Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

LATARBELAKANG
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah

besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia


subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak
produktivitasnya. Tahun 2005, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per
tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Angka kematian ibu di negara
berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju seperti
Amerika. Angka kematian ibu di negara berkembang diketahui sampai 450 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Amerika hanya 30 per 100.000 kelahiran
hidup. Lebih dari 50 % kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah
dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah.
Tingginya angka kematian ibu diduga sebagian akibat kurangnya mutu
pelaksanaan pelayanan antenatal selama dilakukan pemeriksaan kepada ibu hamil.
Target internasional pada tahun 2005, angka kematian ibu (AKI) dibawah
125/100.000 kelahiran hidup dan 75/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
dan angka kematian bayi (AKB) ditargetkan menjadi 15/1.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah
besar. Pada tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan
tertinggi di Negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian bayi (AKB) sebesar 35/1.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI di Indonesia yang menduduki urutan tertinggi di ASEAN,
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya negara lain adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia. Dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian,
sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama.
Hanya sekitar 5 % kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat
kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Kebijakan
Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategi Empat Pilar Safe motherhood yang terdiri
atas Keluarga Berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
Menurut data profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2009
angka kematian ibu sebanyak 42 orang, terdiri dari kematian ibu hamil 4 orang,
ibu bersalin 35 orang, ibu nifas 13 orang. Sedangkan angka kematian ibu sebesar
114, 4 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 angka kematian ibu sebesar
115, 2 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 angka kematian ibu sebesar 123,8
per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut data profil Dinas Kesehatan Kabupaten lebong pada tahun 2013,
angka kematian ibu sebanyak 6 orang dari 1.228 kelahiran hidup, dimana
penyebab kematian paling tinggi adalah hipertensi dalam kehamilan. Sedangkan
menurut data Puskesmas Muara Aman pada tahun 2013 terdapat angka kematian
ibu sebanyak 1 orang dari 197 kelahiran hidup.
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak
seperti halnya yang terdapat di negara berkembang lainnya, ada 3 faktor penyebab
yaitu : keadaan sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak belum memadai,
penggunaan sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak yang masih kurang dan
karakteristik ibu hamil yang buruk terutama berupa multiparitas, umur tua, anemia
dan jarak antara dua kehamilan yang terlalu pendek.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi angka kematian
ibu.
I. 2

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah terdapat hubungan antara umur ibu hamil dengan angka kematian
ibu ?
2. Apakah terdapat hubungan antara angka jumlah anak dengan angka
kematian ibu ?
3. Apakah terdapat hubungan antara angka kunjungan ibu hamil dengan
angka kematian ibu ?
4. Apakah terdapat hubungan antara kunjungan masa nifas dengan angka
kematian ibu ?

5. Apakah terdapat hubungan antara persalinan dengan tenaga medis atau


non medis dengan angka kematian ibu ?
6. Apakah terdapat hubungan antara program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) setiap desa dengan angka kematian ibu ?
7. Apakah terdapat hubungan antara kelengkapan sarana kesehatan dengan
angka kematian ibu ?
8. Apakah terdapat hubungan antara profesionalisme dan kompetensi tenaga
kesehatan dengan angka kematian ibu ?
I. 3

TUJUAN PENELITIAN
I. 3. 1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kematian ibu di Kabupaten lebong
I. 3. 2. Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan adanya hubungan antara umur ibu hamil dengan
angka kematian ibu.
2. Untuk menentukan adanya hubungan antara angka jumlah anak dengan
angka kematian ibu.
3. Untuk menentukan adanya hubungan antara angka kunjungan ibu
hamil dengan angka kematian ibu.
4. Untuk menentukan adanya hubungan antara kunjungan masa nifas
dengan angka kematian ibu.
5. Untuk menentukan adanya hubungan antara persalinan dengan tenaga
medis atau non medis dengan angka kematian ibu.
6. Untuk menentukan adanya hubungan antara program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) setiap desa dengan angka
kematian ibu.
7. Untuk menentukan adanya hubungan antara kelengkapan sarana
kesehatan dengan angka kematian ibu.
8. Untuk menentukan adanya hubungan antara profesionalisme dan
kompetensi tenaga kesehatan dengan angka kematian ibu.

I. 4

HIPOTESIS
1. Terdapat hubungan antara umur ibu hamil dengan angka kematian ibu.
2. Terdapat hubungan antara angka jumlah anak dengan angka kematian ibu.
3. Terdapat hubungan antara angka kunjungan ibu hamil dengan angka
kematian ibu.
4. Tidak terdapat hubungan antara antara kunjungan masa nifas dengan
angka kematian ibu.

