Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN GADGET TERHADAP


PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK PRA SEKOLAH DI TK RA
PLUS JA-ALHAQ KOTA BENGKULU

Oleh :

FRISKA SUTINA
1926010135

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulisan dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul "Hubungan Durasi Penggunaan

Gadget Terhadap Perkembangan Sosial Anak Prasekolah  Di RA PLUS JA-ALHAQ Kota

Bengkulu”. Proposal ini dianjukan  untuk memenuhi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana

Keperawatan (S. Kep). 

Dalam penyusunan proposal ini penulisan menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan

banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya, Oleh karena itu dengan

penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi penelitian ini.

 Dalam penulisan proposal ini, penulisan banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak .Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs, H.S Effendi selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti

Bengkulu.

2. Ibu Ns. Fernalia, S.Kep, M.Kep, Selaku ketua Prodi Ners STIKES Tri  Mandiri Sakti Bengkulu.

3. Ns. Fernalia, S.Kep, M.Kep, Selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri

Sakti Bengkulu.

4. Ibu Ns. Vellyza Colin S.Kep,MAN  selaku pembimbing I proposal yang banyak membantu dalam

penyelesaian proposal penelitian ini dan selalu memberi semangat untuk mengerjakan proposal

penelitian ini hingga selesai.

5.  Ibu Ns. Gita Mayasari S.Kep,M.Kep Selaku pembimbing kedua proposal yang banyak

membantu dalam penyelesaian proposal penulisan ini dan selalu memberi semangat untuk

mengerjakan proposal penelitian ini hingga selesai

ii
6.  Segenap staf dan dosen sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan

terkhusus Prodi S1 keperawatan yang telah banyak membantu penulis dan membekali ilmu

pengetahuan yang sangat berarti

Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua , Amin

Bengkulu, 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tujuan Teori............................................................................................7
1. Perkembangan Anak Prasekolah.........................................................................7
2. Definisi Perkembangan Sosial..............................................................................18
3. Gadget......................................................................................................................23
B. Kerangka Konsep....................................................................................27
C. Hipotesis..................................................................................................27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian.................................................28
B. Desain Penelitian.....................................................................................28
C. Definisi Operasional................................................................................28
D. Populasi Dan Sample...............................................................................29
E. Teknik Pengolahan Data.........................................................................29
F. Analisa Data............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak prasekolah adalah anak-anak yang berada dalam rentang usia 3- 6 tahun (Gustian,2014).

Yusuf (2016) berpendapat bahwa anak prasekolah adalah merupakan fase-fase perkembangan individu

sekitar 2-6 tahun. Sedangkan menurut Hawdi (2014) bahwa masa kanak-kanak pertama yaitu pada

rentang usia 3-6 tahun dan masa ini dikenal masa prasekolah. Disebut masa prasekolah karena anak

mulai mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah melalui kelompok bermain. Pada masa ini, anak

yang tadinya hanya mendapatkan pendidikan informal dari orang tua ataupun keluarga, akan mulai

mengenal lingkungan luar rumah dan akan bertemu dengan teman-teman sebayanya. Sehingga pada

tahap ini pula anak-anak akan lebih sering bermain, lebih aktif, memiliki tenaga, rasa keingintahuan yang

lebih dan semakin berani untuk mencoba hal-hal baru yang sebelumnya tidak ia temui ketika di rumah

(Lighter, 2016).

Menurut Noorlaili (2015), anak usia prasekolah memiliki tahap-tahapan perkembangan tersendiri

dalam persiapannya memasuki dunia luar, terutama untuk masuk ke kelompok bermain atau taman

kanak-kanan. Persiapan tersebut meliputi kepekaan anak untuk menulis dan memiliki kepekaan yang

bagus untuk membaca. Usia taman kanak-kanak merupakan masa awal yang kreatif dan produktif bagi

anak-anak (Patmonodewo, 2013). Umumnya anak-anak menjadi sangat aktif, mulai memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan seperti memanjat dan melompat.

Perkembangan emosional yang dialami anak prasekolah yaitu anak-anak cenderung mengekspresikan

emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah dan iri hati sering diperlihatkan oleh anak pada usia

tersebut. Sedangkan pada aspek bahasa, sebagian besar anak- anak akan senang bicara, bercerita,

kususnya dalam kelompoknya. Oleh karena itu sesuai dengan kemampuan tingkat perkembangannya,

sebuah kelompok bermain atau taman kanak-kanak memiliki sistem belajar yang santai, menyenangkan,

1
bersifat ringan, berfokus pada pola bermain dan tidak terlalu memberatkan anak dalam memberikan

pengajaran (Adriana, 2015).

Perkembangan sosial pada anak prasekolah yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat dimanapun anak berada

(Hurlock,2013 ). Menurut Susanto (2012), perkembangan sosial merupakan sebuah pencapaian dari

kematangan seseorang dalam berhubungan sosial serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma

kelompok, moral, tradisi, serta mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain. Pada aspek

sosial, anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, baik dengan teman sebaya

ataupun dengan orang lain di luar lingkungan rumahnya, serta kemampuan anak dalam mentaati setiap

peraturan dan norma yang berlaku.

Perkembangan sosial pada anak merupakan kemampuan yang dimiliki anak dan berhubungan

dengan perilaku sosial sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Perkembangan sosial anak

bersumber dari kemampuannya dalam menghadapi berbagai respon lingkungan yang ada disekitarnya.

Respon tersebut dapat berasal dari teman sebayanya, orang yang lebih dewasa dan kelompok masyarakat

yang ditandai dengan adanya proses adaptasi (Kusbiantoro, 2015). Perkembangan sosial ini

umumnya terjadi pada anak usia prasekolah. Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada usia

4 sampai dengan usia 6 tahun. Periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial

serta kognitif mengalami peningkatan. Pada usia ini anak cenderung suka berinisiatif dan memiliki

rasa bersalah yang tinggi, anak juga memiliki rasa keingin tahuan akan banyak hal.

Perkembangan sosial emosional adalah suatu proses belajar menyesuaikan diri untuk memahami

keadaan serta persaan ketika berinteraksi dengan orang dilingkungannya baik orang tua, saudara, teman

sebaya atau orang lain dikehidupan sehari harinya (Zulkifli, 2009). Perkembangan sosioemosional

meliputi perkembangan dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal. Pada tahap awal

masa kanak- kanak, perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses

ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Muhidin, 2010).

2
. Periode anak teritama pada periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu

mendapat penanganan sedini mungkin. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2012) berpendapat bahwa

usia 3 - 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu

fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.

Beberapa faktor juga mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, stimulasi perkembangan dan faktor lingkungan dari anak

(Ardita, 2013). Selain hal-hal tersebut, Rasa keingintahuan dan penasaran anak pada usia perkembangan

sangat tinggi, sehingga orang tua harus benar-benar pandai dan tegas dalam memberikan batasan. Rasa

penasaran dan keingintahuan yang besar pada anak akan sesuatu dapat anak-anak dapatkan dari ke-5

panca indranya, yang mungkin ketika pertama kali mereka lihat, dengar, sentuh, cium, ataupun

dirasakannya mereka anggap menarik, lucu, asyik, dan berwarna (Montolalu & Saleh, 2014). Orang tua

perlu mengawasi dan memperhatikan setiap stimulus yang diperoleh oleh anak, salah satunya satimulus-

stimulus yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial pada anak (Patmonodewo, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2018), mendapatkan hasil bahwa ada

hubungan antara durasi penggunaan gadget pada anak prasekolah. Hal ini dibuktikan sebanyak 63% anak

usia prasekolah pernah mengalami perkembangan sosial yang meragukan. Orang tua dinilai kurang tegas

dalam hal membatasi penggunaan gadget pada anak. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Hidayati, Yessi dan Iis (2019), yang menyatakan bahwa faktor dominan penyebab

durasi penggunaan gadget yang tinggi di kalangan anak usia prasekolah yaitu orang tua membiarkan

anaknya bebas menggunakan gadget karena mereka berpikir dengan memberikan anaknya sebuah

gadget anak bisa menjadi penurut, tidak menangis lagi dan sebagai ajang untuk memamerkan anaknya

bisa mengotakatik gadget.

Penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujianti (2018), menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial anak

prasekolah dengan alasan gadget juga bagus digunakan oleh anak prasekolah. Penggunaan aplikasi yang

3
tepat untuk pendidikan anak sangat dianjurkan karena aplikasi yang baik dapat mengajarkan anak dalam

meningkatkan pengetahuan dan tentunya selalu dalam pengawasan orang tua. Hal tersebut dikarena ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, salah satunya adalah asah asih asuh.

Dalam jurnal tersebut tingkat pendidikan orang tua menjadi penilaian utama dalam menentukan pola

asuh untuk meningkatkan perkembangan sosial anak. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dinilai

lebih mampu membagi waktu antara waktu bekerja dengan waktu mengasuh dibandingkan orang yang

memiliki pendidikan rendah.

Kecanduan gadget pada anak dapat diakibatkan karena kelalaian orang tua dalam mengawasi anak

mereka saat mengunggunakan gadget, ditambah orang tua juga menggunakan gadget dan lebih

mengabaikan anak mereka dalam menggunakan gadget (Yuniarti, 2018). Nurfadilah, Zaman, dan

Romadona (2019) memberikan catatan pada orangtua untuk mencegah ketergantungan terhadap

penggunaan gadget pada anak yaitu orang tua harus memiliki sikap tegas atau disiplin dengan

membatasi waktu penggunaan gadget, orang tua tidak menggunakan gadget di depan anak, orang tua

memfasilitasi anak untuk bermain di luar rumah dan mengenal tetangga, orang tua memasukkan ke

sekolah agar anak memiliki keterbatasan waktu untuk bermain gadget. Selain cara tersebut masih

banyak kajian yang membahas tentang kegiatan yang dapat membantu pencegahan kecanduan gadget

pada anak prasekolah, Salah satunya melalui pendidikan berbasis geopark.

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Mei 2023 di TK RA Plus Ja-Alhaq

didapatkan hasil wawancara oleh salah satu guru dan observasi dengan beberapa anak dari

perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun dengan memakai KPSP didapatkan perkembangan sosial anak

tidak sesuai dengan umur atau yang mengalami keterlambatan sosialnya yang diamati saat itu dari 15

anak di dapatkan 8 orang anak sementara mengalami gangguan perkembangan sosial. TK RA Plus Ja-

alhaq sebelumnya memang belum pernah dilakukan nya tes pra skrining. Biasanya guru melihat

perkembangan anak melalui nilai rapot yang di sana terdapat butir nilai perkembangan anak selama

mengikuti proses pembelajaran.

4
Berdasarkan uraian diatas dari hasil penelitian dengan Kepala Sekolah RA PLUS Ja-Alhaq Kota

Bengkulu mengatakan bahwa ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan

sosial anak prasekolah dengan jumlah siswa RA PLUS Ja-Alhaq sebanyak 66 orang. Dari hasil

wawancara tersebut banyak anak yang mengalami perkembangan sosial berbeda-beda, ada anak yang

mengalami sulit untuk menerima lingkungan sosial di sekolah (introvert) dan sebagian lainnya

mengalami perkembangan sosial sesuai dengan umurnya. Namun disamping itu ada jurnal yang

mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial

anak prasekolah. Menurut uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukam penelitian dengan judul

hubungan durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial anak prasekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan “Apakah ada

hubungan durasi penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak prasekolah di TK RA Plus

Ja-Alhaq Kota Bengkulu?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan durasi pengunaan gadget

terhadap perkembangan sosial anak prasekolah di TK RA Plus Ja-Alhaq Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi durasi anak bermain gadget berdasarkan penelitian

b. Mengidentifikasi perkembangan sosial pada anak prasekolah berdasarkan penelitian

c. Mengetahui hubungan durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial anak prasekolah

berdasarkan penelitian

D. Manfaat Penelitian

5
1. Manfaat Teoritis

Memberikan manfaat dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai hubungan durasi

penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak prasekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang tua/Pengasuh

Memberikan informasi mengenai ada tidaknya hubungan dari kebiasaan bermain gadget pada

anak terhadap perkembangan sosial pada anaknya. Sehingga orang tua lebih tahu bagaimana

harus mengambil sikap demi menjaga dan mengarahkan anaknya agar dapat tumbuh dan

berkembang lebih baik lagi, terutama dalam aspek perkmbangan sosialnya.

b. Bagi Anak

Memberikan informasi dan peringatan kepada anak, supaya resiko gangguan perkembangan

sosial pada anak dapat diminimalisir, terutama gangguan perkembangan yang diakibatkan

oleh kebiasaan anak dalam bermain gadget.

c. Bagi Sekolah

Memberikan informasi mengenai pengaruh gadget terhadap perkembangan sosial anak

didik/siswanya, sehingga dari pihak sekolah nantinya dapat memberikan pengarahan atau

cara penanganan yang sesuai agar para siswanya mau membatasi kebiasaan dirinya dalam

bermain gadget.

d. Bagi Kampus Tri Mandiri Sakti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk teman-teman mengetahui

pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan anak prasekolah.

e. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan

mengenai pentingnya pengurangan durasi pengunaan gadget terhadap perkembangan sosial

anak prasekolah.

6
f. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau pembanding bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan masalah perkembangan anak, terutama perkembangan

sosial anak prasekolah.

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. Tujuan Teori

1. Perkembangan Anak Prasekolah

a. Definisi

Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak

senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia prasekolah, anak

membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet, berpakaian, dan makan sendiri

(Potts & Mandeleco, 2012).

Patnomodewo (2013) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3- 6tahun) yang biasanya

ada di TK meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan kognitif anak. Ciri fisik anak prasekolah

dalam penampilan maupun gerak gerik yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah

memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya.

Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010), bawa usia 3-6 tahun anak-anak dapat diajari

menulis, membaca, dan belajar mengetik. Usia prasekolah merupakan kehidupan tahun-tahun

awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak.

Ciri-ciri anak usia prasekolah menurut Patmonodewo (2013), Hurlock (2014) dan Wong

(2013) mencakup aspek fisik (motorik), sosial dan kognitif. Keberhasilan tugas perkembangan

anak prasekolah sangat penting untuk memperhalus tugas-tugas yang telah mereka kuasai

7
selama masa toddler.

a. Aspek fisik (motorik).

Perkembangan motorik ini merupakan perkembangan daerah

sensori dan motorik pada korteks yang memungkinkan koordinasi lebih

baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang dilakukannya,

seperti mengancingkan baju dan melukis gambar yang melibatkan

koordinasi mata, tangan dan otot kecil. Perkembangan ini merupakan

bentuk keterampilan motorik halus. Keterampilan ini memberikan kesiapan

anak agar dapat belajar dan mandiri untuk memasuki usia sekolah (Wong,

2013). Motorik anak usia prasekolah mampu memanipulasi objek kecil,

menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk. Anak usia

prasekolah melakukan gerakan dasar seperti berlari, berjalan, memanjat

dan melompat (Hurlock, 2017).

b. Aspek sosial.

