OLEH
NIM : J1A116332
KELAS : C
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................. 2
C. TUJUAN........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI SKRINING..................................................................................... 3
B. TUJUAN SKRINING....................................................................................... 3
C. SYARAT-SYARAT SKRINING..................................................................... 4
D. MACAM-MACAM SKRINING...................................................................... 5
E. TES SKRINING................................................................................................ 6
F. CONTOH SKRINING...................................................................................... 11
A. KESIMPULAN................................................................................................ 14
B. SARAN............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
KATA PENGANTAR
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi
Kendari, 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skrining berkembang dengan pesat dan diterima secara luas dalam praktek
kesehatan. Skrining juga merupakan bentuk pencegahan sekunder. Bentuk
skrining dapat berupa konseling tentang gaya hidup masyarakat (Hackl, dkk.2012)
Skrining atau penyaringan merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif
murah, dapat diterapkan pada populasi tertentu yang relatif sehat. Program skrining
sangat dibutuhkan karena adanya isu yang mendasari penemuan gejala
penyakit secara dini akan lebih baik dibandingkan dalam waktu yang lama,
pencegahan sebelum terjadinya penyakit akan lebih baik dibandingkan dengan
sudah terjadinya penyakit serta pencegahan memerlukan biaya yang relatif
ringan sehingga diagnosis lengkap kepada orang yang mempunyai faktor
resiko tinggi dan pengobatan kepada penderita dapat dilakukan secara dini (Noor, 2008).
Upaya skrining dapat dilakukan pada penyakit tidak menular yang
merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Prevalensi penyakit
tidak menular cenderung meningkat dan sebagian besar masyarakat umumnya
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sudah dalam fase lanjut. Riset kesehatan dasar
tahun 2007 menunjukan sekitar 70% penyakit tidak menular
belum terdiagnosa petugas kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007)
menunjukkan penyebab kematian telah terjadi pergeseran dari penyakit
menular ke Penyakit Tidak Menular. Penyakit menular menyumbang 28,1%
kematian sedangkan Penyakit Tidak Menular sebagai penyumbang terbesar
penyebab kematian terbesar (59,5%).
Penyakit metabolik dan kardiovaskular merupakan salah satu contoh
penyakit tidak menular. Menurut pedoman yang dikeluarkan The Royal
Australian College of General Practitioners (RACGP) edisi ke-8 terkait
tindakan pencegahan penyakit metabolik dan kardiovaskular, 90% penduduk Australia
berusia 45 tahun ke atas lebih berisiko mengalami penyakit
kardiovaskular sehingga skrining profil lipid perlu dilakukan minimal 5 tahun
sekali, sedangkan batasan usia skrining tersebut untuk ras Aborigin dan
penduduk asli di pulau Torres Strait adalah 35 tahun keatas. Berdasarkan
pedoman US Preventive Services Task Force (USPSTF), pria berusia 35 tahun
keatas dan wanita berusia 45 tahun keatas sangat dianjurkan menjalani skrining
rutin pemeriksaan profil lipid. USPSTF membuktikan bahwa pemeriksaan
profil lipid dapat mengidentifikasi penduduk berusia pertengahan yang berisiko
mengalami penyakit jantung koroner, tetapi belum mengalami gejala klinis. USPSTF
juga membuktikan bahwa pemberian obat penurun kadar lipid pada individu-individu
berisiko tersebut bermanfaat dalam menurunkan insidens
penyakit jantung koroner tanpa menimbulkan risiko yang bermakna (Riskesdas,
2013).
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari skrining
2. Apa saja tujuan skrining?
3. Apa saja syarat-syarat skrining?
4. Apa saja macam-macam dari skrining?
5. Apa saja validitas dan reabilitas skrining?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Mengetahui definisi skrining
2. Mengetahui tujuan skrining
3. Mengetahui syarat skrining
4. Mengetahui macam skrining
5. Mengetahui validitas dan reabilitas skrining
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SKRINING
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan penyakit atau kelainan ya
ng
belum diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat secara
cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan orang yang
tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Skrining adalah pemeriksaan orang-
orang asimptometik
untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan
mengidap atau diperkirakan tidak mengidap penyakit yang menjadi objek
skrining (Sulistiani, 2012).
Sumber yang lain menyatakan bahwa penyaringan adalah suatu usaha
mendeteksi atau menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala
(tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau penduduk tertentu melalui tes atau pemeriks
aan secara singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-
betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosis pasti dan pengobatan (Noor, 2008).
B. TUJUAN SKRINING
Menurut Morton (2009), tujuan skrining adalah mencegah penyakit atau akibat penyaki
t dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik
dalam riwayat alamiah ketika proses penyakit dapat diubah melalui
intervensi. Bustan (2006) memiliki pendapat yang berbeda mengenai tujuan
dilakukannya skrining yaitu :
1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan
segera memperoleh pengobatan,
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin,
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang
sifat penyakit dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.