5. Terdapat hubungan antara antara persalinan dengan tenaga medis atau non
medis dengan angka kematian ibu.
6. Terdapat hubungan antara antara program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) setiap desa dengan angka kematian ibu.
7. Terdapat hubungan antara kelengkapan sarana kesehatan dengan angka
kematian ibu.
8. Terdapat hubungan antara antara profesionalisme dan kompetensi tenaga
kesehatan dengan angka kematian ibu.
I. 5

MANFAAT PENELITIAN
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lebong
o Memberikan gambaran bagi pemerintah daerah Kabupaten Lebong
mengenai Angka Kematian Ibu di wilayah Kabupaten Lebong.
o Memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Lebong untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di Kabupaten
Lebong.
o Memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Lebong untuk
meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di
Kabupaten Lebong.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong
o Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong
dalam menjalankan program kesehatan Ibu dan anak.
o Meningkatkan kembali upaya promotif dan preventif berkenaan
dengan masalah Angka Kematian Ibu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebong.
o Memberikan masukan kepada Dinas Kabupaten Lebong untuk
meningkatkan kompetensi tenaga medis dan non medis yang
berhubungan dengan ibu hamil di Kabupaten Lebong.
o Memberikan masukan kepada Dinas Kabupaten Lebong untuk
meningkatkan fasilitas kesehatan yang berkaitan dengan ibu hamil di
Kabupaten Lebong.
Bagi Peneliti
o Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan
antara faktor faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu.
Bagi Petugas Kesehatan
o Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan baik medis maupun
non medis untuk melakukan usaha peningkatan pelayanan kesehatan
ibu hamil.
4

o Memberikan gambaran mengenai angka kematian ibu di Kabupaten


Lebong.
o Memahami masalah dan faktor yang mempengaruhi angka kematian
ibu di Kabupaten Lebong.
Bagi Masyarakat Kabupaten Lebong
o Sebagai sumber informasi bagi setiap ibu hamil agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu.
o Sebagai sumber informasi bagi ibu hamil mengenai pentingnya
pemeriksaan kehamilan berkala di fasilitas kesehatan.
o Sebagai sumber informasi bagi ibu hamil mengenai faktor risiko
penyebab kematian ibu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
II.1.1 Definisi Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya masa kehamilan, tidak tergantung dari lama
dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya.
Sedangkan WHO mendefinisikan kematian maternal adalah kematian
seorang wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan,
terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau

pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental.


Tabel 2.1. Definisi alternatif kematian maternal pada ICD-10
Pregnancy-related

Kematian seorang wanita selama kehamilan atau 42 hari setelah

death
Late maternal death

terminasi kehamilan, tanpa mempedulikan penyebab kematiannya.


Kematian seorang wanita karena penyebab langsung atau tidak
langsung yang lebih dari 42 hari, namun kurang dari setahun
setelah terminasi kehamilan.

II.1.2 Tingkat Kematian Ibu


Berdasarkan kesepakatan Internasional, tingkat kematian maternal
didefinisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000
kelairan hidup. Sesungguhnya kematian ini lebih tepat disebut Maternal Mortality
Ratio, sebab denominator untuk Maternal Mortality Rate seharusnya population at
risk untuk kehamilan dan pesalinan yaitu jumlah wanita usia reproduksi (15-44
tahun).
Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium
Development Goals (MDGs). Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen
untuk menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu
1990-2015. Sejak tahun 1990, kematian ibu di seluruh dunia telah turun 47%.
Berdasarkan data Maternal Mortality 2005 yang dikeluarkan oleh WHO,
UNICEF, UNFPA and The World Bank, diestimasi terjadi 536.000 kematian
maternal di dunia setiap tahunnya. Antara tahun 1990 dan 2010, rasio kematian
ibu sedunia menurun hanya 3,1% per tahun. Ini jauh dari penurunan tahunan 5,5%
yang dibutuhkan untuk mencapai MDGs.
AKI menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007, namun perlu kerja keras dan perhatian khusus
untuk mencapai target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Dengan kata lain, kematian ibu masih tinggi. Sekitar 800 wanita di seluruh
dunia setiap hari meninggal karena kehamilan atau persalinan. Pada tahun 2010,
287.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Hampir
semua kematian terjadi di negara berkembang, dan sebagian besar dapat dicegah.
Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan

ketidakadilan dalam akses terhadap pelayanan kesehatan, dan menyoroti


kesenjangan antara kaya dan miskin.
Rasio kematian ibu di negara berkembang adalah 240 per 100.000
kelahiran, sedangkan di negara maju 16 per 100.000 kelahiran. Ada perbedaan
besar dalam suatu negara, antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah,
serta perbedaan antara orang yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan. Di
negara berkembang jumlah rata-rata wanita hamil lebih banyak daripada di negara
maju, dan lifetime risk karena kehamilan yang juga lebih tinggi. Risiko kematian
ibu tertinggi adalah remaja perempuan di bawah 15 tahun, 1 dalam 3.800 di
negara maju, dibandingkan 1 dalam 150 di negara berkembang. Komplikasi pada
kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian di kalangan
remaja perempuan.
II.1.3 Klasifikasi Kematian Ibu
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Kematian ibu tidak langsung adalah merupakan akibat dari penyakit
yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit
kardiovaskular.
Klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu kematian ibu langsung, kematian
ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu langsung mencakup
kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau masa nifas,
dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau rangkaian kejadian
yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya adalah kematian ibu
akibat perdarahan karena ruptur uteri.
Kematian ibu tidak langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara
langsung disebabkan oleh kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah
ada sebelumnya, atau suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau
masa nifas, tetapi diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilannya.
Contohnya adalah kematian ibu akibat penyulit stenosis mitral. Kematian

nonmaternal adalah kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan atau kausa
insidental yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Contohnya adalah kematian
akibat kecelakaan lalu lintas.
II.1.4 Ukuran Kematian Maternal
Jumlah kematian maternal pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
risiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan itu sendiri,
dan jumlah kehamilan atau persalinan yang dialami oleh wanita usia reproduktif.
Tabel 2.2. Ukuran statistik kematian maternal
Maternal Mortality Ratio

