Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN KOMUNITAS I

“EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN”

DOSEN PENGAMPU :
Naomi Jober, S.Kep., Ns. M.Kes

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

1. Ainun Rofiqoh
2. Nurmiyanti Do Siddik
3. Yulian Christi Loupatty
4. Obeth Noriwari
5. Renny Saklil
6. Marida Weni Ayorbaba
7. Maretha Boky

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas segala
kemampuan rahmat dan berkat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Tugas Keperawatan Komunitas I : Epidemiologi dan Kependudukan” .
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang materi mengenai model
dan konsep Kesehatan Anak II serta masalahnya. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Jayapura, September 2019

Penyusun

[2]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat ...................................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
A. Epidemiologi Kesehatan .......................................................................................................................... 5
2.1 Sejarah Akar Epidemiologi .................................................................................................................... 5
2.2 Dasar-dasar epidemiologi ....................................................................................................................... 8
2.3 Definisi ...................................................................................................................................................... 8
2.4 Ruang lingkup epidemiologi ................................................................................................................ 13
2.5 Macam epidemiologi ............................................................................................................................. 21
2.6 Kegunaan epidemiologi ........................................................................................................................ 22
2.7 Prinsip-prinsip epidemiologi ................................................................................................................ 23
2.8 Prosedur kerja epidemiologi ................................................................................................................. 23
2.8 Ukuran-ukuran epidemiologi................................................................................................................ 23
B. Kependudukan ......................................................................................................................................... 26
2.9 Definisi .................................................................................................................................................... 26
2.9 Dinamika Kependudukan...................................................................................................................... 27
2.10 Faktor Faktor Demografik Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk ........................ 28
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................36

[3]
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari hasil sensus
penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang
kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting
terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk
Dibanding dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia
menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India. Indonesia
merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai masalah kependudukan
yang sangat serius disertai dengan, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai
dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak
merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan
beban dalam pembangunan. .
Kesehatan menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia dalam menjalani
aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya keadaan sehat bmerupakan kondisi dimana
seorang, sejahtera secara fisik, mental dan social yang memungkinkan hidup produktif
secara social dan ekonomi.
Bidang epidemiologi lebih focus pada penundaan dan pengendalian penyakit bukan
pada teknik pengobatan sekunder dan tersier yang ada dalam ilmu pengobatan tradisional.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas adalah
1. Apa saja konsep Epidemiologi Kesehatan?
2. Apa saja konsep Kependudukan?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Konsep Epidemiologi Kesehatan
2. Konsep Kependudukan

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk menambah wawasan mengenai lingkup perawatan komunitas yang
mempelajari epidemiologi dan kependudukan.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan ajar dan referensi untuk memberikan pengetahuan tentang keperawatan
komunitas.

[4]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Epidemiologi Kesehatan
2.1 Sejarah Akar Epidemiologi
a) Florence Nightingale : Nurse Epidemiolist
Perawatan akar epidemi dapat ditelusuri ke Florence Nightingale (1820-1910).Catatan
detailnya, morbiditas Statistik (penyakit), dan deskripsi yang cermat tentang kondisi
kesehatan di antara para prajurit dalam Perang Krimea merupakan salah satu studi deskriptif
sistematis pertama dari distribusi dan pola penyakit dalam suatu populasi.Dia menggunakan
grafik-grafik berkelok-kelok yang diarsir dan diwarnai untuk mengilustrasikan kematian yang
dapat dicegah dari para prajurit Krimea yang dirawat di rumah sakit, dikupas dengan tentara
yang dirawat di rumah sakit di Inggris pada saat itu. Tingkat detail yang canggih dalam
studinya menyebut dia sebagai peneliti perawat pertama.Perubahan yang dilakukan sesuai
dengan sarannya, yang merupakan pengetahuan umum sekarang membangun lingkungan
yang bersih, menyediakan makanan yang dapat dimakan, membersihkan luka dan
menggunakan perban baru, dan memisahkan tentara yang menular dari tentara yang terluka
membawa bukti dramatis keaslian pengamatan dan pengetahuannya.Empat puluh empat dari
setiap 100 pasukan Inggris sekarat di Krimea sebelum Nightingale melembagakan perubahan
lingkungan dan nutrisi di rumah sakit dan lapangan. Ketika pekerjaannya selesai, tingkat
kematian (kematian) hanya 2% (Gabriel & Metz, 1992).
b) William Farr
William Farr seorang dokter, analisis statistik, dan ahli matematika dianggap sebagai
salah satu pendiri epidemiologi modern. Dan juga sebagai kepala kantor pencatatan umum di
Inggis. Ia juga mengembangkan “sistem yang lebih canggih untuk pengkodean medis dari
yang sebelumnya telah digunakan”. Argumen untuk reformasi kesehatan Nightingle dicari di
dukung oleh kolaborasinya dengan Willian Farr.
Farr juga membuat perkembangan terhadap “population at risk” secara keseluruhan.
Hubungan profesional antara Nightingle dan William Farr merupakan contoh yang luar biasa
dalam menangani kesehatan masyarakat. Dari penggabungan dua ahli ini menghasilkan lebih
dari yang ingin dicapai secara individu. Penggunaan data statistika Nightingle sangat
mempengaruhi evolusi keperawatan menjadi profesi yang pelayanannya sangat berguna
untuk menangani kesehatan masyarakat serta perawatan di rumah sakit.
William Farr juga mengembangkan sistem nasional dan mencatat penyebab kematian.
Setelah mekanisme itu berjalan, maka mekanisme tersebut dapat menyajikan data yang
sangat banyak dan mulailah Farr menganilisis data tersebut, membuat teknik tabel dan
prosedur untuk standarisasi. Farr juga berperan dalam membangun sebuah klasifikasi
penyakit untuk keperluan statistik nasiona maupun internasional.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit
secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi
program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
c) Eras In The Evolution Of Modern Epidemiology
Epidemiologi modern dapat digambarkan memiliki empat era berbeda, masing-
masing berdasarkan pemikiran kausal, statistik sanitasi, epidemiologi penyakit menular, dan
epidemiologi penyakit kronis.
Mengingat penelitian baru, era eco-epidemiologi saat ini sedang muncul. Awal
pemikiran kausal didominasi oleh teori miasma, yang asal-usulnya dalam karya Sekolah
Hippocratic dan secara resmi dikembangkan pada awal 1700-an. Teori ini menyatakan bahwa
zat yang disebut miasma terdiri dari partikel berbau busuk dan beracun yang dihasilkan oleh

[5]
dekomposisi bahan organik dan merupakan penyebab penyakit. Pencegahan berdasarkan teori
ini berusaha untuk menghilangkan sumber-sumber racun atau uap yang tercemar. Meskipun
basisnya pada penalaran yang salah, pencegahan jenis ini memiliki konsekuensi positif
karena membuat orang sadar bahwa bahan organik yang membusuk dapat menjadi sumber
penyakit menular. Teori ini mendominasi hingga paruh pertama abad ke-19. Nightingale
sendiri tidak pernah menerima hubungan antara mikroorganisme dan penyakit (Kudzma,
2006) dan mendasarkan praktiknya pada pendekatan yang sama ini. Pekerjaannya di Krimea,
dengan penekanan pada sanitasi, tetap memiliki hasil positif.
Demikian pula, karya perintis John Snow dalam mengidentifikasi sumber kolera di
Inggris pada pertengahan 1800-an didasarkan pada asumsi yang salah bahwa iklim terlibat.
Meski begitu, ia mampu melacak sumber agen infeksi ke pasokan air dan membawa
perhatian publik ke hubungan antara kondisi sanitasi dan penyakit. Kita berhutang banyak
pada orang-orang ini; bahwa mereka tidak memahami mekanisme pasti penyebab penyakit
tidak mengurangi pekerjaan pionir mereka dalam epidemiologi terapan
Era epidemiologi penyakit menular didominasi oleh teori penyakit menular, yang
dikembangkan pada pertengahan abad ke-18. Didorong oleh perkembangan mikroskop yang
semakin canggih, teori ini berusaha mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit sebagai langkah pertama dalam pencegahan. Ini mengilhami berbagai teori
kekebalan, dan bahkan mendorong beberapa upaya awal vaksinasi terhadap cacar. Selain itu,
begitu seorang agen telah diidentifikasi, langkah-langkah diambil untuk menahan
penyebarannya. Fumigasi kapal untuk membunuh tikus, melindungi bangunan dermaga dan
habitat manusia dari tikus, dan mengeluarkan pasokan makanan tikus dari akses mudah
adalah semua tindakan yang diambil untuk melindungi masyarakat dengan mencegah
penyebaran bacilli wabah. Berdasarkan karya Louis Pasteur, Jakob Henle, dan Robert Koch,
teori penularan didefinisikan kembali dan menjadi paling dikenal sebagai teori kuman
penyakit (Aschengrau & Seage, 2008), yang dominan dari akhir abad ke-19 sampai babak
pertama. abad ke-20 (Lawson & Williams, 2001).
Di era epidemiologi penyakit menular, para ilmuwan memandang penyakit dalam
kaitannya dengan hubungan sebab-akibat yang sederhana. Menemukan penyebab tunggal
(wabah basil) dan menyerangnya (menghilangkan tikus) tampaknya menjadi solusi untuk
mencegah banyak penyakit. Dalam kasus penyakit pes, pendekatan ini tampaknya cukup
efektif. Namun, penelitian ilmiah akhirnya mengungkapkan bahwa penyebab penyakit jauh
lebih kompleks daripada yang diduga pertama. Misalnya, meskipun sebagian besar anggota
kelompok mungkin terkena wabah, banyak yang tidak mengontraknya.
Dengan penyakit pes, seperti banyak penyakit menular lainnya, karakteristik tuan
rumah dapat menentukan baik penyebaran penyakit dan dampak individualnya. Tidak semua
orangdalam suatu populasi memiliki risiko yang sama; sekarang diketahui bahwa penyakit
pes yang tidak diobati memiliki tingkat fatalitas kasus 50% hingga 60%; artinya sekitar
setengah dari mereka yang terkena penyakit dan tidak diobati akhirnya akan mati (Heymann,
2004). Selanjutnya, agen dan jalur transmisi bisa sangat kompleks. Meskipun seekor kerbau
membawa bacilli dari tikus ke manusia dalam wabah pes, banyak penyakit menular menyebar
langsung dari satu manusia ke yang lain. Akhirnya, lingkungan harus dianggap sebagai
bagian dari penyebab penyakit. Bukti menunjukkan bahwa wabah berasal dari dataran tinggi
Asia dan menyebar ke bagian lain dunia. Namun, pertanyaan tetap tentang apakah basil
menyebar dari tikus ke tupai tanah atau selalu menjadi bagian dari ekologi tupai.
Setelah Perang Dunia II, agen penyebab penyakit menular utama diidentifikasi,
metode pencegahan diakui, dan antibiotik dan kemoterapi ditambahkan ke gudang senjata
untuk mengatasi penyakit menular. Fokusnya kemudian menjadi pemahaman dan
mengendalikan epidemi penyakit kronis yang baru. Peneliti menyelesaikan studi kasus-
kontrol dan kohort (dibahas kemudian) yang menghubungkan faktor-faktor penyebab kadar

[6]
kolesterol dan merokok dengan penyakit jantung koroner dan merokok terkait dengan kanker
paru-paru. Saat ini, penyebab utama kematian di Amerika Serikat adalah penyakit tidak
menular. Penyakit kronis pada jantung, kanker, dan stroke saja menyebabkan hampir 60%
kematian; kecelakaan (termasuk cedera lalu lintas jalan), bunuh diri, dan pembunuhan di
tempat lain sebesar 6,5% (Miniño, Heron, & Smith, 2006). Masalah kesehatan utama ini
bukan disebabkan oleh agen infeksi.
Kami memasuki era baru eko-epidemiologi, dibedakan dengan mengubah pola
kesehatan global dan kemajuan teknologi. Pola kesehatan global, rute, bentuk, dan virulensi
di mana penyakit muncul di negara-negara di seluruh dunia, dengan pertimbangan faktor
lingkungan, ekologi, manusia, teknologi, dan politik, sedang dalam transformasi. Virus West
Nile, sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), dan epidemi HIV menggambarkan
transformasi ini. Dalam kebanyakan kasus, organisme penyebab dan faktor risiko penting
diketahui, namun penyakit muncul, menyebar, dan tiba-tiba muncul di negara atau wilayah
yang sebelumnya bebas dari mereka. Kita tahu perilaku sosial mana yang perlu diubah, tetapi
kita tidak tahu bagaimana menciptakan iklim perubahan permanen, bahkan ketika seluruh
populasi dipertaruhkan. Misalnya, kami tahu cara mencegah penularan HIV, namun ribuan
kasus baru dilaporkan setiap tahun. Bagaimana praktik pencegahan dapat dipromosikan pada
populasi yang berisiko untuk penyakit menular? Hal yang sama berlaku untuk banyak
penyakit kronis saat ini. Berapa banyak perawat yang merokok? Apakah Anda berolahraga
seperti yang Anda tahu seharusnya? Apakah Anda tahu kadar kolesterol Anda, dan makan
makanan yang sesuai? Apa yang kita rindukan untuk secara efektif mengubah perilaku
sosial?
Perkembangan dalam penelitian penggerak teknologi, terutama dalam biologi dan
teknik biomedis dan kemampuan sistem informasi. Sebagai contoh, kemungkinan sekarang
ada melalui studi DNA untuk mengenali komponen virus dan genetik pada diabetes
tergantung insulin. HIV, tuberkulosis, dan infeksi lainnya dapat dilacak dari orang ke orang
melalui identifikasi spesifikasi molekuler organisme, dan gen untuk melacak dan menandai
salah satu bentuk kanker payudara telah diidentifikasi. Pada skala yang lebih luas, dengan
menggunakan teknologi baru, kita sekarang dapat melacak distribusi geografis penyakit dan
menghubungkan data tersebut dengan risiko kesehatan penting lainnya. Misalnya,
menggunakan sistem geocoding ini, kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dapat
berkorelasi dengan faktor lain, seperti kesempatan rekreasi sekolah, distribusi restoran cepat
saji, pasar petani, atau status sosial ekonomi. Menyadari kekuatan dari kemampuan tersebut,
salah satu tujuan dari Orang Sehat 2010 (Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan
[USDHHS], 2000) adalah menggunakan geocoding di semua tingkatan (nasional, negara
bagian, dan lokal). Di People Midcourse Review 2010 Sehat, tujuan ini direvisi untuk:
"meningkatkan proporsi sistem data kesehatan nasional utama yang menggunakan geocoding
untuk mempromosikan penggunaan nasional sistem informasi geografis (GIS)" (USDHHS,
2006, hal 23.13). Bahkan dengan penghapusan penekanan negara dan lokal, dengan baseline
50% pada tahun 2000, target nasional dari tujuan ini adalah 100% pada tahun 2010.
Kemungkinan pembelajaran melalui teknologi baru saja dimulai di era epidemiologi saat ini.
Tabel 7.1 merangkum empat era dalam evolusi epidemiologi modern.
ERA PARADIGM PENDEKATAN PENCEGAHAN
ANALITIK ANALITIK
Statistik Sanitas Miasma : meracuni Pengelompokan Limbah, sanitasi
(1800-1950) dari emanasi kotor morbiditas dan kematian emanasi
mortalitas sanitasi, drainase

[7]
Epidemiologi Teori Kuman: agen Isolasi laboratorium Interupsi transmisi
penyakit menular tunggal yang terkait dan budaya dari (vaksin, isolasi, dan
(1850–1950) dengan penyakit lokasi penyakit dan antibiotik)
tertentu mereproduksi lesi
Epidemiologi Paparan terkait Rasio risiko paparan Mengontrol faktor
penyakit kronis dengan hasil hasil pada tingkat risiko dengan
(1950-2000) individu dalam memodifikasi gaya
populasi hidup (diet), agen
(senjata), atau
lingkungan (polusi)
Eko-epidemiologi Hubungan di dalam Analisis determinan Menerapkan
(muncul) dan di antara struktur dan hasil di berbagai informasi dan
lokal yang diatur tingkat organisasi teknologi biomedis
dalam tingkat menggunakan sistem untuk menemukan
hierarki informasi baru dan pengaruh pada level
teknik biomedis yang berkhasiat

2.2 Dasar-dasar epidemiologi


Epidemiologi berasal dari bahasa atau kata: Yunani
Epi = upon : pada atau tentang
Demos = people : penduduk
Logia = knowledge : ilmu
Yang berarti : ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk
Dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi diartikan ilmu tentang DISTRIBUSI
(penyebaran) dan DETERMINANT (factor-faktor penentu) masalah kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan DEVELOPMENT (perencanaan) dan
pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan
2.3 Definisi
1) Wade Hampton Frost 1972
Adalah guru besar epidemiologi di School of Hygiene, mengatakan bahwa
epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomena)
penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. Di
sini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya
ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).
2) Greenwood 1934
Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London, mengemukakan
batasan epidemiologi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi
mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai
kelompok (herd) penduduk. Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya
penekanan pada kelompok penduduk yang memberikan arahan pada distribusi dan
metode terkait.
3) Brian Mac Mahon 1970
Pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang bernama Thomas F. Pugh menulis
buku Epidemiology; Princples and Methods menyatakan bahwa Epidemiology is the

[8]
study of the distributions and determinants of disease frequency in man.
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada
manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.
4) Definisi lama
Ilmu yang memperlajari penyebaran dan perluasan suatu penularan penyakit di
dalam suatu kelompok penduduk (masyarakat).
5) Omran (1974)
Suatu study mengenai terjadinya dan didistribusi keadaan kesehatan, penyakit dan
perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi
pada kelompok penduduk, masyarakat.
6) Hacmohan dan Pugh (1970)
Ilmu yang memperlajari penyebaran penyakit dan factor-faktor yang menentukan
terjadinya penyakit pada masyarakat.
7) WHO (Regional Commite Nacting ke-42 di Bandung
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang
menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut.
8) Gary D. Friedman (1974)
Selanjutnya dalam bukunya Primer of Epidemiology menuliskan bahwa
Epidemiology is the study of disease occurance in human populations. Batasan ini
lebih sederhana dan tampak senapas dengan MacMahon.
2.3 Konsep Dasar Epidemiologi (TRIAD EPIDEMIOLOGI)

Host, Agent and Environment Model


Berbeda dengan pendekatan medic yang memfokuskan pada satu individu, maka
konsep epidimologi mempelajari satu kelompok penduduk dan berupaya memberikan
informasi yang mewakili kelompk penduduk tersebut. Terdapat 3(tiga) komponen yang
selalu menjadi pokok pembahasan dalam pendekatan epdemiologi untuk mempelajari
terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan pada sekelompok penduduk yaitu
“host” atau pejamu, environment” atu lingkungan dan “agent” atau penyalur/penyebab.
Interaksi antara ketiga komponen tersebut harus seimbang. Bila terjadi gangguan
keseimbangan, maka timbul penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok tersebut.
Karakteristik dari masing-masing komponen tersebut mempunyai peranan dalam
menentukan cara pencegahan dan penanggulangan jika terjadi gangguan keseimbangan
yang menyebabkan sakit.

[9]
1. Faktor Penyebab (Agent)
Penyebab (agent) suatu penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup maupun tak
hidup yang kehadirannya atau ketidak hadirannya, bila diikuti dengan kontak yang
efektif terhadap manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan
menjadi stimuli untuk menginisiasi atau memudahkan terjadinya suatu proses
penyakit biologis, kimia, nutrisi, mekanik dan agent fisik.
a. Penyebab (Agent) Biologi
Terdapat enam kelompok agent biologis yaitu:
1) Protozoa
Adalah organisme uniseluler, antara lain dapat menyebabkan malaria,
trypanosomiasis, disentri Amuba dan lain sebagainnya. Kebanyakan dari
organisme ini berkembang biak di luar tubuh manusi dan biasanya
vectorborne, ditularkan melalui vector antropoda.
2) Metozoa
Organisme parastic multiseluler, antara lain dapat menyebabkab: trichinosis,
askariasis, schistosomiasis dan lain-lain. Agent ini tidak berkembang dalam
tubuh manusia sehingga penularannya tidak langsung dari manusia ke
manusia.
3) Bakteri
Organisme uniseluler yang meyerupai tanaman ini dapar menyebabkan
penyakit yang biasanya dapat berkembang biak di dalam maupun luar yibih
manusia, tetapi dapat juga bakteri tersebut dari lingkungan.
4) Virus
Adalah agent biologis terkecil, beberapa penyakit ditumbulkan antara lain:
influenza, rabies, rubella, ensefalitis dan lain-lain. Biasanya penyakit-penyakit
ini ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia lainnya. Untuk
kelangsungan hidupnya, virus memerlukan sel hidup.
5) Jamur
Adalah sejenis tanaman yang tidak mempunyai klorofil, dapat uni atau
multiseluler. Penyakit-penyakit yang disebabkan olehnya adalah
histoplasmosis, epidermafitosis, monilisasi dan lain-lain. Resistensi organisme
ini tinggi karena mereka membentuk spora. Reservoir umumnya dalah tanah.
6) Riketsia
Merupakan parasit untrase yang ukurannya diantaranya virus dan bakteri dan
mempunyai karakteristik seperti bakteri dan virus. Untuk tumbuh dan
berkembangan biak organisme ini dalah “rpcky mountain spotted fever,”Q-
fever, dan lain-lain.
Dalam menimbulkan suatu penyakit, agent-agent tersebut dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik yaitu:
a. Karakteristik Inherent
Pada agent microbiologis meliputi: morfologi, motilitas, fisiologi, reproduksi,
metabolisme, nutrisi, suhu yang optimal, produksi tiksin dan lain-lain. Sifat-sifat
kimia dan fisik dari agent yag tak hidup, misalnya ukuran partikel yang merupakan
subtansi yang larut atau tidak.
b. Viabilitas dan Resistensi
Kepekaan microorganisme terhadap panas, dingin, kelembaban, matahari dan lain-
lain, dalam mempertahankan kelangsugan hidupnya.
c. Sifat-sifat yang berhubungan dengan manusia terdapat beberapa faktor yan penting
dalam menimbulkan penyakit yaitu:

[10]
 Infektivitas (derajad penularan): kemampuan untuk menginfeksi dan
menyesuaikan diri terhadap penjamu.
 Petogenitas: kemampuan untuk menimbulkan reaksi jaringan penjamu, baik local
maupun umum, klinis atau sebklinis
 Virulensi: merupakan derajad berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agent
 Antigenitas: kemampuan untuk merangsang penjamu membuat mekanisme
penolakan/pertahanan terhadap agent yang bersangkutan.

b. Penyebab (Agent) Kimia


Antara lain: pestisida, food additive, obat-obatan, limbah industri. Selain itu ada juga
zat-zat yang diproduksi oleh tubuh sebagi akibat dari suatu penyakit misalnya pada
penyakit diabetes asidosis, uremia.
Cara transmisi dari agent kimia tersebut sehungga dapat menimbulkan gangguan
yaitu:
 Inhalasi: terdiri dari zat kimia yang berupa gas (misalnya karbon monoksida), uap
(misalnya bensin), debu mineral (misalnya asbestos), partikel di udara (misalnya zat-
zat allergen)
 Ditelan: (misalnya: minuman keras/alkohol, obat-obatan, kontaminasi makanan,
seperti pada keracunan logam dan lain-lain.
 Melalui kulit: misalnya keracunan pada pemakaian kosmetika, atau pada keracunan
yang disebabkan oleh racun tumbuh-tumbuhan atau binatang.
c. Agent Nutrisi
Adalah kelebihan atau kekurangan karbohidrat, lemak, protein, mivataimn, mineral
dan air, yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan yang mengakibatkan
timbulnya penyakit.
d. Penyebab Mekanik
Antara lain friksi yang kronik, dan lain-lain kekuatan mekanik yang dapat
mengakibatkan misalnya dislokasi, atau patah tulang dan lain sebaginya.
e. Penyebab Fisik
Antara lain: radiasi, ionisasi, suhu udara, kelembaban, intensitas suara, getaran, panas,
terang cahaya.
2. Faktor Penjamu
Faktor penjamu mempunyai karakteristik yang luas antara lain : usia, jenis kelamin,
ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit, cara hidup, hereditas, nutrisi
dan imunitas. Faktor- faktor tersebut dapat mempengaruhi kondisi host terhadap pertama :
risiko terpapar sumber infeksi dan kedua : kerentanan dan resistensi dari manusia
terhadap suatu infeksi atau penyakit.
a. Usia
Timbulnya suatu penyakit tertentu biasanya hanya menyerang kelompok umur tertentu
pula, misalnya hanya menyerang anak – anak atau mereka yang sudah lanjut usia.
b. Jenis Kelamin
Sama seperti pada usia, terdapat penyakit – penyakit yang hanya menyerang jenis
kelamin tertentu, misalnya kanker prostat hanya dijumpai pada jenis kelaim pria saja,
dan sebaliknya kanker serviks hanya dijumpai pada kaum hawa saja.
c. Ras
Pengaruh dari perbedaan ras yang dapat menimbulkan suatu penyakit, hanya
disebabkan karena perbedaan cara hidup, kebiasaan sosial, nilai – nilai sosial dan lain
– lain.

[11]
d. Sosial Ekonomi
Ada hubungannya dengan cara hidup, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga dan lain sebagainya.
e. Status Perkawinan
Secara statistic didapatkan bahwa morbiditas dan mortalitas dari banyak penyakit
berbeda berdasarkan status perkawinan (tidak menikah, menikah, cerai atau janda/duda
karena kematian pasangan)
f. Penyakit – penyakit terdahulu
Mereka yang pernah menderita/sakit keras/lama lebih rentan terhadap siatu
infeksi/penyakit lain dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita penyakit –
penyakit kronis.
g. Cara Hidup
Ada hubungannya dengan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, rasa tau golongan etnis,
kebiasaan makan/minum, membuang sampah sembarangan, sangat erat kaitannya
dengan penyakit – penyakit infesi usus.
h. Hereditas/keturunan
Adanya penyakit tertentu karena factor gen/ras.
i. Nutrisi
Makin baik status gizi sesseorang, maka makin baik pula system pertahanan/imunitas
tubuh orang bersangkutan, tidak rentan suatu penyakit yaitu :
1. Imunitas alamiah (tanpa intevensi)
a. Imunitas alamiah aktif : karena tubuh pernah menderita suatu infeksi dan dan
selanjutnya memproduksi anti body terhadap infeksi tersebut, sehingga yang
bersangkytan menjadi kebal terhadap infeksi tersebut dalam waktu yang lama.
b. Imunitas alamiah pasif : kekebalan,imunitas bayi baru lahir yang berasal dari
ibunya. Imunitas ini biasanya akan menghilang setelah bayi berumur 4 bulan.

2. Imunitas yang didapat (dengan intervensi)


a. Imunitas didapat aktif : imunitas yang dibuat oleh manusia setekah menerima
vaksin, seperti vaksin Tetanus Toksoid, vaksin smallpox.
b. Imunitas yang didapat pasif : dilaksanakan dengan penggunaan gamma
globulin, dan hanya berlangsung sampai 5 minggu. Anti body yang dibuat pada
hewan (biasanya kuda), untuk memproteksi sementara terhadap suatu penyakit
seperti rabies.
Herd immunity adalah imunitas yang terdapat dalam suatu populasi/bukan
individu. Bila tingkat kekebalan tersebut cukup tinggi, maka agent tidapt
menembus dan menyebar dalam pupulasi tersebut.

3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan diklasifikasi dalam 4 komponen yaitu : lingkungan fisik, biologi,
sosial, dan ekonomi.
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik meliputi : kondisi udara, musim, cuaca, dan kondisi geologi.
1) Kondisi udara, musim, cuaca, dapat mempengaruhi kerentanan seseorang
terhadap penyakit tertentu :
 Faktor ketinggian dari permukaan laut (altitude) berpengaruh terhadap
mereka yang menderita penyakit jantung.

[12]
 Kelembaban udara yang sangat rendah dapat mempengaruhi selaput lender
hidung dan telinga sehingga lebih rentan/peka terhadap penyakit infeksi
seperti influenza.
 Udara panas memungkinkan orang berpakaian tipis dan sesedikit mungkin,
sehingga memudahkan tergigit serangga dan mengakibatkan orang terjadi
sakit.
2) Kondisi geografi dan geologi
Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan seseorang baik langsung maupun
tidak, seperti struktur tanah, air terkandung logam – logam berat, dan lain
sebagainya.
Contoh :
 Lokasi geografi menentukan macam tumbuh – tumbuhan ada tidaknya defisiensi
vitamin, misalnya tingginya kasus scorbut pada daerah – daerah dimana buah –
buahan dan sayur – sayuran tidak selalu tersedia
 Lokasi geografi juga menentukan adanya jenis – jenis binatang yang dapat
menjadi vector atau reservoir dari suatu penyakit, serangga dapat mempengaruhi
distribusi suatu penyakit.
 Struktur geologi juga dapat mempengaruhi macam tumbuhan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia, ketersediaan air da lain –lain, sehingga hal –hal
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

2.4 Ruang lingkup epidemiologi


1) Epidemiologi penyakit menular

Tiga Kelompok Utama Penyakit Menular


1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapidapat
mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
Tiga Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit dari Orang ke orang
1. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa
kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini
sangat penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas denga
wakru generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab
sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit
dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu masuknya unsur

[13]
penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk
menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk
tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular
tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok
tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
a) Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar
oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah
lama absen dalam populasi tersebut.
b) Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orangorang
yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb.
Ex: Asrama mahasiswa/tentara.
3. Angka Serangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu di kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta
memiliki risiko atau kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak termasuk
kasus pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang peka dalam satu jangka
waktu tertentu. Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
penularan dan tingkat keterancamam dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep
keluarga, sistem hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu
dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit
epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.

Manifestasi Klinik Secara Umum


1. Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat
disertai komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia.
Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal.
Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula
dengan gejala sisa yang berat (serve sequele).
2. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakkan diri secara jelas dan
nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa
cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibodi
dalam tubuh dll.
Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya infeksi terselubung dalam
masyarakat maka perlu dilakukan pengamatan atau survai epidemiologis dan tes
tertentu pada populasi. Hasil survai ini dapat digunakauntuk pelaksanaan program,
keterangan untuk kepentingan pendidikan.

[14]
Gambaran Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinis Dari Tiga Jenis Penyakit
Menular
I. Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik(terselubung)
Kelompok penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita tanpa gejala atau
hanya gejala ringan saja, tidak tampak pada berbagai tingkatan, patogenisitas
rendah. Contoh: Tuberkulosis, Poliomyelitis, Hepatitis A
II. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas
Kelompok dengan bagian terselubung kecil, sebagian besar penderita tampak
secara klinis dan dapat dengan mudah didiagnosa, karena umumnya penderita
muncul dengan gejala klasik. Contoh : Measles, chickenpox
III. Penyakit yang umumnya berakhirdengan kematian Kelompok penyakit yang
menunjukkan proses kejadian yang umumnya berakhir dengan kelainan atau
berakhirnya dengan kematian. Contoh: Rabies

Komponen Proses Penyakit Menular


1. Faktor Penyebab Penyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat faktor yang
memegang peranan penting :
• Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab penyakit • Sumber
penularan yaitu reservoir maupun resources
• Cara penularan khusus melalui mode of transmission
Unsur Penyebab Dikelompokkan Dalam :
a. Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies, pediculosis, dll.
b. Kelompok cacing/helminth baik cacingdarah maupun cacing perut.
c. Kelompok protozoa seperti plasmodium, amuba, dll.
d. Fungus atau jamur baik uni maupunmultiselular.
e. Bakteri termasuk spirochaeta maupunricketsia.
f. Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.
Sumber Penularan
1. Penderita
2. Pembawa kuman
3. Binatang sakit
4. Tumbuhan/benda
Cara Penularan
1. Kontak langsung
2. Melalui udara
3. Melalui makanan atau minuman
4. Melalui vector
Keadaan Pejamu
1. Keadaan umum
2. Kekebalan
3. Status gizi
4. Keturunan

[15]
Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu melalui :
1. mukosa atau kulit
2. saluran pencernaan
3. saluran pernapasan
4. saluran urogenitalia
5. gigitan, suntikan, luka
6. placenta

2. Interaksi Penyebab dengan penjamu


a. Infektivitas
Infektivtas adalah kemampuan unsur penyebab atau agent untuk masuk dan
berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.
b. Patogenesis
Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan gejala
klinis yang jelas
c. Virulensi
Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat
terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
d. Imunogenisitas
Imunogenisitas adalah suatu kemampuan menghasilkan kekebalan atau
Imunitas
3. Mekanisme Patogenesis
i. Invasi jaringan secara langsung
ii. Produksi toksin
iii. Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang menyebabkan kerusakan pada
tubuh pejamu
iv. Infeksi yang menetap (infeksi laten)
v. Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam menetralisasi toksisitas
vi. Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno supression)

4. Sumber penularan
a. Manusia sebagai reservoir
Kelompok penyakit menular yang hanya dijumpai atau lebih sering hanya
dijumpai pada manusia. Penyakit ini umumnya berpindah dari manusia ke
manusia dan hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja.
b. Reservoir binatang atau benda lain
Selain dari manusia sebagai reservoir maka penyakit menular yang mengenai
manusia dapat berasal dari binatang terutama yang termasuk dalam kelompok
penyakit zoonosis. Beberapa penyakit Zoonosis utama dan reservoir utamanya
1. Pes (plaque) Tikus
2. Rabies (penyakit anjing gila) Anjing
3. Bovine Tuberculosis Sapi
4. Thypus, Scrub & Murine Tikus
5. Leptospirosis Tikus

[16]
6. Virus Encephlitides Kuda
7. Trichinosis Babi
8. Hidatosis Anjing
9. Brocellossis Sapi, kambing

Rantai Penularan
Melihat Perjalanan penyakit pada pejamu, bentuk pembawa kuman (carrier) dapat
dibagi dalam beberapa jenis :
1. Healthy carrier (inapparent), “Mereka yang dalam sejarahnya tidak pernah
menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi mengandung
unsur penyebab yang dapat menular kepada orang lain”.
2. Incubatory carrier (masa tunas), “Mereka yang masih dalam masa tunas tetapi
telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit”.
3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis), “Mereka yang baru sembuh dari
penyakit menular tertentu tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit
tersebut untuk masa tertentu”.
4. Chronis carrier (menahun), “Merupakan sumber penularan yang cukup lama”.

Manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit menular dibagi dalam 3


kategori utama :

1) Reservoir yang umumnya selalu munculsebagai penderita


2) Reservoir yang dapat sebagai penderitamaupun sebagai carrier
3) Reservoir yang umumnya selalu bersifatpenderita akan tetapi dapat menularkan
langsung penyakitnya ke pejamu potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara
hidup

2) Epidemiologi Penyakit tidak menular

Kepentingan
Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan degeneratif sebagai
penyebab kematian mulai menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi.
Penyakit tidak menular mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada
masyarakat.
Life – span meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial

[17]
ekonomi, kondisi hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan
perilaku

Penyakit-Penyakit Tidak Menular Bersifat Kronis


Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :
a) Ischaemic Heart Disease
b) Cancer
c) Cerebrovasculer Disease
d) Chronic Obstructive Pulmonary Disease
e) Cirrhosis
f) Diabetes Melitus
Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah
kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :
a) Osteoporosis
b) Penyakit Ginjal kronis
c) Mental retardasi
d) Epilepsi
e) Lupus Erithematosus
f) Collitis ulcerative
Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :
a) Defisiensi nutrisi
b) Akloholisme
c) Ketagihan obat
d) Penyakit-penyakit mental
e) Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.

Faktor Faktor Resiko


a. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis
belum ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat
berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia) Satu faktor resiko
dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat
menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx. Untuk
kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat
menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti
belum diketahui
b. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak
menular yang bersifat kronis antara lain :
1) Tembakau
2) Alkohol
3) Kolesterol
4) Hipertensi
5) Diet
6) Obesitas
7) Aktivitas
8) Stress
9) Pekerjaan
10) Lingkungan masyarakat sekitar
11) life style

[18]
Karakteristik Penyakit Tidak Menular
Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara
agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi,
infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent)

1. Agent
a.Agent dapat berupa (non living agent) : 1) Kimiawi 2) Fisik 3)
Mekanik 4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang
komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang
berbeda-beda (dinyatakan dalam skala pathogenitas) Pathogenitas Agent :
kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada
host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara
lain :
1. Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2. Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3. Kemampuan menimbulkan reaksihipersensitif
2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air
batu dll) dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan
baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah
benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent
tidak berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.

3. Relasi Agent – Host


1) Fase Kontak : Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :
 Lamanya kontak
 Dosis
 Patogenitas
2) Fase Akumulasi. Pada jaringan Apabila terpapar dalam waktu lama dan
terus-menerus
3) Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul Telah
terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada :
 Jaringan yang terkena
 Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
 Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
4) Fase Klinis. Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan
menimbulka manifestasi (gejala dan tanda)

[19]
3) Epidemiologi klinik
Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk
membekali para klinisi atau dokter/para medis tentang cara pendekatan masalah
melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4) Epidemiologi kependudukan
Cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi
yang terjadi di dalam masyarakat. Memberikan analisis tentang sifat karakteristik
penduduk secara demografi dalam hubungannya dengan masalah kesehatan
dalam masyarakat. Juga berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta
keluarga berencana. Juga digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan
dan menyusun perencanaan yang baik.
5) Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari
factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan
masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan ini dapat
digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk
penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun sebagai
sasaran yang khusus.
6) Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Occupational and environmental epidemiology merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalis keadaan kesehatan tenaga kerja
akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang bersifat fisik,
kimia, biologis, maupun social budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
Kegunaannya adalah analisis tingkat kesehatan para pekerja serta untuk menilai
keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja (PAK).
7) Epidemiologi kesehatan jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat,
baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai factor yang memperngaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat.
8) Epidemiologi gizi
Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat, dimana masalah ini
erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis factor yang
berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat
biologis dan terutama yang berkaitan dengan masalah social.

Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekatan


khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan.
Ruang lingkup epidemiologi dalam maslaah kesehatan tersebut di atas dapat
meliputi “6E” yakni:
a. Etiologi, berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam
mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Misalnya: etiologi dari malaria adalah parasit dan plasmodium.
b. Efikasi (efficacy), berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapay
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan. Efikasi dimaksudkan untuk

[20]
melihat hasil atau efek suatu intervensi, misalnya efikasi vaksinasi. Hal ini
merupakan kemujaraban teoritis dari suatu obat yang dapat dilakukan dengan
melakukan uji klinik (clinical trial).
c. Efektivitas (effectiveness) adalah besarnya hasil yang dapat diperoleh dari
suatu tindakan (pengobatan atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari
suatu tindakan yang satu dengan lainnya. Efektivitas ini ditujukan untuk
mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam berbagai kondisi lapangan
yang sebenarnya yang sangat berbeda-beda. Untuk pengobatan maka hal ini
berkaitan dengan kemujaraban praktis, kenyataan khasiat obat di klinik.
d. Efisiensi (efficiency) adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh
yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan. Efisiensi
ini ditujukan untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh
berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya yang dilakukan.
e. Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan
atau program kesehatan masyarakat. Evaluasi melihat dan member nilai
keberhasilan program seutuhnya.
f. Edukasi (education) adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan
penyakit. Edukasi merupakan salah satu bentuk intervensi andalan kesehatan
masyarakat yang perlu diarahkan secara tepat oleh epdemiologi.
2.5 Macam epidemiologi
Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit atau
bagaimana berbagai komponen menjadi factor penyebab penyakit tersebut. Untuk
mengungkap dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai cara
yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa jenis.
1) Epidemiologi deskriptif
Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan epidemiologi sebagai ilmu yang
memperlajari tentang distribusi (distribution) penyakit atau masalah kesehatan
masyarakat.
Hasil pekerjaan epidemiologi deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan
mengenai factor who (siapa), where (dimana), dan when (kapan). Di sini
epidemiologi merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan
dengan menjelaskan siapa yang terkena dan di mana serta kapan terjadinya masalah
itu.
a) Siapa: merupakan pertanyaan tentang factor orang yang akan dijawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah, bisa mengenai variabel
umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Factor-faktor ini biasa disebut sebagai variabel epidemiologi atau demografi.
Kelompok orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau
mendapatkan risiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).
b) Di mana: pertanyaan ini mengenai factor tempat di mana masyarakat tinggal atau
bekerja, atau di mana saja di mana ada kemungkinan mereka menghadapi
masalah kesehatan. Factor tempat ini dapat berupa: kota (urban) dan desa (rural);
pantai dan pegunungan; daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau kerja.
c) Kapan: kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Factor waktu ini
dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun; musim hujan dan musim
kering.

[21]
2) Epidemiologi analitik
Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis
factor penyebab (determinant) masalah kesehatan. Di sini diharapkan epidemiologi
mamapu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab terjadinya masalah
itu. Misalnya: setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang
menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu
merupakan factor determinan/ penyebab terjadinya kanker paru.
3) Epidemiologi eksperimentasl
Salah satu hal yang perlu dlakukan sebagai pembuktian bahwa factor sebagai
penyebab terjadinya suatu luaran (output=penyakit), adalah diuji kebenarannya
dengan percobaan (experiment). Misalnya kalau rokok dianggap sebagai penyebab
kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker
paru akan menurun, ataupun sebaliknya. Eksperimen epidemiologi dapat juga
dilakukan di laboratorium, tetapi disesuaikan dengan masalah komuniti yang
dihadapinya, sehingga ekperimen epidemiologi sewajarnya dilakukan di komuniti.
Untuk itu, mislanya, pembuktian peranan rokok terhadap kanker paru dilakukan
dengan melakukan intervensi pengurangan rokok dalam kehidupan masyarakat dan
melihat apakah memang terjadi penurunan kanker paru. Peraturan pelarangan
merokok ditandai menurunnya jumlah perokok dan diikuti dengan menurunnya
kanker paru akan membuktikan bahwa rokoklah yang menjadi penyebab kanker
paru.
Bentuk ekperimental lain yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh
intervensi penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan tentang suatu
masalah.misalnya, dilakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan dilihat apakah
intervensi ini sebagai komponen eksperimen yang menyebabkan meningkatnya
pengetahuan subjek penelitian.
Ketiga jenis epidemiologi ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, saling
berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman
pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi
dekriptif, lalu diperdalam dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan
melakukan epidemiologi eksperimen.
2.6 Kegunaan epidemiologi
Bagi seorang tenaga kesehatan,
Tujuan dan manfaat tersebut antara lain diuraikan di bawah ini.
1) Mempelajari riwayat alamiah penyakit
2) Menentukan masalah komunitas
3) Melihat risiko dan pengaruhnya
4) Menilai dan meneliti
5) Menyempurnakan gambaran penyakit
6) Identifikasi sindrom
7) Menentukan penyebab dan sumber penyebab

[22]
2.7 Prinsip-prinsip epidemiologi
• Mempelajari sekelompok manusia/masyarakat untuk mengalami masalah kesehatan.
• Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok
manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi mutlak dan rasio.
• Menunjukkan kepada banyaknya masalah-masalah kesehatan yang diperinci
menurut keadaan-keadaan tertentu, diantaranya keadaan waktu, tempat, orang yang
mengalami masalah kesehatan.
• Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji masalah-
masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah tersebut.
2.8 Prosedur kerja epidemiologi
• Tentukan adanya suatu wabah
• Gambarkan cirri-ciri wabah
• Rumuskan hipotesa
• Tes hipotesa
• Sarankan dan tetapkan tindakan penanggulangan
• Siapkan dan sebarkan laporan epidemic
• Nilai prosedur penyelidikan

