Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

PROGRAM PENGOBATAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

MUTIA FEBRINA (1910070120015)

DOSEN PEMBIMBING : HARY BUDIMAN, SKM, M.Kes

UNIVERSITAS BAITURRAHMA PADANG


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan rahmat serta karunia Nya memberikan
nikmat Nya kepada saya sehingga dipermudah dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini, saya susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar
Administrasi Kebijakan Kesehatan di Universitas Baiturrahmah.

Dalam penulisan, saya berupaya sesederhana mungkin karena saya mengerti dengan
keterbatasan yang ada pada saya. Sehingga diharapkan tidak mengurangi kualitas, tetapi tetap
dapat memudahkan rekan mahasiswa dan lainnya dalam memahami isi kandungan dalam
makalah ini

Tak lupa pula, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen, selaku
dosen Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan yang terus membimbing saya dalam
menyelesaikan tugas ini.

Besar harapan saya , agar kiranya rekan sejawat memberikan saran dan kritiknya demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya

         

Padang, 26 April 2020

Penulis

                              
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat“,diantaranya dilaksanakan


melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah
membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan
mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas telah
melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin
meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin
meningkatnya status gizi masyarakat dan umur harapan hidup (Kepmenkes, 2004).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan. Puskesmas berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi segala
harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat

Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi


pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan
yang dilakukan puskesmas, selain dari intern sendiri tetapi juga perlu peran serta masyarakat
dalam pengembangan kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar,
sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih berkembang.

Upaya kesehatan wajib dalam puskesmas yang biasa dikenal dengan “basic six”
yang terakhir yaitu tentang upaya pengobatan dasar yang ditujukan kepada semua
penduduk, tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian pengobatan dasar?

2.      Apa tujuan dan jenis-jenis pengobatan dasar?


3.      Apa program kerja dan kegiatan pokok pengobatan dasar?

4.      Bagaimana Pelaksanaan dan Pergerakan program pengobatan dasar?

5. Apa Indikator Keberhasilan Program Pengobatan?

6. Apa saja Dasar kebijakan program pengobatan?

7. Bagaimana Inovasi program pengobatan?

C.    Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.      Mengetahui pengertian pengobatan dasar

2.       Mengetahui tujuan dan jenis-jenis pengobatan dasar

3.      Mengetahui program kerja dan kegiatan pokok pengobatan dasar

4.      Mengetahui Pelaksanaan dan Pergerakan pengobatan dasar

5. Mengetahui Indikator keberhasilan program pengobatan

6. Mengetahui dasar kebijakan program pengobatan

7. Mengetahui inovasi program pengobatan

D.    Manfaat

Makalah Program pengobatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk
mahasiswa, petugas kesehatan, dan masyarakat pada umumnya serta dapat diaplikasikan guna
meningkatkan pembangunan nasional di bidang kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

A.       Pengertian

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses
pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan
untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil
mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang
rasional.

Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi,
diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga
terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia
suatu pedoman atau standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan
kesehatan dasar atau puskesmas.

Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas pertama kali diterbitkan pada tahun 1985
dan mendapat tanggapan yang sangat menggembirakan bagi pelaksana pelayanan kesehatan
dasar. Telah pula dicetak ulang beberapa kali dan terakhir tahun 2002 tanpa merubah isinya.
Oleh karena kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maupun
farmasi menuntut tersedianya suatu pedoman yang mengikuti perkembangan, sehingga perlu
merevisi pedoman tersebut (Depkes, 2007).

B.        Tujuan dan Manfaat Pengobatan

1.      Tujuan Pengobatan

Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesia


-          Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang

-          Berkurangnya penderitaan karena sakit

-          Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan

-          Merujuk penderita ke fasilitas diagnosa dan pelayanan yang lebih canggih bila perlu

2.      Tujuan Pedoman Pengobatan.

Tujuan Pedoman Pengobatan dikelompokkan dalam beberapa hal:

o    Mutu Pelayanan Pengobatan. Oleh karena Pedoman Pengobatan hanya memuat obat yang
terpilih untuk masing-masing penyakit / diagnosis.

o    Standar Profesi. Senantiasa menjadi standar profesi setinggi-tingginya karena disusun dan
diputuskan atas kesepakatan para ahli.

o    Pengamanan Hukum. Merupakan landasan hukum dalam menjalankan profesi karena disusun
dan disepakati para ahli dan diterbitkan oleh pemerintah.