Aspek sosial anak usia prasekolah mampu menjalani hubungan

sosial dengan orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak

mempunyai minat yang lebih untuk bermain dengan teman sebaya, orang-

orang dewasa yang ada disekitarnya dan saudara kandung didalam

keluarganya (Hurlock, 2017). Umumnya pada tahapan ini anak memiliki

satu atau dua sahabat, akan tetapi sahabat ini biasanya cepat berganti.

Mereka umumnya sangat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat

yang dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama yang

nantinya berkembang pada sahabat yang berjenis kelamin berbeda. Anak

yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih

8
besar (Patmonodewo, 2013). Anak prasekolah dapat berhubungan dengan

orang yang tidak dikenal dengan mudah dan dapat mentoleransi perpisahan

singkat dari orangtua dengan sedikit atau tanpa protes. Tahap ini anak

mampu melewati banyak ketakutan, fantasi, dan kecemasan yang tidak

terselesaikan melalui permainan (Wong, 2013).

c. Aspek kognitif.

Usia prasekolah umumnya telah mampu berbahasa, sebagian dari

mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya. Anak usia

prasekolah harus dilatih untuk dapat menjadi pendengar yang baik

(Patmonodewo, 2003). Anak usia prasekolah berasumsi bahwa setiap orang

berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai

pikiran mereka dipahami orang lain. Anak usia prasekolah lebih banyak

menggunakan bahasa tanpa memahami makna dari kata-kata tersebut,

terutama konsep kanan kiri, sebab akibat, dan waktu (Wong, 2013).

Perkembangan merupakan sebuah perubahan yang terjadi secara bertahap, dimulai dari

tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses maturasi

dan pembelajaran (Whaley & Wong, 2014). Supartini (2014) berpendapat bahwa

perkembangan identik dengan perubahan secara kualitas, maksudnya yaitu terjadi peningkatan

kapasitas individu dalam mencapai suatu hal melalui proses pertumbuhan, pematangan dan

pembelajaran. Proses perkembangan terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan antara

satu komponen dengan komponen lain. Jadi, apabila seorang anak tumbuh semakin besar,

secara tidak langsung kepribadian anak tersebut juga semakin matang.

Perkembangan anak usia prasekolah terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik

halus, bahasa dan personal sosial. Aspek perkembangan yang perlu dibina dalam menghadapi

masa depan anak terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal
9
sosial. Keterlambatan pada aspek-aspek ini sangat berpengaruh pada anak ketika menginjak

pada tahap perkembangan berikutnya (Wong, 2013).

a. Perkembangan motorik kasar.

Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan yang mungkin

dilakukan oleh seluruh tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian

tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot

yang lebih besar (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2008). Perkembangan

motorik kasar meliputi kemampuan anak untuk duduk, berlari dan

melompat. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh

digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan

motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan dalam diri anak.

Laju perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya kemungkinan

akan berbeda dikarenakan proses kematangan setiap anak yang berbeda

(Hidayat, 2012). Perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah

adalah sebagai berikut:

1) Usia 3-4 tahun anak dapat mengendarai sepeda roda tiga,

melompat dari anak tangga terbawah, berdiri pada satu kaki

untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian

dan menggunakan dua kaki tiap 19 tingkat untuk turun,

melompat jauh, mencoba berdansa tetapi keseimbangan

mungkin tidak adekuat.

2) usia 4-5 tahun anak dapat melompat tali dan melompat pada

satu kaki, menangkap bola dengan tepat, melempar bola dari

atas kepala, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian.

10
3) usia 5-6 tahun anak dapat meloncat dan melompat pada kaki

bergantian, melempar dan menangkap bola dengan baik,

lompat tali, berjalan mundur dengan tumit dan kaki, bermain

papan luncur dengan keseimbangan yang baik (Wong, 2013).

b. Perkembangan motorik halus.

Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan

anak yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota

tubuh tertentu. perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh

kesempatan anak untuk belajar dan berlatih (Hidayati, 2010).

Perkembangan motorik halus meliputi anak mulai memiliki

kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga

bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang,

melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan

tangan dan sebagainya (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2008).

Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah adalah sebagai

berikut:

1) Usia 3-4 tahun anak mampu membangun menara dari 9-10

kubus, membangun jembatan dengan tiga kubus, secara

benar memasukkan biji bijian dalam botol berleher sempit,

menggambar, meniru lingkaran, menyebutkan apa yang

telah digambarkan, tidak dapat menggambar gambar tongkat

tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.

b) Usia 4-5 tahun anak mampu menggunting gambar dengan

mengikuti garis, dapat mengikat tali sepatu tetapi tidak

11
mampu membuat simpul, dapat menggambar, menyalin

bentuk lingkaran, menjiplak garis silang.

c) Usia 5-6 tahun anak mampu mengikat tali sepatu,

menggunakan gunting dan peralatan sederhana seperti

pensil, meniru gambar permata dan segitiga, mencetak

beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan

(Wong, 2013).

c. Bahasa

Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah. Berbicara

terutama masih menjadi pembawa komunikasi egosentris. Anak

prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa memahami

makna dari kata-kata tersebut terutama konsep kanan dan kiri, sebab-

akibat, dan waktu. Anak bisa menggunakan konsep secara benar tetapi

hanya dalam keadaan yang telah mereka pelajari. Misalnya mereka bisa

mengetahui bagaimana memakai sepatu dengan mengingat bahwa

kaitan sepatu selalu berada dibagian luar kaki, namun jika memakai

sepatu lain yang tidak memiliki kaitan, mereka tidak tahu lagi sepatu

mana yang cocok untuk kakinya (Wong, 2013). Perkembangan bahasa

anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:

1) Usia 3-4 tahun anak sudah dapat menggunakan kalimat

lengkap dari 3 sampai 4 kata, berbicara tanpa henti tanpa

peduli apakah seseorang memperhatikannya, mengulang

kalimat lebih dari 6 suku kata, mengajukan banyak

pertanyaan.

12
2) Usia 4-5 tahun anak mampu menggunakan kalimat dari

empat sampai lima kata, menceritakan cerita yang dilebih-

lebihkan, mengetahui lagu sederhana, menyebutkan satu

atau lebih warna.

3) Usia 5-6 tahun anak mampu menggunakan kalimat dengan

enam sampai delapan kata, menyebutkan empat atau lebih

warna, menggambarkan gambar lukisan dengan banyak

komentar dan menyebutkan satu per satu, mengetahui

nama-nama hari dalam seminggu, bulan, dan kata yang

berhubungan dengan waktu lainnya, dapat mengikuti tiga

perintah sekaligus (Wong, 2013)

d. Personal sosial.

Perkembangan personal sosial anak usia prasekolah sudah

tampak jelas karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan

teman sebaya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim

sosio psikologis keluarganya, apabila di lingkungan keluarga tercipta

suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling membantu, maka

anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam

hubungan dengan orang lain. Anak tinggal dan diasuh oleh orang tua

dan sebagian besar tumbuh bersama dengan setidaknya satu saudara

kandung dalam lingkungan keluarga. Hubungan tersebut akan

memberikan interaksi antar individu yang akan terjadi hubungan saling

berbagi pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, serta perasaan

mengenai satu sama lain dari waktu ke waktu yang akan berpengaruh

juga terhadap perkembangan anak (Supartini, 2014).


