NIM : 04011281722081
KELOMPOK : B-5
I. LEARNING ISSUES
a. Dokter Layanan Primer
Pendidikan Kedokteran adalah usaha sadar dan terencana dalam pendidikan formal yang
terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi pada jenjang pendidikan tinggi yang
program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di
bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pendidikan Akademik; dan b. Pendidikan Profesi.
Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan/atau program
pascasarjana kedokteran dan kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu
kedokteran dan ilmu kedokteran gigi.
Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;
b. program magister; dan
c. program doktor.
Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan pembelajaran
akademik, laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora
kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, serta kedokteran komunitas dan kesehatan
masyarakat.
Pendidikan Profesi adalah Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar
mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas yang menggunakan
berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai
tempat praktik kedokteran.
Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. program profesi dokter dan profesi dokter gigi; dan
b. program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-
subspesialis.
Program profesi dokter dan profesi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a
merupakan program lanjutan yang tidak terpisahkan dari program sarjana. Program profesi
dokter dan profesi dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilanjutkan dengan
program internsip. Untuk meningkatkan pemahiran dan pemandirian Dokter dilaksanakan
program internsip yang merupakan bagian dari program penempatan wajib sementara.
Program penempatan wajib sementara bertujuan untuk menjamin pemerataan lulusan
terdistribusi ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Program internsip
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diselenggarakan secara nasional bersama oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan,
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosiasi
institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah sakit pendidikan, Organisasi Profesi, dan
konsil kedokteran Indonesia.
Program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kelanjutan
dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter
spesialis.
Dokter yang akan mengikuti seleksi penerimaan Mahasiswa program dokter layanan primer
dan dokter spesialis-subspesialis serta Dokter Gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan
Mahasiswa program dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki surat tanda registrasi; dan
b. mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah
terpencil, terdepan/terluar, tertinggal, perbatasan, atau kepulauan.
Kini di banyak negara, pendekatan dokter layanan primer dalam pelayanannya menggunakan
pendekatan kedokteran keluarga. Pendekatan kedokteran keluarga menekankan pada orientasi
keluarga pada pelayanan medis, yang berbeda dengan pendekatan biomedis (biomedical
approach) dan biasanya berorientasi pada penyakit (disease oriented). Pendekatan biomedis
merupakan pendekatan berdasarkan konsep molekuler biologi, yaitu menganggap bahwa
penatalaksanaan penyakit dapat diselesaikan melalui penyelesaian aspek biologis (fisik
manusianya). Fokus utama penyelesaian masalah kesehatan ataupun penyakit pada
pendekatan biomedis lebih menekankan pada faktor biologis, tanpa memperhitungkan faktor
psikologis, sosiobudaya, dan lingkungan. Pendekatan pada penyakit merupakan pendekatan
yang penyelesaian masalah kesehatannya berdasarkan gejala yang terjadi dan faktor-faktor
pemicu/penyebab untuk menghilangkan penyakit yang didiagnosis. Pendekatan pada
penyakit menguntungkan bagi dokter (doctor centered), dan seringkali bukan merupakan
masalah utama yang ingin dipecahkan oleh pasien dan keluarganya.
Dasar penyelenggaraan pelayanan dengan orientasi keluarga adalah model biopsikososial.
Dengan adanya pandangan biopsikososial dalam kedokteran, maka pendekatan yang semula
hanya pada individu (person) dikembangkan lebih luas pada keluarga bahkan pada komunitas
di sekitar kehidupan pasien. Konsep ini memperkenalkan keluarga sebagai unit of care,
dengan fokus utama pelayanan ditujukan pada pasien dalam konteks keluarganya.
