N T
CO PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
LOGGO
O H
NT
CO
i
O H
NT
CO
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
x
O H
NT
CO
BAB I
PENDAHULUAN
Anak usia dini menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
6 merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Usia dini atau usia
perkembangan karena pada usia itu anak mengalami tumbuh kembang yang pesat
di berbagai aspek perkembangannya. Anak usia dini berada pada periode sensitif
atau tahap absorbent mind dimana anak akan menyerap kesan-kesan dan
eksplorasi (Montessori, 2013: 79-80). Anak menerima dengan baik apa yang
kritis apabila mengalami anak gangguan maka akan berdampak serius dan
perkembangan mental dan kecerdasan anak berlangsung pada kurun waktu usia
ini. Oleh karena itu, masa ini harus dioptimalkan sebaik mungkin dengan
pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan
meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral, fisik
motorik, dan seni. Stimulasi diberikan agar anak dapat berkembang secara optimal
dikembangkan sejak usia dini. Perkembangan sosial anak adalah area yang
mencakup perasaan dan mengacu pada perilaku dan respon individu terhadap
hubungan mereka dengan individu lain (Allen dan Marotz, 2010: 31).
hubungan sosialnya. Perkembangan sosial yang baik dapat dicapai dan didukung
orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang dapat diterima dan
2
individu atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain.
Keterampilan sosial merupakan salah satu keterampilan hidup (life skill) yang
perlu dilatih kepada anak sejak dini karena berkaitan dengan hubungan antar anak.
Anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik dapat membina hubungan baik
2016: 3). Hurlock dalam Luqman (2016: 125) mengemukakan bahwa pada masa
kanak-kanak awal pola keterampilan sosial anak usia 5-6 tahun yaitu kerja sama,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan
tenaga pendidik anak usia dini untuk memberikan latihan keterampilan sosial.
dan kerja sama dapat terjalin. Dengan demikian, anak lebih mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan situasi baru yang akan dihadapinya, baik dalam
sejak dini. Kerja sama menurut Jasmie (2012: 26) yaitu kemampuan sosial yang
dimiliki anak dan ditampakkan pada perasaan senang, antusias dan menikmati
ketika belajar bersama. Dilengkapi oleh pendapat Wiyani (2014: 111), kerja sama
kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok. Kemampuan kerja sama penting
untuk menciptakan mental penuh percaya diri agar anak mudah beradaptasi di
3
lingkungan baru dalam dunia yang terus berubah dan akan terus berkembang.
Semakin banyak kesempatan anak melakukan suatu hal bersama-sama, maka akan
pengalaman langsung kepada diri anak, tidak hanya sebatas melalui kegiatan
sama secara rinci. Indikator kerja sama menurut Jhonson, dkk (2010: 8-10) yakni;
28), pencapaian anak usia 5-6 tahun meliputi: a) saling membantu, b) sikap
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada anak usia 5-6 tahun sudah seharusnya
mengenal berbagai perilaku sosial yang berwujud dalam kerja sama seperti saling
kerja sama menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dalam perkembangan
sosial.
4
Gambaran ideal mengenai kemampuan kerja sama anak usia 5-6 tahun
karakteristik. Salah satu karakteristik yang sering menonjol pada anak usia dini
adalah sifat egosentris dimana anak menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat
pemikirannya. Anak pada sifat egosentris mengalami pra prespektif yang berbeda
dengan orang lain sehingga muncul istilah nakal atau suka membantah dan banyak
bertanya (Sujiono, 2005: 30). Anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan bermain
bersama sehingga sifat egosentris tersebut perlu dibina melalui berbagai stimulasi
dengan kegiatan yang melatih kerja sama agar secara bertahap dapat mengurangi
egosentris sebagian besar anak sering muncul seperti saat akan masuk ke kelas, 10
anak masih saling berebut barisan tidak mau mengalah meski sudah di arahkan
oleh guru. Anak hanya terpaku pada pekerjaan masing-masing dan kurang
Terlihat pada saat kegiatan mewarnai LKA, terdapat salah satu anak tidak
crayonnya. Saat ditawari oleh guru siapa yang hendak memberi bantuan kepada
teman yang tidak membawa crayon, dari 14 anak hanya 4 anak yang bersedia
merasa crayon itu miliknya dan takut jika crayon tersebut rusak. Hal tersebut juga
5
terlihat di akhir pembelajaran saat guru meminta bekerjasama membereskan
begitu saja meski sudah diminta temannya untuk membantu. Sikap ramah pada
anak belum terlihat. Terdapat 8 anak yang sering kesal atau marah ketika di
kelompok. 9 anak yang lain terlihat sibuk bermain sendiri dan berlarian
mengganggu teman yang bekerja. Dalam kerja kelompok anak hanya mau bekerja
sama dengan teman dekatnya saja sehingga komunikasi yang terjadi tidak optimal.
