Oleh :
FRISKA SUTINA
1926010135
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul "Hubungan Durasi Penggunaan
Bengkulu”. Proposal ini dianjukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana
Dalam penyusunan proposal ini penulisan menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya, Oleh karena itu dengan
penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi
Dalam penulisan proposal ini, penulisan banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak .Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs, H.S Effendi selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti
Bengkulu.
2. Ibu Ns. Fernalia, S.Kep, M.Kep, Selaku ketua Prodi Ners STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
3. Ns. Fernalia, S.Kep, M.Kep, Selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri
Sakti Bengkulu.
4. Ibu Ns. Vellyza Colin S.Kep,MAN selaku pembimbing I proposal yang banyak membantu dalam
penyelesaian proposal penelitian ini dan selalu memberi semangat untuk mengerjakan proposal
5. Ibu Ns. Gita Mayasari S.Kep,M.Kep Selaku pembimbing kedua proposal yang banyak
membantu dalam penyelesaian proposal penulisan ini dan selalu memberi semangat untuk
ii
6. Segenap staf dan dosen sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan
terkhusus Prodi S1 keperawatan yang telah banyak membantu penulis dan membekali ilmu
Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua , Amin
Bengkulu, 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak prasekolah adalah anak-anak yang berada dalam rentang usia 3- 6 tahun (Gustian,2014).
Yusuf (2016) berpendapat bahwa anak prasekolah adalah merupakan fase-fase perkembangan individu
sekitar 2-6 tahun. Sedangkan menurut Hawdi (2014) bahwa masa kanak-kanak pertama yaitu pada
rentang usia 3-6 tahun dan masa ini dikenal masa prasekolah. Disebut masa prasekolah karena anak
mulai mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah melalui kelompok bermain. Pada masa ini, anak
yang tadinya hanya mendapatkan pendidikan informal dari orang tua ataupun keluarga, akan mulai
mengenal lingkungan luar rumah dan akan bertemu dengan teman-teman sebayanya. Sehingga pada
tahap ini pula anak-anak akan lebih sering bermain, lebih aktif, memiliki tenaga, rasa keingintahuan yang
lebih dan semakin berani untuk mencoba hal-hal baru yang sebelumnya tidak ia temui ketika di rumah
(Lighter, 2016).
Menurut Noorlaili (2015), anak usia prasekolah memiliki tahap-tahapan perkembangan tersendiri
dalam persiapannya memasuki dunia luar, terutama untuk masuk ke kelompok bermain atau taman
kanak-kanan. Persiapan tersebut meliputi kepekaan anak untuk menulis dan memiliki kepekaan yang
bagus untuk membaca. Usia taman kanak-kanak merupakan masa awal yang kreatif dan produktif bagi
anak-anak (Patmonodewo, 2013). Umumnya anak-anak menjadi sangat aktif, mulai memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan seperti memanjat dan melompat.
Perkembangan emosional yang dialami anak prasekolah yaitu anak-anak cenderung mengekspresikan
emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah dan iri hati sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut. Sedangkan pada aspek bahasa, sebagian besar anak- anak akan senang bicara, bercerita,
kususnya dalam kelompoknya. Oleh karena itu sesuai dengan kemampuan tingkat perkembangannya,
sebuah kelompok bermain atau taman kanak-kanak memiliki sistem belajar yang santai, menyenangkan,
1
bersifat ringan, berfokus pada pola bermain dan tidak terlalu memberatkan anak dalam memberikan
Perkembangan sosial pada anak prasekolah yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat dimanapun anak berada
(Hurlock,2013 ). Menurut Susanto (2012), perkembangan sosial merupakan sebuah pencapaian dari
kematangan seseorang dalam berhubungan sosial serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, tradisi, serta mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain. Pada aspek
sosial, anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, baik dengan teman sebaya
ataupun dengan orang lain di luar lingkungan rumahnya, serta kemampuan anak dalam mentaati setiap
Perkembangan sosial pada anak merupakan kemampuan yang dimiliki anak dan berhubungan
dengan perilaku sosial sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Perkembangan sosial anak
bersumber dari kemampuannya dalam menghadapi berbagai respon lingkungan yang ada disekitarnya.
Respon tersebut dapat berasal dari teman sebayanya, orang yang lebih dewasa dan kelompok masyarakat
yang ditandai dengan adanya proses adaptasi (Kusbiantoro, 2015). Perkembangan sosial ini
umumnya terjadi pada anak usia prasekolah. Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada usia
4 sampai dengan usia 6 tahun. Periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial
serta kognitif mengalami peningkatan. Pada usia ini anak cenderung suka berinisiatif dan memiliki
rasa bersalah yang tinggi, anak juga memiliki rasa keingin tahuan akan banyak hal.