13
1) Usia 3-4 tahun anak mengalami peningkatan rentang

perhatian, makan sendiri, dapat menyiapkan makanan

sederhana, dapat membantu mengatur meja dan dapat

mengeringkan piring tanpa pecah, merasa takut khususnya

pada kegelapan, mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis

kelamin orang lain

2) Usia 4-5 tahun anak sangat mandiri, cenderung untuk keras

kepala dan tidak sabar, agresif secara fisik serta verbal,

mendapat kebanggaan dalam pencapaian, menceritakan

cerita keluarga pada orang lain tanpa batasan, masih

mempunyai banyak rasa takut

3) Usia 5-6 tahun anak lebih tenang dan berhasrat untuk

menyelesaikan urusan, mandiri tapi tidak dapat dipercaya,

mengalami sedikit rasa takut dan mengandalkan otoritas,

berhasrat untuk melakukan sesuatu dengan benar dan

mudah, menunjukkan sikap lebih baik, memperhatikan diri

sendiri, tidak siap untuk berkonsentrasi pada pekerjaan-

pekerjaan yang rumit (Wong, 2013).

Wong (2009) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan, yaitu:

a. Keturunan

Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada

perkembangan. Jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi acak

pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan perilaku orang

14
lain terhadapa anak. Kebanyakan karakteristik fisik termasuk pola dan

bentuk gambaran, bangun tubuh, dan keganjilan fisik, diturunkan dan

dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan

lingkungannya.

b. Faktor Neuroendokrin

Kemungkinan semua hormon mempengaruhi pertumbuhan dalam beberapa

cara. Tiga hormon yaitu hormon pertumbuhan, hormon tiroid, dan androgen,

ketika diberikan pada individu yang kekurangan hormon ini, merangsang

anabolisme protein dan karenanya menghasilkan elemen esensial untuk

pembangunan protoplasma dan jaringan bertulang.

c. Nutrisi

Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling penting

pada pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuan terhadap

kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan

berat badan. Pengaruh nutrisi juga baik mempengaruhi perkembangan,

terutama untuk perkembangan kognitif anak, untuk perkembangan IQ

anak..

d. Hubungan Interpersonal

Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam

perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dari

kepribadian. Melalui individu ini anak belajar untuk mempercayai dunia

dan merasa aman untuk menjelajahi hubungan yang semakin luas.

e. Tingkat Sosioekonomi

Tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai dampak signifikan pada

pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari keluarga kelas atas dan
15
menengah mempunyai tinggi badan lebih dari anak dari keluarga dengan strata

sosioekonomi rendah. Keluarga dari kelompok sosioekonomi rendah mungkin

kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan

lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi membantu perkembangan

optimal anak.

f. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu

manifestasi dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan pertumbuhan

terutama terlihat pada gangguan skeletal.

g. Bahaya Lingkungan

Bahaya dilingkungan adalah sumber kekhawatirkan pemberi

asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan

keamanan. Sebagai contoh anak-anak yang tinggal di daerah industri, dari

segi kesehatan anak akan menghirup udara yang kurang bersih karena udara

sudah tercemar oleh asap-asap pabrik menyebabkan anak menjadi jarang

keluar rumah dan sulit untuk bertemu teman-teman sebaya.

h. Stress Pada Masa Kanak-Kanak

Stress adalah ketidakseimbangan antara tuntutan lingkungan dan

sumber koping individu yang menganggu ekuilibrium individu tersebut.

Meskipun semua anak mengalami stres, beberapa anak muda tampak lebih

rentan dibandingkan yang lain.

i. Pengaruh Media Massa

Media dapat memberikan pengaruh besar pada perkembangan

anak, tidak diragukan lagi bahwa media memberikan anak suatu cara

16
untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka

hidup dan berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Citra

perilaku berisiko yang ditampilkan oleh media dapat berperan dalam

membentuk atau menguatkan persepsi anak tentang lingkungan sosial

mereka. Anak-anak masa kini cenderung memilih media dan figure

olahraga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di masa lalu

mayoritas anak memilih orang tua atau wali orang tua mereka sebagai

orang yang paling ingin mereka contoh.

Erik Erikson menyakatan bahwa pada usia 3-6 tahun, anak sedang dalam tahapan

perkembangan yang ketiga dari delapan tahap perkembangan. Tahap perkembangan tersebut

disebut inisiatif vs rasa bersalah (Papalia, 2009).

Perkembangan Anak Merupakan Proses Perubahan Perilaku Dari Tidak Matang Menjadi

Matang, Dari Sederhana Menjadi Kompleks, Suatu Proses Evolusi Manusia Dari

Ketergantungan Menjadi Makhluk Dewasa Yang Mandiri. Perkembangan Anak Adalah Suatu

Proses Perubahan Dimana Anak Belajar Menguasai Tingkat Yang Lebih Tinggi Dari Aspek-

Aspek : Gerakan, Berpikir, Perasaan, Dan Interaksi Baik Dengan Sesama Maupun Dengan

Benda-Benda Dalam Lingkungan Hidupnya.

Pertumbuhan Dan Perkembangan Merupakan Hal Yang Terus Terjadi Secara

Berkesinambungan Selama Kehidupan Manusia (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein &

Schwartz, 2013), Pertumbuhan Adalah Meningkatnya Jumlah Dan Ukuran Sel Pada Saat

Membelah Diri Dan Mensintesis Protein Baru Yang Menghasilkan Peningkatan Ukuran Berat

Seluruh Atau Sebagian Sel.

Perkembangan Anak Adalah Bagian Mendasar Dari Perkembangan Manusia,

Menekankan Bahwa Arsitektur Otak Dibentuk Pada Tahun-Tahun Pertama, Dari Interaksi

Warisan Genetik Dan Pengaruh Lingkungan Di Mana Anak Tinggal (Fraser Mustard, 2014;

17
Shonkoff Et Al., 2013). Manusia Secara Bersamaan Mengalami Proses Tumbuh Dan

Berkembang Secara Fisik, Kognitif, Psikososial, Dimensi Moral, Dan Spiritual, Dengan

Masing-Masing Dimensi Menjadi Bagian Penting Dari Keseluruhan Pribadi (Taylor Et Al.,

2013).

Dalam Masa Perkembangan Anak Terdapat Masakritis, Dimana Pada Masa Tersebut

Memerlukan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak Secara Komprehensif Dan Berkualitas. Hal

Ini Dapat Didukung Melalui Kegiatan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Penyimpangan

Tumbuh Kembang Anak Sehingga Perkembangan Kemampuan Gerak, Bicara Dan Bahasa,

Sosialisasi Dan Kemandirian Pada Anak Berlangsung Optimal Sesuai Umur Anak (Muhibbin,

2013).

Dalam Proses Pengembangan Berbagai Aspek Perkembangan Anak Perlu Diawali

Dengan Pemahaman Tentang Perkembangan Anak, Karena Perkembangan Anak Berbeda

Dengan Perkembangan Anak Remaja Atau Orang Dewasa. Anak Memiliki Karakteristik

Tersendiri Dan Anak Memiliki Dunianya Sendiri. Untuk Mendidik Anak Usia Dini, Perlu

Dibekali Pemahaman Tentang Dunia Anak Dan Bagaimana Proses Perkembangan Anak

(Potmonodewo, 2009).