o    Kebijakan dan Manajemen Obat. Perencanaan obat yang digunakan akan lebih tepat, secara
langsung dapat mengoptimalkan pembiayaan pengobatan

3.      Manfaat Pedoman Pengobatan. Beberapa manfaat dengan adanya pedoman pengobatan:

o    Untuk pasien. Pasien hanya memperoleh obat yang benar dibutuhkan.

o    Untuk Pelaksana Pengobatan. Tingkat profesionalisme tinggi karena sesuai dengan standar.

o    Untuk Pemegang Kebijakan Kesehatan dan Pengelolaan Obat. Pengendalian biaya obat dan
suplai obat dapat dilaksanakan dengan baik

C.       Jenis-jenis Pengobatan Dasar

1.      Pengobatan Dalam Gedung :

Ø  Poli Umum

Ø  Poli Gigi (Rawat Jalan)

Ø  Apotek

Ø  Unit Gawat Darurat (UGD)


Ø  Perawatan Penyakit (Rawat Inap)

Ø  Pertolongan Persalinan (Kebidanan)

2.      Pengobatan Luar Gedung :

Ø  Rujukan Kasus

Ø  Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)

3.   Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya

Ø  Kegiatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yang dilaksanakan dalam gedung meliputi
pelayanan: (Pendaftaran;Pemeriksaan dan konsultasi kesehatan; Pelayanan pengobatan dasar,
umum dan gigi; Tindakan medis sederhana; Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
pemeriksaan Ibu Hamil dan Ibu Nifas; Imunisasi; Pelayanan KB; Pelayanan laboratorium
sederhana dan penunjang lainya)

Ø  Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan, meliputi
pelayanan: (Pelayanan perawatan pasien; Persalinan normal dan perawatan Nifas; Tindakan
medis yang dibutuhkan; Pemberian obat-obatan (generik); Pemeriksaan Laboratorium dan
penunjang medis lainnya; Perawatan perbaikan gizi buruk)

Ø  Pelayanan gawat darurat (emergency) merupakan bagian kegiatan puskesmas termasuk


penangan Obstetri-Neonatal

Ø  Pelayanan kesehatan Luar Gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringanya, meliputi
kegiatan: (Pelayanan rawat jalan melalui Puskesmas Keliling roda empat, Pusling perairan
maupun roda dua; Pelayanan kesehatan di Posyandu, Polindes/Poskesdes dan Poskestren;
Pelayanan kesehatan melalui knjungan rumah bagi pasien pasca rawat inap (home care);
Penyuluh kesehatan; Imunisasi; Pelayanan ibu hamil melalui berbagai kegiatan/program;
Pelayanan Nifas; Surveilans penyakit dan surveilans gizi; Kegiatan sweeping; Fogging
(pengasapan), Pemberantasan sarang nyamuk (PSN); Pelayanan kesehatan lainnya yang
menjadi tugas dan fungsi Puskesmas)

D.       Penilaian Program kerja pengobatan


1.      Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:

Ø  Mendapatkan riwayat penyakit

Ø  Mengadakan pemeriksaan fisik

Ø  Mengadakan pemeriksaan laboratorium

Ø  Menbuat diagnosa

2.      Melaksanakan tindakan pengobatan

3.      Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa:

Ø  Rujukan diagnostik

Ø  Rujukan pengobatan atau rehabilitasi

Ø  Rujukan lain, Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,


keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.

E.        Indikator Keberhasilan Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain:

a.       Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diseluruh


puskesmas dan jaringannya

b.      Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan

c.       Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk


penduduk miskin

d.      Peningkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah sakit.

F.       Pelaksanaan dan Pergerakan Pelayanan Pengobatan Dasar

Secara umum alur pelayanan pasien di Puskesmas adalah sebagai berikut :

1.      Pasien berkunjung ke puskesmas, ada beberapa Puskesmas yang menyediakan nomer


antrian baik berupa kertas bertuliskan nomer urut atau yang sudah digital. Namun ada juga
puskesmas yang percaya pada kesadaran pasien sendiri untuk antri sehingga tidak perlu
menyerobot urutan Pasien lainnya.
2.      Pasien dipanggil sesuai nomor urutan untuk didaftar di loket pendaftaran. Pada proses ini,
dicatat nomer Rekam Medis Pasien atau dibuatkan nomer rekam medis untuk Pasien yang
baru pertama kali berkunjung.

3.      Pasien menunggu sementara petugas akan mencari Rekam Medis Pasien yang bersangkutan
di ruang catatan medis, untuk diberikan ke unit Pelayanan atau Poli dimana tempat Pasien
ingin berobat.