Perkembangan sosial emosional adalah suatu proses belajar menyesuaikan diri untuk memahami
keadaan serta persaan ketika berinteraksi dengan orang dilingkungannya baik orang tua, saudara, teman
sebaya atau orang lain dikehidupan sehari harinya (Zulkifli, 2009). Perkembangan sosioemosional
meliputi perkembangan dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal. Pada tahap awal
masa kanak- kanak, perkembangan sosial emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses
ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Muhidin, 2010).
2
. Periode anak teritama pada periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu
mendapat penanganan sedini mungkin. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2012) berpendapat bahwa
usia 3 - 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu
Beberapa faktor juga mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, stimulasi perkembangan dan faktor lingkungan dari anak
(Ardita, 2013). Selain hal-hal tersebut, Rasa keingintahuan dan penasaran anak pada usia perkembangan
sangat tinggi, sehingga orang tua harus benar-benar pandai dan tegas dalam memberikan batasan. Rasa
penasaran dan keingintahuan yang besar pada anak akan sesuatu dapat anak-anak dapatkan dari ke-5
panca indranya, yang mungkin ketika pertama kali mereka lihat, dengar, sentuh, cium, ataupun
dirasakannya mereka anggap menarik, lucu, asyik, dan berwarna (Montolalu & Saleh, 2014). Orang tua
perlu mengawasi dan memperhatikan setiap stimulus yang diperoleh oleh anak, salah satunya satimulus-
stimulus yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial pada anak (Patmonodewo, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2018), mendapatkan hasil bahwa ada
hubungan antara durasi penggunaan gadget pada anak prasekolah. Hal ini dibuktikan sebanyak 63% anak
usia prasekolah pernah mengalami perkembangan sosial yang meragukan. Orang tua dinilai kurang tegas
dalam hal membatasi penggunaan gadget pada anak. Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hidayati, Yessi dan Iis (2019), yang menyatakan bahwa faktor dominan penyebab
durasi penggunaan gadget yang tinggi di kalangan anak usia prasekolah yaitu orang tua membiarkan
anaknya bebas menggunakan gadget karena mereka berpikir dengan memberikan anaknya sebuah
gadget anak bisa menjadi penurut, tidak menangis lagi dan sebagai ajang untuk memamerkan anaknya
Penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujianti (2018), menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial anak
prasekolah dengan alasan gadget juga bagus digunakan oleh anak prasekolah. Penggunaan aplikasi yang
3
tepat untuk pendidikan anak sangat dianjurkan karena aplikasi yang baik dapat mengajarkan anak dalam
meningkatkan pengetahuan dan tentunya selalu dalam pengawasan orang tua. Hal tersebut dikarena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, salah satunya adalah asah asih asuh.
Dalam jurnal tersebut tingkat pendidikan orang tua menjadi penilaian utama dalam menentukan pola
asuh untuk meningkatkan perkembangan sosial anak. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dinilai
lebih mampu membagi waktu antara waktu bekerja dengan waktu mengasuh dibandingkan orang yang
Kecanduan gadget pada anak dapat diakibatkan karena kelalaian orang tua dalam mengawasi anak
mereka saat mengunggunakan gadget, ditambah orang tua juga menggunakan gadget dan lebih
mengabaikan anak mereka dalam menggunakan gadget (Yuniarti, 2018). Nurfadilah, Zaman, dan
Romadona (2019) memberikan catatan pada orangtua untuk mencegah ketergantungan terhadap
penggunaan gadget pada anak yaitu orang tua harus memiliki sikap tegas atau disiplin dengan
membatasi waktu penggunaan gadget, orang tua tidak menggunakan gadget di depan anak, orang tua
memfasilitasi anak untuk bermain di luar rumah dan mengenal tetangga, orang tua memasukkan ke
sekolah agar anak memiliki keterbatasan waktu untuk bermain gadget. Selain cara tersebut masih
banyak kajian yang membahas tentang kegiatan yang dapat membantu pencegahan kecanduan gadget
Hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Mei 2023 di TK RA Plus Ja-Alhaq
didapatkan hasil wawancara oleh salah satu guru dan observasi dengan beberapa anak dari
perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun dengan memakai KPSP didapatkan perkembangan sosial anak
tidak sesuai dengan umur atau yang mengalami keterlambatan sosialnya yang diamati saat itu dari 15
anak di dapatkan 8 orang anak sementara mengalami gangguan perkembangan sosial. TK RA Plus Ja-
alhaq sebelumnya memang belum pernah dilakukan nya tes pra skrining. Biasanya guru melihat
perkembangan anak melalui nilai rapot yang di sana terdapat butir nilai perkembangan anak selama
4
Berdasarkan uraian diatas dari hasil penelitian dengan Kepala Sekolah RA PLUS Ja-Alhaq Kota
Bengkulu mengatakan bahwa ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan
sosial anak prasekolah dengan jumlah siswa RA PLUS Ja-Alhaq sebanyak 66 orang. Dari hasil
wawancara tersebut banyak anak yang mengalami perkembangan sosial berbeda-beda, ada anak yang