Jumlah kematian ibu selama satu periode per 100.000 kelahiran

Maternal Mortality Rate

hidup selama periode yang sama


Jumlah kematian ibu dalam satu periode per 100.000 wanita usia

Adult Lifetime Risk of

reproduksi selama periode yang sama


Kemungkinan kematian karena penyebab maternal selama usia

Maternal Mortality

reproduksi seorang wanita.

a. Pendekatan Pengukuran Kematian Maternal


Kesulitan untuk mengukur kematian maternal secara akurat masih ditemui,
meskipun menggunakan definisi standard. Untuk mendapatkan angka yang akurat,
maka dilakukan beberapa pendekatan pengukuran, yaitu: Civil registration
systems, household surveys, sisterhood methods, reproductive-age mortality
studies (RAMOS), verbal autopsies, dan censuses.
1) Civil registration systems (Catatan Sipil)
Pendekatan ini melibatkan catatan kelahiran dan kematian. Idealnya,
statistik kematian ibu diperoleh dari data catatan sipil. Namun, penyebab dari
semua kematian diidentifikasi berdasarkan sertifikat medis standar, dengan
tidak adanya penemuan kasus, kematian ibu mungkin terlewatkan atau terjadi
kesalahan klasifikasi.
2) Household surveys (Survei Rumah Tangga)
Jika data dari catatan sipil tidak tersedia, maka survei rumah tangga
menyediakan alternatif. Keterbatasan dari survei ini adalah :

1. Mengidentifikasi kematian yang berhubungan dengan kehamilan, bukan


kematian maternal
2. Memakan biaya besar karena untuk mendapatkan estimasi statistik yang
reliabel, dibutuhkan ukuran sampel yang besar
3. Bahkan dengan ukuran sampel yang besar, perkiraan masih diperoleh
confidence interval yang lebar, sehingga sulit untuk memantau perubahan
dari waktu ke waktu.
3) Sisterhood methods
Metode Sisterhood memperoleh informasi dengan mewawancarai wali
sampel responden tentang kelangsungan hidup saudara perempuan dewasa
mereka untuk menentukan jumlah saudara perempuan yang sudah menikah,
berapa banyak yang hidup, berapa banyak yang meninggal, dan berapa banyak
yang meninggal selama masa kehamilan, persalinan, atau dalam waktu enam
minggu kehamilan.
4) Reproductive-age mortality studies (RAMOS)
Pendekatan ini meliputi identifikasi dan investigasi penyebab semua
kematian wanita usia reproduktif pada suatu area populasi dengan
menggunakan sumber data yang beragam. Data tersebut diperoleh dari
wawancara anggota keluarga, registrasi vital, rekam medik, surat pemakaman,
pelayanan persalinan tradisional, dan memenuhi beberapa kriteria tertentu.
5) Verbal autopsies (Otopsi Verbal)
Pendekatan ini menentukan penyebab kematian melalui wawancara
dengan anggota keluarga atau anggota masyarakat, jika sertifikasi medis yang
memuat penyebab kematian tidak tersedia. Catatan kelahiran dan kematian
yang dikumpulkan secara berkala, termasuk populasi kecil (biasanya di
kabupaten), berada di bawah sistem pengawasan demografis yang dikelola
oleh lembaga penelitian di negara berkembang.
6) Censuses (Sensus)
Sensus nasional dengan penambahan sejumlah pertanyaan yang bisa
menghasilkan perkiraan kematian ibu. Pendekatan ini juga mengeliminasi
sampling errors, karena semua wanita dimasukkan menjadi sampel sehingga
memungkinkan analisis trend. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi

kematian di rumah tangga dalam relatif singkat, dalam kurun waktu 1-2 tahun,
sehingga didapatkan estimasi kematian maternal terbaru, tetapi dilakukan
dengan interval 10 tahun, sehingga membatasi pencatatan kematian maternal.
Pelatihan pencacah sangat penting karena kegiatan sensus mengumpulkan
informasi tentang berbagai topik lain yang tidak berhubungan dengan
kematian ibu. Hasil harus disesuaikan dengan karakteristik seperti
kelengkapan statistik kematian dan kelahiran, dan struktur populasi agar
didapatkan estimasi yang reliable.
Indonesia belum memiliki sistem statistik secara langsung untuk
mengumpulkan informasi terkait AKI. Perkiraan usia spesifik yang bersifat
langsung terkait kematian ibu didapat dari laporan dari sanak saudara ibu yang
masih hidup yang dikumpulkan dari laporan SDKI secara serial.
II.1.5 Penyebab Kematian Maternal
Menurut