Ilmu kedokteran Keluarga dan Layanan Primer
Seperti diatur di dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang merupakan
standar minimal kompetensi lulusan yang diterbitkan di akhir tahun 2012 yang akan
digunakan oleh dokter di layanan primer, diantara nya adalah merujuk kepada standar
Internasional WHO yang mengharuskan dokter untuk mampu bertindak sebagai:
1. Care provider
2. Decision maker
3. Communicator/educator
4. Community leader
5. Manager
Selain itu, bila kita melihat kebutuhan masyarakat dan pendekatan secara kedokteran
keluarga maka tugas dokter dapat diperluas dalam:
a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit
b. Melayani individu dan keluarganya
c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit
d. Menangani penyakit akut dan kronik
e. Merujuk ke dokter spesialis
Prinsip kedokteran keluarga yang dipraktekkan:
1. Komprehensif dan holistik
2. Kontinu
3. Mengutamakan pencegahan
4. Koordinatif dan kolaboratif
5. Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Sadar biaya dan sadar mutu
9. Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
Diantara karakteristik dokter keluarga yaitu :
1. Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan kesehatan, membuka dan
menyelengarakan akses tak terbatas kepada penggunanya, menggarap semua masalah
kesehatan, tanpa memandang golongan usia, jenis kelamin, atau karakter individual yang
dialayani.
2. Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan yang terkoordinasi ,
kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan primer, dan mengatur keperluan akan
layanan spesialis dan dibuka peluang untuk advokasi bagi pasien jika diperlukan.
3. Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada individu, keluarganya, dan
komunitasnya.
4. Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan hubungan dokter-pasien
sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif antara dokter-pasien.
5. Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa mempertimbangkan insidens
dan prevalens penyakit di masyarakat.
6. Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.
7. Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang mungkin memerlukan
intervensi segera.
8. Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi yang pas dan efektif.
9. Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.
10. Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani (psikologi) sosial,kultural,
dan eksistensial.
Dokter Layanan Primer
Dokter Layanan Primer yang selanjutnya disingkat DLP adalah dokter yang mendapatkan
pendidikan setara spesialis yang menerapkan prinsip ilmu kedokteran keluarga, ditunjang
dengan ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kesehatan masyarakat, serta mampu memimpin
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat primer yang berkualitas.
Perubahan gaya hidup membutuhkan adanya pelayanan promotif dan preventif yang bukan
hanya penyuluhan kepada masyarakat, namun juga edukasi kesehatan sesuai sosial-budaya,
identifikasi risiko kesehatan pasien, keluarga, dan masyarakat serta pengembangan layanan
kesehatan yang penuh inovasi dan lintas sektor kesehatan. Dengan kempuan yang baik maka
akan terwujud manfaat lintas sektoral yang akan berdampak pada kemajuan bangsa.
Kelanjutan dari upaya peningkatan pelayanan Kesehatan di Indonesia yaitu pemerintah
melalui undang-undang No 20 Tahun 2013 telah mencanangkan program dokter layanan
primer (DLP) yang merupakan kelanjutan dari program profesi dokter dan program
internship yang setara dengan program dokter spesialis.
Institusi pelaksana pendidikan DLP adalah institusi pendidikan dokter berakreditasi A dimana
dengan memiliki akreditasi A artinya institusi tersebut telah siap dalam sumber daya dan
organisasi untuk menyelenggarakan program pendidikan DLP. Metode pembelajaran yang
direncanakan yaitu:
1. Pembelajaran jarak jauh (long distancelearning, e-learning education)
2. Pembelajaran berbasis tempat kerja (work place based learning)
3. Pembelajaran pilihan dengan pengumpulan angka kredit (credit earning)
4. Pembelajaran yang mengenali dan mengakreditasi pelatihan yang telah diperoleh
sebelumnya (recognized prior learning)
Peserta dokter yang mengikuti program pendidikan pascasarjana profesi DLP akan
memperoleh fasilitas sebagaimana peserta program pascasarjana lainnya dan akan
memperoleh ijasah serta gelar sebagaimana lulusan program pascasarjana profesi lainnya.
Sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk program profesi pascasarjana
kedokteran, program pendidikan DLP merupakan program pendidikan untuk mencapai KKNI
8 dan menempuh 72 SKS dalam waktu minimum 2,5 tahun. Pada akhir tahun 2014,
pengembangkan program studi DLP didukung oleh 16 fakultas kedokteran (FK) berakreditasi
A. Masa transisi diperlukan dalam rangka persiapan pendidikan yang ideal. Dimulai pada
tahun 2015 sebagai masa transisi, pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk moduler.
Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi
Indonesia untuk dokter gigi. Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi kedokteran
merupakan salah satu stakeholder pelayanan kesehatan yang turut bertanggung jawab dalam
menjamin terselenggaranya pelayanan kedokteran yang bermutu.
IDI adalah organisasi profesi kedokteran yang menghimpun para dokter di Indonesia, bersifat
independen, tidak berafiliasi dengan kekuatan politik dan ideologi manapun yang dilandasi
oleh Pancasila, UUD 1945 ,Sumpah Dokter serta Kode Etik Kedokteran Indonesia. Pengurus
Besar Ikatan Dokter Indonesia berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. IDI memadukan segenap potensi dokter di Indonesia, meningkatkan harkat,
martabat, dan kehormatan diri dan profesi dokter di Indonesia, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan rakyat
Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera.
Dalam SKDI terbaru tahun 2012 dimana terdapat kompetensi dokter 4a dan 4b maka PB IDI
melakukan langkah pembenahan skema Pengembangan dan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan (P2KB) bagi dokter. Ditambah dengan faktor luasnya distribusi dokter maka
kegiatan P2KB masih tetap dikelola oleh BP2KB PB IDI dengan dukungan IDI cabang dan
wilayah.
Tujuan khusus di atas dicapai oleh para dokter dengan cara mengikuti/menjalani berbagai
kegiatan bernilai pendidikan dan profesi, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Tim
P2KB IDI Cabang tempat yang bersangkutan terdaftar sebagai anggota. Laporan ini akan
melewati proses lebih lanjut berupa verifikasi berbagai dokumen bukti guna dinilai
kelayakannya untuk memperoleh rekomendasi IDI yang akan meneruskan kepada KDI untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi. Tim P2KB IDI Cabang memegang kewenangan penuh
mengelola proses P2KB ini.
Sertifikat kompetensi (serkom) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter Indonesia (KDI)
bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) serta Rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus
perpanjangan Surat Ijin Praktik (SIP). Proses pemberian sertifikat kompetensi setelah dokter
menjalani berbagai kegiatan P2KB yang memenuhi persyaratan ini disebut sebagai proses
resertifikasi.
Kredit prasyarat (credit requirement) adalah jumlah kredit partisipasi yang harus
dikumpulkan oleh seorang peserta program P2KB dalam suatu kurun waktu tertentu yang
menjadi prasyarat untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Kredit prasyarat (credit
requirement) besarnya sama untuk semua dokter, tetapi nilainya berbeda bergantung pada
ragam layanan yang diberikan oleh berbagai kelompok bidang profesi dokter. Kredit
prasyarat IDI (optimal requirement) adalah 250 SKP IDI yang terbagi secara merata dalam 5
tahun. Pada setiap kelompok bidang profesi penekanan dan fokus kegiatan dapat berbeda
sehingga pembobotan SKP nya juga dapat berbeda, meskipun demikian setiap dokter harus
memenuhi kredit prasyarat.
Satuan Kredit Profesi (SKP) adalah bukti kesertaan dokter/dokter spesialis dalam suatu
program P2KB yang diperoleh dari kegiatan yang bernilai pendidikan profesi. Kredit ini
diberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan layanan kedokteran
langsung maupun tak langsung) maupun non klinis (mengajar, meneliti, manajemen) dan
pengabdian profesi/masyarakat.