mengalami sulit untuk menerima lingkungan sosial di sekolah (introvert) dan sebagian lainnya
mengalami perkembangan sosial sesuai dengan umurnya. Namun disamping itu ada jurnal yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial
anak prasekolah. Menurut uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukam penelitian dengan judul
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan “Apakah ada
hubungan durasi penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial anak prasekolah di TK RA Plus
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan durasi pengunaan gadget
2. Tujuan Khusus
c. Mengetahui hubungan durasi penggunaan gadget dengan perkembangan sosial anak prasekolah
berdasarkan penelitian
D. Manfaat Penelitian
5
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi mengenai ada tidaknya hubungan dari kebiasaan bermain gadget pada
anak terhadap perkembangan sosial pada anaknya. Sehingga orang tua lebih tahu bagaimana
harus mengambil sikap demi menjaga dan mengarahkan anaknya agar dapat tumbuh dan
b. Bagi Anak
Memberikan informasi dan peringatan kepada anak, supaya resiko gangguan perkembangan
sosial pada anak dapat diminimalisir, terutama gangguan perkembangan yang diakibatkan
c. Bagi Sekolah
didik/siswanya, sehingga dari pihak sekolah nantinya dapat memberikan pengarahan atau
cara penanganan yang sesuai agar para siswanya mau membatasi kebiasaan dirinya dalam
bermain gadget.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk teman-teman mengetahui
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan
anak prasekolah.
6
f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau pembanding bagi penelitian
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Tujuan Teori
a. Definisi
Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak
senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia prasekolah, anak
membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet, berpakaian, dan makan sendiri
Patnomodewo (2013) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3- 6tahun) yang biasanya
ada di TK meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan kognitif anak. Ciri fisik anak prasekolah
dalam penampilan maupun gerak gerik yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah
Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010), bawa usia 3-6 tahun anak-anak dapat diajari
menulis, membaca, dan belajar mengetik. Usia prasekolah merupakan kehidupan tahun-tahun
Ciri-ciri anak usia prasekolah menurut Patmonodewo (2013), Hurlock (2014) dan Wong
(2013) mencakup aspek fisik (motorik), sosial dan kognitif. Keberhasilan tugas perkembangan
anak prasekolah sangat penting untuk memperhalus tugas-tugas yang telah mereka kuasai
7
selama masa toddler.
baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang dilakukannya,
anak agar dapat belajar dan mandiri untuk memasuki usia sekolah (Wong,
b. Aspek sosial.
mempunyai minat yang lebih untuk bermain dengan teman sebaya, orang-
satu atau dua sahabat, akan tetapi sahabat ini biasanya cepat berganti.
yang dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama yang
yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
8
besar (Patmonodewo, 2013). Anak prasekolah dapat berhubungan dengan
orang yang tidak dikenal dengan mudah dan dapat mentoleransi perpisahan
singkat dari orangtua dengan sedikit atau tanpa protes. Tahap ini anak
c. Aspek kognitif.
pikiran mereka dipahami orang lain. Anak usia prasekolah lebih banyak
terutama konsep kanan kiri, sebab akibat, dan waktu (Wong, 2013).
Perkembangan merupakan sebuah perubahan yang terjadi secara bertahap, dimulai dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses maturasi
dan pembelajaran (Whaley & Wong, 2014). Supartini (2014) berpendapat bahwa
perkembangan identik dengan perubahan secara kualitas, maksudnya yaitu terjadi peningkatan
kapasitas individu dalam mencapai suatu hal melalui proses pertumbuhan, pematangan dan
pembelajaran. Proses perkembangan terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan antara
satu komponen dengan komponen lain. Jadi, apabila seorang anak tumbuh semakin besar,
Perkembangan anak usia prasekolah terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa dan personal sosial. Aspek perkembangan yang perlu dibina dalam menghadapi
masa depan anak terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal
9
sosial. Keterlambatan pada aspek-aspek ini sangat berpengaruh pada anak ketika menginjak
2) usia 4-5 tahun anak dapat melompat tali dan melompat pada
10
3) usia 5-6 tahun anak dapat meloncat dan melompat pada kaki
berikut:
11
mampu membuat simpul, dapat menggambar, menyalin
(Wong, 2013).
c. Bahasa
makna dari kata-kata tersebut terutama konsep kanan dan kiri, sebab-
akibat, dan waktu. Anak bisa menggunakan konsep secara benar tetapi
hanya dalam keadaan yang telah mereka pelajari. Misalnya mereka bisa
kaitan sepatu selalu berada dibagian luar kaki, namun jika memakai
sepatu lain yang tidak memiliki kaitan, mereka tidak tahu lagi sepatu
pertanyaan.
