesehatan
masyarakat/individual

· Keamanan tempat kerja: penjaminan keselamatan tempat kerja, pengobatan sendiri sebagai
pppk, metode pelaporan dan penanggulangan, sehingga dapat segera mendapat penatalaksanaan
yang benar, serta mencegah terulang kembali kejadian yg mirip.

Aktivitas farmasis pada kesehatan masyarakat dapat didasarkan atas 2 karakteristik:

1. Sebagai profesional: kewajiban dan tugas utamanya adalah kesejahteraan pasien di atas
kepentingan sendiri, ekonomi, interes.

2. sebagai warganegara yg menikmati penghormatan khusus (unusual) dari publik:


kewajibannya adalah pengembangan pengabdian profesi (privileged position) untuk kepentingan
publik (masyarakat)à pelayanan kesehatan.

B.Pharmaceutical Care
Dalam evolusi perkembangan pelayanan farmasi telah terjadi pergeseran orientasi
pelayanan farmasi dari orientasi terhadap produk menjadi orientasi terhadap kepentingan pasien
yang dilatarbelakangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
serta menguatnya tuntutan terhadap jaminan keselamatan pasien. Orientasi terhadap kepentingan
pasien tanpa mengesampingkan produk dikenal dengan konsep Pharmaceutical Care. Dengan
banyak ditemukannya masalah yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya; semakin
meningkatnya keadaan sosio-ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat; serta adanya tuntutan
dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu terutama di rumah sakit maupun di
komunitas, Pharmaceutical Care merupakan hal yang mutlak harus diterapkan.

Penekanan Pharmaceutical Care terletak pada dua hal utama, yaitu:

Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai kondisi


penyakit.

Apoteker membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan setelah dimulai secara


berkesinambungan.

Secara prinsip, Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang
harus dilaksanakan secara berurutan:

· Penyusunan informasi dasar atau database pasien.

· Evaluasi atau Pengkajian (Assessment).

· Penyusunan Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK).

· Implementasi RPK.

· Monitoring Implementasi.

· Tindak Lanjut (Follow Up).

Keseluruhan tahap pelayanan kefarmasian ini dilakukan dalam suatu proses penyuluhan dan
konseling kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
B. Tingkat Pencegahan Penyakit Oleh Farmasi

Sebagai seorang tenaga profesional, seorang apoteker hendaknya berperan dalam


membantu upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri.
Apoteker khususnya harus berperan aktif dalam penanganan penyakit-penyakit yang
membutuhkan pengobatan jangka panjang, memiliki prevalensi yang tinggi dan juga
membahayakan jiwa. Penyakit hati termasuk penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat
Indonesia, jenisnya beragam dan membutuhkan penanganan yang berbeda. Peran serta apoteker
ini didasari dengan pengetahuan yang dimiliki apoteker tentang patofisiologi penyakit; diet yang
harus dijalani; obat-obatan yang diperlukan atau harus dihindari oleh pasien penyakit hati.

A. Peran Apoteker

Peran aktif apoteker di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan upaya pencegahan penyakit hati Upayaini diwujudkan melalui:

· Pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit-penyakit hati; gejala awal,


sumber penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus dilakukan.

· Pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat seputar penyakit liver
dalam rangka edukasi di atas.

· Berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui Komite Pengendali
Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan antiseptik dan desinfektan; menyusun
prosedur, kebijakan untuk mencegah terkontaminasinya produk obat yang diracik di instalasi
farmasi atau apotek; menyusun rekomendasi tentang penggantian, pemilihan alat-alat kesehatan,
injeksi, infus, alat kesehatan yang digunakan untuk tujuan baik invasive maupun non-invasif,
serta alat kesehatan balut yang digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan, maupun di unit
perawatan intensif (ICU).

· Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses


penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit. Hal ini
dilakukan dengan cara:
· Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan pola hidup yang
harus dijalani (misalnya: diet rendah lemak dan garam, tidak minum minuman beralkohol,
istirahat yang cukup).

· Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu
penggunaannya.

· Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor
kemungkinan terjadinya efek samping obat.

B. Konseling

Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan
terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat
digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya. Pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut:

Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?

Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?

Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian
informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah pemberian informasi yang
bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan
indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter
atau apoteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended
question).
C. Penyuluhan

Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penyuluhan


langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok; sedangkan penyuluhan tidak
langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet
atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik, misalnya penyuluhan tentang
pencegahan dan penanggulangan penyakit liver perlu dilaksanakan secara berkelanjutan
mengingat sebagian besar penyebab penyakit hati adalah karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka terhadap penyakit-penyakit hati tersebut.

Apoteker diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan pasien


penyakit liver. Penyuluhan secara personal dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatannya. Hendaknya apoteker memastikan bahwa pasien tahu tentang penyakit
yang dideritanya, pentingnya kepatuhan terhadap diet yang disarankan serta akibat dari
ketidakpatuhan atau kelalaian dalam menjalankan terapi pengobatannya. Pasien harus diberi
pengertian bahwa penyakit liver, khususnya hepatitis dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut
seperti asites, sirosis hati dan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Pasien juga harus
diberikan daftar obat-obatan yang tidak boleh diminum, seperti misalnya parasetamol yang
bersifat hepatotoksik; jadi apoteker harus mengingatkan pasien untuk menggunakan obat yang
lain (misalnya asetosal) pada saat pasien terserang demam.

C.SWAMEDIKASI

Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota
masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern.

Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-obatan atau


menenangkan diri bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata.
Pengobatan diri sendiri sering disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri, untuk
meringankan penderitaan mereka sendiri atau sakit. Dasar hukumnya permekes
No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun
bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan
penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi
obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang
ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya ada lima komponen informasi yang yang diperlukan
untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang kandungan
aktif obat (isinya apa?), indikasi (untuk mengobati apa?), dosage (seberapa banyak? seberapa
sering?), effek samping, dan kontra indikasi (siapa/ kondisi apa yang tidak boleh minum obat
itu?).

Kriteria obat yang digunakan

Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan


tanpa resep:

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan

4. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan

5. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia

6. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan


untuk pengobatan sendiri

Dampak positifnya :

 Pencegahan maupun pengobatan yang lebih dini


 Biaya yang lebih terjangkau dan cepat

Dampak negatifnya :

 Pengobatan yg kurang rasional

Manfaat

Swamedikasi bermanfaat dalam pengobatan penyakit atau nyeri ringan, hanya jika
dilakukan dengan benar dan rasional, berdasarkan pengetahuan yang cukup tentang obat yang
digunakan dan kemampuan nengenali penyakit atau gejala yang timbul. Swamedikasi secara
serampangan bukan hanya suatu pemborosan, namun juga berbahaya.

Dengan semakin banyak masyarakat yang melakukan swamedikasi, maka informasi


mengenai obat yang tepat & sesuai dengan kebutuhan mereka juga semakin diperlukan. Dalam
hal itulah seorang apoteker mempunyai peranan penting untuk memberikan informasi yang tepat
tentang obat kepada pasien atau konsumen.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

· Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan
yang bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan upaya kesehatan, yang terdiri atas
anamnesa kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan kefarmasian dan evaluasi kefarmasian,
selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku obat, fitofarmaka, obat tradisional,
kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga) sangat berguna bagi masyarakat.

Parameter umum tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah


penggunaan obat (rasional) yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam
penentuan kebijakan tersebut pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani secara optimum.

· Masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri yang disebut swamedikasi namun


harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya sesuai dengan arahan seorang
farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. “Kesehatan Masyarakat”. Jakarta: Rineka Cipta

http://swamedikasi.wordpress.com/
http://www.umy.ac.id/profesi-farmasi-perlu-dikenalkan-pada-masyarakat.html

http://ilmukesmas.com/upaya-peningkatan-kesehatan-masyarakat/

http://filosofi-konsep-diri-profesi-farmasi.ppt

Anda mungkin juga menyukai