4.      Pasien dipanggil oleh petugas bisa juga oleh perawat.

5.      Pasien diperiksa, dicatat Anamnesis, Terapi, Diagnosa dan lain-lain, termasuk obat yang
diberikan dan tindakan medis kalau ada.

6.      Pasien keluar, sementara dari unit pelayanan membuat resep untuk diberikan ke ruang obat.

7.      Pasien dipanggil untuk membayar (di beberapa daerah sudah gratis), kemudian dipanggil
lagi untuk menerima obat.

8.      Pasien pulang.

Berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat, tentu ada


perbedaan alur pelayanan yang harus diikuti, khususnya antara puskesmas rawat jalan dan
puskesmas rawat inap (perawatan). Perbedaan utama alur pelayanan tergantung pada kasus
yang bersifat darurat (emergency) seperti: serangan penyakit akut, kecelakaan lalu lintas.
Kondisi seperti ini kemungkinan tidak mengikuti alur baku, bisa langsung menuju ruang
gawat darurat atau ruang tindakan yang terdapat di puskesmas. Bila keadaannya normal dan
wajar  saja, maka pada umumnya, pengunjung puskesmas, harus mengikuti prosedur alur
pelayanan standar rawat jalan, seperti paparan ringkas berikut ini.

1.         Mendaftarkan identitas pasien di ruang loket/kartu

Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar tercatat dalam kartu kunjungan


pasien, dengan menunjukkan kartu identitas (KTP, askes, jamkesmas,jamkesmasda) yang
masih berlaku
2.         Menunggu giliran panggilan di ruang tunggu

Silahkan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti giliran panggilan pelayanan yang
diperlukan

3.         Menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan

Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien diarahkan langsung menuju
tempat pemeriksaan dokter (poli umum,poli gigi atau poli KIA) sesuai keluhan yang
dialaminya.

4.         Mengambil resep obat di ruang apotek

Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah diperiksa dokter, dimohon menunggu
dengan sabar, pelayanan obat yang bisa ditebus langsung di ruangan apotek puskesmas.

5.         Meninggalkan ruangan puskesmas

Para pengunjung mengecek kembali perlengkapan yang dibawa dan diwajibkan selalu
berpartisipasi aktif menjaga kebersihan dan keasrian ruangan pelayanan dan halaman
puskesmas.

G.         Dasar Kebijakan Program Pengobatan Di Indonesia

Dalam Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS) tahun 1983 target kewajiban


Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa “ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan sebesar 90 %, pengadaan obat essensial
100 % dan pengadaan obat generik 100 %. Dasar perhitungan kebutuhan biaya obat yang
ideal dan rasional dalam satu tahun secara global adalah sebesar 60 % X jumlah penduduk X
biaya obat per kapita. Direktur Bina Obat dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada bulan
Maret 2006 dalam Rapat Konsolidasi (RAKON) tingkat Pusat di Pontianak mengemukakan
bahwa standar biaya obat publik rasional menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
adalah US $ 2 per kapita, sedangkan Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) US $ 1 per kapita atau diasumsikan sekira Rp 9.000,00 (sembilan ribu rupiah)
per kapita. Selain itu hasil Rapat Konsolidasi (RAKON) Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan tahun 2002 di Bandung merekomendasikan bahwa alokasi dana obat publik untuk
PKD dalam satu tahun minimal sebesar Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah) per kapita, artinya
biaya penyediaan obat adalah sebesar jumlah penduduk X Rp. 5.000,00, namun setiap daerah
masih belum mampu memenuhi kebutuhan obat sesuai dengan standar.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah diisebutkan bahwa Subsistem obat
dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pemenuhan kebutuhan serta pemanfaatan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan
secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah
tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan
merata serta termanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Unsur utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari :

1.         Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan
mutu obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

2.         Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah direncanakan sesuai
kebutuhan pembangunan kesehatan

3.         Pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemerataan dan peningkatan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.

4.         Pengawasan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin ketersediaan,


keterjangkauan, keamanan serta kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan.

H.         Inovatif Program Pengobatan Di Indonesia

Inovatif dalam program pengobatan di Indonesia adalah diciptakan suatu program yang
kreatif

guna membangun minat masyarakat akan pengobatan . Contohnya adanya program

MASTOBAT (Masyarakat Taat Obat) dimana program ini bertujuan untuk mengajak

masyarakat yang sakit agar taat akan menjalankan atau meminum obatnya agar bisa kembali

sehat
Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan Di Sumatera Barat :

Tujuan program: menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan


perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan

kosmetika.