12
2) Usia 4-5 tahun anak mampu menggunakan kalimat dari
d. Personal sosial.
hubungan dengan orang lain. Anak tinggal dan diasuh oleh orang tua
mengenai satu sama lain dari waktu ke waktu yang akan berpengaruh
perkembangan, yaitu:
a. Keturunan
14
lain terhadapa anak. Kebanyakan karakteristik fisik termasuk pola dan
lingkungannya.
b. Faktor Neuroendokrin
cara. Tiga hormon yaitu hormon pertumbuhan, hormon tiroid, dan androgen,
c. Nutrisi
kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan
anak..
d. Hubungan Interpersonal
e. Tingkat Sosioekonomi
pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari keluarga kelas atas dan
15
menengah mempunyai tinggi badan lebih dari anak dari keluarga dengan strata
kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan
optimal anak.
f. Penyakit
g. Bahaya Lingkungan
segi kesehatan anak akan menghirup udara yang kurang bersih karena udara
Meskipun semua anak mengalami stres, beberapa anak muda tampak lebih
anak, tidak diragukan lagi bahwa media memberikan anak suatu cara
16
untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka
mayoritas anak memilih orang tua atau wali orang tua mereka sebagai
Erik Erikson menyakatan bahwa pada usia 3-6 tahun, anak sedang dalam tahapan
perkembangan yang ketiga dari delapan tahap perkembangan. Tahap perkembangan tersebut
Perkembangan Anak Merupakan Proses Perubahan Perilaku Dari Tidak Matang Menjadi
Matang, Dari Sederhana Menjadi Kompleks, Suatu Proses Evolusi Manusia Dari
Ketergantungan Menjadi Makhluk Dewasa Yang Mandiri. Perkembangan Anak Adalah Suatu
Proses Perubahan Dimana Anak Belajar Menguasai Tingkat Yang Lebih Tinggi Dari Aspek-
Aspek : Gerakan, Berpikir, Perasaan, Dan Interaksi Baik Dengan Sesama Maupun Dengan
Schwartz, 2013), Pertumbuhan Adalah Meningkatnya Jumlah Dan Ukuran Sel Pada Saat
Membelah Diri Dan Mensintesis Protein Baru Yang Menghasilkan Peningkatan Ukuran Berat
Menekankan Bahwa Arsitektur Otak Dibentuk Pada Tahun-Tahun Pertama, Dari Interaksi
Warisan Genetik Dan Pengaruh Lingkungan Di Mana Anak Tinggal (Fraser Mustard, 2014;
17
Shonkoff Et Al., 2013). Manusia Secara Bersamaan Mengalami Proses Tumbuh Dan
Berkembang Secara Fisik, Kognitif, Psikososial, Dimensi Moral, Dan Spiritual, Dengan
Masing-Masing Dimensi Menjadi Bagian Penting Dari Keseluruhan Pribadi (Taylor Et Al.,
2013).
Dalam Masa Perkembangan Anak Terdapat Masakritis, Dimana Pada Masa Tersebut
Memerlukan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak Secara Komprehensif Dan Berkualitas. Hal
Ini Dapat Didukung Melalui Kegiatan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak Sehingga Perkembangan Kemampuan Gerak, Bicara Dan Bahasa,
Sosialisasi Dan Kemandirian Pada Anak Berlangsung Optimal Sesuai Umur Anak (Muhibbin,
2013).
Dengan Perkembangan Anak Remaja Atau Orang Dewasa. Anak Memiliki Karakteristik
Tersendiri Dan Anak Memiliki Dunianya Sendiri. Untuk Mendidik Anak Usia Dini, Perlu
Dibekali Pemahaman Tentang Dunia Anak Dan Bagaimana Proses Perkembangan Anak
(Potmonodewo, 2009).