2.9 Ukuran-ukuran epidemiologi


Ada tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi, yaitu:
a. Ukuran frekuensi penyakit: mengukur kejadian penyakit, cacat, atau kematian pada
populasi. Ukuran ini merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi
kejadian yang diamati diukur menggunakan prevalens dan insidens.
b. Ukuran dari akibat pemaparan: Mengukur keeratan hubungan statistic antara factor
tertentu dan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut.
Hubungan antara pemaparan dan akibat diukur menggunakan relative risk atau odds
ratio.
c. Ukuran dari potensi dampak: Menggambarkan kontribusi dari factor yang diteliti
terhadap kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan
dalam attributable risk percent dan population attributable risk. Ukuran ini berguna
untuk meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi
intervensi pada populasi tertentu.
Sebelum membahas ukuran frekuensi penyakit sebaiknya dipahami terlebih dahulu
ukuran dasar dari epidemiologi. Ada 2 komponen ukuran dasar yaitu:
a. Pembilang (nominator) X: frekuensi atau jumlah kasus yang diamati (subjek
pengamatan yang mengalami kejadian atau akibat yang tidak diinginkan).
b. Penyebut (denominator) Y: jumlah populasi yang berisiko, yaitu sekelompok
individu yang mempunyai peluang untuk mengalami kasus yang diamati.

Ukuran Dasar Epidemiologi


Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan salah satu
dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.
a. Proporsi
Distribusi proporsi adalah suatu persen (yakni, proporsi dari jumlah peristiwa-
peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masingmasing kategori (atau
subsekelompok) dari kelompok itu.

[23]
Rumus yang dipakai dalam menghitung proporsi adalah:

Di mana: x= Banyaknya peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang


terjadi dalam kategori tertentu atau subkelompok dari
kelompok yang lebih besar.

y= Jumlah peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang


terjadi dalam semua kategori dari kelompok data
tersebut.

k= Selalu sama dengan 100

Proporsi umumnya dipakai dalam keadaan di mana tidak mungkin menghitung


angka insidensi; Karen aitu proporsi bukan suatu rate dan dia tidak dapat
menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika
banyaknya orang di mana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap
subkelompok. Tetapi biasanya hal ini tidak terjadi.
Karena x dan y berada pada tempay yang sama, berbagai persen dalam kelompok
data yang ada dapat dan seharusnya saling ditambahkan bersama semua kategori
data, dan jumlah harus menjadi 100%, sedangkan angka (rate) kalau dijumlahkan
tidaklah demikian.
Interpretasi dari proporsi adalah: dari jumlah frekuensi di mana suatu jenis
peristiwa tertentu terjadi, kejadiannya dinyatakan dalam persen dari berbagai
subkelompok utama.
b. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap
peristiwa lainnya. Misalnya, jumlah anak sekolah kelas 6 yang telah diimunisasi
dibandingkan dengan jumlah anak sekolah kelas 6 yang tidak diimunisasi pada
sekolah tertentu.
Rumus rasio adalah:

Di mana : x = Banyaknya peristiwa atau orang yang


mempunyai satu atau lebih atribut tertentu
y = Banyaknya peristiwa atau orang yang
mempunyai satu atau lebih atribut tertentu, tetapi dalam
hal berbeda atributnya dengan anggota x.
k=1

Karena k = 1, rumus rasio dapat disederhanakan menjadi:


Rasio = x/y = x:y

Populasi dab masa jedah (atau titik waktu) dari data yang dipakai haruslah

[24]
tertentu/khusus, persis untuk angka/rate. Rasio dapat dihitung untuk angka hanya
sebagai banyaknya peristiwa.
Umumnya nilai x dan y dibagi oleh nilai x maupun nilai y sehingga salah satu
nomor dalam ratio menjadi sama dengan 1,0. Misalnya, jika suatu kelompok 20
orang menderita penyakit tertentu dan 2 mati karenanya maka rasio terhadap
kematian lebih tepat dinyatakan bukan 20:2, tetapi angka ini dibagi 2 menjadi
10:1 (10 kasus:1 mati. Interpretasinya adalah bahwa pada episode ini dalam 10
kasus ada 1 orang yang mati (atau 10 kali banyaknya kasus dari kematian).
c. Rate
Rumus untuk ketiga ukuran di atas sebenarnya mempunyai bentuk dasar yang
sama:
Rate (atau rasio atau proporsi) = ((X/Y) x k ;
Yang biasa dibaca: X kali k dibagi Y; atau X bayi Y kali k.

Perbedaan perhitungan antara ukuran ini terletak dalam penetapan X dan Y nilai
yang diberikan pada k.
Nilai rate mengukur kemungkinan kejadian dalam populasi terhdap beberapa
peristiwa tertentu misalnya kasus atau mati karena penyakit infeksi. Dalam
contoh angka, rumusnya menjawab pertanyaan: Jika sejumlah X kasus penyakit
(atau kematian) terjadi dlaam populasi yang besarnya Y, berapa banyak yang
diharapkan terjadi dalam populasi yang besarnya k? pertanyaan ini dapat juga
dinyatakan sebagai berikut:

Hitungan selanjutnya memperoleh: Angka = X/Y x k


Dengan mengetahui angka frekuensi kejadian dari peristiwa yang dinyatakan
dengan X dalam suatu populasi yang berukuran “baku”, frekuensi nisbi (relative)
yang terjadi terhadap peristiwa yang sedang diteliti dapat dibandingkan secara
logis di antara berbagai populasi, dan factor yang menunjang perbedaan
pengamatan yang terjadi dapat dicari.
Table: Berbagai Nilai Rate yang Sering Dipakai sebagai Indikator
Kesehatan
Hitungan Rate Nilai k (satuan factor
populasi)

[25]
I. Angka Kematian Umum
1. Angka kematian kasar 100.000
2. Angka kematian kausa-khusus 100.000
3. Angka kematian umum khusus 100.000
4. Angka kematian proporsional
5. Angka fatalitas kasus % kematian per 100
kasus
% hidup per 100
6. Angka survival
kasus
II. Angka Morbiditas
1. Insidensi 100.000
2. Point prevalence 100.000
III. Angka Maternas dan Bayi
1. Maternal Mortality Rate 100.000 kelahiran
hidup
1000 kelahiran
2. Angka Kematian Bayi
hidup
1000 kelahiran
3. Angka Kematian Neonatal
hidup
1000 kelahiran
4. Fetal Death Rate hidup & kematian
fetus
1000 lahir hidup dan
kematian fetus >= 28
5. Perinatal Mortality Rate minggu.

B. Kependudukan
2.10 Definisi

Penduduk adalah Mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili
di dalam suatu wilayah Negara ( Menetap ) – Lahir secara turun temurun & besar di
Negara itu

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

1. Orang yang tinggal di daerah tersebut


2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang
yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti

[26]
kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah


Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard.

John Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran dan
kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan
penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah


geografi dan ruang tertentu. Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu
demografi. Berbagai aspek perilaku manusia dipelajari dalam sosiologi, ekonimi, dan
geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat
dengan unit-unit ekonomi, seperti pengencer hingga pelanggan potensial
(Wikipedia,2009). Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari
dianmika kependudukan manusia. Meliputi didalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

2.11 Dinamika Kependudukan

Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi


dan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang ´Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai Perkembangan Kependudukan.
Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi secara mauoun
karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya. Perubahan alami
tersebut adalah karena kematian dan kelahiran. Sedangkan yang terkait dengan upaya
pemenuhan kebutuhan adalah migrasi atau pindahan tempat tinggal.

Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk tersebut akan
berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk dan jenis kelamin
penduduk.

Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :

a. Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai keadaan
atau perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam demografi
terdiri dari beberapa hal, yaitu :
 Jumlah penduduk
 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, agama,
pekejaan, dan lain-lain
 Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk
b. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam
pengukuran, yaitu :
 Angka Absolut
 Angka Relatif

[27]
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa di samping jumlah absolutnya yang tetap
tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas penduduk
dipandang dari sudut sumberdaya manusia secara keseluruhan.

Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :

1) Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu.


2) Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan
datang.
3) Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspe kehidupan lain
misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4) Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik hal
yang menguntungkan maupun merugikan.

2.12 Faktor Faktor Demografik Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk

1) ANGKA KELAHIRAN (fertilitas)

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara


riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya
dilahirkan. Tinggi rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung Pada
struktur umur, banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat
kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.

Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah :

1) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)

Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran


pertahun di satu tempat per seribu penduduk.

CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

Keterangan :

Cbr : crude birth rate (angka kelahiran kasar)

L : jumlah kelahiran selama 1 tahun

P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun

1.000 : konstanta

[28]
Kriteria angka kelahiran kasar (cbr) di bedakan menjadi tiga macam.

- cbr < 20, termasuk kriteria rendah

- cbr antara 20 – 30, termasuk kriteria sedang

- cbr > 30, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kelahiran khusus (age specific birth rate/asbr)

Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi
setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. asbr dapat dihitung
dengan rumus berikut ini.

keterangan :

- asbr: angka kelahiran khusus

- li : jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu

- pi : jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun

1.000 : konstanta

3) Angka kelahiran umum (general fertility rate/gfr)

Angka kelahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran


setiap 1.000 wanita yang berusia 15 – 49 tahun dalam satu tahun. gfr dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini.

keterangan : gfr = angka kelahiran umum

l = jumlah kelahiran selama satu tahun

w(15 – 49) = jumlah penduduk wanita umur 15 – 49 tahun pada pertengahan tahun.

1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran (natalitas) dipengaruhi oleh


beberapa faktor.

[29]
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.

A. faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)

1) anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.


2) sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
3) pernikahan usia dini (usia muda).
4) adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan
anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan
berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
5) adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum
memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

B. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)

1) adanya program keluarga berencana (kb).


2) kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
3) adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns.
4) adanya UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
5) penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
6) adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

2) ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka
kematian khusus, dan angka kematian bayi.

1) Angka kematian kasar (crude death rate/cdr) angka kematian kasar yaitu angka
yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk dalam waktu satu
tahun. cbr dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

keterangan :

asdr = angka kematian kasar

m = jumlah kematian selama satu tahun

p = jumlah penduduk pertengahan tahun

1.000 = konstanta

kriteria angka kematian kasar (cdr) dibedakan menjadi tiga macam.

- cdr kurang dari 10, termasuk kriteria rendah

[30]
- cdr antara 10 – 20, termasuk kriteria sedang

- cdr lebih dari 20, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kematian khusus (age specific death rate/asdr)

Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap
1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. asdr dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan :

Asdr = angka kematian khusus

Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu

Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu

1.000 = konstanta

Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor penghambat.

1) faktor pendorong kematian (promortalitas)

a) adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
b) adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
c) kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
d) adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
e) tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.

2) faktor penghambat kematian (antimortalitas)

a) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.


b) negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
c) adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit
dapat diobati.
d) adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak
melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama
melarang hal tersebut.

3) MIGRASI

Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan


penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan
migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.

[31]
Jenis-jenis migrasi

a. transmigrasi (perpindahan dari satu daerah (pulau) untuk menetap ke daerah lain
di dalam wilayah republik indonesia).
b. urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar)
c. emigrasi (perpindahan penduduk dari dalanegeri kemudian menetap di luar
negeri).
d. Imigrasi (kebalikan dari emigrasi)
e. Re-emigrasi (kembali ke tempat asal)

1) migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah
lain dan bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi.
2) migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah
dengan tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang
melakukan migrasi ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah
orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.

Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ketempat lain
dengan tujuan untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa
kriteria migran diantaranya:

a. Migran seumur hidup (life time migrant)


b. Migran Risen (recent migrant)
c. Migran total (total m igrant)

1) Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan (DepedencyRatio) adalah perbandingan antara jumlah


penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun
keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurutr usia yakni rasio ketergantungan muda dan
rasio ketergantungan tua.

Rasio ketergantungan merupakan indicator demografi yang sangat penting.


Semakin tingginya presentase dependency ratio menunjukan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan presentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukan
semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
memembiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Rasio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah pnduduk usia
belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun
keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).

[32]
Dimana

RK Total = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua

RK Muda = Rasio Ketergantungan Panduduk Usia Muda

RK Tua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua

P (0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)

P (65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)

P (15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64)

2) Angka Perkawinan Umum

Angka perkawinan umum (APU) menunjukan proporsi penduduk yang


berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan
tahun untuk satu tahun tertentu.

Konsep perkawinan lebih difokuskan kepada keadaan dimana seorang laki-


laki dan seorang perempuan hudup bersama dalam kurun waktu yang lama. Dalam hal
ini hidup bersama dapat dikukuhkan dengan perkawinan yang syah sesuai dengan
undang-undang atau peraturan hukum yang ada (Perkawinan de jure) ataupun tanpa
pengesahan perkawinan (de facto). Tetapi untuk keperluan studi demografi, badan
pusat statistic mendefinisikan seseorang berstatus kawin apabila mereka terikat dalam
perkawinan pada saat pencacahan baik yang tinggal bersama maupun terpisah yang
menikah secara syah maupun yang hidup bersama yang oleh masyarakat
disekelilingnya dianggap syah sebagai suami isteri (BPS, 200). Indikator perkawinana
berguna bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program kependudukan terutama
dalam pengembangan program-program peningkatan kualitas keluarga dan
perencanaan keluarga.

3) Pengaruh Program KB

Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana
(KB) beserta definisinya.

a) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-
49 tahun.
b) Pemakai alat/cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah memakai
alat/cara KB.
c) Pernah memakai alat/cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah memakai
alat/cara KB.
d) Pemakai alat/cara KB aktif (Current User) adalah seseorang yang sedang memakai
alat/cara KB.

[33]
e) Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran.

Kebutuhan KB yang tidak dipenuhi (Unment need) adalah presentase perempuan


usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.

[34]
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomena)
penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. Di sini
tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada
masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).
Epidemiologi kesehatan adalah Cabang epidemiologi yang menggunakan system
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi
yang terjadi di dalam masyarakat.

[35]
DAFTAR PUSTAKA

Ebook; Allender & Spradley-Community Health Nursing Promoting Health Nursing (2005)
Budiarto, Eko. 2010. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc
Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
Bustan MN, 2002. Pengantar epidemiologi, Jakarta, rineka cipta
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsipprinsip dasar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
http://warnawarnidina.blogspot.com/2010/10/kependudukan-dan-mobilitas-sosial.html

[36]

Anda mungkin juga menyukai