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:

1.      Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;

a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan


kesehatan di sector publik;
b. Melaksanakan pengadaan buffer stock obat dan perbekalan kesehatan essensial untuk
pelayanan kesehatan dasar, obat-obatan jangka panjang yang tidak terjangkau oleh daya beli
masyarakat dan orphan drugs (obat-obatan langka) serta obat dan perbekalan kesehatan
untuk keluarga miskin; (c) Memfasilitasi daerah dalam penyediaan obat-obatan, alat-alat
medis, peralatan terapi medis dan perbekalan kesehatan;
c. Melaksanakan monitoring ketersediaan obat dan perbekalan di sarana
distribusi maupun di sarana pelayanan kesehatan termasuk survey cepat ketersediaan obat
dan perbekalan kesehatan dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiapsiagaan dan
penanggulangan serta pasca KLB/bencana;
d. Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program obat
dan perbekalan kesehatan.

2.      Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan;

a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan


kesehatan;
b. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan obat  publik dan perbekalan
kesehatan di pelayanan kesehatan dasar;
c. Membina dan mengembangkan serta mengoptimalkan industri farmasi nasional
berbasis keanekaragaman sumberdaya alam dan keunggulan daya  saing.

3.      Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;

a. Menyusun kerangka kebijakan pembinaan produksi dan distribusi obat dan


perbekalan kesehatan;
b. Pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan  obat dan perbekalan
kesehatan, melalui kegiatan advokasi dengan pemerintah daerah, lintas sektor terkait,
LSM,  perguruan tinggi dan ikatan profesi;
c. Membina,  mengembangkan dan penerapan standar mutu obat dan perbekalan
kesehatan;
d. Memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat dan perbekalan kesehatan,
melalui  komunikasi, informasi dan edukasi terhadap risiko  penggunaan produk yang tidak
memenuhi persyaratan;
e. Membina dan mengembangkan sarana produksi dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan.

4.      Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk


penduduk miskin;

a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan keterjangkauan serta pembinaan


penggunaan obat rasional dan perbekalan kesehatan;
b. Menerapkan penggunaan obat esensial melalui pengembangan monitoring dan
evaluasi daftar obat esensial nasional secara berkala;
c. Merevitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial generik pada fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah;
d. Meningkatkan penggunaan obat rasional antara lain mencakup pengembangn dan
penerapan pedoman pengobatan yang rasional di berbagai tingkat pelayanan,
pemberdayaan komite farmasi dan terapi di RS serta pendidikan dan pelatihan;
e. Pengendalian terhadap promosi/iklan obat dan perbekalan kesehatan serta
pengembangan system monitoring efek samping;
f. Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional
melalui  mengembangkan sumberdaya kesehatan yang tersedia

5.      Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.

a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di


komunitas dan rumah sakit;
b. Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi melalui pelaksanaan Jabatan
Fungsional Apoteker  dan Asisten Apoteker;
c. Membina dan meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian
  
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengobatan dasar


adalah suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Tujuan dari pengobatan dasar dibagi menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umumnya meningkatkan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat di Indonesia, sedangkan tujuan khususnya terhentinya proses
perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang, berkurangnya penderitaan karena sakit,
tercegahnya dan berkurangnya kececetan, merujuk penderita ke fsilitas diagnosa dan
pelayanan yang lebih canggih bila perlu. Jenis-jenis pengobatan dasar  antara lain pengobatan
dalam gedung, pengobatan luar gedung, pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.

Program kerja pengobatan  antara lain melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui
(1) mendapatkan riwayat penyakit, (2) mengadakan pemeriksaan fisik, (3) mengadakan
pemeriksaan laboratorium, (4) menbuat diagnosa, melakssanakan tindakan pengobatan,
melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa: (1) rujukan
diagnostik, (2) rujukan pengobatan atau rehabilitasi, (3) rujukan lain.

Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain: (1) Peningkatan ketersediaan dan
pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diseluruh puskesmas dan jaringannya, (2)
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, (3) peningkatan
keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin, (4)
peninkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah sakit.

B.     Saran
1.         Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatann strata pertama yang salah satu  Basic
Sixnya yaitu pengobatan dasar, pelayanannya harus bisa mencangkup seluruh masyarakat di
wilayah kerjanya sehingga dapat memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan
bermutu, merata dan terjangkau.

2.         Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan


aktif dlm menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Cetakan  Tahun


2008.  Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Kebijakan dasar puskesmas. Kepmenkes No. 128 Tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai