OLEH
KELOMPOK 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi”
ini.
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Penyusunan makalah ini
dilaksanakan atas kerja sama rekan kelompok serta bimbingan dari berbagai
pihak. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan bimbingan materi dalam
pembelajaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat mengoreksi kekurangan tersebut. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 24
2
3.2 Saran ................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Seperti halnya kesehatan masyarakat, epidemiologi berfokus pada populasi.
Penelitian epidemiologi diarahkan pada populasi, bukan individu. Jika epidemik
dalam kematian bayi ditetapkan, penelitian epidemiologi kemudian dilakukan
untuk menggolongkan masalah menurut faktor orang, tempat, dan waktu, yang
dapat memberi petunjuk penting mengenai penyebab masalah kesehatan
masyarakat. Seperti kata epidemik, wabah juga berarti kelebihan status atau
kejadian terkait kesehatan lebih tinggi dari apa yang diperkirakan, akan tetapi,
kata wabah biasanya digunakan ketika area geografis yang terlibat lebih terbatas.
Selain itu, kata wabah mungkin kurang menakutkan bagi masyarakat bila
dibandingkan epidemik.
Epidemiologi reproduksi hanya merupakan area sederhana dalam
epidemiologi yang berfokus pada reproduksi. Reproduksi yang sangat penting
bagi semua makhluk hidup adalah proses biologis organisme untuk menghasilkan
keturunan. Dengan demikian, epidemiologi reproduksi adalah studi mengenai
distribusi dan determinan status atau kejadian terkait kesehatan pada populasi
manusia dan aplikasi studi ini untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental,
dan sosial yang sempurna karena berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi
serta prosesnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3 komponen yang ada
dalam epidemiologi :
1. Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi masalah kesehatan menunjukkan besarnya masalah kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia/ masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan
masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang
penyakit, untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada
6
sekelompok orang atau masyarakat, harus dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Menentukan masalah kesehatan, melalui cara :
Pasien yang berobat ke Puskesmas, terutama penyakit menular yang
berbahaya dapat menimbulkan wabah penyakit.
Laporan dari masyarakat yang datang ke Puskesmas
Kunjungan rumah, dalam rangka perawatan keluarga
b) Penelitian/ survey kesehatan
c) Studi kasus
7
a) Orang (person)
Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam
penyelidikan epiemiologi. Angka kesakitan dan kematian hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Jenis kelamin
Angka pada data di luar negeri menunjukkan bahwa angka
kesakita lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih
tinggi di kalangan pria pada semua golongan umur.Tapi untuk Indonesia
hal tersebut masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Kelas social
Kelas sosial adalah variable yang sering dilihat hubungannya
dengan angka kesakita atau kematian, variable ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang.
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan. Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola
kesakitan banyak dikerjaan di Indonesia terutama pola penyakit kronis,
misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker.
Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat,
membayar transport, dsb.
Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan
makan,susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan angka kesakitan dan kematian.
Status perkawinan
Dalam penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak
kawin, cerai, dan duda/janda; angka kematian karena penyakit-penyakit
8
tertentu maupun kmatian karena semua sebab makin meninggi dalam
urutan tertentu.
Besarnya keluarga
Pada keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
Struktur keluarga
Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
b) Tempat (place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
Batas daerah pemerintahan
Kota dan pedesaan
Daerah atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan,
Sungai, laut atau padang pasir)
Negara –negara, dan
Regional
Dalam memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antardaerah
(tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
Susunan umum
Susunan kelamin
Kualitas data, dan
Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk
c) Waktu (time)
Mempelajari hubungan antra waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar
di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan penyakit
9
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Melihat panjangnya waktu terjadinya perubahan angka kesakitan, maka
dibedakan :
Fluktuasi jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa
hari/minggu). Epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau
epidemic ini memberikan petunjuk bahwa : penderita terserang penyakit yang
sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan waktu inkubasi rata-
rata pendek
Perubahan-perubahan secara siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan timbul dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang
tiap beberapa bulan, tiap tahun atau tiap beberapa tahun, peristiwa semacam
ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan
infeksi.
Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun yang disebut secular
trends.
2) Epidemiologi analitik
Pendekatan/metode ini digunakan untuk menguji data dan informasi-
informasi yang diperoleh dari studi epidemiologi deskriptif.
10
oleh seseorang. Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial-kultural.
Menurut Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Pendidikan kesehatan reproduksi berbeda dari pendidikan seks.
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi
sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas. Pendidikan
kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan denga reproduksi
dan aspek-aspek yang mempengaruhinya mulai dari aspek tumbuh kembang
sampai kepada hak-hak reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan
kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi
tanggung jawab bersama baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu baik
laki-laki maupun perempuan harus mengetahui dan mengerti mengenai berbagai
aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan yang sering terjadi adalah persoalan
reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan. Gangguan
kesehatan reproduksi lebih sering terjadi pada wanita misalnya anemia.
Perempuan yang anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Disamping itu, anemia dapat menyebabkan kematian ibu maupun bayi pada saat
proses persalinan. Karena itu untuk memastikan bahwa ibu tidak mengidap
anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika
ternyata mengidap anemia, maka perlu untuk mengkonsumsi makanan yag bergizi
dan suplemen besi sesuai yang dianjurkan, dan peranlaki-laki harus mendukung
keadaan tersebut dengan memahami dan turut aktif mencegahnya.
Koordinasi ditingkat pelaksana belum seperti yang diharapkan, karena
setiap sektor/institusi terkait mempunyai indikator masing-masing. Jumlah
indikator cukup banyak tapi tingkat pencapainnya berbeda-beda. Estiasi
prevalensi HIV/AIDS 150 orang yang 70% nya adalah usia produktif. Pada
wilayah tertentu, prevalensi dimasyarakat mencapai 5%. Untuk menyikapi asalah
11
tersebut diperlukan peran epidemiologi dalam upaya pemograman pelayanan
epidemiologi kesehatan reproduksi.
Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari
distribusi, frekuensi, determinan penyakit atau masalah kesehatan reproduksi pada
populasi atau kelompok. Distribusi dalam kesehatan reproduksi adalah
memahami kejadian yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi,
epidemiologi menggambarkan kejadian menurut karakter orang, tempat dan
waktu. Misalnya, persainan dengan dukun lebih tinggi di desa (60%) dibanding di
kota (40%) atau angka kejadian penyakit HIV lebih tinggi terjadi di Provinsi
Papua. Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, buan, tahun dsb. Misalnya
setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebbkan 200.000 kematian disunia
atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu akibat persalinan di Indonesia.
Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya mengidentifikasi
kejadian atau mengukur besarnya masalah. Misalnya persalinan dengan dukun
60%, K1 mencapai 87% dan K4 mencapai 70%. Determinan dalam kesehatan
reproduksi adalah mencari faktor penyebab atau yang mempengaruhi suatu
kejadian atau faktor yang memberikan resiko.misalnya penyebab terjadinya
penyakit hemoragi post partum adalah anemia pada ibu.
12
berkembang. Pada saat itu, permasalahan yang dibahas hanya seputar “tempat
hiburan”, ledakan penduduk, jebakan demografi, serta kelangkaan makanan, air,
serta sumber daya baru.
Kemudian pada tahun 1972, WHO membuat program khusus untuk riset,
pengembangan serta pelatihan riset kesehatan reproduksi dengan mandatnya
berfokus pada riset pengembangan metode yang baru dan meningkatkan regulasi
yang berhubungan dengan fertilitas (reproduksi) serta isu dari keamanan dan
efisiensi metode-metode yang sudah ada. Metode kontrasepsi modern dilihat
sebagai metode yang dapat dipercaya, kemampuan seseorang untuk menggunakan
/ mempraktekkan secara mandiri, serta lebih efektif dari metode “penarikan”,
kondom atau sistem periode menstruasi. Kebijakan mengenai populasi menyebar
pada negara-negara berkembang sekitar tahun 1970 dengan dukungan dari agensi
UN dan beberapa NGO.
