Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C

BLOK 24

Tutor : Dr. H. MA. Husnil Farouk, MPH, PKK.

Disusun oleh :
Kelompok B5

1. Annisa Alviorian 04011181722041


2. Kaima Ishmata Rianti 04011181722043
3. Tifani Wanda Fadila 04011181722057
4. Resi Juniarti 04011181722149
5. Raissa Rianzie 04011281722059
6. Cipta Jaya Setiawan 04011281722077
7. Fahrina Azzahra 04011281722081
8. Arina Puspitaningrum 04011281722087
9. Illyas Sobri 04011281722101

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Program Studi Pendidikan Dokter
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami curahkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario
C Blok 24 Tahun 2020”.

Terima kasih kami ucapkan kepada tutor yang telah membimbing kami selama proses
tutorial, semua teman kelompok B5 dalam penyelesaian laporan tutorial ini.

Kami menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan, karena itu kami
mengharapkan masukan pada sidang pleno tutorial yang akan dilaksanakan pada hari jumat
tanggal 29 Mei 2020.

Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kita semua para tutor dan seluruh
mahasiswa angkatan 2017. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita semua dalam
membuka wawasan yang lebih luas khususnya dalam mata ajar ilmu kesehatan mayarakat.

Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, 18 Mei 2020

Ttd,

Arina Puspitaningrum

(Sekretaris I Kelompok B5)

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................................iii
Pendahuluan ...........................................................................................................................iv
Skenario .................................................................................................................................1
Klarifikasi Istilah ...................................................................................................................2
Identifikasi Masalah ...............................................................................................................3
Analisis Masalah ....................................................................................................................4
Hipotesis ................................................................................................................................32
Kerangka Konsep ...................................................................................................................32
Kesimpulan ............................................................................................................................32
Daftar Pustaka ........................................................................................................................34

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang mensyaratkan bahwa disamping adannya IT juga adanya proses
tutorial dan lab skill. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial menelaah skenario
dengan judul Skenario C Blok 24 tahun 2020 sebagai wahana pembelajaran untuk
berpikir kritis.

B. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari


sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang
2. Diharapkan mahasiswa peserta tutorial dapat berpikir kritis terhadap kasus yang
diberikan pada skenario dengan metode analisis pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan untuk memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui online.

C. Data Tutorial
1. Tutor : Dr. H. MA. Husnil Farouk, MPH, PKK
2. Moderator : Kaima Ishmata
3. Sekretaris : Arina Puspitaningrum

Waktu:
1. Senin, 18 Mei 2020
Pukul 10.00 – 12.30 WIB
2. Kamis, 21 Mei 2020
Pukul 13.00 – 16.00 WIB

iv
SKENARIO C

Blok 24

Dr. Amril baru bertugas 9 bulan sebagai Kepala Puskesmas “RAMBA”. Puskesmas
“RAMBA” berada di kecamatan “PADANG MERAH” yang terdiri dari 4 Desa, yang total
penduduk 45 ribu jiwa. 4 Desa di PADANG MERAH ini terletak dilereng gunung yang
dikelilingi oleh Hutan Cemara. Di lereng gunung mengalir sungai kecil yang memiliki air yang
jernih dan penuh bebatuan, hampir semua penduduk disini bekerja dengan memecah batu untuk
kemudian dijual ke kota. Mereka juga memanfatkan sungai ini untuk MCK sehingga tidak
jarang ada saat musim panas, air sungai surut dan bersamaan dengan itu terjadi Diarrhae pada
sebagaian besar penduduk disini. Ke 4 Desa telah menerima “picuan” Jamban dari pemerintah,
tapi jamban itu tidak dimanfaatkan dengan baik dan penduduk disini masih menggunakan
Sungai sebagai sumber MCK mereka.
Puskesmas “RAMBA” adalah Puskesmas Kecamatan yang mempunyai SDM Kesehatan
yang cukup lengkap. Puskesmas ini memiliki Struktur Manajemen yang baik dan selalu
mendapat pujian dari Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya pada penanganan Penyakit-
penyakit menular Lingkungan. Data terakhir yang dilaporkan pada Dinkes Kabupaten, pada
setiap Desa terdapat penderita TB MDR, 2 orang penderita pada salah satu Desa telah
dinyatakan Sembuh dari TB. Dr. Amril sejak bertugas di Puskesmas RAMBA ini, mendapat
laporan tentang banyak pasien ODGJ dan ditemukan 2 orang yang di pasung pada salah satu
Desa. Untuk menanggulangi hal ini, Dr Amril melakukan inovasi dengan mendirikan
Poliklinik Khusus Jiwa pada Puskesmas RAMBA yang bekerjasama langsung dengan RSJ
yang ada di Provinsi, sehingga pasien-pasien ODGJ dapat dikontrol dengan baik dan minimal
sebulan satu kali mendapat kunjungan Dokter-dokter Residen yang sedang pendidikan
Spesialis Kesehatan Jiwa dan dr. Amril memanfaatkan kerjasama tersebut dengan membuat
juga Program Promosi Kesehatan Jiwa.

Sejak 2 bulan terakhir dalam Suasana Pandemik Covid-19, Camat Kecamatan PADANG
MERAH mengistruksikan seluruh masyarakat dalam wilayah kerja Kecamatan PADANG
MERAH untuk mematuhi dan mengikuti semua instruksi Pemerintah Pusat dalam usaha
memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia. Namun 3 hari yang lalu, ada laporan salah
satu Lurah di kecamatan PADANG MERAH yang melaporkan ada Anak dari salah satu
Warganya “Pulang Mudik” dari Jakarta. Mendapat laporan itu, Camat Kecamatan PADANG

1
MERAH langsung berkordinasi dengan dr. Amril dan seluruh Pemangku Kepentingan se-
Kecamatan, untuk melakukan tatalaksana penanganan Covid-19 termasuk membuat
perencanaan program promosi kesehatan dan tatalaksana rujukan ke RS rujukan Covid-19 di
Provinsi. Camat mengharapkan Covid-19 jangan sampai meluas mengenai seluruh penduduk
yang ada di 4 Desa di dalam kecamatan PADANG MERAH tersebut.
Anda sebagai dr. Amril yang telah mendapat ilmu Epidemiologi penyakit menular,
bertekad untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
RAMBA, melalui penurunan angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang ada dan menjaga
agar Covid-19 tidak meluas di wilayah kerja Puskesmas tempat dr. Amril bekerja.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
No. Istilah Klarifikasi
1. Picuan (jamban) Contoh jamban yang benar (sehat) dan
memenuhi syarat
2. TB MDR Tuberculosis multi-drugs resistent
3. ODGJ Orang dengan gangguan jiwa
4 Penyakit-penyakit menular Penyakit-penyakit yang endemis di wilayah
lingkungan Kecamatan Padang Merah (Puskesmas
Ramba)
5 Pandemik (Covid-19) Penyakit yang menyebar ke seluruh dunia
(contoh: Covid-19)
6 Rantai penularan (Covid-19) Cara penularan penyakit (Covid 19)
7 Ilmu epidemiologi Salah satu penunjang dari ilmu kesehatan
masyarakat
8 Angka kesakitan (angka insidensi) Angka kejadian penyakit
Jumlah kasus baru penyakit tertentu
(jumlah populasi berisiko pada waktu tertentu )x K

2
II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dr. Amril baru bertugas 9 bulan sebagai Kepala Puskesmas “RAMBA”. Puskesmas
“RAMBA” berada di kecamatan “PADANG MERAH” yang terdiri dari 4 Desa, yang
total penduduk 45 ribu jiwa. 4 Desa di PADANG MERAH ini terletak di lereng gunung
yang dikelilingi oleh Hutan Cemara. Di lereng gunung mengalir sungai kecil yang
memiliki air yang jernih dan penuh bebatuan, hampir semua penduduk disini bekerja
dengan memecah batu untuk kemudian dijual ke kota. Mereka juga memanfatkan
sungai ini untuk MCK sehingga tidak jarang ada saat musim panas, air sungai surut dan
bersamaan dengan itu terjadi Diarrhae pada sebagian besar penduduk disini. Ke 4 Desa
telah menerima “picuan” Jamban dari pemerintah, tapi jamban itu tidak dimanfaatkan
dengan baik dan penduduk disini masih menggunakan Sungai sebagai sumber MCK
mereka.
2. Puskesmas “RAMBA” adalah Puskesmas Kecamatan yang mempunyai SDM
Kesehatan yang cukup lengkap. Puskesmas ini memiliki Struktur Manajemen yang baik
dan selalu mendapat pujian dari Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya pada
penanganan Penyakit-penyakit menular Lingkungan. Data terakhir yang dilaporkan
pada Dinkes Kabupaten, pada setiap Desa terdapat penderita TB MDR, 2 orang
penderita pada salah satu Desa telah dinyatakan Sembuh dari TB. Dr. Amril sejak
bertugas di Puskesmas RAMBA ini, mendapat laporan tentang banyak pasien ODGJ
dan ditemukan 2 orang yang di pasung pada salah satu Desa. Untuk menanggulangi hal
ini, Dr Amril melakukan inovasi dengan mendirikan Poliklinik Khusus Jiwa pada
Puskesmas RAMBA yang bekerjasama langsung dengan RSJ yang ada di Provinsi,
sehingga pasien-pasien ODGJ dapat dikontrol dengan baik dan minimal sebulan satu
kali mendapat kunjungan Dokter-dokter Residen yang sedang pendidikan Spesialis
Kesehatan Jiwa dan dr. Amril memanfaatkan kerjasama tersebut dengan membuat juga
Program Promosi Kesehatan Jiwa.
3. Sejak 2 bulan terakhir dalam Suasana Pandemik Covid-19, Camat Kecamatan
PADANG MERAH mengistruksikan seluruh masyarakat dalam wilayah kerja
Kecamatan PADANG MERAH untuk mematuhi dan mengikuti semua instruksi
Pemerintah Pusat dalam usaha memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia.
Namun 3 hari yang lalu, ada laporan salah satu Lurah di kecamatan PADANG MERAH
yang melaporkan ada Anak dari salah satu Warganya “Pulang Mudik” dari Jakarta.
Mendapat laporan itu, Camat Kecamatan PADANG MERAH langsung berkordinasi

3
dengan dr. Amril dan seluruh Pemangku Kepentingan se-Kecamatan, untuk melakukan
tatalaksana penanganan Covid-19 termasuk membuat perencanaan program promosi
kesehatan dan tatalaksana rujukan ke RS rujukan Covid-19 di Provinsi. Camat
mengharapkan Covid-19 jangan sampai meluas mengenai seluruh penduduk yang ada
di 4 Desa di dalam kecamatan PADANG MERAH tersebut.
4. Anda sebagai dr. Amril yang telah mendapat ilmu Epidemiologi penyakit menular,
bertekad untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
RAMBA, melalui penurunan angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang ada dan
menjaga agar Covid-19 tidak meluas di wilayah kerja Puskesmas tempat dr. Amril
bekerja.

III. ANALISIS MASALAH – SINTESIS

1. Dr. Amril baru bertugas 9 bulan sebagai Kepala Puskesmas “RAMBA”. Puskesmas
“RAMBA” berada di kecamatan “PADANG MERAH” yang terdiri dari 4 Desa, yang total
penduduk 45 ribu jiwa. 4 Desa di PADANG MERAH ini terletak di lereng gunung yang
dikelilingi oleh Hutan Cemara. Di lereng gunung mengalir sungai kecil yang memiliki air yang
jernih dan penuh bebatuan, hampir semua penduduk disini bekerja dengan memecah batu untuk
kemudian dijual ke kota. Mereka juga memanfatkan sungai ini untuk MCK sehingga tidak
jarang ada saat musim panas, air sungai surut dan bersamaan dengan itu terjadi Diarrhae pada
sebagian besar penduduk disini. Ke 4 Desa telah menerima “picuan” Jamban dari pemerintah,
tapi jamban itu tidak dimanfaatkan dengan baik dan penduduk disini masih menggunakan
Sungai sebagai sumber MCK mereka.
1.a Apa yang dimaksud dengan rujukan?
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang
sesuai.
Sumber: IT dr. Muhammad Aziz, MARS, Sp THT-KL; tentang sistem rujukan
Blok 24 Tahun 2020.

b Apa tujuan dari sistem rujukan di pelayanan kesehatan masyarakat?


Tujuan sistem rujukan di pelayanan kesehatan masyarakat adalah:
a) Untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan
pasien

4
b) Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang
ada di masyarakat.
Sumber: IT dr. Muhammad Aziz, MARS, Sp THT-KL; tentang sistem
rujukan Blok 24 Tahun 2020.

c. Ada berapa jenis sistem rujukan di pelayanan kesehatan masyarakat?


i. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
ii. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.

Sumber: BPJS Kesehatan. 2015. Sistem Rujukan Berjenjang dan Pola


Pembayaran BPJS Kesehatan Berjenjang.

d. Apa manfaat dari sistem rujukan di pelayanan kesehatan masyarakat?


Manfaat yang diperoleh dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan adalah:
i. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan
kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan
kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan
yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
i. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-

5
ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
ii. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara lain memperjelas
jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti
semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan
dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau
meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu.
Sumber: Azrul Azwar, dikutip oleh Umami, L.S., Skripsi: Analisis
Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta BPJS
Kesehatan Di Puskesmas, 2016. Fakultas Kedokteran, universitas
diponegoro.

2. a. Apa yang dimaksud dengan “picuan” jamban?


Yang dimaksud dengan picuan jamban adalah upaya yang mendorong
masyarakat untuk:
i. membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutus alur
kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara
berkelanjutan; dan
ii. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi
standar dan persyaratan kesehatan.
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

b. Bagaimana bentuk dari jamban “picuan”?


Pit privy (Cubluk): Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke
dalam tanah sedalam 6 meter dengan diameter lebih kurang 100 cm. Dindingnya
diperkuat dari batu bata. Di daerah pedesaan rumah kakus tersebut dapat dibuat
dari bambu, dinding bambu, dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
Sumber: IT Agita Diora; Domestic Waste Blok 24 Tahun 2020
6
c. Apa kriteria septic tank yang baik?
1. Volume mencapai minimal 500 galon
2. Tanah di mana saluran drainase cukup berpori untuk menyerap limbah cair
3. Luas lahan memadai untuk penyerapan penuh dari aliran limbah
4. Tangki harus dibersihkan setiap tiga hingga lima tahun.
5. Bagian bawah didasari semen
6. Terdapat pipa yang di dalamnya air mengalir

Sumber: IT Agita Diora; Domestic Waste Blok 24 Tahun 2020

3. a. Apa syarat air bersih?


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum. Air bersih harus memenuhi standar baku mutu kesehatan
lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi
parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter
tambahan sebagai berikut.

7
8
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum

b. Apa yang menyebabkan kejadian diare di Puskesmas Ramba?


Penyebab diare di puskesmas ramba adalah:
1. Perilaku masyarakat buang air besar tidak pada tempatnya
2. Perilaku menggunakan sumber air untuk minum adalah dari air sungai tempat
MCK (air PDAM belum masuk ke Desa Ramba)
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

c. Apa risiko kesehatan dari pekerja pemecah batu?


Dari hasil diskusi, risiko kesehatan pekerja pemcah batu adalah 60 %
berupa:
1. gangguan pernapasan (sesak napas dan batuk)
2. gangguan penglihatan (mata perih)
3. gangguan ekstrimitas (pegal)
4. gangguan cuaca (panas)

Sumber: Jayanti,S., dkk. 2010. Analisis Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian
Risiko Bahaya Pada Pekerja Pemecah Batu. Media Kesehat. Masy. Indones. 9(1):
27-32

d. Apa hazard yang dapat ditemukan pada pekerja pemecah batu?


Terdapat beberapa hazard pada pekerja pemecah batu, yaitu:
1. Ergonomic hazards
i. Mengangkut batu

9
Untuk mempermudah membawa tenggok berisi batu, pekerja
menggendong tenggok tersebut di punggung menggunakan selendang. Hal
ini menjadikan pekerja membawa dalam posisi membungkuk, menggunakan
punggung sebagai alat utama saat mengangkut beban dapat berisiko
mengalami keluhan/gangguan musculoskletal. Walaupun jarak angkut tidak
terlalu jauh, intensitas membawa beban yang terlau sering di punggung dapat
menyebabkan nyeri punggung, apalagi beban yang dibawa melebihi beban
yang boleh diangkut manusia tanpa bantuan alat.
Selain itu selama mengambil batu di gua, pekerja juga berisiko terkena
reruntuhan batu dari dalam gua buatan dan tertimbun longsoran batu.
Tekanan-tekanan ke jaringan sekitar punggung bawah dan syaraf menjadi
keluhan nyeri pinggang sampai kelumpuhan.
ii. Memecah batu
Proses memecah batu dilakukan dengan cara menempatkan batu utuh ke
dalam kolong yang terbuat dari karet. Genggaman palu ada yang terbuat dari
besi atau kayu. Karena banyak pekerja yang tidak menggunakan sarung
tangan sebagai alas memegang palu, tangan pekerja menjadi kasar dan
mengelupas. Selain itu pekerjaan memukul batu menggunakan palu adalah
pekerjaan monoton yang dilakukan secara berulngulang. Bila dilakukan
dalam intensitas yang sering dan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan hilangnya kewaspadaan, timbulnya kebosanan, kemunduran
kapasitas kerja dan, kecelakaan kerja, tingginya tingkat kertidakhadiran,
rendahnya inisiatif.
iii. Mengumpulkan batu
Saat mengumpulkan pecahan batu setelah proses pemukulan dengan
palu, pekerja melakukan dengan cara membungkuk. Hal ini disebabkan
karena alat kerja yang digunakan sebagai alat bantu memiliki pegangan yang
pendek. Selain berisiko terkena gangguan nyeri pinggang dan
muskuloskeletal lain, pekerja juga berisiko tergores tangan/kaki saat bekerja
mengumpulkan batu. Bekerja dengan posisi membungkuk dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan keluhan nyeri pinggang.

10
iv. Menyusun batu
Sebelum dijual ke pengepul/bandar, pekerja pemecah batu menyusun
batu yang akan dijual membentuk gundukan- gundukan kecil. Proses tersebut
dapat berisiko menyebabkan nyeri punggung dan mengalami luka tergores.
2. Physical hazard
Lingkungan kerja yang terbuka (outdoor) menyebabkan pekerja terpapar
langsung dengan sinar matahari. Sinar matahari dapat menyebabkan pekerja
berisiko terkena radiasi sinar ultra violet dan panas yang tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi, heat cramp dan heatstroke
3. Chemical hazard
i. Selama melakukan pengambilan batu banyak pekerja yang tidak
menggunkan masker sebagai alat pelindung diri namun hanya
menggunakan selendang sebagai penutup hidung. Risiko yang mungkin
terjadi adalah terkenan gangguan pernafasan.
ii. Jalan yang berdebu di lingkungan pekerja pemecah batu, dapat berisiko
menyebabkan ganguan pernafasan pada pekerja. Efek debu dapat
menyebabkan batuk kering, sesak nafas, gangguan saluran nafas dan
kelelahan umum.

Sumber: Setyaningsih, Yuliani, dkk. 2010. Analisis Potensi Bahaya dan


Upaya Pengendalian Risiko Bahaya Pada Pekerja Pemecah Batu. Media
kesehatan masyarakat Indonesia , 9(1):27-32.

2. Puskesmas “RAMBA” adalah Puskesmas Kecamatan yang mempunyai SDM Kesehatan


yang cukup lengkap. Puskesmas ini memiliki Struktur Manajemen yang baik dan selalu
mendapat pujian dari Dinas Kesehatan Kabupaten khususnya pada penanganan Penyakit-
penyakit menular Lingkungan. Data terakhir yang dilaporkan pada Dinkes Kabupaten, pada
setiap Desa terdapat penderita TB MDR, 2 orang penderita pada salah satu Desa telah
dinyatakan Sembuh dari TB. Dr. Amril sejak bertugas di Puskesmas RAMBA ini, mendapat
laporan tentang banyak pasien ODGJ dan ditemukan 2 orang yang di pasung pada salah satu
Desa. Untuk menanggulangi hal ini, Dr Amril melakukan inovasi dengan mendirikan
Poliklinik Khusus Jiwa pada Puskesmas RAMBA yang bekerjasama langsung dengan RSJ
yang ada di Provinsi, sehingga pasien-pasien ODGJ dapat dikontrol dengan baik dan minimal
sebulan satu kali mendapat kunjungan Dokter-dokter Residen yang sedang pendidikan

11
Spesialis Kesehatan Jiwa dan dr. Amril memanfaatkan kerjasama tersebut dengan membuat
juga Program Promosi Kesehatan Jiwa.
1. a. Apa yang dimaksud dengan management puskesmas?
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,
Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses
penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,
berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi
yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya
kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan
target kinerja yang telah ditetapkan.
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Pedoman Manajemen Puskesmas.

b. Bagaimana struktur managemen Puskesmas Ramba?


Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 pasal 34, struktur organisasi
puskesmas yang baik paling sedikit terdapat:
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala sub bagian tata usaha
3. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Penanggung jawab UKP kefarmasian dan Laboratorium
5. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.

12
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

c. Apa yang dimaksud dengan inovasi?


Inovasi adalah:
i. pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan:
ii. penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya (gagasan, metode, atau alat)
Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia

d. Apa program inovasi pasien jiwa di puskesmas (Puskesmas Ramba)?


Program invoasi Puskesmas Ramba adalah membuka Poliklinik Kesehatan
Jiwa karena ditemukan banyak kasus ODGJ dan dua kasus pemasungan.
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

2. a. Apa yang dimaksud dengan TB-MDR?


Tuberculosis Multidrug Resistant merupakan penyakit Tuberkulosis
(TB) yang telah mengalami resistensi terhadap isoniazid (INH) dan rifampicin
serta satu atau lebih obat anti tuberkulosis (OAT).
Sumber: Mar’atul H, dkk, Jurnal Kesehatan. 1(2), 2018. HUBUNGAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN EFIKASI DIRI PENDERITA
TUBERCULOSIS MULTIDRUG RESISTANT (TB-MDR) DI POLI TB-
MDR RSUD IBNU SINA GRESIK.

b. Apa tanda-tanda dari penderita suspek TB-MDR?


Kriteria terduga TB resistan obat:
1. Pasien TB gagal dengan pengobatan kategori 2*
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan
pengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar
serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama
satu bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1* yang gagal

13
5. PasienTB pengobatan kategori1 yang tetap positif setelah 3 bulan
pengobatan
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/ default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB
MDR
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara baik klinis maupun
bakteriologis dengan pemberian OAT (bila penegakkan diagnosis awal
tidak menggunakan GeneXpert)
Sumber: Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2018 Divisi
Respirologi dan Penyakit Kritis Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-
RSCM mengenai Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Resistan Obat.

3. a. Apa yang dimaksud dengan ditemukan 2 orang di pasung?


Maksudnya adalah bahwa 2 ODGJ tersebut dibatasi gerakannya dengan diikat,
dirantai, atau dipasangkan rangka kayu pada bagian tubuhnya (kaki, tangan,
atau leher) dengan maksud untuk mengambil kebebasan dari ODGJ tersebut.
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa dan Diskusi Kelompok

b. Apa saja kegiatan dari poliklinik khusus jiwa di puskesmas?


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas, di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dapat
diselenggarakan pelayanan sebagai berikut.
a. Penyuluhan
b. Deteksi dini
c. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
d. Pelayanan Rawat Jalan
e. Pelayanan Rujukan
f. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visite)
Disamping pelayanan-pelayanan ini juga dimungkinkan adanya
pelayanan non-kesehatan seperti pelayanan pelatihan kerja (terapi okupasi) dan
14
pelayanan kesehatan masyarakat terutama berupa promosi kesehatan,
pengembangan kemitraan dan peran serta masyarakat.

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


406/Menkes/Sk/Vi/2009 Tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas

c. Bagaimana program promosi kesehatan jiwa di Puskesmas Ramba?


Pada umumnya program promosi kesehatan jiwa di Puskesmas Ramba tidak berbeda
dengan program promosi kesehatan jiwa di puskesmas pada umumnya, yang meliputi:
1) Melakukan penyuluhan tentang gangguan jiwa pada dan masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap ODGJ
sehingga stigma masyarakat bisa membaik
2) Melakukan penyuluhan bagi ODGJ dan keluarga ODGJ tentang cara
merawat dan mengani masalah kejiwaan serta bagaimana cara
meningkatkan kualitas hidup ODGJ dan keluarganya
3) Melakukan pengobatan massal bagi ODGJ
4) Memberikan pelatihan kader-kader untuk dapat menjaring pasien ODGJ
serta membantu proses perawatan/pengobatan ODGJ
5) Melakukan kegiatan home visit bagi ODGJ sebelum dan sesudah menjalani
perawatan/pengobatan

15
6) Melaksanakan terapi okupasi terhadap ODGJ sehingga bisa
mengembalikan kemampuan kerja ODGJ
7) Pendirian posyandu jiwa
8) Melaksanakan program keswamas (kesehatan jiwa masyarakat) yang
meliputi
a) Sosialisasi kesehatan jiwa
b) Penyuluhan terkait kesehatan jiwa
c) Family gathering ODGJ
d) Program pendidikan ODGJ
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
406/Menkes/Sk/Vi/2009 Tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas dan Diskusi Kelompok

3. Sejak 2 bulan terakhir dalam Suasana Pandemik Covid-19, Camat Kecamatan PADANG
MERAH mengistruksikan seluruh masyarakat dalam wilayah kerja Kecamatan PADANG
MERAH untuk mematuhi dan mengikuti semua instruksi Pemerintah Pusat dalam usaha
memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia. Namun 3 hari yang lalu, ada laporan salah
satu Lurah di kecamatan PADANG MERAH yang melaporkan ada Anak dari salah satu
Warganya “Pulang Mudik” dari Jakarta. Mendapat laporan itu, Camat Kecamatan PADANG
MERAH langsung berkordinasi dengan dr. Amril dan seluruh Pemangku Kepentingan se-
Kecamatan, untuk melakukan tatalaksana penanganan Covid-19 termasuk membuat
perencanaan program promosi kesehatan dan tatalaksana rujukan ke RS rujukan Covid-19 di
Provinsi. Camat mengharapkan Covid-19 jangan sampai meluas mengenai seluruh penduduk
yang ada di 4 Desa di dalam kecamatan PADANG MERAH tersebut.
1. a. Apa faktor risiko dari penyakit Covid-19?
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes
melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari
infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki
diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok,
hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.

Diaz JH43 menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin


receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. Terkait
dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC) menegaskan bahwa belum ada

16
bukti meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau negatif obat golongan
ACE-i atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap
melanjutkan pengobatannya.

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-
CoV-2. Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang berlebihan,
supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritik. Pasien
dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami penurunan respons imun,
sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih
buruk. Studi Guan, dkk. menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang
memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien
dengan hepatitis B.

Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya memiliki
risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV. Namun, hingga
saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2.
Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan penyakit autoimun
juga belum dilaporkan. Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit
asma dengan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis
yang dilakukan oleh Yang, dkk. menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan
riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang
lebih parah.

Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan
pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko
rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular.
Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari
3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%.

Sumber: Susilo, A., dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Review of Current
Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 7(1): 45-67.

17
b. Apa tanda-tanda klinis dari penyakit Covid-19?
Tabel 1. Tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19
Gejala ringan Gejala sedang Gejala berat
Demam >38oC Demam >38oC -Demam >38oC yang menetap
Batuk Sesak napas -Ada infeksi saluran napas dengan
Nyeri Tenggorokan Batuk menetap dan sakit tanda-tanda:
Hidung Tersumbat tenggorokan. a. peningkatan frekuensi napas
Malaise Pada anak: batuk dan takipneu (>30x/menit) hingga sesak napas
Anak dengan pneumonia (respiratory distress)
ringan mengalami batuk atau b. batuk
kesulitan bernapas + napas -Penurunan kesadaran
cepat: frekuensi napas: Dalam pemeriksaan lanjut,
frekuensi napas: <2 bulan, ditemukan: saturasi oksigen <90%
≥60x/menit; 2–11 bulan, udara luar
≥50x/menit; 1–5 tahun, Dalam pemeriksanan darah:
≥40x/menit dan tidak ada Leukopenia, peningkatan monosit,
tanda pneumonia berat. dan peningkatan limfosit atipik
Sumber : Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Pedoman
Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia

c. Apa komponen yang termasuk dalam rantai penularan penyakit menular?’

18
1. Reservoir
Reservoir agen menular adalah tempat atau habitat di mana agen
biasanya hidup, tumbuh, dan berkembang biak seperti manusia, hewan, dan
lingkungan. Reservoir dapat menjadi sumber dari mana agen ditularkan ke
pejamu ataupun tidak. Misalnya, reservoir Clostridium botulinum adalah tanah,
tetapi sumber dari kebanyakan infeksi botulisme dari makanan kaleng yang
mengandung spora C. Botulinum.
2. Agen
Agen adalah suatu faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur mati
atau hidup. Agen adalah suatu faktor seperti mikroorganisme, zat kimia atau
radiasi yang ada, keberadaannya berlebihan atau faktor yang relatif tidak ada
dalam menimbulkan suatu penyakit.
3. Cara penularan
• Transmisi langsung
Kontak langsung adalah penularan penyakit melalui kulit ke kulit (skin
to skin), ciuman, dan hubungan seksual. Kontak langsung juga mengacu pada
kontak dengan tanah atau vegetasi .
• Transmisi tidak langsung
Transmisi tidak langsung mengacu pada penularan agen infeksius dari
reservoir ke pejamu oleh partikel tersuspensi udara (airborne), benda mati
(vehicle) , atau vektor.
4. Vektor
Binatang, paling sering arthropoda (misalnya serangga), yang
menularkan zat pathogen dari orang yang terinfeksi dan ditularkan ke individu
yang rentan/berisiko.
5. Host
Pejamu (host) adalah manusia atau hewan termasuk burung dan
arthropoda yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen infeksius
sehingga terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.

Sumber: Najmah, S.K.M., M.P.H., 2015. Epidemiologi Penyakit Menular

19
d. Bagaimana cara memutuskan rantai penularan?
i. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat
kotor;
ii. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut;
iii. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat
sampah;
iv. Pakailah masker medis jika memilik gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker;
v. Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan.
Sumber: dr. Achmad Yurianto. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

e. Apa definisi kasus dari OTG, ODP, PDP, dan kasus konfirmasi?
A. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
(≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
ringan hingga berat DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi COVID-19.
3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.

20
B. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
1) Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal.
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
C. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19. Kontak Erat adalah seseorang yang
melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam
radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
Termasuk kontak erat adalah:
a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD
sesuai standar.
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis
alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
D. Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.