Secara Progresif, Artinya Dari Dekat Ke Jauh Dan Garis Tengah Ke Pinggiran. Pertimbangan
Ketiga Adalah Pembangunan Itu Berlangsung Dari Keterampilan Motorik Kasar (Misal
Keterampilan Motorik Halus Menyediakan Dasar Untuk Perkembangan Motorik Baru Seperti
18
Sedang Tumbuh Untuk Menanggapi Rangsangan Yang Berbeda. Sepanjang Rentang Hidup,
Sebelumnya Sehingga Semakin Kompleks Tugas Bisa Diselesaikan. Misalnya, Balita Belajar
Kognitif Pola, Dan Imitasi Sosial Dari Menonton Orang Lain. Sebagai Anak-Anak Tumbuh
Dan Berkembang, Tugas Belajar Menggunakan Sendok Menjadi Dasar, Untuk Keterampilan
Dan Pada Tingkat Yang Berbeda, Dan Dapat Dimodifikasi. Misalnya, Otot Dan Tulang
Keduanya Tumbuh Paling Cepat Selama Tahun Pertama Kehidupan. Selama Masa Balita
Dan Prasekolah, Pertumbuhan Tulang Melambat, Tetapi Serat Otot Bertambah Besar Dan
Kekuatannya. Periode Perkembangan Bicara Yang Paling Intens Adalah Berusia Antara 3
dan 5 tahun.
hubungan sosial. Hal ini dapat diartikan pula sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, tradisi, serta membaur menjadi satu kesatuan dan
saling bekerja sama (Departemen Kesehatan RI, 2013). Sedangkan Hurlock (2015)
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Terdapat beberapa proses yang harus
dilakukan agar menjadi orang yang mampu bemasyarakat (sozialized) dengan baik,
diantaranya yaitu belajar berperilaku ang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial
Perkembangan sosial pada anak dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak
dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat tempat anak
19
tinggal. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai
respon lingkungan terhadap anak dalam periode prasekolah, anak dituntut untuk mau belajar
dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang, baik keluarga, guru, ataupun teman
sebaya. Ahmadi (2012) menjelaskan terdapat empat tingkatan perkembangan sosial anak,
yaitu:
a) Tingkatan pertama
b) Tingkatan kedua
Kemampuan anak dalam menunjukkan rasa senang ataupun sedih akan suatu hal
yang dapat dilihat dari ekspresi wajahnya, dan hal tersebut dapat dipraktikan anak
secara berulang. Contoh: Anak yang berebut benda atau mainan, jika menang
c) Tingkatan ketiga
Jika anak lebih dari umur ±2 tahun, mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju)
dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada orang lain,baik yang sudah
d) Tingkatan keempat
Setelah anak berusia 3 tahun awal, anak akan mulai menyadari akan pergaulannya
dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut campur kegiatan yang
dilakukan oleh keluarganya. Dan pada usia 4 tahun, anak makin senang bergaul
dengan anak lain terutama teman yang usianya sebaya. Anakcenderung bermain
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 anak, karena apabila semakin banyak
sahabat atau teman dalam kelompok dapat memicu perselisihan yang biasanya
20
dapat berdampak pertengkaran. Kemudian,pada usia 5-6 tahun ketika memasuki
usia sekolah, anak lebih mudah diajakbermain dalam suatu kelompok. Ia juga
mulai memilih temanbermainnya, baik itu tetangga yang sebelumnya sudah dia
Susanto (2013), mengemukakan bahwa pada usia anak-anak, mereka mulai bergaul atau
hubungan sosial baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya, maupun
teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial seperti
berikut :
a) Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksiyang ditunjukkan anak terhadap penerapan
disiplin atautuntutan orang tua atau lingkungan yangtidak sesuai dengan kehendak
anak.
b) Agresi (aggression)
(verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi anak terhadap frustasi (rasa
Hal ini terjadi apabila seseorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh
sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu
Merupakan sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan
serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata kata ejekan atau
Merupakan salah satu keinginan anak untuk dapat atau mampu melebihiorang lain.
f) Kerja sama(cooperation),
yaitu sejenis tingkah laku untukmenguasai situasi sosial, keinginan anak untuk
i) Simpati (sympathy)
sebayanya.
Sedangkan piaget (2014) berpendapat bahwa bentuk-bentuk nyata dari perkembangan sosial
a) Usia 4 tahun
(2) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang mereka anggap sudah
dekat
b) Usia 5 tahun
22
Perkembangan social anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah:
c) Usia 6 tahun
(3) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan
keteman
(6) Adanya kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah Menyukai pekerjaannya atau
permainan yang ia temui da nselalu ingin membawa pulang
Menurut hasil penelitian Novitasari dan Khotimah (2016), salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu kebiasaan anak dalam bermain gadget.
Sedangkan Dini (2015), menambahkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
23
a) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya,
b) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman yang
c) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model”
untuk anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui
cara“coba-salah” (try and error), yang dialami oleh anak, melalui Pengalaman
bergaul, tetapi akan efektif dengan “meniru” perilaku orang lain dalambergaul,
tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yangsecara sengaja
diberikan oleh anak yang dapat dijadikan “model” bergaulyang baik untuk anak.
dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapijuga dapat membicarakan topik yang
yang dapat dimengerti dan menarikuntuk orang lain yang menjadi lawan
bicaranya.