Mochtar

(1998),

penyebab

kematian

maternal

dapat

dikelompokkan menjadi :
A. Sebab Obstetri Langsung
Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung dari
penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya karena
infeksi, eklampsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma
operasi, dan sebagainya.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum.
a. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
diatas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada
umur kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ketiga. Perdarahan antepartum digolongkan
sebagai berikut :
1). Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan

10

a. Plasenta previa
b. Solusi plasenta
c. Perdarahan pada plasenta letak rendah
d. Pecahnya sinus marginalis dan vasa previa
2). Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan
a. Pecahnya varices vagina
b. Perdarahan polip serviks
c. Perdarahan perlukan seviks
d. Perdarahan karena keganasan servik
b. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
setelah persalinan berlangsung, perdarahan postpartum dibagi menjadi
perdarahan postpartum primer dan sekunder.
1). Perdarahan postpartum primer
Terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utama adalah atoni uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2
jam pertama. Perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri
atau sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat. Renjatan
karena perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian maternal,
jika masalah ini dapat diatasi secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan. Penyebab dari retensio plasenta
adalah :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
2). Perdarahan postpartum sekunder
Terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab utama adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran. Robekan jalan lahir selalu
memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber
perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks dan robekan

11

uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan


robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arteri atau pecahnya
pembuluh darah vena.
Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian
maternal

khususnya

di

negara

berkembang.

Faktor-faktor

yang

menyebabkan perdarahan postpartum adalah :


- Grandemultipara
- Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
- Persalinan yang dilakukan dengan tindakan.
B. Sebab Obstetri Tidak Langsung
Sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit yang timbul
selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia, penyakit
kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal, dan
sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada dan bertambah berat
selama kehamilan.

C. Sebab Bukan Obstetri


Sebab bukan obstetri adalah kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas akibat
kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses reproduksi dan
penanganannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran, tenggelam, bunuh
diri, dan sebagainya.
D. Sebab Tidak Jelas
Sebab tidak jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada
salah satu yang tersebut di atas. Dari penyebab-penyebab di atas, dapat pula
dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Kematian yang dapat dicegah disebut juga preventable maternal death atau
avoidable factors, adalah kematian ibu yang seharusnya dapat dicegah jika
penderita mendapat pertolongan atau datang pada saat yang tepat sehingga
dapat ditolong secara profesional dengan fasilitas dan sarana yang cukup.

12

2. Kematian yang tidak dapat dicegah atau unpreventable maternal death,


adalah kematian ibu yang tidak dapat dihindari walaupun telah dilakukan
segala daya upaya yang baik.
Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan, eklampsia atau tekanan
darah tinggi saat kehamilan, infeksi, partus lama, komplikasi aborsi.
II.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Maternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu adalah sebagi berikut :

Faktor Umum
Perkawinan, kehamilan, dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi
yang sehat, terutama pada usia muda. Dalam kurung reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata
2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

Faktor Paritas
Ibu dengan riwayat hamil dan bersalin lebih dari enam kali
(grandemultipara) berisiko delapan kali lebih tinggi mengalami kematian. Paritas
2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas
1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

Faktor Perawatan Antenatal


Kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya masih rendah.
Hal ini menyebabkan faktor risiko yang sebenarnya dapat dicegah menjadi
meningkat atau memperburuk keadaan ibu.

Faktor Penolong
Sekitar 70-80% persalinan masih ditolong oleh dukun beranak. Setelah
persalinan terlantar dan tidak dapat maju dengan disertai komplikasi kemudian
dikirim ke fasilitas kebidanan yang memadai.
13

Faktor Sarana dan Fasilitas


Sarana dan fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat-obatan yang
murah masih ada yang belum terjangkau oleh masyarakat.

Faktor Sistem Rujukan


Agar pelayanan kebidanan mudah dicapai, pemerintah telah menetapkan
seorang ahli kebidanan di setiap ibu kota kabupaten, namun belum sempurna.

Faktor Lainnya
Yaitu

faktor

sosial

ekonomi,

kepercayaan,

budaya,

pendidikan,

ketidaktahuan, dan sebagainya.


Faktor-faktor berpengaruh terhadap akses Yankes ibu dan reproduksi adalah
sebagai berikut:

Geografi
Ekonomi keluarga
Health seeking care behaviour
SDM kesehatan
Ketersediaan obat & alat kesehatan
Kebijakan Pemda
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia


masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan
4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan
ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi:

Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan

Terlambat dirujuk

Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan


Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor

risiko 4 Terlalu, yaitu:

Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%

Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%

Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%

Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

14

Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu


dan reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat
pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih
relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari
pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di
daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat
pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3
Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu dan
bayi.

Pendidikan

Minat
Faktor
Internal

II.

Kerangka Teori

Usia
Gambar 1. Kerangka

Pengalaman

Teori Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo
2003

Ekonomi

Faktor
Eksternal

Informasi

Kebudayaan /
Lingkungan

Pengetahu
15
an

BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
III. 1 KERANGKA KONSEP
Pendidikan

Pengetahuan Ibu hamil mengenai


kesehatan dalam kehamilan.
Kompetensi tenaga medis dan non
medis.