Saat sesi menampilkan hasil karya, sebagian besar anak belum dapat menghargai
hasil karya milik temannya. Anak-anak saling mengejek dan merasa karya
miliknya lebih bagus dari karya milik temannya. Dari 14 anak, hanya ada 4 anak
yang terlihat memberi penghargaan terhadap hasil karya temannya dengan kalimat
pujian. Saat observasi, di temui 4 anak yang berkata kasar bahkan menyakiti
teman secara fisik dengan memukul dan menendang. Rasa empati anak terhadap
teman juga belum muncul terlihat ketika ada salah satu teman yang jatuh, terdapat
anak yang sadar akan sikap menghargai teman, bertanggung jawab, saling
membantu dan memiliki kemampuan kerja sama hanya 5 anak. Maka didapati
yang membuat pembelajaran berjalan satu arah. Selama kegiatan belajar guru
tersebut di perkuat oleh pernyataan guru kelas yang mengungkapkan bahwa anak-
anak sulit untuk di ajak berdiskusi. Saat guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, anak sibuk bermain sendiri dan kurang menghargai guru atau teman
lain yang sedang berbicara sehingga harus selalu diingatkan oleh guru.
masih rendah. Kegiatan yang diberikan pada anak lebih banyak bersifat
Guru yang terbatas dan harus membagi waktu mengurus administrasi sekolah
merasa sulit mengkondisikan dan mengawasi anak apabila anak di ajak untuk
dan respon anak menjadi faktor pembelajaran banyak menggunakan LKA yang di
anggap lebih praktis dan tidak banyak memakan biaya. Guru juga merasa lebih
mudah dalam melakukan penilaian jika aktivitas yang dilakukan anak secara
bercerita yang mengandung nasehat untuk saling membantu dan bekerja sama
dengan teman. Selain itu juga dengan kegiatan ekstrakulikuler seperti drum band
dan angklung, namun hal tersebut belum meningkatkan kemampuan kerja sama
pada anak kelompok B1. Selanjutnya, guru sangat jarang menerapkan model
7
pembelajaran dengan proyek karena merasa sulit dilakukan, memakan waktu yang
adalah metode proyek. Metode proyek atau project based learning merupakan
gagasan dari John Dewey mengenai konsep learning by doing (belajar sambil
dalam pembelajaran adalah anak itu sendiri sedangkan guru dalam metode proyek
pengetahuannya sendiri melalui lingkungan dan fasilitas yang ada baik dengan
media, bahan, atau perlengkapan yang telah tersedia (Siregar dan Nara, 2011: 41).
Anak dalam metode proyek belajar dengan melakukan sesuatu, maka anak akan
dapat membangun pemahaman yang mendalam serta mengingat dari apa yang
telah dilakukannya.
Metode proyek memberikan manfaat nyata bagi anak. Anak pada metode
berkelompok. Disitu pula, metode proyek diharapkan dapat menjadi wahana untuk
dan kreatif. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Hallerman, Larmer, dan
mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan anak, serta memberi peluang untuk
rumah, sekolah, atau masyarakat secara terpadu. Selain itu, metode proyek
memberi kesan yang menarik bagi anak karena dilakukan sesuai dengan minatnya.
yang dikuasai secara perseorangan atau kelompok kecil, mengembangkan ide dan
tujuan kelompoknya.
9
B. Diagnosis Permasalahan Kelas
masalah yaitu:
masih tinggi.
3. Rasa empati pada anak Kelompok B belum muncul terlihat saat terdapat salah
satu anak yang jatuh, terdapat 9 anak yang mengejek dan menertawakan.
4. Sikap ramah pada anak Kelompok B belum muncul terlihat dari 8 anak yang
sering kesal dan marah saat diingatkan, serta terdapat 4 anak berbuat kasar
C. Fokus Masalah
10
penelitian ini pada masalah nomor satu yaitu belum optimalnya kemampuan kerja
Sleman.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
H
Meningkatkan kemampuan kerja sama pada anak dalam kegiatan
NT O
CO
b. Bagi Guru
11
Penerapan metode proyek menjadi alternatif model pembelajaran yang bisa
digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan kerja sama anak usia dini. Serta
proses pembelajaran agar lebih inovatif, efisien, dan efektif dalam meningkatkan
O H
NT
CO
12
O H
NT
CO
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
bersama orang lain baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Kerja sama
yaitu suatu kemampuan sosial yang dimiliki oleh anak, kemampuan kerja sama
bersama (Jasmine, 2012: 26). Saat melakukan kerja sama dengan orang lain, anak
sebayanya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Wiyani (2014: 111) bahwa kerja
Kerja sama merupakan suatu perilaku yang tercipta apabila ada tujuan atau
bentuk kepentingan yang sama. Kerja sama disebut dengan istilah kemitraan
berarti suatu strategi kegiatan yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
Hadipin, Yusuf (2007: 125) mengemukakan bahwa kerja sama (corporation) yaitu
13
sikap mau bekerja sama dengan kelompok yang dapat diajak dalam
suatu kelompok sehingga terdapat hubungan erat antar tugas pekerjaan anggota
menghargai pendapat, sikap atau tindakan lain yang berbeda dengan dirinya.