Deliana (dalam Khairani) (2013) berpendapat bahwa faktor- faktor penghambat yang
Tingkah laku agresif biasanya mulai tampak sejak usia 2 tahun, tetapisampai usia
4 tahun tingkah laku ini masih sering muncul, terlihat dari seringnyaanak TK
24
c) Pemalu, Rasa malu biasanya sudah terlihat sejak anak sudah mengenalorang-
orang disekitarnya.
d) Anak Manja, Memanjakan anak adalah suatu sikap orang tua yang
3. Gadget
a. Definisi
Gadget adalah suatu benda atau barang yang diciptakan khusus di era yang serba maju ini
dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu menjadi mudah dan praktis dibandingkan
teknologi- teknologi sebelumnya. Beberapa contoh dari gadget yaitu laptop, smartphone, ipad,
ataupun tablet yang merupakan alat-alat teknologi yang berisi aneka aplikasi dan informasi
Keberadaan gadget yang merupakan salah satu wujud kemajuan dalam bidang teknologi
baru membuat seseorang yang mampu mengaplikasikannya merasa selangkah lebih maju dari
memiliki pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan. Semenjak adanya gadget, komunikasi
menjadi lebih mudah (Pratiwi, 2015). Gadget juga dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang, tergantung bagaimana orang tersebut memanfaatkan gadget. Apabila orang tersebut
dapat memanfaatkannya dengan baik, gadget bisa sangat membantu dan mempermudah
segalanya. Akan tetapi, apabila orang tersebut menyalahgunakan penggunaannya, maka fungsi
25
gadget yang seharusnya bersifat mempermudah hubungan sosial atau komunikasi seseorang
malah menjadikan hubungan sosial tersebut semakin buruk hanya karena tidak mau
bersilaturrahmi secara langsung dan sibuk dengan gadget masing- masing ketika sedang
Gadget tidak hanya beredar dikalangan usia dewasa, tetapi juga beredar dikalangan anak
usia dini ataupun prasekolah. Seiring perkembangan zaman, masyarakat modern termasuk anak-
anak, memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan gadget yang semakin beredar luas. Sehingga
saat ini tidak aneh lagi apabila anak kecil berusia balita bahkan prasekolah di zaman sekarang
Gadget yang merupakan wujud nyata dari teknologi baru yang berisi aneka aplikasi dan
progam yang menyenangkan seolah- olah telah menjadi sahabat bagi anak, bahkan bisa menyihir
anak- anak untuk duduk manis berjam-jam dengan bermain gadget. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rideout (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2 sampai 4 tahun telah
menghabiskan waktunya di depan layar selama 1 jam 58 menit perharinya dan anak usia 5 hingga
8 tahun menghabiskan waktu di depan layar selama 2 jam 21 menit setiap harinya. Hal ini
bertentangan dengan pendapat Starburger (45) yang menyatakan bahwa anak hanya boleh
Apabila waktu efektif manusia beraktifitas sebanyak 960 menit sehari, dengan demikian
orang dewasa yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu setiap 4,8 menit sekali di
kala senggang. Begitupun anak-anak, tidak akan jauh berbeda apabila orang tua tidak memiliki
ketegasan dalam pembatasan durasi dan anak sudah terlalu bergantung dengan penggunaan
gadget. Kecanduan gadget pada anak dapat terlihat dari beberapa tanda seperti tantrum saat
diminta berhenti bermain gadget, tidak mau merespon panggilan baik dari orang tua ataupun
orang lain (kemampuan komunikasi) ketika sedang bermain gadget, dan apabila anak tersebut
26
sudah masuk tahap sekolah, nilai akademis (kemampuan anak) menurun dikarenakan anak sudah
tidak tertarik lagi dengan materi pembelajaran yang ada disekolah (Starburger VC, 2013).
Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang diperbolehkan untuk anak
usia prasekolah dalam bermain gadget, karena total lama penggunaan gadget dapat
seorang anak hanya boleh berada di depan layar < 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut
didukung oleh Sigman (2014) yang mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak usia
prasekolah dalam menggunakan gadget yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.
Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan Canada, mengemukakan bahwa
anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia
3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam perhari untuk
anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang
menggunakan gadget 4 – 5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan. Pemakaian
gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang
berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak.