Tujuan Program P2KB yang diselenggarakan oleh IDI dan suborganisasinya (PDPP/PDSp)
adalah: 1) mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme seorang dokter yang
berkualitas, bermoral, beretika dan disiplin sesuai dengan standar kompetensi global; 2)
terjaminnya suatu penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu melalui upaya
sertifikasi dokter. Program P2KB pada dasarnya merupakan upaya pembinaan (oversight)
bersistem untuk meningkatkan
dan mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill ), serta sikap (attitude)
dokter agar ia senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik . Program P2KB juga
merupakan bagian integral dari mekanisme pemberian izin praktik (licensure).Penanggung
jawab penyelenggaraan program P2KB adalah PB IDI (BP2KB IDI), melalui pelaksanaan
oleh semua perhimpunan dokter spesialis (PDSp) dan kolegiumnya, perhimpunan dokter
pelayanan primer (PDPP) dan kolegiumnya , dan perhimpunan perhimpunan lainnya di
lingkungan IDI.
Program P2KB bagi dokter dapat diikuti setelah dokter tersebut melalui proses Sertifikasi,
yaitu setelah mendapatkan sertifikat kompetensi. Sebagaimana diketahui berdasarkan
Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, ditambah dengan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, bagi dokter lulusan
baru, sertifikat kompetensi diperoleh setelah lulus dari uji kompetensi dokter.
Pada prinsipnya, program P2KB adalah syarat untuk melakukan sertifikasi ulang
(resertifikasi). Resertifikasi dilakukan di akhir periode program P2KB yaitu selama 5 tahun.
Proses administrasi resertifikasi sendiri sangat disarankan dilakukan 6 (enam) bulan sebelum
masa Surat Tanda Registrasi (STR) berakhir. Diharapkan pada saat program online integrasi
antara IDI dan KKI telah terlaksana, maka proses administrasi dapat dilakukan lebih cepat,
efektif, dan efisien.
Kemudian susun daftar kegiatan P2KB untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan prioritas,
timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan mutu praktik.
Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan diambil/ dilakukan.
Berdasarkan RPD (Rencana Pengembangan Diri) atau personal development plan (PDP)
maka setiap dokter memilih kegiatan dengan wajib memenuhi minimal 3 dari 5 ranah yang
tersedia yaitu:
1. Ranah pembelajaran kedokteran dan kesehatan
2. Ranah kerja profesional
3. Ranah pengabdian masyarakat dan pengabdian profesi
4. Ranah publikasi ilmiah dan ilmiah popular
5. Ranah pengembangan ilmu dan pendidikan.
Penilaian diri dalam P2KB pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing
anggota. Nilai SKP untuk kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang
bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen bukti diserahkan kepada Tim
P2KB untuk diverifikasi. Tim P2KB/BP2KB dapat melakukan pengawasan langsung untuk
menjamin kebenaran data.
Dokumentasi
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan P2KB, setiap dokter diwajibkan melakukan dokumentasi
yang menjadi bukti kegiatan serta sebagai portfolio atas pencapaian target kredit. Ketentuan
dasar dokumentasi sebagai berikut :
1. Untuk kegiatan pembelajaran pribadi, dokumen bukti dapat berupa : sertifikat dari
penyelenggara CME, resume dari artikel yang dibaca, atau fotokopi halaman depan buku
bacaan.
2. Untuk kegiatan professional kedokteran dan kesehatan, berdasarkan jenis kegiatan dibagi
menjadi:
- Kegiatan pribadi, dokumen bukti dibuat oleh yang bersangkutan dengan mencantumkan
informasi tempat praktik dan nomor Surat Ijin Praktik (SIP)
- Kegiatan internal, dokumen bukti dbuat oleh pimpinan yang berwenang membuat
keterangan kegiatan. Daftar kegiatan dapat dibuat per kegiatan atau merupakan daftar
kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu, dapat per bulan, per enam bulan, atau per
tahun.
3. Untuk kegiatan pengabdian masyarakat, dokumen bukti dibuat oleh penyelenggara
kegiatan.
4. Untuk kegiatan pengabdian profesi, dokumen bukti dapat berupa surat keputusan
kepengurusan, atau keterangan kegiatan dari ketua IDI atau ketua perhimpunan.