Kerja sama anak juga akan membangun interaksi. Ketika anak-anak berinteraksi
interaksi yang terjadi didalamnya. Dalam penelitian ini kerja sama adalah
Pencapaian sebuah kemampuan kerja sama yang baik dapat dinilai dari
dapat menjadi penanda bahwa anak sudah dapat melakukan kerja sama. Direktorat
indikator kerja sama yang merupakan acuan untuk dapat dikembangkan oleh
14
pendidik yaitu: a) senang bekerja sama dengan teman, b) senang menolong dan
membantu teman, c) suka menenangkan teman yang merasa sedih atau takut, dan
d) senang memberi dukungan pada teman yang sedang bekerja. Hal tersebut
sangat penting dibiasakan sejak dini agar anak dapat menyesuaikan diri dalam
kehidupan sosialnya.
Selain itu Jhonson, dkk (2010: 8-10) menyatakan indikator dalam kerja
anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung satu sama lain, sehingga
seseorang tidak akan berhasil kecuali semua orang berhasil. Kepedulian pribadi
setiap anak terhadap pencapaian anak lain akan membuat mereka saling berbagi
sumber daya, saling membantu dan mendukung usaha satu sama lain untuk
belajar, dan selebrasi atas kesuksesan bersama. Saling ketergantungan yang positif
pada anak dalam penelitian ini yakni dengan saling membantu teman.
menyemangati, dan saling menghargai usaha satu sama lain untuk belajar.
Interaksi yang mendorong pada anak dalam penelitian ini yakni dengan saling
menghargai teman.
kelompok menjadi seorang individu yang lebih kuat. Tanggung jawab individual
akan lahir ketika kinerja dari masing-masing anggota kelompok dinilai dan hasil
bersangkutan. Tanggung jawab individual pada anak dalam penelitian ini yakni
interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar dapat berfungsi sebagai
diajarkan dengan sama tujuannya dan sama tepatnya dengan skill-skill akademis.
Skill-skill interpersonal dan kelompok kecil pada anak dalam penelitian ini yakni
komunikasi.
e) Pemrosesan kelompok
seberapa baik mereka memelihara hubungan kerja yang efektif. Kelompok perlu
tidak membantu dan membuat keputusan tentang sikap mana sajakah yang perlu
yang tampak pada anak usia dini adalah kerukunan yang mencakup sikap tolong
16
menolong dan gotong royong. Isjoni (2010: 65) dalam pembelajaran yang
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi antara lain: a) kepentingan yang sama, b)
penelitian ini mengembangkan indikator kerja sama dari pendapat Jhonson, dkk
(2010: 8-10) sebagai berikut: a) Saling ketergantungan yang positif dalam hal ini
saling membantu teman, b) Interaksi yang mendorong dalam hal ini saling
menghargai teman, c) Tanggung jawab individual dalam hal ini tanggung jawab
hal ini komunikasi. Indikator kerja sama dalam penelitian ini yaitu 1) Saling
perkembangan.
Kerja sama memiliki beberapa tujuan yang baik untuk anak. Roestiyah
(2012: 17) menjelaskan tujuan kerja sama yaitu untuk menyiapkan anak didik
dan pengetahuan anak mengenai konsep benda-benda atau peristiwa yang ada
Tujuan kerja sama menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 54) yaitu: 1)
bekerja sama dengan orang lain di berbagai situasi sosial, 3) mengajak anak
dari pendidik begitu saja tetapi anak menyusun pengetahuan yang terus menerus
18
sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif, dan 4) memantapkan interaksi
Tujuan dari kerja sama menurut Hafsah (Hidayati, 2017: 24) adalah dalam
kerja sama harus menimbulkan kesadaran saling menguntungkan bagi kedua belah
pihak. Kedua pihak sama-sama memberikontribusi atau peran yang sesuai dengan
hasil akademik (b) memberi peluang agar anak dapat menerima teman-temannya
dan tingkat sosial, dan (c) mengembangkan keterampilan sosial anak seperti
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok.
kerja sama pada anak usia dini adalah menyiapkan anak dengan berbagai
penelitian ini tujuan kerja sama adalah untuk membentuk pribadi anak dengan
diri untuk meningkatkan kemampuan hubungan sosial anak dalam dunia yang
19
d. Manfaat Kerja Sama pada Anak Usia Dini
Kerja sama mempunyai manfaat besar bila anak memiliki kemampuan dan
dan pemahaman anak dalam berbagai tugas dan konteks. Elfindri, Wello,
Hendmaidi, Indra (2012: 130) menyatakan bahwa kerja sama yang baik akan
(Jahja, 2013:195). Selain itu, dengan melakukan kerja sama anak akan
akan lebih mampu dalam menanggapi aksi orang lain serta merefleksi perilaku
kelompok teman sebaya. Proses perbandingan sosial ini merupakan dasar bagi
bukan hanya memiliki perhatian yang sama untuk menyelesaikan tujuan, tetapi
bagaimana cara orang lain berfikir dan belajar untuk menanggapi sebuah
proses, membuat anggota kelompok bekerja lebih cepat. Dengan adanya kerja
sama, membuat anak belajar lebih cepat dibandingkan dengan belajar sendiri.
20
Selain itu, manfaat yang dapat dihasilkan melalui pembelajaran kerja sama
1) Anak akan bertambah sikap dan tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri
memerlukan bantuan
5) Anak mampu bersikap jujur dengan mengatakan apa adanya kepada teman
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat kerja sama
pada anak usia dini yaitu mempercepat proses belajar pada anak. Dalam penelitian
ini manfaat kerja sama adalah menambah pemahaman anak dalam berbagai tugas
Anak di Kelompok B berada pada rentang usia 5-6 tahun. Anak yang
memasuki usia kelompok B atau pada usia 5-6 tahun sudah mulai berinteraksi
secara luas dengan lingkungan baik teman sebaya ataupun guru. Erikson (George,
2012: 254) mengungkapkan bahwa anak TK usia lima sampai enam tahun berada
21
psikososialnya. Pada tahap ini, anak TK terus belajar untuk mengatur emosi dan
juga sangat percaya diri, ingin ikut serta, dan ingin dapat menerima tanggung
orang lain.
Pada usia ini dorongan yang perlu diberikan pada anak menjadi amat
penting. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Vygotsky (Susanto, 2017: 11) yang
menekankan pentingnya konteks sosial dalam proses belajar anak dan pengalaman
mudah diperoleh anak karena anak usia 5-6 tahun berada pada masa peka.
dalam perkembangan sosial dapat diamati melalui kegiatan seorang anak dengan
anak lainnya. Adapun kegiatan tersebut diantaranya: a) adanya minat melihat anak
yang lain dan mengadakan kontak sosial dengan baik, b) mulai bermain dengan
anak yang lain, c) mencoba bergabung dan bekerja sama dalam bermain, serta d)
lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga anak yang dipilihnya sendiri.
perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut: a) dapat bergaul
dengan semua teman, b) merasa puas dengan prestasi yang dicapai, c) tenggang
rasa terhadap keadaan orang lain, dan d) dapat mengendalikan emosi. Oleh karena
itu, perkembangan sosial akan lebih banyak muncul dengan adanya interaksi
22
dengan orang serta pengalaman yang diperoleh di sekitar anak karena anak berada
Tahap perkembangan sosial anak juga dapat dilihat dari Standar Tingkat
emosional anak usia 5-6 tahun meliputi kesadaran diri, rasa tanggung jawab untuk
diri sendiri dan orang lain, serta perilaku prososial. Adapun indikator dari perilaku
situasi.
masalah.
O H
N T
23
C O
5) Bersikap kooperatif dengan teman.
7) Mengenal tata karma dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya
setempat.
perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun adalah anak mulai berinteraksi secara
dengan teman sebaya, berbagi dengan orang lain, bersikap kooperatif, dan
mengenal tata krama serta sopan santun. Karakteristik perkembangan sosial anak
usia 5-6 tahun dalam penelitian ini adalah menunjukkan perilaku prososial
3. Metode Proyek
pendidikan anak usia dini. Metode proyek atau project based learning merupakan
gagasan dari John Dewey mengenai konsep learning by doing (belajar sambil
in the unit element of such activity, the hearty pusposeful act.” Berdasarkan
dilakukan dalam lingkungan sosial yang memiliki tujuan. Semua aktivitas dapat
24
menjadi proyek selama anak mendapatkan pengalaman dan aktivitas tersebut
memiliki tujuan yang jelas. Namun, tujuan dari pembelajaran dengan metode
proyek bukan untuk menemukan jawaban yang tepat atas sebuah topik, melainkan
pembelajaran adalah anak itu sendiri. Siregar dan Nara (2011:41) menjelaskan
ada baik dengan media, bahan, atau perlengkapan yang telah tersedia. Peran guru
penasehat, dan perantara agar anak mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan
daya imajinasi, inovasi, dan kreasi (Mulyasa, 2017: 187). Hal yang senada
disampaikan oleh Krajcik dan Blumenfeld (Widayati, 2016: 35) bahwa metode
proyek sebagai pembelajaran yang didasari oleh penemuan konstruktivis saat anak
ide.