Ada Tiga Pertimbangan Utama Terkait Pertumbuhan Dan Perkembangan.Pertama, Adalah

Perkembangan Dari Kepala Ke Ekor; Atas Ke Bawah. Kedua, Pengembangan Berlangsung

Secara Progresif, Artinya Dari Dekat Ke Jauh Dan Garis Tengah Ke Pinggiran. Pertimbangan

Ketiga Adalah Pembangunan Itu Berlangsung Dari Keterampilan Motorik Kasar (Misal

Berjalan, Melompat, Mengendarai Sepeda) Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik.

Keterampilan Motorik Halus Menyediakan Dasar Untuk Perkembangan Motorik Baru Seperti

Makan, Mewarnai, Atau Mengancingkan Kemeja (Ward & Hisley, 2015).

Pertumbuhan Dan Perkembangan Keduanya Dibedakan Dan Terintegrasi. Saat Jalur

Saraf Berkembang, Mereka Menjadi Lebih Terspesialisasi, Memungkinkan Anak Yang

18
Sedang Tumbuh Untuk Menanggapi Rangsangan Yang Berbeda. Sepanjang Rentang Hidup,

Setiap Kemampuan Yang Dipelajari Terbangun Pada Kemampuan Yang Dipelajari

Sebelumnya Sehingga Semakin Kompleks Tugas Bisa Diselesaikan. Misalnya, Balita Belajar

Menggunakan Sendok Menggabungkan Keterampilan Motorik, Koordinasi Tangan-Mata,

Kognitif Pola, Dan Imitasi Sosial Dari Menonton Orang Lain. Sebagai Anak-Anak Tumbuh

Dan Berkembang, Tugas Belajar Menggunakan Sendok Menjadi Dasar, Untuk Keterampilan

Belajar Membutuhkan Ketangkasan Lebih Manual (Wong, 2013).

Berbagai Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Terjadi Secara Berbeda Tahap

Dan Pada Tingkat Yang Berbeda, Dan Dapat Dimodifikasi. Misalnya, Otot Dan Tulang

Keduanya Tumbuh Paling Cepat Selama Tahun Pertama Kehidupan. Selama Masa Balita

Dan Prasekolah, Pertumbuhan Tulang Melambat, Tetapi Serat Otot Bertambah Besar Dan

Kekuatannya. Periode Perkembangan Bicara Yang Paling Intens Adalah Berusia Antara 3

dan 5 tahun.

2. Definisi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian seseorang kematangan seseorang dalam

hubungan sosial. Hal ini dapat diartikan pula sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri

terhadap norma-norma kelompok, moral, tradisi, serta membaur menjadi satu kesatuan dan

saling bekerja sama (Departemen Kesehatan RI, 2013). Sedangkan Hurlock (2015)

berpendapat bahwa perkembangan sosial merupakan kondisi kemampuan seseorang dalam

berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Terdapat beberapa proses yang harus

dilakukan agar menjadi orang yang mampu bemasyarakat (sozialized) dengan baik,

diantaranya yaitu belajar berperilaku ang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial

yang dapat diteima, dan perkembangan sifat sosial.

Perkembangan sosial pada anak dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak

dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat tempat anak
19
tinggal. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai

respon lingkungan terhadap anak dalam periode prasekolah, anak dituntut untuk mau belajar

dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang, baik keluarga, guru, ataupun teman

sebaya. Ahmadi (2012) menjelaskan terdapat empat tingkatan perkembangan sosial anak,

yaitu:

a) Tingkatan pertama

Sejak dimulai umur 3 bulan, anak mulaimenunjukkanreaksi positif terhadap oarng

lain, seperti halnya tertawa karenamendengar suara orang lain.

b) Tingkatan kedua

Kemampuan anak dalam menunjukkan rasa senang ataupun sedih akan suatu hal

yang dapat dilihat dari ekspresi wajahnya, dan hal tersebut dapat dipraktikan anak

secara berulang. Contoh: Anak yang berebut benda atau mainan, jika menang

dia akan menunjukkan ekspresi kegirangan. Tingkatan ini biasanyaterjadi pada

anak usia ±2 tahun ke atas.

c) Tingkatan ketiga

Jika anak lebih dari umur ±2 tahun, mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju)

dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada orang lain,baik yang sudah

dikenalnya atau belum.

d) Tingkatan keempat

Setelah anak berusia 3 tahun awal, anak akan mulai menyadari akan pergaulannya

dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut campur kegiatan yang

dilakukan oleh keluarganya. Dan pada usia 4 tahun, anak makin senang bergaul

dengan anak lain terutama teman yang usianya sebaya. Anakcenderung bermain

dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 anak, karena apabila semakin banyak

sahabat atau teman dalam kelompok dapat memicu perselisihan yang biasanya

20
dapat berdampak pertengkaran. Kemudian,pada usia 5-6 tahun ketika memasuki

usia sekolah, anak lebih mudah diajakbermain dalam suatu kelompok. Ia juga

mulai memilih temanbermainnya, baik itu tetangga yang sebelumnya sudah dia

kenal atau teman sebayanya yang baru anak kenal.

e) Bentuk-bentuk Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Susanto (2013), mengemukakan bahwa pada usia anak-anak, mereka mulai bergaul atau

hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya, maupun

teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial seperti

berikut :

a) Pembangkangan (Negativisme)

Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksiyang ditunjukkan anak terhadap penerapan

disiplin atautuntutan orang tua atau lingkungan yangtidak sesuai dengan kehendak

anak.

b) Agresi (aggression)

Merupakan perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata

(verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi anak terhadap frustasi (rasa

kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya).

c) Berselisih atau bertengkar (quarelling)

Hal ini terjadi apabila seseorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh

sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu

atau direbut barang atau mainannya.

d) Menggoda atau mengejek (teasing)

Merupakan sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan

serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata kata ejekan atau

cemoohan). Sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.


21
e) Persaingan (rivalry)

Merupakan salah satu keinginan anak untuk dapat atau mampu melebihiorang lain.

f) Kerja sama(cooperation),

Merupakan sikap mau bekerja sama dengan kelompok.

g) Tingkah laku berkuasa (ascendant behaviour)

yaitu sejenis tingkah laku untukmenguasai situasi sosial, keinginan anak untuk

mendominasi, atau bersikap layaknya seperti seorang pemimpin atau bos.

h) Mementingkan diri sendiri (selfishness)

Merupakan sikap egosentris dalammemenuhi keinginannya.

i) Simpati (sympathy)

Merupakan sikap emosional yangmendorong anak untuk menaruh perhatian

terhadap orang lain, maumendekati atau bekerja sama baikdengan teman

sebayanya.

Sedangkan piaget (2014) berpendapat bahwa bentuk-bentuk nyata dari perkembangan sosial

anak usia prasekolah antara lain yaitu :

a) Usia 4 tahun

Perkembangan sosial anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah:

(1) Sangat antusias terhadap suatu hal atau kegiatan

(2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang mereka anggap sudah

dekat

(3) Suka memakai atau mencoba baju orangtua atau oranglain

(4) Dapat membereskan alat permainannya

(5) Tidak menyukai bila dipegang tangannya

(6) Selalu bersikap ingin menarik perhatian demi mendapatkan pujian

b) Usia 5 tahun

22
Perkembangan social anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah:

(1) Segan terlalu lama dirumah

(2) Ingin disuruh, penurut suka membantu

(3) Senang pergi ke sekolah

(4) Gembira bila berangkat dan pulang sekolah

(5) Kadang-kadang malu dan sukar untuk bicara

(6) Bermain dengan kelompok 2 atau 5 orang

(7) Bekerjanya terpacu oleh kompetisi dengan anak lain

c) Usia 6 tahun

Perkembangan social anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah:

(1) Mulai lepas dari sang ibu

(2) Menjadi pusatnya sendiri

(3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan

mau yang nomer satu

(4) Antusiasme yang implusif dan kegembiraan yang meluap-luap menular

keteman

(5) Dapat menjadi faktor pengganggu di kelas

(6) Adanya kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah Menyukai pekerjaannya atau
permainan yang ia temui da nselalu ingin membawa pulang

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Menurut hasil penelitian Novitasari dan Khotimah (2016), salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu kebiasaan anak dalam bermain gadget.