5. Untuk kegiatan publikasi ilmiah, dokumen bukti dapat berupa fotokopi halam penerbitan
buku, fotokopi halaman depan jurnal, surat keputusan organisasi tentang kegiatan publikasi,
dan lain-lain.
6. Untuk kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan, dikarenakan kegiatan pasti dilakukan
di institusi pendidikan, maka dokumen bukti harus dibuat oleh pimpinan yang berwenang
dari institusi pendidikan tersebut. Daftar kegiatan dapat dibuat per kegiatan atau merupakan
daftar kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu, dapat per bulan, per enam bulan, atau
per tahun.
Dalam setiap pelaporan untuk proses verifikasi, dokumen bukti harap diberi nomor, hal ini
untuk memudahkan verifikator mencocokkan data di Log Book dengan keterangan di
dokumen bukti.
Di akhir periode P2KB, setiap DPU akan melakukan proses Sertifikasi Ulang (Resertifikasi),
yaitu penerbitan kembali Sertifikat Kompetensi oleh Kolegium. Untuk DPU, kolegium yang
terkait adalah Kolegium Dokter Indonesia (KDI). Untuk proses administrasi resertifikasi
DPU harus berasal dari IDI Cabang dimana anggota terdaftar, termasuk proses verifikasi
dilakukan.
Adapun berkas Resertifikasi yang wajib dipenuhi sebagai berikut :
1. Log Book yang berisi daftar kegiatan beserta seluruh dokumen buktinya.
2. Fotokopi Sertifikat Kompetensi lama.
3. Pas Foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar
4. Bukti pembayaran biaya Resertifikasi dengan besaran sesuai surat keputusan PB IDI.
Dengan tujuan efisiensi, IDI Cabang dapat mengambil langsung hak IDI Cabang dan IDI
Wilayah, kemudian sisanya wajib disetorkan ke rekening PB IDI BNI Cab Menteng
0010729521 an PB IDI. Selanjutnya dana IDI Cabang menyetorkan dana IDI Wilayah ke
rekening IDI Wilayah.
Di BP2KB PB IDI, berkas-berkas di atas akan dilakukan validasi. Selanjutnya akan
dikeluarkan surat rekomendasi penerbitan sertifikat kompetensi yang ditujukan ke kolegium
dokter Indonesia. Sertifikat Kompetensi yang terbit akan ditambahkan ke dalam amplop
berkas Registrasi Ulang. Selanjutnya PB IDI akan mengirim berkas Registrasi Ulang ke
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk proses penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR).
a. Apa saja pelayanan yang diberikan oleh dokter layanan primer, dokter spesialis, dan
dokter subspesialis?
Dokter Layanan Primer atau Primary Care Physician, yakni seorang dokter generalis
yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang. Dokter
ini melayani semua orang yang perlu layanan kesehatan tanpa batas usia, jenis
penyakit, ras, dan tingkatan sosial. DLP biasanya adalah dokter yang pertama
dihubungi oleh pasien, karena faktor-faktor kemudahan komunikasi, lokasi yang
dapat diakses, keakraban, biaya, persyaratan perawatan. Lalu, DLP bertindak atas
nama pasien untuk berkolaborasi dengan spesialis rujukan, mengoordinasikan
perawatan yang diberikan oleh rumah sakit atau klinik rehabilitasi, bertindak sebagai
pendata awal untuk catatan medik pasien, dan menyediakan manajemen jangka
panjang pada pasien dengan kondisi yang kronis.
Pelayanan medik spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
pelayanan yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang
meliputi pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan medik spesialis lain selain
spesialis dasar. Pelayanan medik spesialis dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) meliputi pelayanan penyakit dalam, anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
Pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorok-bedah kepala leher,
saraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi dan traumatologi, urologi, bedah saraf, bedah plastik rekonstruksi dan
estetika, bedah anak, bedah thorax kardiak dan vaskuler, kedokteran forensik dan
medikolegal, bedah mulut, konservasi/endodonsi, orthodonti, periodonti,
prosthodonti, pedodonti, penyakit mulut, dan pelayanan medik spesialis lain.
b. Pendidikan apa yg harus ditempuh apabila seorang dokter ingin menjadi dokter
layanan primer?