tentang satu topik pembelajaran sesuai dengan minat anak. Lilian G. Katz
satu topik pembelajaran yang diminati oleh satu atau beberapa anak. Lebih lanjut,
metode proyek pada anak usia dini adalah belajar yang mendalam dimana anak
25
dapat mengambil beberapa kepemilikan pekerjaan dari pilihan pekerjaan yang
berdasarkan minat dapat meningkatkan semangat dan antusias anak dalam diri
anak. Selain itu, metode proyek untuk anak usia dini juga sebagai peluang untuk
kelompok. Di dalam kelompok anak belajar mengatur dirinya sendiri agar dapat
metode proyek, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa metode proyek
dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini, metode proyek adalah strategi yang
dalam kelompok.
dan James (2015: 309-311) yaitu membangun pengetahuan yang lebih mendalam
pendapat Jaipul dan James, Widiastuti (2012: 62) menjelaskan metode proyek
kemampuan berpikir dan penalaran anak. Anak dibebaskan memilih topik atau
kebutuhan, dan minat dari dirinya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang berpusat pada anak. Lebih lanjut lagi tujuan metode proyek
oleh Moeslichatoen (2004: 146) yaitu memecahkan masalah yang dihadapi dalam
anak lain, dan mampu menyelesaikan dengan kreatif. Pada tujuan pembelajaran
belajar sesuai dengan minatnya. Dalam penelitian ini tujuan metode proyek juga
dini. Moursund (Made Wena, 2011: 147) menjelaskan manfaat metode proyek
membuat asumsi, memberikan respon atas pemikiran orang lain, dan memiliki
ditinjau dari pribadi, sosial, dan intelektual maupun kreativitas, metode proyek
minat, dan kemampuan anak, serta memberikan peluang kepada anak untuk
O H
N T
C O
28
Katz dan Chard (Roopnarine & Jhonson, 2015: 307) menjabarkan manfaat
metode proyek bagi anak usia dini antara lain: 1) Dapat mengumpulkan informasi
pada anak usia dini adalah memperoleh informasi mendalam terkait tema yang
yang menjadi bagian proyek, juga melatih kemampuan kerja sama dalam
menyelesaikan proyek.
berikut:
29
c) Dapat menarik perhatian anak untuk memiliki motivasi yang tinggi agar
Selain itu, menurut Mulyasa (2017: 185) kelebihan metode proyek antara
lain:
d) Memberi kesempatan peserta didik menggali materi melalui berbagai cara yang
b) Memberi peluang anak untuk meningkatkan keterampilan yang ada baik secara
kelompok.
a) Kurikulum yang berlaku di negara Indonesia saat ini, baik secara vertikal atau
sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan guru belum
mampu mempersiapkan.
c) Memilih topik yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak, cukup fasilitas, dan
dibahas.
yang dirasakan saat menerapkan metode proyek pada penelitian ini. Adapun
kelebihan dari metode proyek pada penelitian ini antara lain: 1) menarik minat
dan perhatian anak untuk terlibat aktif dalam memecahkan masalah secara
Namun, terdapat kendala yang dihadapi pada penelitian ini antara lain: 1)
lebih, 2) memerlukan waktu dan tenaga guru untuk mengorganisir anak secara
baik, dan 3) kurikulum sekolah yang sedikit sulit untuk dipadukan dengan metode
31
e. Langkah-langkah Pembelajaran Melalui Metode Proyek
Penerapan metode proyek bagi pembelajaran anak usia dini ada beberapa
penetapan tema dan tujuan proyek ditentukan sendiri oleh anak. Guru berperan
yang sesuai dan dekat dengan kehidupan anak. Setelah berdiskusi dan
menyepakati tema yang akan digunakan maka anak di dampingi guru menentukan
Kedua, menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan proyek.
Dari tema dan topik proyek yang akan dilakukan maka anak dan guru dapat
menentukan rancangan alat dan bahan yang perlu dipersiapkan. Penyediaan alat
dan bahan harus sesuai dengan kebutuhan dan hanya dapat digunakan masing-
masing kelompok. Hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang dapat
harus rinci karena keberhasilan kegiatan proyek yang dilakukan tergantung pada
pada tanggung jawab dan kerja sama anak, namun bimbingan dan pengarahann
b) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan proyek ada 3 tahap yang harus dilakukan guru yaitu pertama, tahap
penyiapan alat dan bahan yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan proyek
sesuai tema dan tujuan, kegiatan penyiapan pengelompokkan anak sesuai dengan
apersepsi yang mengarah pada tema kegiatan yang dilakukan. Guru dan anak
33
berdiskusi tentang kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing kelompok.
c) Tahap Penilaian
Guru dan anak melakukan relfeksi tentang hasil proyek yang telah
idkerjakan. Anak diminta mempresentasikan hasil proyek yang telah mereka buat.
Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja anak agar guru mengetahui
secara rinci tujuan pengajaran yang ingin dicapai melalui metode proyek dicapai
Lilian G. Katz & Sylvia C. Chard dalam Jaipul & James (2011: 317)
menjabarkan fase kerja dalam metode proyek yang terdiri dari tiga fase, sebagai
berikut:
Fase pertama proyek, guru dan anak menentukan bersama tentang topik
yang akan dipilih berkaitan dengan fenomena yang bisa diamati langsung dalam
penelitian langsung, sesuai dengan budaya lokal, terkait dengan tujuan sekolah,
dengan anak, topik yang dipilih tidak terlalu luas. Setelah topik ditentukan, guru
34
mendorong anak untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang topik yang
mereka pilih. Pada fase ini anak-anak mengajukan pertanyaan tentang topik yang
membentuk dasar bagi perencanaan fase kedua. Guru dan anak secara bersama
melalui pengalaman langsung dan dari dunia nyata. Pada fase ini anak mencari
wawancara kepada pihak yang memiliki pengalaman langsung yang terkait topik,
atau bisa juga melalui buku, televisi, atau internet. Setelah kerja lapangan dan
memperoleh data dari wawancara, kunjungan, atau sumber lain, anak-anak bisa
mengingat kembali banyak hal dan meninjau informasi yang dikumpulkan dari
menulis, membuat bagan, dan membuat proyek sesuai dengan topik dan hasil
penelitian. Pada fase ini anak akan terlibat langsung dalam merencanakan proyek
perorangan dan kelompok. Pada fase ini guru mengajak anak untuk
mendiskusikan tentang hasil proyek yang berhasil mereka kerjakan dan mengajak
anak untuk menata hasil proyek yang akan dipamerkan pada pengunjung. Pada
35
fase ini anak-anak juga di ajak untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri,
Dari penjelasan di atas, tahapan kerja metode proyek pada anak usia dini
dapat disimpulkan terdiri dari 3 tahapan atau fase yaitu: a) tahap 1 persiapan atau
kemukakan oleh Lilian G. Katz & Sylvia C dalam Jaipul dan James (2011: 317)
Fase 1 (Memulai proyek), pada fase ini guru dan anak menentukan bersama
Kemudian, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat
proyek.
proyek sesuai dengan topik. Guru membagi anak ke dalam beberapa kelompok
dalam kegiatan proyek. Selanjutnya, anak dapat berkelompok. Guru membagi alat
dan bahan yang diperlukan pada setiap kelompok. Anak membuat proyek dengan
1. Siti Nur Khasanah pada tahun 2013 melakukan penelitian tentang peningkatan
kelas ini dilakukan mulai dari siklus I hingga Siklus III. Rata-rata pencapaian
Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak dalam Bekerja sama pada Anak didik
Blitar”. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan mulai Siklus I hingga Siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian ini keterampilan sosial dalam bekerja sama pada
37
khususnya dalam hal memberi salam pada guru, menawarkan bantuan pada
Siklus I hingga Siklus III. Rata-rata presentase yang dicapai pada peningkatan
berturut-turut.
kemampuan kerja sama pada anak usia dini. Metode yang digunakan dalam
peningkatan kemampuan kerja sama pada anak usia dini menggunakan metode
kemampuan kerja sama yang ditingkatkan dan menjadi fokus dalam penelitian.
Penelitian Siti Nur Khasanah (2015) fokus pada kemampuan kerja sama pada
anak dan pelaksanaan proses pembelajaran melalui metode proyek, Tutik Alfiana
(2015) fokus penelitian dalam penelitian adalah anak mau memberi salam kepada
guru, anak mau meminta maaf kepada teman, serta mau membantu dalam
indikator yang akan diamati mengenai kemampuan kerja sama pada anak adalah
C. Kerangka Berpikir
Usia dini merupakan masa yang tepat untuk mengoptimalkan setiap aspek
kemampuan kerja sama merupakan salah satu aspek yang perlu ditingkatkan.
Kerja sama merupakan salah satu pola perilaku sosial, dapat diartikan sebagai
suatu tindakan dengan kesepakatan bersama pada suatu kelompok karena adanya
tujuan atau kepentingan yang sama. Anak-anak yang memasuki usia 5-6 tahun
memasuki masa bermain dan berbagi bersama teman. Hal tersebut menunjukkan
pentingnya kemampuan kerja sama anak untuk bersosialisasi agar diterima oleh
memiliki sikap saling membantu, menghargai dan bekerja sama hanya 5 anak.
Didapati hanya 35 % anak yang memiliki kemampuan kerja sama yang baik. Hal
kemampuan kerja sama yang belum terlihat. Maka diperlukan upaya untuk
39
meningkatkan kemampuan kerja sama. Peningkatan kemampuan kerja sama pada
sendiri melalui praktik langsung dengan fasilitas yang ada. Alasan peneliti
memilih metode proyek adalah dapat menjadi perantara untuk menumbuhkan dan
oleh pendapat Roopnarine dan Jhonson (2015: 307) bahwa penyelidikan yang
serta akademik.
Melalui metode proyek anak akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
maupun besar yang bertujuan agar anak berbaur dan bekerja sama dengan semua
teman yang ada di dalam kelas. Selain itu, dalam metode proyek juga terdapat
beberapa pembagian tugas yang harus diatur oleh seluruh anggota kelompok.
40
minat anak. Guru dalam pembelajaran dapat mengarahkan pada kegiatan yang
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka
hipotesis dalam tindakan ini adalah “Kemampuan kerja sama pada anak kelompok
41
O H
NT
BAB III
METODE PENELITIAN CO
A. Desain Penelitian Tindakan
refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi yang nyata serta menganalisis
sendiri namun melakukan kolaborasi atau bekerja sama dengan guru kelompok B
menghasilkan kesamaan tindakan untuk meningkatkan kerja sama anak. Hal ini
sebagai bentuk kolaborasi antara peneliti dengan guru sesuai dengan penjelasan
keharusan kolaborasi atau kerja sama antara peneliti (dalam hal ini adalah
Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis
dan Mc Taggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada
bahwa antara penerapan tindakan dan pengamatan merupakan dua kegiatan yang
hubungan yang saling berkaitan antara tahapan satu dengan tahapan berikutnya
Keterangan:
1. Plan (perencanaan)
O H
NT
2. Act and Observe (tindakan dan observasi)
CO
3. Reflect (refleksi)
43
B. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester satu (ganjil) tahun
ajaran 2019/2020, dengan tindakan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan
Tahun ajaran 2019/2020. Anak didik berjumlah 14 anak yang terdiri dari 5 anak
perempuan dan 9 anak laki-laki yang berada pada rentang usia 5-6 tahun.
kerja sama anak-anak pada kelompok B1 tergolong rendah sehingga perlu adanya
E. Skenario Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu
memiliki hubungan yang saling berkaitan antara langkah satu dengan langkah
Dalam penelitian ini satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan tindakan seperti
44
yang dijelaskan (Arikunto, Suhardjono & Supardi, 2015: 42) bahwa pengulangan
dilakukan minimal tiga kali agar hal yang diteliti teramati dengan baik. Berikut
1. Perencanaan (Planning)
2015: 143). Sanjaya (2011: 78) menyatakan dalam tahap perencanaan disusun
kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah disepakati oleh guru dan
terdiri dari:
a. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu sesuai dengan
RPPH.
b. Guru sebagai fasilitator dan pengarah bagi anak dalam kegiatan. Guru dan
dalam bekerja sama serta memberikan kesempatan yang sama bagi masing-
masing anak.
yang akan dipakai untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah
Supardi, 2015: 144). Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati
secara langsung aspek-aspek kemampuan kerja sama yang ada pada anak
serta perubahan apa yang terjadi berdasarkan pedoman observasi yang telah
46
dibuat. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu observer untuk
3. Refleksi (Reflecting)
pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan untuk selanjutnya hasil refleksi
(Arikunto, Suhardjono & Supardi, 2015: 144). Dalam penelitian ini, refleksi
kelas tergantung pada hasil tindakannya. Apabila hasil dari tindakan menunjukkan
F. Definisi Operasional
kelompok B1 yang berjumlah 14 anak terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak
2. Kerja Sama
47
suatu tujuan yang sama, serta menciptakan keterampilan kooperatif anak melalui
interaksi yang terjadi didalamnya. Indikator kerja sama dalam penelitian ini yaitu:
tugas, (3) saling membantu teman, dan (4) saling menghargai (dengan
perkataan/perbuatan baik).