Sumber: Protokol Tatalaksana COVID-19 diterbitkan bersama oleh PDP,


PERKI, PAPDI, PERDATIN dan IDAI 2020

21
f. Apa tatalaksana dari pasien Covid-19?
1. PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19
a. Tanpa gejala (OTG)
1) Isolasi dan pemantauan
Karantina di rumah selama 14 hari dan kontrol di FKTP
untuk pemantauan klinis
2) Non farmakologis
Edukasi pengukuran suhu, memakai masker, cuci tangan,
menerapkan etika batuk, dan mengatur lingkungan/
kamar.
3) Farmakologi
a) Bila terdapat penyakit penyerta, dianjurkan
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi.
b) Tablet vitamin C 500 mg/ 6-8 jam oral selama 14
hari atau Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam
oral selama 30 hari atau Multivitamin yang
mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam selama
30 hari
c) Dianjurkan multivitamin yang mengandung
vitamin B, E, dan Zink

b. Gejala ringan
1) Isolasi dan pemantauan
Karantina di rumah selama 14 hari dan kontrol di FKTP
untuk pemantauan klinis
2) Non farmakologis
Edukasi pengukuran suhu, memakai masker, cuci tangan,
menerapkan etika batuk, dan mengatur lingkungan/
kamar.
3) Farmakologis
a) Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet vitamin C 500 mg/ 6-8 jam oral
selama 14 hari atau Tablet isap vitamin C
500 mg/12 jam oral selama 30 hari atau

22
Multivitamin yang mengandung vitamin
C 1-2 tablet /24 jam selama 30 hari
- Dianjurkan multivitamin yang
mengandung vitamin B, E, dan Zink
b) Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5
hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada
200 mg) 400 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
c) Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5
hari)
d) Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila
demam
e) Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus :
Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral ATAU
Favipiravir (Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk
5 hari)
c. Gejala sedang
1) Isolasi dan pemantauan
Rujuk dan isolasi selama 14 hari di Rumah Sakit ke
Ruang Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit Darurat
Covid-19
2) Non farmakologis
Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,
status hidrasi, saturasi oksigen, dan pemantauan
laboratorium (darah perifer lengkap, diff count, CRP,
fungsi ginjal, fungsi hati dan rontgen dada secara
berkala)
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara
drips Intravena (IV) selama perawatan
b) Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7
hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada

23
200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral,
selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
c) Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari) dengan aternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari)
d) Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-
lain)
e) Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
d. Gejala berat
1) Isolasi dan pemantauan
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat
secara kohorting
2) Non farmakologis
Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,
status hidrasi (terapi cairan), oksigen, pemantauan
laboratorium serta monitor bila timbul keadaan kritis
3) Farmakologis
a) Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-
3) dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral (hari ke 4-10)
ATAU Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24
jam/oral (untuk 5 hari), setiap 3 hari kontrol EKG
b) Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau
levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena (5 hari)
c) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat
oleh karena ko-infeksi bakteri, pemilihan
antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis,
fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada
pasien. Pemeriksaan kultur darah harus
dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum

24
(dengan kehati-hatian khusus) patut
dipertimbangkan
d) Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
e) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara
drips Intravena (IV) selama perawatan
f) Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
g) Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3
hari pertama)
h) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
i) Obat suportif lainnya
Sumber: Protokol Tatalaksana COVID-19 diterbitkan bersama oleh PDP,
PERKI, PAPDI, PERDATIN dan IDAI 2020

g. Bagaimana pola rujukan dari Covid-19?


Pola rujukan pasien Covid-19 meliputi prosedur pemindahan pasien ke rumah
sakit rujukan COVID-19 sebagai berikut:
1. Petugas medis baik perawat maupun dokter mengklarifikasikan pasien
sebagai pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang harus dirujuk ke
RS lain.
2. Perawat akan menghubungi Call Center RS Darurat terkait dengan
pasien yang akan dirujuk.
3. Setelah itu, Call Center akan menghubungi RS rujukan yang siap untuk
menerima pasien terkonfirmasi positif COVID-19 tersebut.
4. Setelah itu, RS yang menerima rujukan mengecek SISRUTE dan
mengkonfirmasi penerimaan pasien rujukan.
5. Langkah selanjutnya yaitu Call Center menghubungi perawat RS
Darurat Corona yang bertugas untuk merujuk pasien.
6. RS Darurat Corona mempersiapkan kebutuhan pasien yang akan
dirujuk. Diantaranya yaitu memenuhi keamanan proses rujukan pasien,
25
mempersiapkan ambulans, dan mengutus perawat pendamping untuk
mendampingi proses rujukan pasien.
7. Sebelum keberangkatan rujuk, perawat mengisi SISRUTE dan
mengantarkan pasien ke RS tujuan rujuk.
8. Setelah itu, pasien terkonfirmasi positif COVID-19 akan diterima oleh
RS penerima rujukan.
Sumber : Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020.
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di
Indonesia. Laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

h. Apa formulir yang diisi oleh petugas Puskesmas dalam membantu


penyelidikan epidemiologi Covid-19?
Formulir yang dapat diisi oleh petugas Puskesmas meliputi formulir
pemantauan harian, formulir pemantauan petugas kesehatan, laporan harian data
kasus COVID 19 yang dilakukan pemeriksaan spesimen RT PCR serta formulir
penyelidikan epidemiologi COVID 19.

26
27
28
29
Sumber : Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020.
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
revisi ke-4.

i. Bagaimana program promosi kesehatan Covid-19?


