NIM: 013200200131
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
C.SWAMEDIKASI
DAFTARPUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa
sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang
lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat
dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa. Dalam arti lain, kesehatan masyarakat adalahkombinasi antara teori (ilmu)
dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Untuk mewujudkan hal ini secara optimal
diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga
dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan
upaya kesehatan, yang terdiri atas anamnesa kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan
kefarmasian dan evaluasi kefarmasian, selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku
obat, fitofarmaka, obat tradisional, kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga)
sangat berguna bagi masyarakat.
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu farmasi dalam Kesehatan Masyarakat
2. Bagaimana Tingkat pencegahan penyakit oleh farmasi
B. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui farmasi dalam kesehatan masyarakat
2. untuk mengetahui tingkat Pencegahan penyakit oleh Farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi farmasi hingga kini masih belum sangat dikenal luas oleh masyarakat. Padahal
sebenarnya, farmasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Hal
ini karena yang paling kompeten tentang obat-obatan adalah orang-orang farmasi. Keterkaitan
farmasis dalam fungsi kesehatan masyarakat terutama dalam menyusun kebijakan (menyangkut)
kesehatan, baik organisasi, lokal, regional, nasional, maupun internasional.Parameter umum
tentang hubungan farmasis dengan kesehatan masyarakat adalah penggunaan obat (rasional)
yang terkait kebijakan publik. Jika farmasis tidak terlibat dalam penentuan kebijakan tersebut
pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlayani secara optimum.
· Evaluasi program : data harus dikumpulkan untuk digunakan sebagai umpan balik bagi
proses perencanaan tugas berikutnya, sehingga sistem menjadi dinamik.
· Imunisasi : dalam pemberian tidak berperan, namun suplai logistik merupakan hal yang
esensial. Hal yang lebih penting adalah peran penyuluh kesehatan pada masyarakat, sehingga
dapat meningkatkan partisipasi.
· Penyalah-gunaan dan penggunaan-salah: obat, alkohol, merokok, zat addiktif yang lain,
dosis. Pendidikan merupakan prioritas penentu.
· Promosi kesehatan.
· Keamanan tempat kerja: penjaminan keselamatan tempat kerja, pengobatan sendiri sebagai
pppk, metode pelaporan dan penanggulangan, sehingga dapat segera mendapat penatalaksanaan
yang benar, serta mencegah terulang kembali kejadian yg mirip.
1. Sebagai profesional: kewajiban dan tugas utamanya adalah kesejahteraan pasien di atas
kepentingan sendiri, ekonomi, interes.
B.Pharmaceutical Care
Dalam evolusi perkembangan pelayanan farmasi telah terjadi pergeseran orientasi
pelayanan farmasi dari orientasi terhadap produk menjadi orientasi terhadap kepentingan pasien
yang dilatarbelakangi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
serta menguatnya tuntutan terhadap jaminan keselamatan pasien. Orientasi terhadap kepentingan
pasien tanpa mengesampingkan produk dikenal dengan konsep Pharmaceutical Care. Dengan
banyak ditemukannya masalah yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya; semakin
meningkatnya keadaan sosio-ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat; serta adanya tuntutan
dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu terutama di rumah sakit maupun di
komunitas, Pharmaceutical Care merupakan hal yang mutlak harus diterapkan.
Secara prinsip, Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang
harus dilaksanakan secara berurutan:
· Implementasi RPK.
· Monitoring Implementasi.
Keseluruhan tahap pelayanan kefarmasian ini dilakukan dalam suatu proses penyuluhan dan
konseling kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
B. Tingkat Pencegahan Penyakit Oleh Farmasi
A. Peran Apoteker
· Pembuatan buletin, leaflet, poster, dan iklan layanan masyarakat seputar penyakit liver
dalam rangka edukasi di atas.
· Berpartisipasi dalam upaya pengendalian infeksi di rumah sakit melalui Komite Pengendali
Infeksi dengan memberikan saran tentang pemilihan antiseptik dan desinfektan; menyusun
prosedur, kebijakan untuk mencegah terkontaminasinya produk obat yang diracik di instalasi
farmasi atau apotek; menyusun rekomendasi tentang penggantian, pemilihan alat-alat kesehatan,
injeksi, infus, alat kesehatan yang digunakan untuk tujuan baik invasive maupun non-invasif,
serta alat kesehatan balut yang digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan, maupun di unit
perawatan intensif (ICU).
· Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu
penggunaannya.
· Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor
kemungkinan terjadinya efek samping obat.
B. Konseling
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan
terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat
digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya. Pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian
informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah pemberian informasi yang
bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan
indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter
atau apoteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended
question).
C. Penyuluhan
C.SWAMEDIKASI
Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota
masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern.
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
4. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
Dampak positifnya :
Dampak negatifnya :
Manfaat
Swamedikasi bermanfaat dalam pengobatan penyakit atau nyeri ringan, hanya jika
dilakukan dengan benar dan rasional, berdasarkan pengetahuan yang cukup tentang obat yang
digunakan dan kemampuan nengenali penyakit atau gejala yang timbul. Swamedikasi secara
serampangan bukan hanya suatu pemborosan, namun juga berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
· Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan
yang bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan upaya kesehatan, yang terdiri atas
anamnesa kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan kefarmasian dan evaluasi kefarmasian,
selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku obat, fitofarmaka, obat tradisional,
kosmetika, nutrisi tambahan, alat keshatan rumah tangga) sangat berguna bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://swamedikasi.wordpress.com/
http://www.umy.ac.id/profesi-farmasi-perlu-dikenalkan-pada-masyarakat.html
http://ilmukesmas.com/upaya-peningkatan-kesehatan-masyarakat/
http://filosofi-konsep-diri-profesi-farmasi.ppt