Minat

Kunjugan ibu saat hamil dan


nifas.
Minat ibu hamil akan imunisasi
TT.
Minat ibu hamil akan suplemen
Fe.

Informasi

ANGKA KEMATIAN
IBU

Media media informasi yang


dapat meningkatkan
pengetahuan bagi ibu hamil.
Kegiatan penyuluhan bagi ibu
hamil.

Lingkungan/Budaya

Budaya hamil usia muda di


Kabupaten Lebong
Sarana kesehatan untuk
menunjang kesehatan ibu hamil
Jumlah tenaga medis.
Kepercayaan terhadap dukun
beranak

16

Gambar 2. Kerangka Konsep


III. 2 VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Tergantung
Angka Kematian Ibu
b. Variabel Bebas
1. Pendidikan

Pengetahuan Ibu hamil mengenai kesehatan dalam kehamilan.


Profesionalitas dan kompetensi tenaga medis dan non medis

2. Minat

Kunjugan ibu saat hamil dan nifas.


Minat ibu hamil terhadap imunisasi TT.
Minat ibu hamil akan pentingnya suplemen Fe.

3. Informasi

Media media informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan

bagi ibu hamil.


Kegiatan penyuluhan bagi ibu hamil

4. Lingkungan/Budaya

Budaya hamil usia muda dan memiliki anak banyak di Kabupaten

Lebong
Sarana kesehatan untuk menunjang kesehatan ibu hamil
Jumlah tenaga medis.
Kepercayaan kepada dukun beranak

17

18

III.3

DEFINISI OPERASIONAL
Variabel

Definisi

Alat

Cara Ukur

Hasil Ukur

Ukur

Skala
Pengukuran

Variabel Tergantung
1. Angka Kematian Ibu

Kematian

wanita

sewaktu

hamil, Data

Pengumpulan

melahirkan atau dalam 42 hari sesudah puskesmas data

Jumlah

Rasio

kematian ibu

akhir masa kehamilan, tidak tergantung


dari

lama

disebabkan
berhubungan

dan

lokasi

oleh

kehamilan,

apapun

yang

kehamilan/penanganan

tetapi tidak secara kebetulan atau oleh


penyebab tambahan lainnnya.
Variabel Bebas
2.Pengetahuan

ibu

hamil Informasi kesehatan kehamilan dan risiko Kuesioner

mengenai kesehatan dalam 4T yang sewajarnya diketahui oleh ibu


kehamilan

hamil

Pengisian

>75%

kuesioner

Tinggi
>50%

= Nominal
=

Sedang
<50%

Kurang

19

3.Profesionalisme

Kompeten
Kurang

Kompeten
Tidak

Pengumpulan

wajib dilakukan oleh ibu hamil dan puskesmas data

Kompeten
Lengkap
Tidak

kunjungan 1 sampai kunjungan 3 yang

Lengkap

dan Profesionalisme

dan

Kompetensi Kuesioner

Kuesioner

Kompetensi tenaga medis dan keterampilan medis yang dikuasai oleh


non medis

tenaga medis dan non medis sehingga


pasien dan keluarga pasien merasa puas.

4. Kunjungan ibu saat hamil Kunjungan 1 sampai kunjungan 4 yang Data


dan nifas

5.

Minat

ibu

hamil

imunisasi

6.Minat

ibu

hamil

suplemen Fe

7. Media informasi

dilakukan oleh ibu nifas


akan Kesadaran ibu hamil akan pentingnya Data

Pengumpulan

>50%

kehamilan.

&

sedang

Kuesioner

Kuesioner

<50%

Pengumpulan

kurang
>75% = tinggi Nominal

pemberian suplemen Fe setiap bulan puskesmas data

>50%

selama kehamilan

yang

&

&

sedang

Kuesioner

Kuesioner

<50%

Pengumpulan

data

kurang
Ada
Tidak ada

dapat Observasi

meningkatkan pengetahuan ibu hamil baik

&

akan Kesadaran ibu hamil akan pentingnya Data

informasi

Nominal

>75% = tinggi Nominal

pemberian imunisasi TT berkala selama puskesmas data

Sarana

Nominal

=
=
Nominal

secara media cetak maupun elektronik

20

8. Kegiatan penyuluhan ibu hamil

Kegiatan promosi kesehatan terhadap ibu Data


hamil

9. Usia Ibu saat Hamil

10. Sarana kesehatan

Pengumpulan

puskesmas data

Kehamilan yang terjadi pada usia <20 Kuesioner

Pengisian

tahun

kuesioner

Ada
Tidak ada

Nominal

Cukup

Rasio

Umur
Terlalu

muda
Terlalu

Pengumpulan

puskesmas data

Tua
Ada
Tidak ada

Pengumpulan

kompetensi dalam memberikan pelayanan puskesmas data

Ada
Tidak ada

Nominal

Ada
Tidak ada

Nominal

Fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu Data


hamil

11. Tenaga medis

Sumber daya manusia yang memiliki Data

12. Tenaga non medis

kesehatan bagi ibu hamil


Sumber daya manusia non medis yang Data

Pengumpulan

memiliki kompetensi dalam memberikan puskesmas data

Nominal

pelayanan kesehatan ibu hamil

21

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1

JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang


diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Dimana pada
penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai faktor faktor yang
menyebabkan meningkatnya angka kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Aman.
IV.2