Pada tahun 1994, ICPD telah menjadi kunci dari sejarah perkembangan
kesehatan reproduksi. Hal ini diikuti dengan beberapa kemunculan hal-hal penting
yang kemudian membuat dunia berfikir cara lain untuk mencapai kesehatan
reproduksi yang ditandai dengan adanya 3 elemen penting, yaitu:
1. Perkembangan kekuatan wanita dalam hal kritisasi atas penekanan kontrol
terhadap fertilitas wanita.
2. Respon terhadap pandemi HIV/AIDS
3. Konsep terhadap hak-hak reproduksi, dimana hal ini harus menjadi suatu
kesatuan terhadap hal yang lainnya.
13
Penekanan pada penurunan kematian maternal
d. Tahun 1994 (Kesehatan Reproduksi, ICPD)
Penekanan pada kualitas pelayanan
Penekanan pada pengadaan dan ketersediaan
Penekanan pada ketidakadilan sosial
Penekanan pada kebutuhan individu wanita serta hak-haknya.
e. Tahun 2000 (Millenium Development Goal’s dan Kesehatan Reproduksi)
MDG’s secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
kesehatan
Poin MDG’s nomor 4, 5, dan 6 berhubungan langsung dengan kesehatan,
sedangkan nomor 1, 2, 3 dan 7 berhubungan secara tidak langsung
dengan kesehatan.
World Summit 2005 mendeklarasikan akses universal terhadap kesehatan
reproduksi.
“Sexual and reproductive health is fundamental to the social and
economic development of communities and nations, and a key opponent
of an equitable society.” The Lancet 2006.
14
6. Identifikasi urgensi mengenai permaalahan kesehatan reproduksi manakah
yang perlu penanganan cepat.
7. Evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas pencegahan dan program
pengobatan.
8. Penyediaan informasi penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi.
a. Keluarga Berencana untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
b. Penggunaan kontrasepsi yang aman dan efisien
c. Morbiditas dan mortalitas maternal
d. Kesehatan perinatal dan bayi
e. Penyakit menular seksual
f. Alokasi dana.
15
2.4 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi sangat luas sehingga diperlukan suatu lingkup yang
fokus ketika melakukan peneltian atau pengkajian yang lebih dalam. Lingkup
yang ada dalam kesehatan reproduksi adalah:
1. Kajian mengenai perkembangan seksual
2. Kajian mengenai kegiatan seksual
3. Kajian mengenai kontrasepsi
4. Kajian mengenai fertilitas
5. Kajian mengenai kehamilan tang tidak dikehendaki
6. Kajian mengenai abortus
7. Kajian mengenai mortalitas/morbiditas yang disebabkan dampak negatif
kesehatan reproduksi
8. Kajian mengenai alat reproduksi laki-laki dan wanita
9. Kajian mengenai layanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana
Menurut depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera karena mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dala uraian tentang ruang lingkup
kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus kehidupan,
sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk PMS-
HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Oseoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dan lain-lain.
16
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan
reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupanyang dapat diperkirakan, yang bila tak
ditangani dengan baik maka dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
Pendekatan ruang lingkup kespro dalam beberapa dalam fase kehidupan meliputi:
a. Kontrasepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut
Penanganan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi pada setiap Fase Kehidupan
1. Kontrasepsi
a. Perlakuan sama terhadap laki-laki dan perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi
d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan pencegahan
penyakit.
17
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, sunat perempuan, kurang gizi, kesakitan dan kematian BBLR,
penyakit lain disemua usia dan kekerasan
g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal,
persalinan, posnatal menyusui serta pemberian suplemen dan lain-lain
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sapai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa
terpenting yang terjadi pada gadis remaja adaah datangnya haid pertama yan
dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda
kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk
melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan.
Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
emproduksi hormon-hormon seksual yang akan memperngaruhi pertumbuhan
dan perkembangan sistem reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia yang wajar
f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
18
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat, kekerasan gender, praktik tradisional berbahaya, aborsi
tidak aman, ISR/HIV/AIDS
j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi: konseling tentang perubahan
hukum dan sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan,
kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga dan
lain-lain.
4. Usia subur
Usia dewasa muda yaitu antara umur 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapaki karir yang penuh kesibukan diluar rumah.
Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya dalam kondisi
prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar dan bayi
dapat dilahirkan dengan sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti
dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak dan tuntutan
karir. Kanker, kegemukan depresi dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya.
Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometrium yang
ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, pinggul nyeri saat berhubungan
19
seks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil tetapi ada juga yang tidak
mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan akibat kehamilan ibu dan bayi.
c. Menjaga jarak kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kespro yang berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan manajemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan
oleh berbagai kondis, manutrisi atau anemia, kemandulan, pelecehan seksual
dan lain-lain
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku
seksual yang bertangggung jawab, pencegahan dan pengobatan IMS,
pelayanan antenatal dan lain-lain sebagainya.
20
5. Usia lanjut
Yang dianggap usia lanjut adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa
yang paling rentan diserang berbagai penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi
wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas
utamanya adalah menjaga agar tunuh tetap sehat dengan mengatur pola makan
yang sehat.
a. Perhatian pada problem andro pause
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabuh, gangguan
mobilitas dan osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, osteoporosis, kanker sakurab reproduksi, payudara atau kanker
prostat, ISR/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaan reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
21
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
pelayanan dan atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan tanpa paksaan dan
tak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak emperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dala menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-istri berhak memiliki hubungan yang didasari
penghargaan.
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
7. Setiap remaja lelaki maupun perempuan berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab
8. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
22
5. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu sama lain.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan dasar mengenai kesehatan
masyarakat, yang menyediakan instrumen untuk memantau dan mengevaluasi
fakta yang memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan masyarakat dan merencanakan serta mengevaluasi tindakan
pengendalian intervensi. Epidemiologi reproduksi hanya merupakan area
sederhana dalam epidemiologi yang berfokus pada reproduksi. Reproduksi yang
sangat penting bagi semua makhluk hidup adalah proses biologis organisme untuk
menghasilkan keturunan. Dengan demikian, epidemiologi reproduksi adalah studi
mengenai distribusi dan determinan status atau kejadian terkait kesehatan pada
populasi manusia dan aplikasi studi ini untuk meningkatkan kesejahteraan fisik,
mental, dan sosial yang sempurna karena berkaitan dengan sistem reproduksi dan
fungsi serta prosesnya.
Dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan (metode) yaitu
epidemiologi deskriptif yang membahas tentang frekuensi penyakit yang
dipengaruhi orang, tempat, dan waktu serta epidemiologi analitik yang digunakan
untuk menguji data dan informasi-informasi yang diperoleh dari studi
epidemiologi deskriptif. Adanya masalah kesehatan reproduksi ditetapkan melalui
metode epidemiologi deskriptif, yang mencakup observasi, definisi, pengukuran,
interpretasi, dan diseminasi. Ketika masalah penelitian ditetapkan, hipotesis
kemudian dirumuskan untuk menjelaskan asosiasi yang diobservasi dan diukur
pada populasi yang menjadi perhatian.
Menurut depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
sangat luas, sesuai dengan defenisi yang tertera karena mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dala uraian tentang ruang lingkup
kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus kehidupan,
sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
24
3.2 Saran
Makalah ini telah kelompok susun dengan sebaik mungkin, namun masih
ada hal-hal yang masih kurang untuk dijelaskan. Kelompok mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sehingga kelompok dapat memperbaiki
makalah ini agar menjadi lebih baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
26