Anak akan cenderung malas bergerak dan dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil
menikmati cemilan yang nantinya dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan
bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di
sekelilingnya. Anak yang terlalu asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi
ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan bedampak sangat
1) Dampak Positif
27
orang dewasa ataupun anak-anak. Dampak yang timbul bergantung dengan
beberapa dampak positif gadget pada anak yaitu menjadi media pembelajaran yang
menarik, belajar bahasa inggris lebih mudah, serta meningkatkan logika lewat game
interaktif yang edukatif. Hal tersebut dapat terjadi apabila orang tua mampu
2) Dampak Negatif
negative bagi anak. Aneka aplikasi gadget yang berisi game, video yang
mengandung sara, ataupun ajaran sesat sekalipun semua tersedia dan dalam
jangkauan akses yang sangat mudah dan cepat dalam hitungan detik saja.
Penggunaan gadget yang berlebihan (kecanduan), apalagi dengan akses konten yang
tidak baik, seperti adegan kekerasan yang anak lihat dalam game dan film, serta
ANAK
Berdasarkan analisis hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan sosial dan emosional
anak prasekolah yang dilakukan pada 81 orang responden diketahui bahwa : Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulia Trinika (2015) tentang Pengaruh Penggunaan
gadget terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di TK Swasta Kristen Immanuel,hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perngaruh yang cukup signifikan antara penggunaan gadget
dengan perkembangan psikosial (P value =0,005). Penelitian terkait yang mendukung penelitian ini
adalah Kim (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan media digital memiliki efek terhadap
28
kemampuan perhatian anak seperti peningkatan hiperaktivitas dan kesulitan dalam berkonsentrasi serta
mereka juga lebih banyak merasa sedih atau bosan dengan teman-temannya. Teori lain yang mendukung
hasil penelitian ini, yaitu: Iswidharmanjaya dan Agency dalam buku Bila Si Kecil Bermain Gadget
(2014) tentang dampak negatif penggunaan gadget pada anak, yaitu ketika anak telah kecanduan gadget,
pasti akan menganggap perangkat itu adalah bagian dari hidupnya. Hal tersebut akan menganggu
Dengan adanya kesamaan antara hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian terkait yang telah
dilakukan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa memang benar ada hubungan penggunaan
Peneliti mendapatkan data bahwa sebanyak 46,9% orang tua dari siswa di RA PLUS Ja-Alhaq
Kota Bengkulu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu SMA, dan pekerjaan terbanyak adalah Ibu
Rumah Tangga yaitu 44,4%, oleh sebab itu pengetahuan mereka cukup tinggi dan waktu mengawasi
anak cukup luang untuk melakukan antisipasi dengan selalu mengontrol dan mengawasi anak-anaknya
dalam penggunaan gadget. Sehingga, dampak yang akan ditimbulkan dari gadget tersebut dapat dicegah.
Orang tua juga lebih cerdas dalam memilah-milah aplikasi yang terdapat di gadget anak mereka dan
selalu mendampingi anak ketika menggunakan gadget. Maka dari itu dampak negatif dari gadget
terhadap perkembangan sosial dan emosional anak prasekolah di RA PLUS Ja-Alhaq ini tidak terlalu
besar.
C. Kerangka Konsep
Durasi Perkembangan
Penggunaan sosial
Gadget
29
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Definisi Oprasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Oprasional
Independen : Penggunaan Kuesioner Mengisi lembar Ordinal
Penggunaan gadget adalah kuesioner
Gadget aktifitas anak
menggunakan
gadget
dengan cara
menonton tv,
youtube,
searching
pembelajaran
dan bermain
game
Variabel Perkembangan Kuesioner terdiri Berdasarkan uji Ordinal
Terikat sosial dari atas 18 normalitas data,
(Variabel merupakan pertanyaan tentang data berdistribusi
Dependen) : perkembangan
kondisi normal, sehingga
Perkembang sosial anak, dengan
an sosial kemampuan bentuk pilihan menggunakan mean
anak seorang anak jawaban: = 54,94.
dalam a. SS : sangat setuju Berdasarkan hasil
berperilaku b. S : setuju distribusi data
yang sesuai c. TS : tidak setuju tersebut, maka
dengan tuntutan d. STS : sangat tidak tingkat
setuju
sosial perkembangan
Penilaian pengaruh
terhadap sosial dikategorikan
perkembangan menjadi:
sosial anak diukur a. Skor > 54,94 =
dengan ketentuan Baik
Ordinal sebagai b. Skor < 54,94
berikut : =Kurang
1. SS : Skor 1
2. S : Skor 2
3. TS : Skor 3
4. STS : Skor 4
30
E. HIPOTESIS
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan orang tua, pengajaran di sekolah dan lama
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel anak prasekolah di TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu.
B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana pada penelitian ini hanya melakukan observasi dan
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh orang tua atau wali dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu sejumlah 66 orang.