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Muara Aman Kabupaten
Lebong.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak Mei 2014 Juni 2014.
IV.3

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil di wilayah

kerja Puskesmas Muara Aman Kabupaten Lebong, yang tercantum atau yang
didata oleh petugas kesehatan. Dan bidan yang bekerja di Puskesmas Muara
Aman,
Sampel penelitian menggunakan rumus:
n=

N
1+N(d)2

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi ibu hamil Bulan Mei 2014
d = tingkat ketepatan atau kepercayaan (0,1)
Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan jumlah sampel sebagai
berikut :

22

n=

N
1+N(d)2

n=

314
1+314(0,1)2

n = 75,84 dibulatkan menjadi 76 sampel


IV.4

INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah. Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan
data merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek
list, kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala,
kamera foto dan sebagainya.
Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan
strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau
suatu penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan
penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan dan untuk membuktikan hipotesis.
Pada

penelitian

ini

menggunakan

kuesioner

sebagai

instrumen

pengumpulan data primer.


IV.5

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA


Peneliti terdiri dari 5 orang yang semuanya terjun ke lapangan untuk

melakukan pengambilan data, pengisian kuesioner dan penilaian kematian ibu


pada setiap subjek penelitian.
Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer dan sekunder. Atas izin
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong, kami turun ke lapangan untuk
mencari data dan dengan berbekal kuesioner yang sudah baku dan sudah diuji
coba, kami mencari data sampai memenuhi jumlah sampel pada penelitian ini.
Setelah data semua terkumpul, dilakukan editing dari data tersebut.

IV.5.1 Data Primer


23

Data yang diperoleh dengan cara langsung yaitu dengan menggunakan alat
bantu berupa kuesioner yang telah baku dan telah diuji coba dilakukan melalui
wawancara terpimpin.
IV.5.2 Data sekunder
Data yang diperoleh dengan cara tidak langsung yaitu dengan
menggunakan data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong yaitu semua
data yang berkaitan dengan angka kematian ibu.
IV.6

RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA


Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui

proses penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang


terkumpul dari hasil kuesioner diolah, dianalisis dengan cara manual dan bantuan
software menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa
data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
IV.7

ANALISIS DATA

IV.7.1 Analisis Univariat


Dilakukan secara deskriptif masing-masing variable dengan analisis pada
distribusi frekuensi.
IV.8

PENYAJIAN DATA
Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk :

Tabular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel.


Textular : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat.
Grafik : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagram pie
yang menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki.

IV.9

ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN

24

Subjek ibu hamil dan dalam masa nifas


serta bidan di wilayah kerja Puskesmas
Muara Aman Kabupaten Lebong

Pengisian kuesioner

Analisa Data

DAFTAR PUSTAKA

25

1. Anonim. 1992. Puskesmas Sebagai Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes RI.


2. Anonim. 2005. Gambaran Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia.
Jakarta : Depkes Press.
3. Anonim. 2006. Evaluasi Mutu Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI.
4. Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat.

Jakarta: EGC.

5. BKKBN. 2013. Angka Kematian Ibu Melahirkan. Diunduh dari


http://www.menegpp.go.id/v2/index.phhp/datadaninformasi/kesehatan. Di
akses pada tanggal 20 April 2014.
6. Data Kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kerja Kabupaten Lebong tahun
2013. 2014. Bengkulu : Dinas Kesehatan kabupaten Lebong.
7. Data Kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Aman
tahun 2013. 2014. Lebong : Puskesmas Muara Aman.
8. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007. Jakarta : Depkes
RI.
9. Febyanti, NK, Susilawati, D. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Antenatal Care terhadap perilaku Kunjungan Kehamilan. The
Soedirman Journal of Nursing Vol. 7, No. 3, November 2012: 148-157.
10. Ilyas, Jumiarni, Dkk. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC.
11. McKenzie, James F. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
12. Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
rineka Cipta.
13. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Cetakan ke III. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka.
14. Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Cetakan ke VIII. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka.
15. Pusat data dan Informasi Kemenkes RI. 2014. Ringkasan Eksekutif Data
dan Informasi Kesehatan Provinsi Bengkulu. Jakarta : Kemenkes RI.
16.

RAKORKES

Provinsi

Bengkulu

Tahun

2013

diunduh

dari

http://www.dinkes.bengkulu.go.id. Di akses pada tanggal 20 April 2014.