3. Metode Proyek
Metode proyek mengacu pada teori belajar konstruktivistik dimana yang berperan
kuisioner, tes, dan dokumentasi. Terkait dengan penelitian yang dilakukan, maka
a. Observasi
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatat dengan alat observasi yang
48
kemampuan kerja sama anak kelompok B melalui pembelajaran dengan metode
b. Dokumentasi
kreativitas guru, yang berasal dari berbagai sumber untuk menyusun rencana
penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Instrumen
yang mencakup beberapa aspek yang menjadi fokus untuk diamati oleh peneliti
Kisi-kisi intrumen observasi kemampuan kerja sama anak usia 5-6 tahun di
O H
NT
CO
50
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Kerja sama Anak
Aspek Indikator Deskriptor
Kemampuan Komunikasi Anak belum mau menyampaikan
Kerja sama (menyampaikan pendapat meski dengan dorongan guru
pendapat) Anak mau menyampaikan pendapat
dengan dorongan guru
Anak mampu menyampaikan pendapat
atas inisiatif sendiri
Anak terbiasa menyampaikan pendapat
& memberi masukan terhadap teman
satu kelompok
Tanggung jawab Anak belum mau menyelesaikan
menyelesaikan tugasnya dalam kelompok meski
tugas dengan dorongan guru/teman
Anak mau menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok atas dorongan guru/
teman
Anak mampu menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok atas inisiatif sendiri
Anak terbiasa menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok dan mengingatkan
teman yang lain untuk menyelesaikan
tugas
Saling Anak belum mau membantu teman
membantu meski dengan dorongan guru
teman Anak mau membantu teman dengan
dorongan guru
Anak mampu membantu teman
51
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Kerja sama Anak
Indikator Deskriptor Skor
Komunikasi Anak belum mau menyampaikan pendapat 1
(Menyampaikan meski dengan dorongan guru
pendapat) Anak mau menyampaikan pendapat 2
dengan dorongan guru
Anak mampu menyampaikan pendapat 3
atas inisiatif sendiri
Anak terbiasa menyampaikan pendapat & 4
memberi masukan terhadap teman satu
kelompok
Tanggung jawab Anak belum mau menyelesaikan tugasnya 1
menyelesaikan dalam kelompok meski dengan dorongan
tugas guru/teman
Anak mau menyelesaikan tugasnya dalam 2
kelompok atas dorongan guru/teman
Anak mampu menyelesaikan tugasnya 3
dalam kelompok atas inisiatif sendiri
Anak terbiasa menyelesaikan tugasnya 4
dalam kelompok dan mengingatkan teman
yang lain untuk menyelesaikan tugas
Saling membantu Anak belum mau membantu teman meski 1
teman dengan dorongan guru
Anak mau membantu teman dengan 2
dorongan guru
Anak mampu membantu teman 3
Anak terbiasa membantu teman dan 4
mengingatkan teman yang lain untuk
saling membantu
Saling menghargai Anak belum mau bersikap menghargai 1
teman (dengan teman meski dengan dorongan guru
perkataan/perbuatan Anak mau bersikap menghargai teman 2
baik) dengan dorongan guru
Anak mampu bersikap menghargai teman 3
atas inisiatif sendiri
Anak terbiasa bersikap menghargai teman 4
dan menegur teman yang mengejek
52
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan
dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil
dan baik jika 76% anak atau 10 anak berada pada kriteria Berkembangan Sangat
Baik (BSB).
2015:95). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik analisis data
sedangkan kuantitatif yaitu data yang berupa bilangan, nilainya dapat berubah-
ubah atau bersifat variatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa hasil
Data yang dianalisis yaitu data hasil yang diperoleh pada pelaksanaan
anak sebelum tindakan dan sesudah tindakan dengan metode proyek untuk
53
mencari persentase dalam penelitian ini menggunakan rumus perhitungan menurut
P=
Keterangan:
P = Angka presentase
N = Jumlah frekuensi
1. Kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) jika anak memperoleh nilai 76%-
100%.
2. Kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) jika anak memperoleh nilai 51%-
75%.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2015). Penelitian tindakan kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Djamarah, Bahri, S., & Zain, A. (2010). Strategi belajar mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Elfindri, L.H., dkk. (2012). Pendidikan karakter: kerangka, metode dan aplikasi
untuk pendidik dan profesional. Jakarta: Baduose Media.
George, S.M. (2012). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks
Johnson. D.W., Johnson. R.T., & Holubec. E.J. (2010). Colaborating learning
strategi pembelajaran untuk sukses bersama. (Terjemahan Narulita
Yusron). Bandung: Nusa Media.
Latif, M., Zhukhirina, & Zubaidah, R. (2013). Orientasi baru pendidikan anak
usia dini teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana.
Maqasary, A.A. (2014). Kemampuan kerja sama anak usia dini. Diakses dari
http://www.e-journal.com/2014/02/kemampuan-kerjasama-anak-usia-
dini.html, pada tanggal 26 Oktober 2019.
Masitoh, Setiasih, O., & Djoehaeni, H. (2005). Pendekatan belajar aktif di taman
kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Perguruan
Tinggi Derektor Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Rochmawati, I., Sutarto, J., & Anni, T.S. (2017). Pengembangan model
cooperative learning games untuk meningkatkan kemampuan kerja sama
anak usia 5-6 tahun. Journal of Primary Education, 6 (2), 147-158.
Roopnarine, J.L., & Jhonson, J.E. (2015). Pendidikan anak usia dini dalam
berbagai pendekatan (Rev. ed). (Terjemahan Sari Narulita). Jakarta:
Kencana. (Edisi asli diterbitkan tahun 2005 oleh Pearson Education, Inc).
Siregar, E., & Nara, H. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
O H
N T
CO