C. SYARAT – SYARAT SKRINING
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi
beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan
persyaratan suatu tes penyaringan, berikut ini merupakan syarat-syarat
skrining menurut Noor (2008).
1. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti
dalam masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut,
2. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan
penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan
3. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang
dinyatakan positif serta tersedianya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif
melalui diagnosis klinis,
4. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup
lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
5. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standar
untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau
malah bertambah frekuensi endemiknya,
6. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum,
7. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti,
8. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan
menderita penyakit tersebut,
9. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada
titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes
tersebut,
10. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut
serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Keberhasilan suatu tes skrining berhubungan dengan tujuan skrining.
Wilson dan Junger menganjurkan untuk memperhatikan persyaratan untuk
keberhasilan skrining sebagai berikut:
1. Seharusnya ada pengobatan yang sesuai dan dapat diterima bila hasil pemeriksaan
positif,
2. Fasilitas pengobatan dan diagnosis harus tersedia,
3. Mengenal kelainan yang timbul tahap dini suatu penyakit,
4. Harus ada tes atau pemeriksaan yang sesuai,
5. Tes atau pemeriksaan harus diterima masyarakat,
6. Riwayat alamiah yang di skrining harus dimengerti secara baik,
7. Harus ada kebijakan yang disetujui untuk mengobati bila pasien positif
terkena penyakit,
8. Biaya harus seimbang secara keseluruhan,
9. Penemuan kasus harus merupakan proses berkelanjutan, tidak hanya berdasarkan
proyek,
10. Test cukup sensitif dan spesifik,
11. Penyakit atau masalah yang akan di skrining merupakan masalah yang cukup serius, pre
valensinya tinggi, merupakan masalah kesehatan masyarakat,
12. Kebijakan intervensi atau pengobatan yang akan dilakukan setelah
dilaksanakannya skrining harus jelas.
D. MACAM – MACAM SKRINING
Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di
skrining yaitu sebagai berikut.
1. Mass screening
Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray
survey atau blood pressure skrining pada seluruh masyarakat yang
berkunjung pada pelayanan kesehatan.
2. Selective screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target
populasi berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada
kelompok risiko tinggi untuk mengurangi dampak negatif dari skrining.
Contohnya, Pap’s smear skrining pada wanita usia > 40 tahun untuk mendeteksi Ca
Cervix, atau mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat keluarga menderita
Ca.
4. Case finding screening
Case finding adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk
menyelidiki suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang
untuk kepentingan pemeriksaan kesehatan. Penderita yang datang
dengan keluhan diare kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen
torax.
5. Multiphasic screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu
tertentu. Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta
diterima secara luas dengan berbagai tujuan seperti pada evaluasi
kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh adalah pemeriksaan kanker disertai
dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.
E. TES SKRINING
Tes ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam epidemiologi
untuk mengetahui prevelensi suatu penyakit yang tidak dapat di diagnosis atau keadaan
ketika angka kesakitan tinggi pada suatu individu atau masyarakat berisiko tinggi serta
pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan segara. Namun dengan
demikian masih harus dilengkapi dengan pemeriksaaan lain untuk menentukan
diagnosis definit (Chandra, 2009).
1. Karakteristik tes skrining
Untuk keberhasilan suatu program skrining, ketersediaan tes skrining
juga diperlukan selain juga harus memiliki kriteria penyakit yang cocok
untuk di skrining. Tes skrining seharusnya juga tidak mahal, mudah
dilaksanakan dan memberikan ketidaknyamanan yang minimal pada
pasien. Dan juga hasil skrining haruslah valid dan konsisten (Sarwani, 2007).
a. Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang he
ndak diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014)
bahwa validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau
skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Sedangkan validitas
dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang yang
sakit dan orang yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu :
1) Sensitivitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk
menunjukan secara tepat individu-individu yang menderita
penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada
tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan true positive rate (TPR) dari suatu tes
diagnostik.
2) Spesifisitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang
tidak sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif pada tes diagnostik. Sensitivitas
merupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam validitas,
selain itu terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :
a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar- benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan
hasil test yang negatif pula.
d. False negative, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita
penyakit tetapi hasil test negatif.
Penduduk
Hasil uji
Dengan penyakit Tanpa penyakit
Mempunyai penyakit dan alat Tidak mempunyai
TN/TN+FP
Diagnosis pasti
Tes Skrining Total
Sakit Tidak sakit
Positif A B A+B
Negatif C D C+D
Total A+C B+D A+B+C+D
Rumus Sensitivitas =
Negatif Palsu (false negative rate) =
Spesifitas =
Positif palsu (false positive rate) =
Keterangan :
a = true positif individu dengan test skrining positif dan benar salah
b = false positif individu dengan test positif dan sebenarnya tidak sakit
c = false negatif individu dengan test skrining negatif tapi sebenarnya sakit
d = true negatif individu dengan test skrining ndgatif dan benar tidak sakit
Contoh :
Pada tabel di bawah ini di tunjukan 100 orang yang menderita penyakit, 80
orang didefinisikan positif menderita sakit oleh alat uji dan 20
orang dinyatakan negatif menderita sakit oleh alat uji,dari datainidapat
dihitung bahwa sensitivitas nya adalah 80/100*100% =80%
Dari 900 orang yang tidak mengalami sakit, alat uji mengidentifikasi 800
orang negatif menderita sakit. Jadi spesifikasinya adalah 800/900*100% =
89%
b. Reliabilitas orang yang diperiksa.
Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas.
Misalnya lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat,
penyakit dalam masa tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama faktor psikis.
F. CONTOH SKRINING
1. Mammografi untuk Ca mammae
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang paling
banyak menyebabkan kematian pada penderitanya. Di Indonesia, kanker
payudara menempati urutan kedua penyebab kematian tertinggi
perempuan Indonesia (Primartha dan Fathiyah, 2013).
Salah satu metode pemeriksaan kanker
payudara adalah mammografi. Mammografi merupakan metode skrining kanker payudara ya
ng dapat mengidentifikasi kanker beberapa tahun sebelum gejala-gejala fisik
penyakit tersebut muncul (Keles dan Yafuz, 2011). Mammografi adalah
pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar- X dosis rendah untuk
mendeteksi kelainan pada payudara seperti benjolan yang dapat dirasakan (Putra, et al.,
2009).
2. Pap Smear untuk Ca cervix
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan
penyakit keganasan ginekologik yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wan
ita terutama di negara berkembang. Kanker ini mulai ditemukan di usia 25- 34
tahun dan puncaknya pada usia 45- 54 tahun (Kusuma, 2004). Pemeriksaan pap
smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan–
perubahan prakanker yang mungkin terjadi pada serviks. Uji ini bisa
dilakukan pada semua wanita yang berusia antara 20- 64 tahun (Indrawati, 2009).
Tes pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio
untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia)
sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear
merupakan tes yang aman dan murah serta telah di pakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel leher
rahim (Diananda, 2009). Menurut Dalimartha 2004, pemeriksaan ini
mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada saat
haid.
3. VCT untuk HIV/AIDS
Salah satu pintu masuk untuk mendeteksi infeksi HIV adalah melalui
kegiatan konseling dan tes HIV. Kegiatan ini terbukti sangatlah bernilai
tinggi dalam pelayanan kesehatan dan dukungan yang dibutuhkan dan
memungkinkan intervensi yang aman dan efektif terutama dalam pencegahan penularan dari
ibu ke anak (Anonim, 2012).
Konseling dan tes HIV tersedia dalam berbagai situasi dengan
menggunakan pendekatan sukarela (VCT= Voluntary Counseling Test). Sasaran
kegiatan VCT adalah masyarakat yang
ingin mengetahui status HIV/AIDS dan mencegah penularan, masyarakat yang
berperilaku risiko tinggi seperti sering berganti pasangan dan pengguna narkoba jarum
suntik. Kegiatan VCT didahului oleh konseling pra tes dan diakhiri
konseling pasca tes (WHO-UNAIDS, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Skrining merupakan upaya pengenalan penyakit atau kelainan yang belum
diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang
dapat secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar
sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
2. Skrining bertujuan untuk medeteksi penyakit sedini mungkin sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan, dan kematian, serta meningkatkan kulaitas hidup.
3. Syarat skrining antara lain, masalah kesehatan tersebut merupakan masalah
kesehatan yang berarti dengan kata lain mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat secara luas, tersedianya obat yang potensial untuk
menyembuhkan penyakit tersebut, tersedia fasilitas dan biaya untuk
diagnosis pasti, adanya standar yang telah disepakati, dimungkinkan untuk
dilakukan pemantauan kepada individu yang positif terkena suatu penyakit.
4. Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining.
5. Validitas dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk
membedakan antara orang yang sakit dan orang yang
tidak sakit. Sedangkan reabilitas dalam skrining merupakan ukuran konsistensi berdasarkan
orang dan waktu.
B. SARAN
Bagi para pembaca di harapkan untuk memberikan saran yang bersifat mendukung
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha S. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. Jakarta: Penebar Swad
ya.
Kusuma H. W. 2004. Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta : PT Niaga Swadaya.
Metodologi Penelitian Kebidanan: Panduan Penulisan Protokol dan Laporan Prof.
Dr. Buchari Lapau, dr. MPH.2015
Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta: EGC. Noor,
Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Primartha, R dan Fathiyah, N. 2013. “Sistem Pakar Fuzzy untuk Diagnosis
Kanker Payudara Menggunakan Metode Madani”. Jurnal Generik, Vol. 8, No 1, pp
190- 197.
Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrinning/Deteksi Aktif
Kasus PTM yang Dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Verani MS. (2000) "Exercise Perfusion Testing in The Diagnosis of Coronary Heart Disease".
http//www.uptodate.com. 8: 3