26

17. Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

LAMPIRAN 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

27

Tahapan Kegiatan
A

Waktu Dalam Minggu


1 2 3 4 5 6 7 8

Perencanaan
1
Orientasi dan Identifikasi Masalah
2
Pemilihan Topik
3
Penulusuran Kepustakaan
4
Pembuatan Proposal
5
Konsultasi dengan Pembimbing
6
Pembuatan Kuesioner
Pelaksanaan
1
Ujicoba Kuesioner
2
Pengumpulan data dan survey
3
Pengolahan data
4
Analisis data
5
Konsultasi dengan Pembimbing
Pelaporan Nilai
1
Penulisan Laporan sementara
2
Diskusi
3
Presentasi hasil laporan sementara
4
Revisi
5
Presentasi hasil akhir

LAMPIRAN 2
ORGANISASI PENELITIAN
1. Pelindung

: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten


Lebong
Hj. Rita Eliza, SKM, MM

2. Ketua Pelaksana

: Kepala Puskesmas Perawatan Muara


Aman
Dahranudin, SKM

3. Penanggung Jawab

: Pendamping Dokter Internsip


28

dr. Esther Meylina Sipahutar.


4. Koordinator Lapangan

: Petugas Surveillance
Febria Mandeka SKM

5. Penyusun dan Pelaksana Penelitian : Dokter Internsip


Ajeng Sekar Dewanty
Alif Gilang Perkasa
Andi Mulyawan
Denis Afriansyah
Revika Astriani

LAMPIRAN 3
KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN
I.

Data responden.
Nama Responden

Umur

Pendidikan Terakhir

(Dapat diisi/dapat tidak)

Pelatihan APN (workshop) yang diikuti :

29

Pengalaman bekerja sebagai bidan

II. Kuesioner pengetahuan bidan tentang APN


Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (X)
1. Asuhan Persalinan normal adalah ?
a. Asuhan yang memberikan penanganan masalah di setiap tahap
persalinan
b. Asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya
pencegahan komplikasi
c. Asuhan yang melakukan intervensi pada persalinan yang berbahaya
2. Tujuan asuhan pesalinan normal adalah ?
a. Memberi derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi, lengkap dan dengan intervensi minimal.
b. Memberi kesulitan bagi komplikasi persalinan, dan memberikan semua
kemudahan bagi bidan pelaksana
c. Memberi kekuatan bagi ibu dan bidan dalam menyelesaikan persalinan.
3. Sebelum alat bekas pakai di cuci dan disterilkan, maka sebaiknya ?
a. Dilakukan desinfeksi tingkat tinggi
b. Dilakukan dekontaminasi terlebih dahulu
c. Direndam dengan air bersih
4. Efektivitas desinfeksi tingkat tinggi mencapai 95 %. DTT dapat dilakukan
dengan cara ?
a. Rendam dengan air bersih
b. Kimia, rebus dan kukus
c. Cuci dengan air bersih dan mengalir.
5. Alat bantu untuk memantau jalannya persalinan adalah ?
a. Steteskop monokuler
b. Partograf
c. Dopler
6. Pada persalinan normal, garis rekaman pembukaan (dilatasi serviks pada
partograf), umumnya berada di ?
a. Sisi kanan garis waspada

30

b. Sisi kiri garis waspada


c. Sisi bawah garis waspada
7. VT sebaiknya dilakukan setiap ?
a. 2 jam
b. 3jam
c. 4jam
8. Pengosongan kandung kemih pada kala I dapat membantu penurunan
kepala. Tindakan yang dapat dilakukan adalah ?
a. Membatasi ibu minum
b. Kateterisasi agar ibu tidak repot
c. Ibu dianjurkan berkemih sendiri
9. Penekanan fundus pada persalinan ?
a. Bayi lahir dengan cepat
b. Ruptur uteri
c. Retensio plasenta
10. Memimpin persalinan dilakukan setelah ?
a. Pembukaan lengkap
b. Pembukaan lengkap dan his adekuat
c. Pembukaan lengkap dan kepala sudah membuka vulva 5-6cm.
11. Pada persalinan normal pemberian oksitosin sebaiknya diberikan ?
a. Sebelum bayi lahir
b. Sesudah bayi lahir
c. Sesudah plasenta lahir
12. Setelah bayi lahir, hal yang perlu dilaksanakan adalah ?
a. Memandikan bayi dan meletakkan bayi diatas dada ibu
b. Mengeringkan bayi dan meletakkan bayi di atas perut ibu
c. Memotong tali pusat dan membungkusnya dengan kasa betadin
13. Memandikan bayi dilakukan sebaiknya ?
a. Setelah 2 jam
b. Setelah 4 jam
c. Setelah 6 jam