Sedangkan Dini (2015), menambahkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan sosial anak yaitu :

23
a) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya,

dengan berbagai usia dan latar belakang.

b) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman yang

meyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat

dan motivasinya untuk bergaul semakin berkembang.

c) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model”

untuk anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui

cara“coba-salah” (try and error), yang dialami oleh anak, melalui Pengalaman

bergaul, tetapi akan efektif dengan “meniru” perilaku orang lain dalambergaul,

tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yangsecara sengaja

diberikan oleh anak yang dapat dijadikan “model” bergaulyang baik untuk anak.

d) Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Dalam

berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanyadituntut untuk berkomunikasi

dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapijuga dapat membicarakan topik yang

yang dapat dimengerti dan menarikuntuk orang lain yang menjadi lawan

bicaranya.

Deliana (dalam Khairani) (2013) berpendapat bahwa faktor- faktor penghambat yang

mempengaruhi perkembangan sosial anak prasekolah diantaranya yaitu :

a) Tingkah Laku Agresif.

Tingkah laku agresif biasanya mulai tampak sejak usia 2 tahun, tetapisampai usia

4 tahun tingkah laku ini masih sering muncul, terlihat dari seringnyaanak TK

saling menyerang secara fisik misalnya : mendorong, memukul, atauberkelahi.

b) Daya Saing Kurang, biasanya disebabkan cakrawala sosial anak yang

relativemasih kurang. Masih terbatas pada situasi rumah dan sekolah.

24
c) Pemalu, Rasa malu biasanya sudah terlihat sejak anak sudah mengenalorang-

orang disekitarnya.

d) Anak Manja, Memanjakan anak adalah suatu sikap orang tua yang

selalumengalah pada anaknya, membatalkan perintah, atau larangan hanyakarena

anak menjerit, menentang, membantah.

e) Perilaku Berkuasa, Perilaku berkuasa ini muncul sekitar 3 tahun dansemakin

meningkat dengan bertambahnya kesempatan.

f) Perilaku Merusak, Ledakan amarah yang dilakukan oleh anak seringdisertai

tindakan merusak benda-benda disekitarnya.

Penilaian Perkembangan Sosial

3. Gadget

a. Definisi

Gadget adalah suatu benda atau barang yang diciptakan khusus di era yang serba maju ini

dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu menjadi mudah dan praktis dibandingkan

teknologi- teknologi sebelumnya. Beberapa contoh dari gadget yaitu laptop, smartphone, ipad,

ataupun tablet yang merupakan alat-alat teknologi yang berisi aneka aplikasi dan informasi

mengenai semua hal yang ada di dunia ini (Rideout V, 2013).

Keberadaan gadget yang merupakan salah satu wujud kemajuan dalam bidang teknologi

baru membuat seseorang yang mampu mengaplikasikannya merasa selangkah lebih maju dari

kondisi sebelumnya. Karena bagaimanapun juga, keberadaannya mempermudah kehidupan dan

memiliki pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan. Semenjak adanya gadget, komunikasi

menjadi lebih mudah (Pratiwi, 2015). Gadget juga dapat mempengaruhi perilaku sosial

seseorang, tergantung bagaimana orang tersebut memanfaatkan gadget. Apabila orang tersebut

dapat memanfaatkannya dengan baik, gadget bisa sangat membantu dan mempermudah

segalanya. Akan tetapi, apabila orang tersebut menyalahgunakan penggunaannya, maka fungsi

25
gadget yang seharusnya bersifat mempermudah hubungan sosial atau komunikasi seseorang

malah menjadikan hubungan sosial tersebut semakin buruk hanya karena tidak mau

bersilaturrahmi secara langsung dan sibuk dengan gadget masing- masing ketika sedang

berkumpul dengan orang lain (Pratiwi, 2015).

b. Penggunaan Gadget pada Anak Prasekolah

Gadget tidak hanya beredar dikalangan usia dewasa, tetapi juga beredar dikalangan anak

usia dini ataupun prasekolah. Seiring perkembangan zaman, masyarakat modern termasuk anak-

anak, memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan gadget yang semakin beredar luas. Sehingga

saat ini tidak aneh lagi apabila anak kecil berusia balita bahkan prasekolah di zaman sekarang

sudah menggunakan gadget (Rideout V, 2013).

Gadget yang merupakan wujud nyata dari teknologi baru yang berisi aneka aplikasi dan

progam yang menyenangkan seolah- olah telah menjadi sahabat bagi anak, bahkan bisa menyihir

anak- anak untuk duduk manis berjam-jam dengan bermain gadget. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rideout (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2 sampai 4 tahun telah

menghabiskan waktunya di depan layar selama 1 jam 58 menit perharinya dan anak usia 5 hingga

8 tahun menghabiskan waktu di depan layar selama 2 jam 21 menit setiap harinya. Hal ini

bertentangan dengan pendapat Starburger (45) yang menyatakan bahwa anak hanya boleh

berada di depan layar < 1 jam setiap harinya.

Apabila waktu efektif manusia beraktifitas sebanyak 960 menit sehari, dengan demikian

orang dewasa yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu setiap 4,8 menit sekali di

kala senggang. Begitupun anak-anak, tidak akan jauh berbeda apabila orang tua tidak memiliki

ketegasan dalam pembatasan durasi dan anak sudah terlalu bergantung dengan penggunaan

gadget. Kecanduan gadget pada anak dapat terlihat dari beberapa tanda seperti tantrum saat

diminta berhenti bermain gadget, tidak mau merespon panggilan baik dari orang tua ataupun

orang lain (kemampuan komunikasi) ketika sedang bermain gadget, dan apabila anak tersebut

26
sudah masuk tahap sekolah, nilai akademis (kemampuan anak) menurun dikarenakan anak sudah

tidak tertarik lagi dengan materi pembelajaran yang ada disekolah (Starburger VC, 2013).

c) Durasi penggunaan Gadget

Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang diperbolehkan untuk anak

usia prasekolah dalam bermain gadget, karena total lama penggunaan gadget dapat

mempengaruhi perkembangan anak (Starburger VC,2013). Starburger (2013) berpendapat bahwa

seorang anak hanya boleh berada di depan layar < 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut

didukung oleh Sigman (2014) yang mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak usia

prasekolah dalam menggunakan gadget yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.

Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan Canada, mengemukakan bahwa

anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia

3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam perhari untuk

anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang

menggunakan gadget 4 – 5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan. Pemakaian

gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang

berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak.