Program promosi kesehatan Covid-19 meliputi:
1) Penyuluhan/konseling tentang pencegahan penyebaran virus Corona
2) Penyebaran brosur tentang pencegahan penyebaran virus Corona
3) Penyuluhan/konseling tentang PHBS dan GERMAS sebagai tindakan
pencegahan penyebaran virus Corona
4) Penyebaran flyer atau brosur tentang PHBS sebagai tindakan pencegahan
penyebaran virus Corona
5) Menyelenggarakan seminar online umum bagi masyarakat sebagai salah
satu bentuk penyuluhan dan edukasi tentang penyakit Covid-19
Sumber : Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020.
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian CoronaVirus Disease (Covid-19)
dan Diskusi Kelompok

f. Apa yang dimaksud dengan “pulang mudik”?


Menurut KBBI mudik adalah pulang ke kampung halaman tetapi
terbatas pada momen menjelang lebaran untuk berkumpul dengan sanak
saudara. Jadi pulang mudik bisa diartikan kembali ke kota setelah kegiatan
mudik untuk melanjutkan bekerja di kota.
Sumber : KBBI dan Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

4. Anda sebagai dr. Amril yang telah mendapat ilmu Epidemiologi penyakit menular, bertekad
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas RAMBA,
melalui penurunan angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang ada dan menjaga agar Covid-
19 tidak meluas di wilayah kerja Puskesmas tempat dr. Amril bekerja. [epidemiologi, PHE]
1. a. Apa yang dimaksud dengan ilmu epidemiologi penyakit menular?
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi
(penyebaran) serta determinant masalah kesehatan (penyakit menular) pada
sekelompok orang atau masyarakat.

30
Sumber : Irwan. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV
Absolute Media

b. Apa kriteria dari derajat kesehatan masyarakat meningkat?


Indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas dan status gizi.
1. Umur Harapan Hidup (UHH)
2. Mortalitas
Dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Ibu (AKI) per 1000 kelahiran hidup
3. Morbiditas
a) Penyakit menular
b) Penyakit tidak menular
4. Status gizi
Sumber : IT dr. Asmarani tentang Monitoring dan Evaluasi Blok 24 Tahun
2020

c. Bagaimana cara menurunkan angka kesakitan dari Covid-19?


mengurangi jumlah kasus baru Covid-19 dengan cara:
i. Memutus rantai penularan (cuci tangan, masker, jaga jarak)
ii. Mengobati orang yang sakit (pasien positif Covid-19)
iii. Melaksanakan PSBB atau lockdown
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

d. Apa usaha agar Covid-19 tidak meluas ke seluruh wilayah?


Setiap masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan yang dibuat oleh
Kementrian Kesehatan dan mematuhi PSBB (tidak pulang mudik).
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok B5 Skenario C Blok 24 Tahun 2020

31
IV. HIPOTESIS
Dr. Amril berupaya meningkatkan derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Ramba
dengan cara berkoordinasi bersama pemangku kepentingan dan Dinas Kesehatan
Kabupaten karena ditemukan pandemi Covid-19, TB-MDR, dan pemasungan (ODGJ).

V. KERANGKA KONSEP

VI. KESIMPULAN
Skenario C ini menginformasikan bahwa pimpinan Puskesmas Ramba
menemui masalah-masalah kesehatan berupa masalah lingkungan dan masalah
penyakit menular (TB-MDR, Covid-19) serta masalah gangguan kesehatan jiwa.

32
Untuk itu, pimpinan puskesmas berupaya untuk melakukan promosi
kesehatan dengan mengikutsertakan para stakeholder dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat wilayah Kecamatan Padang Merah.

33
DAFTAR PUSTAKA

Asmarani, dr. 2020. Materi ajar Monitoring dan Evaluasi Blok 24 Tahun 2020. Palembang:
Universitas Sriwijaya
Aziz, dr. Muhammad. 2020. Materi Ajar Sistem Rujukan Blok 24 Tahun 2020. Palembang:
Universitas Sriwijaya
Azrul Azwar, dikutip oleh Umami, L.S., Skripsi: Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan
Tingkat Pertama Peserta BPJS Kesehatan Di Puskesmas, 2016. Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.
BPJS Kesehatan. 2015. Sistem Rujukan Berjenjang dan Pola Pembayaran BPJS Kesehatan
Berjenjang.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020. Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
dr. Achmad Yurianto. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Pedoman Penanganan Cepat Medis
dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia. Laman Pusat Krisis Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Indonesia, K.B.B., 2017. Kamus versi online/daring (dalam jaringan). Kata Dasar refresif”
dalam https://www. kbbi. web. id/represif.
Irwan. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV Absolute Media

Jayanti,S., dkk. 2010. Analisis Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian Risiko Bahaya Pada
Pekerja Pemecah Batu. Media Kesehat. Masy. Indones. 9(1): 27-32
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 406/Menkes/Sk/Vi/2009 Tentang
Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Mar’atul H, dkk, Jurnal Kesehatan. 1(2), 2018. Hubungan dukungan keluarga dengan efikasi
diri penderita tuberculosis multidrug resistant (tb-mdr) di poli tb-mdr rsud ibnu sina gresik.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Pedoman Manajemen
Puskesmas.

34
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 Tentang
Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2018 Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM mengenai Diagnosis dan Tatalaksana
Tuberkulosis Resistan Obat.
Protokol Tatalaksana COVID-19 diterbitkan bersama oleh PDP, PERKI, PAPDI, PERDATIN
dan IDAI 2020

35

Anda mungkin juga menyukai