31

14. Oksitosin yang dianjurkan pada asuhan persalinan normal adalah ?


a. 5 U
b. 10 U
c. 15 U
15. Oksitosin yang dianjurkan adalah ?
a. Suntikan intravena
b. Melalui infus
c. Intramuscular
16. Pemberian Oksitosin berguna untuk ?
a. Mengurangi kontraksi dan mengurangi perdarahan
b. Menambah kontraksi dan mengurangi perdarahan
c. Mengatur kontraksi sesuai dengan yang diharapkan
17. Selain memberikan oksitosin, manajemen aktif kala III juga melakukan ?
a. Penegangan tali pusat terkendali dan rangsangan taktil
b. Mengeluarkan plasenta dengan hati hati
c. Memberi rangsangan taktil dan pengeluaran plasenta dengan penuh
kesabaran
18. Jika uterus jadi lunak beberapa saat setelah plasenta lahir, dapat
dilakukan?
a. Kompresi bimanual
b. Masase uterus dan rangsang papila mamae
c. Merujuk
19. Sebaiknya bidan dapat memantau keadaan ibu dan bayi selama ?
a. 1 jam pertama
b. 2 jam pertama
c. 3 jam pertama
20. Sebelum meninggalkan ibu setelah melahirkan, bidan sebaiknya ?
a. Ibu dapat berkemih sendiri, dan keluarga dapat menilai tanda tanda
bahaya serta cara mencari pertolongan
b. Bidan melakukan kateterisasi untuk efisien waktu
c. Bidan memberi susu formula kepada keluarganya dan memberi

32

penjelasan dalam pembuatannya.

III. Kuesioner Pelaksanaan APN


Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban Tidak Pernah (TP), Jarang (J),
Kadang Kadang (KK), Sering (SRG), Selalu (SLL).

No.
1.

Pertanyaan

TP

Jawaban Pertanyaan
J
KK SRG

SLL

Apakah anda memakai sarung tangan


DTT/steril untuk semua pemeriksaan

2.

dalam?
Apakah anda melakukan pembilasan
alat-alatsebelumdekontaminasi

33

3.

(merendam dengan larutan klorin)?


Bila garis pembukaan pada partograf
tidak mengalami kemajuan, apakah anda

4.

melakukan induksi?
Apakah anda memantau djj sebelum

5.

bayi lahir?
Apakah anda melakukan pemeriksaan

6.

vital sign ibu?


Jika ketuban belum pecah, dan
pembukaan belum lengkap apakah anda

7.

melakukan amniotomi?
Apakah anda melakukan klisma agar

8.

persalinan lancar?
Untuk membantu turunnya kepala,

9.

apakah anda melakukan kateterisasi?


Apakah anda memperbolehkan ibu
Untuk memilih posisi yang

10.

diinginkannya saat persalinan.


Apakah anda memandikan bayi baru

11.

lahir normal?
Apakah mengisap lendir dengan
pengisap lendir DeLee anda lakukan
pada bayi normal?

12.

Apakah setelah bayi lahir anda


memberikan suntikan oksitosin 10

13.

unit/IM pada ibu?


Berhubung ibu masih lelah, dan susah
untuk menyusui, apakah anda memberi

14.

susu pengganti untuk bayi?


Setelah bayi dan plasenta lahir, apakah

15.

anda melakukan masase uterus?


Apakah anda memantau kontraksi

16.

setelah persalinan selesai?


Apakah anda memantau perdarahan
setelah persalinan selesai?

IV. Kuesioner Motivasi bidan dalam pelaksanaan APN


Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Ragu - ragu (RR), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS).
34

No.

Pertanyaan

1.

Anda menganggap APN sangat sulit untuk

2.

dilakukan
Bila terjadi masalah dalam pelaksanaan

SS

Jawaban Pertanyaan
S
RR
KS

TS

APN, anda mencari tahu tentang


pelaksanaan yang benar pada sejawat yang
3.

lebih berpengalaman.
Melakukan APN adalah tanggung jawab

4.

anda sebagai bidan


Bila tidak melakukan APN anda bisa saja
menjadi penyumbang angka kesakitan atau

5.

angka kematian ibu dan bayi


Anda senang dalam melaksanakan tugas
yang diberi oleh atasan anda.

6.

Anda ingin dilibatkan dalam perencanaan


tugas tugas yang akan anda capai,

7.

temasuk pelaksanaan APN.


Anda senang bila atasan anda bersikap
Keras agar anda terpacu dalam

8.

melaksanakan tugas
Apakah senang bila diberi kepercayaan,
karena anda mampu melakukan tugas,

9.

termasuk melaksanakan APN.


Keberhasilan Puskesmas adalah

10.

keberhasilan anda juga.


Dari hasil kerja anda, seharusnya anda
Diberi tunjangan penghasilan oleh

11.

pemerintah.
Menjadi anggota organisasi profesi sangat
berguna untuk peningkatan pengetahuan

12.

dan keterampilan anda


Semua bidan desa termasuk anda adalah

13.

ujung tombak penurunan AKI dan AKB.


Fasilitas (sarana dan prasarana) dari
pemerintah tidak menjamin terlaksananya

35

14.

APN.
Anda yakin dapat melakukan APN sesuai

15.

dengan prosedur bila mengikuti pelatihan


Anda bersedia mengikuti pelatihan

16.

meskipun dengan biaya sendiri.


Apakah anda memantau perdarahan
setelah persalinan selesai?

KUESIONER PENELITIAN
I. Identitas Umum Responden
Nama Responden

Umur Responden

Pekerjaan

Pendidikan

Nama Suami

Umur Suami

Umur Kehamilan Ibu saat di wawancarai:


Jumlah anak lahir hidup (bila ada)

Kehamilan yang keberapa sekarang

36

Anda mungkin juga menyukai