Anak akan cenderung malas bergerak dan dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil

menikmati cemilan yang nantinya dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan

bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di

sekelilingnya. Anak yang terlalu asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi

ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan bedampak sangat

buruk apabila dibiarkan secara terus menerus (Rowan C, 2017).

d. Dampak Pengenalan Gadget pada Anak Prasekolah

1) Dampak Positif

Penggunaan gadget memiliki dampak tersendiri bagi para penggunanya, baik

27
orang dewasa ataupun anak-anak. Dampak yang timbul bergantung dengan

bagaimana orang tersebut menggunakannya dan memanfaatkannya. Adapun

beberapa dampak positif gadget pada anak yaitu menjadi media pembelajaran yang

menarik, belajar bahasa inggris lebih mudah, serta meningkatkan logika lewat game

interaktif yang edukatif. Hal tersebut dapat terjadi apabila orang tua mampu

memberikan pengawasan, penegasan, serta pendekatan kepada anak terhadap gadget

dengan baik (Iswidharmanjaya D & Agency B, 2014).

2) Dampak Negatif

Selain memiliki dampak positif, penggunaan gadget juga dapat berdampak

negative bagi anak. Aneka aplikasi gadget yang berisi game, video yang

mengandung sara, ataupun ajaran sesat sekalipun semua tersedia dan dalam

jangkauan akses yang sangat mudah dan cepat dalam hitungan detik saja.

Penggunaan gadget yang berlebihan (kecanduan), apalagi dengan akses konten yang

tidak baik, seperti adegan kekerasan yang anak lihat dalam game dan film, serta

pornografi, dipercaya mempengaruhi secara negative baik perilaku atapun

kemampuan anak. (Rowan C, 2017)

B. HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

ANAK

Berdasarkan analisis hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial dan emosional

anak prasekolah yang dilakukan pada 81 orang responden diketahui bahwa : Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulia Trinika (2015) tentang Pengaruh Penggunaan

gadget terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di TK Swasta Kristen Immanuel,hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perngaruh yang cukup signifikan antara penggunaan gadget

dengan perkembangan psikosial (P value =0,005). Penelitian terkait yang mendukung penelitian ini

adalah Kim (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan media digital memiliki efek terhadap
28
kemampuan perhatian anak seperti peningkatan hiperaktivitas dan kesulitan dalam berkonsentrasi serta

mereka juga lebih banyak merasa sedih atau bosan dengan teman-temannya. Teori lain yang mendukung

hasil penelitian ini, yaitu: Iswidharmanjaya dan Agency dalam buku Bila Si Kecil Bermain Gadget

(2014) tentang dampak negatif penggunaan gadget pada anak, yaitu ketika anak telah kecanduan gadget,

pasti akan menganggap perangkat itu adalah bagian dari hidupnya. Hal tersebut akan menganggu

kedekatan anak dengan orang tuannya, lingkungannya, bahkan teman sebayanya.

Dengan adanya kesamaan antara hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian terkait yang telah

dilakukan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa memang benar ada hubungan penggunaan

gadget dengan perkembangan sosial dan emosional anak prasekolah.

Peneliti mendapatkan data bahwa sebanyak 46,9% orang tua dari siswa di RA PLUS Ja-Alhaq

Kota Bengkulu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu SMA, dan pekerjaan terbanyak adalah Ibu

Rumah Tangga yaitu 44,4%, oleh sebab itu pengetahuan mereka cukup tinggi dan waktu mengawasi

anak cukup luang untuk melakukan antisipasi dengan selalu mengontrol dan mengawasi anak-anaknya

dalam penggunaan gadget. Sehingga, dampak yang akan ditimbulkan dari gadget tersebut dapat dicegah.

Orang tua juga lebih cerdas dalam memilah-milah aplikasi yang terdapat di gadget anak mereka dan

selalu mendampingi anak ketika menggunakan gadget. Maka dari itu dampak negatif dari gadget

terhadap perkembangan sosial dan emosional anak prasekolah di RA PLUS Ja-Alhaq ini tidak terlalu

besar.

C. Kerangka Konsep

Durasi Perkembangan
Penggunaan sosial
Gadget

29
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

D. Definisi Oprasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Oprasional
Independen : Penggunaan Kuesioner Mengisi lembar Ordinal
Penggunaan gadget adalah kuesioner
Gadget aktifitas anak
menggunakan
gadget
dengan cara
menonton tv,
youtube,
searching
pembelajaran
dan bermain
game
Variabel Perkembangan Kuesioner terdiri Berdasarkan uji Ordinal
Terikat sosial dari atas 18 normalitas data,
(Variabel merupakan pertanyaan tentang data berdistribusi
Dependen) : perkembangan
kondisi normal, sehingga
Perkembang sosial anak, dengan
an sosial kemampuan bentuk pilihan menggunakan mean
anak seorang anak jawaban: = 54,94.
dalam a. SS : sangat setuju Berdasarkan hasil
berperilaku b. S : setuju distribusi data
yang sesuai c. TS : tidak setuju tersebut, maka
dengan tuntutan d. STS : sangat tidak tingkat
setuju
sosial perkembangan
Penilaian pengaruh
terhadap sosial dikategorikan
perkembangan menjadi:
sosial anak diukur a. Skor > 54,94 =
dengan ketentuan Baik
Ordinal sebagai b. Skor < 54,94
berikut : =Kurang
1. SS : Skor 1
2. S : Skor 2
3. TS : Skor 3
4. STS : Skor 4
30
E. HIPOTESIS

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan orang tua, pengajaran di sekolah dan lama

penggunaan gadget pada anak prasekolah dengan perkembangan sosial di

TK RA PLUS JA-ALHAQ Tahun 2023.

Ha : Ada hubungan pengetahuan orang tua, pengajaran di sekolah dan lama

penggunaan gadget pada anak prasekolah dengan perkembangan sosial di

TK RA PLUS JA-ALHAQ Tahun 2023.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu.

Penelitian ini menggunakan sampel anak prasekolah di TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu.

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana pada penelitian ini hanya melakukan observasi dan

pengukuran variabel pada suatu saat tertentu saja.

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh orang tua atau wali dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu sejumlah 66 orang.

31
2. Sampel

Metode Pengampilan Sampel dinamakan Sampling. Sampling adalah suatu proses yang ditempuh

dengan pengambilan sampel yang sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian. Medote Sampling yang

digunakan dalam penelitian in adalah Purposive Sampling dimana orang tua atau wali dari siswa Taman

Kanak-kanak (TK) RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang memenuhi kriteria pemilihan

dimasukan dalam penelitian sampai jumlah responden yang diperlukan terpenuhi . Adapun kriteria

responden yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Kriteria Inklusi

1) Orang tua atau wali murid dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang

tidak berkebutuhan khusus.

2) Orang tua atau wali murid yang anaknya bermain gadget hampir setiap hari (minimal 5

hari dalam satu minggu)

3) Orang tua atau wali murid yang dapat membaca dan menulis untuk keperluan pengisian

kuesioner.

b. Kriteria eksklusi

1) Orang tua atau wali murid dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang

sudah lama izin tidak mengikuti pembelajaran atau cuti sekolah.

D. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012) pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan computer

melalui beberapa tahap antara lain :

a. Pemeriksaan (Editing), setelah mendapatkan data responden, peneliti memeriksa

kembali kelengkapan data yang diperoleh, kemudian untuk memudahkan

pengecekkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan

pengelompokkan dan penyusunan data.

b. Pengkodean (Coding), data yang telah diperiksa dan dikelompokkan ke dalam

32
masing-masing sub variabel kemudian diberikan kode-kode tertentu.

c. Tabulating, data-data hasil penelitian dimasukkan ke dalam tabel sesuai kriteria

yang telah ditentukan.

d. Proses (Processing Coding), data yang sudah diproses dilakukan pengecekkan

ulang dan pembersihan apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing

variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (score).