Dokter Layanan Primer yang selanjutnya disingkat DLP adalah dokter yang
mendapatkan pendidikan setara spesialis yang menerapkan prinsip ilmu kedokteran
keluarga, ditunjang dengan ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kesehatan
masyarakat, serta mampu memimpin dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat primer yang berkualitas.
Kelanjutan dari upaya peningkatan pelayanan Kesehatan di Indonesia yaitu
pemerintah melalui undang-undang No 20 Tahun 2013 telah mencanangkan
program dokter layanan primer (DLP) yang merupakan kelanjutan dari program
profesi dokter dan program internship yang setara dengan program dokter spesialis.
Institusi pelaksana pendidikan DLP adalah institusi pendidikan dokter berakreditasi
A dimana dengan memiliki akreditasi A artinya institusi tersebut telah siap dalam
sumber daya dan organisasi untuk menyelenggarakan program pendidikan DLP.
Metode pembelajaran yang direncanakan yaitu:
1. Pembelajaran jarak jauh (long distancelearning, e-learning education)
2. Pembelajaran berbasis tempat kerja (work place based learning)
3. Pembelajaran pilihan dengan pengumpulan angka kredit (credit earning)
4. Pembelajaran yang mengenali dan mengakreditasi pelatihan yang telah diperoleh
sebelumnya (recognized prior learning)
Peserta dokter yang mengikuti program pendidikan pascasarjana profesi DLP akan
memperoleh fasilitas sebagaimana peserta program pascasarjana lainnya dan akan
memperoleh ijasah serta gelar sebagaimana lulusan program pascasarjana profesi
lainnya. Sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk program
profesi pascasarjana kedokteran, program pendidikan DLP merupakan program
pendidikan untuk mencapai KKNI 8 dan menempuh 72 SKS dalam waktu minimum
2,5 tahun. Pada akhir tahun 2014, pengembangkan program studi DLP didukung
oleh 16 fakultas kedokteran (FK) berakreditasi A. Masa transisi diperlukan dalam
rangka persiapan pendidikan yang ideal. Dimulai pada tahun 2015 sebagai masa
transisi, pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk moduler.
d. Apa saja berkas yg perlu disiapkan dan bagaimana prosedur pengurusan STR (Surat
Tanda Registrasi)?
Untuk memperoleh STR seperti dimaksud pada ayat (1), dokter dan dokter gigi
wajib mengajukan permohonan kepada KKI dengan melampirkan :
a. fotokopi ijazah dokter/dokter spesialis/dokter gigi/dokter gigi spesialis;
b. surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;
c. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;
d. fotokopi sertifikat kompetensi;
e. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
f. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar dan ukuran
2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
e. Apa itu KKI? Dan apa saja tugas serta fungsi KKI?
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk Konsil Kedokteran
Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi. Konsil
Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan
bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran
Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab kepada Presiden. Konsil Kedokteran Indonesia berkedudukan di
ibukota negara Republik Indonesia.
Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan,
penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik
kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.
Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang
dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.
f. Bagaimana prosedur melakukan sertifikasi ulang serta berkas apa saja yang perlu
dipersiapkan oleh seorang dokter umum?
STR dokter dan STR dokter gigi berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun. Perpanjangan STR dokter dan STR
dokter gigi dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Ketua KKI, dengan
melampirkan kelengkapan persyaratan yang meliputi:
a. STR dokter dan STR dokter gigi yang telah habis masa berlakunya;
b. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang telah memiliki SIP;
c. fotokopi sertifikat kompetensi;
d. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
e. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar, 2 x 3 cm
sebanyak 2 (dua) lembar.
g. Bagaimana prosedur dalam pengumpulan SKP?