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik

responden dari data demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

(pengetahuan, pola asuh orang tua dan lama penggunaan gadget pada anak prasekolah) dengan

variabel dependen (perkembangan sosial) data dianalisa dengan uji Chi-Square (𝑥2)

menggunakan komputerisasi. Dengan derajat kepercayaan yaitu 95% atau 𝑎=0,05.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adriana D, Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Medika Salemba, Jakarta, 2015

Ahmadi A& Sholeh M, Psikologi perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2012

Ardita V , Kadir A AM, Deteksi perkembangan anak berdasarkan DDST di RW 1 Kelurahan


Luminda Kecamatan Wara utara Kota Palopo, J STIKES, 2012

Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar, 2014

Dini PDS, Kemampuan Bersosialisasi Anak, gramedia, Jakarta, 2015

Elizabeth TS. 3 tanda anak adiksi gadget, diunduh pada tanggal 6 Mei 2023 Dari
http://health.kompas.com/read/2016/02/16/190300323/3.Tanda.Anak.Adik si.Gadget

Hurlock EB. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,


Erlangga, Surabaya, 2015

34
Iswidharmanjaya D & Agency B, Panduan bagi orang tua untuk memahami faktor-faktor anak
kecanduan gadget, Bisakimia, 2014

Khairani M, Psikologi perkembangan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013

Khusnul Khotimah, a. s , Pendidikan Geosista Sebagai Upaya Meminimalkan Penggunaan


Gadget Pada Anak. Jurnal Pengapdian Kepada Masyarakat, 2021

Kusbiantoro, Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Aba 1 .


Keperawata, 2015

Lighter D. Gentle discipline, 50 cara efektif menanamkan tingkah laku positif pada anak,
Kanisius, Yogyakarta, 2018

Montolalu & Saleh C, Bermain sambil belajar sains di TK, PT Grasindo, Jakarta, 2015

Noorlaila I, Panduan lengkap mengajar PAUD, Pinus book publisher, Yogyakarta, 2015

Novitasari W & Khotimah N, Dampak penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak usia 5-6
tahun, J PAUD teratai, 2016

Patmonodewo S, Pendidikan anak prasekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2013

Piaget J & Barbel I, Psikologi anak, Terjemahan Miftahul Jannah, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2014

Pratiwi PS, Bila anak terlalu sering diasuh gadget, 2015

Rideout V, Zero to eight: electronic media inthe lives of infants, toddlers and preschoolers,
Common Sense Media Research Study, 2013

Rowan C. The impact of technology on the developing child [internet]. US: The Huffington Post,
diunduh pada 31 Maret 2017 Dari http://www.huffingtonpost.com/cris-rowan/technology-
children-negative-impact_b_3343245.html

Salsabilah, Pengaruh Lama penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan Anak di TK Al-Azhr


Banda Aceh, Jurnal PAUD dan Ilmu Pendidika, 2015

Suhana, Influence Of Dadget Usage on Children's Socialemotional Development. International


Conference of Eraly Childhood Education, 2018

35
Supartini Y, Konsep dasar keperawatan anak, EGC, Jakarta, 2012

Suryono dan Mekar, A.D, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2013

Susanto A, Perkembangan anak usia dini: pengantar dalam berbagai aspeknya, Kencana
prenada media group, Jakarta 2012

Starburger VC, Children, adolescents, obesity and the media, Pediatrics, 2013

Whaley & Wong, Buku ajar keperawatan pediatric, EGC, Jakartam, 2013

Yuniarti, Use Of Gadget Duration and Development Of Prescool Children in Bengkulu City.
Advances in Health Sciences Research, 2018

36
Lampiran : Kuesioner penelitian

A. Kuesioner Durasi Penggunaan Gadget


Pertanyaan Kuesioner

Hubungan Durasi Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan sosial


Anak Prasekolah

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Nama :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Wali dari anada : umur tahun bulan

Alamat :
Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan Jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur. Kerahasiaan
jawaban terjaga.
3. Berilah tanda centang (√) pada pilihan yang telah disediakan dalam
setiap pertanyaan berikut. Adapun kriteria jawaban adalah sebagai
berikut :
a. < 1 jam menunjukkan jawaban bahwa anak anda bermain gadget (laptop,
handphone, tablet, iphone) selama kurang dari sama dengan 1 jam dalam
setiap harinya
b. > 1 jam menunjukkan jawaban bahwa anak anda bermain gadget selama lebih
dari 1 jam dalam setiap harinya
4. Terima kasih atas partisipasinya.

Penggunaan Gadget

No Pertanyaan < 1 jam > 1 jam

1. Berapakah durasi atau total waktu (jam)


anak anda bermain gadget (laptop,
handphone, tablet, ipad) dalam waktu satu
hari?

Sumber : Meta (2017)

33
B. Kuesioner Perkembangan Sosial Anak Prasekolah terhadap Penggunaan
Gadget

Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan Jawablah semua p
3. ertanyaan secara teliti dan jujur. Kerahasiaan jawaban dijaga.
4. Beri tanda centang (√) pada pilhan yang telah disediakan dalam
setiap pertanyaan berikut, adapun kriteria jawaban adalah sebagai
berikut :
a. SS menunjukkan jawaban Sangat Setuju dengan pernyataan yang diajukan
b. S menunjukkan jawaban Setuju dengan pernyataan yang diajukan
c. TS menyatakan jawaban Tidak Setuju dengan pernyataan yang diajukan
d. STS menunjukkan jawaban Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan yang
diajukan
5. Terima kasih atas partisipasinya.

No Pernyataan SS S TS STS

1 2 3 4
Anak tidak mau meminjamkan mainannya
1.
kepada orang lain

Anak semakin sering membangkang


2.
atau membantah perintah orang tua

Anak akan marah dan menangis apabila


3.
tidak diberikan izin bermain gadget

Anak akan marah apabila di ganggu ketika


4. bermain gadget

Anak akan marah apabila gadget yang


dimainkannya di minta oleh orang tua,
5.
meskipun dengan alasan dan penjelasan yang
baik dari orang tua

Anak lebih suka bermain sendiri di dalam


6. rumah dari pada bermain di luar bersama
saudara atau teman-teman seusianya.

Anak senang menunjukan/memamerkan


7. kepandaiannya dalam bermain gadget
dihadapan teman-temannya

Anak akan rewel (menangis/menggelayut pada


8.
anda) ketika anda meninggalkannya

34
Anak akan bersikap acuh saat di panggil atau
9.
dinasehati

Anak suka memukul dan melempar orang lain


10.
menggunakan benda yang ada di sekitarnya

Anak lebih suka dibujuk menggunakan gadget


11. daripada diajak main bersama teman-
temannya ketika sedang marah atau menangis

Anak selalu ingin terlihat lebih pandai


12. dalam hal bermain gadget dibandingkan
teman- temannya

Anak kurang kooperatif untuk diajak


13.
bekerjasama

Anak akan marah ketika mengetahui baterai


14. gadget yang sedang dimainkannya
habis/lowbat

Anak pernah berselisih dengan


15. keluarga, teman atau saudara seusianya
gara-gara berebut gadget

Anak terlihat murung dan tidak ceria


16.
ketika bertemu dengan teman temannya

Anak cenderung diam dan tidak aktif


17.
bicara ketika bermain dengan teman-
temannya
Anak terlihat senang mengejek/menjelek-
18.
jelekkan temannya

Sumber : Meta (2017)

33

Anda mungkin juga menyukai