1. Rencana Pengembangan Diri (RDP)
Seorang dokter hendaknya menyusun sendiri RPD atau personal development plan
(PDP) sesuai kebutuhan pembelajaran. RPD disusun dengan mempertimbangkan:
1. Pekerjaan selama ini, khususnya kesalahan, kekurangan dan ketidakpuasan.
2. Kondisi kesehatan masyarakat, sehingga sejawat melihat dan menyadari apa yang
dapat dilakukan sebagai dokter yang bertanggungjawab.
3. Misi pribadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Jadwal pencapaian misi termasuk karir jangka panjang.
5. Prioritas pencapaian dalam 5 tahun mendatang yang dirinci setiap tahunnya.
Prioritaskan kegiatan yang termasuk dalam tingkat kemampuan yang sesuai. Untuk
DPU utamakan kegiatan yang termasuk dalam tingkat kemampuan 3-4.
Kemudian susun daftar kegiatan P2KB untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan
prioritas, timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan mutu praktik. Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan
diambil/ dilakukan.
Penilaian diri dalam P2KB pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-
masing anggota. Nilai SKP untuk kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung
sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen bukti
diserahkan kepada Tim P2KB untuk diverifikasi. Tim P2KB/BP2KB dapat
melakukan pengawasan langsung untuk menjamin kebenaran data.
3. Dokumentasi
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan P2KB, setiap dokter diwajibkan melakukan
dokumentasi yang menjadi bukti kegiatan serta sebagai portfolio atas pencapaian
target kredit. Ketentuan dasar dokumentasi sebagai berikut :
1. Untuk kegiatan pembelajaran pribadi, dokumen bukti dapat berupa : sertifikat dari
penyelenggara CME, resume dari artikel yang dibaca, atau fotokopi halaman depan
buku bacaan.
2. Untuk kegiatan professional kedokteran dan kesehatan, berdasarkan jenis kegiatan
dibagi menjadi:
- Kegiatan pribadi, dokumen bukti dibuat oleh yang bersangkutan dengan
mencantumkan informasi tempat praktik dan nomor Surat Ijin Praktik (SIP)
- Kegiatan internal, dokumen bukti dbuat oleh pimpinan yang berwenang membuat
keterangan kegiatan. Daftar kegiatan dapat dibuat per kegiatan atau merupakan
daftar kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu, dapat per bulan, per enam
bulan, atau per tahun.
3. Untuk kegiatan pengabdian masyarakat, dokumen bukti dibuat oleh
penyelenggara kegiatan.
4. Untuk kegiatan pengabdian profesi, dokumen bukti dapat berupa surat keputusan
kepengurusan, atau keterangan kegiatan dari ketua IDI atau ketua perhimpunan.
5. Untuk kegiatan publikasi ilmiah, dokumen bukti dapat berupa fotokopi halam
penerbitan buku, fotokopi halaman depan jurnal, surat keputusan organisasi tentang
kegiatan publikasi, dan lain-lain.
6. Untuk kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan, dikarenakan kegiatan pasti
dilakukan di institusi pendidikan, maka dokumen bukti harus dibuat oleh pimpinan
yang berwenang dari institusi pendidikan tersebut. Daftar kegiatan dapat dibuat per
kegiatan atau merupakan daftar kegiatan yang dilakukan selama periode tertentu,
dapat per bulan, per enam bulan, atau per tahun.
Dalam setiap pelaporan untuk proses verifikasi, dokumen bukti harap diberi nomor,
hal ini untuk memudahkan verifikator mencocokkan data di Log Book dengan
keterangan di dokumen bukti.
i. Apa dampak tidak tercapai 250 Satuan Kredit Partisipasi dalam 5 tahun?
Total poin SKP ini harus terkumpul minimal 250 SKP untuk bisa melakukan
perpanjangan STR tanpa melalui ujian kompentensi, jika syarat jumlah tersebut
tidak terpenuhi maka seorang dokter harus ikut ujian kompetensi sebagaimana
layaknya dokter-dokter yang baru tamat.
DAFTAR PUSTAKA