31
2. Sampel
Metode Pengampilan Sampel dinamakan Sampling. Sampling adalah suatu proses yang ditempuh
dengan pengambilan sampel yang sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian. Medote Sampling yang
digunakan dalam penelitian in adalah Purposive Sampling dimana orang tua atau wali dari siswa Taman
Kanak-kanak (TK) RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang memenuhi kriteria pemilihan
dimasukan dalam penelitian sampai jumlah responden yang diperlukan terpenuhi . Adapun kriteria
a. Kriteria Inklusi
1) Orang tua atau wali murid dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang
2) Orang tua atau wali murid yang anaknya bermain gadget hampir setiap hari (minimal 5
3) Orang tua atau wali murid yang dapat membaca dan menulis untuk keperluan pengisian
kuesioner.
b. Kriteria eksklusi
1) Orang tua atau wali murid dari siswa TK RA PLUS JA-ALHAQ Kota Bengkulu yang
Menurut Notoatmodjo (2012) pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan computer
32
masing-masing sub variabel kemudian diberikan kode-kode tertentu.
ulang dan pembersihan apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing
variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (score).
E. Analisa Data
1. Analisa Univariat
variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik
responden dari data demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak).
2. Analisa Bivariat
(pengetahuan, pola asuh orang tua dan lama penggunaan gadget pada anak prasekolah) dengan
variabel dependen (perkembangan sosial) data dianalisa dengan uji Chi-Square (𝑥2)
33
DAFTAR PUSTAKA
Adriana D, Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Medika Salemba, Jakarta, 2015
Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar, 2014
Elizabeth TS. 3 tanda anak adiksi gadget, diunduh pada tanggal 6 Mei 2023 Dari
http://health.kompas.com/read/2016/02/16/190300323/3.Tanda.Anak.Adik si.Gadget
34
Iswidharmanjaya D & Agency B, Panduan bagi orang tua untuk memahami faktor-faktor anak
kecanduan gadget, Bisakimia, 2014
Lighter D. Gentle discipline, 50 cara efektif menanamkan tingkah laku positif pada anak,
Kanisius, Yogyakarta, 2018
Montolalu & Saleh C, Bermain sambil belajar sains di TK, PT Grasindo, Jakarta, 2015
Noorlaila I, Panduan lengkap mengajar PAUD, Pinus book publisher, Yogyakarta, 2015
Novitasari W & Khotimah N, Dampak penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak usia 5-6
tahun, J PAUD teratai, 2016
Piaget J & Barbel I, Psikologi anak, Terjemahan Miftahul Jannah, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2014
Rideout V, Zero to eight: electronic media inthe lives of infants, toddlers and preschoolers,
Common Sense Media Research Study, 2013
Rowan C. The impact of technology on the developing child [internet]. US: The Huffington Post,
diunduh pada 31 Maret 2017 Dari http://www.huffingtonpost.com/cris-rowan/technology-
children-negative-impact_b_3343245.html
35
Supartini Y, Konsep dasar keperawatan anak, EGC, Jakarta, 2012
Suryono dan Mekar, A.D, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2013
Susanto A, Perkembangan anak usia dini: pengantar dalam berbagai aspeknya, Kencana
prenada media group, Jakarta 2012
Starburger VC, Children, adolescents, obesity and the media, Pediatrics, 2013
Whaley & Wong, Buku ajar keperawatan pediatric, EGC, Jakartam, 2013
Yuniarti, Use Of Gadget Duration and Development Of Prescool Children in Bengkulu City.
Advances in Health Sciences Research, 2018
36
Lampiran : Kuesioner penelitian
Nama :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Wali dari anada : umur tahun bulan
Alamat :
Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan Jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur. Kerahasiaan
jawaban terjaga.
3. Berilah tanda centang (√) pada pilihan yang telah disediakan dalam
setiap pertanyaan berikut. Adapun kriteria jawaban adalah sebagai
berikut :
a. < 1 jam menunjukkan jawaban bahwa anak anda bermain gadget (laptop,
handphone, tablet, iphone) selama kurang dari sama dengan 1 jam dalam
setiap harinya
b. > 1 jam menunjukkan jawaban bahwa anak anda bermain gadget selama lebih
dari 1 jam dalam setiap harinya
4. Terima kasih atas partisipasinya.
Penggunaan Gadget
33
B. Kuesioner Perkembangan Sosial Anak Prasekolah terhadap Penggunaan
Gadget
Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis atau penelitian
2. Baca dan Jawablah semua p
3. ertanyaan secara teliti dan jujur. Kerahasiaan jawaban dijaga.
4. Beri tanda centang (√) pada pilhan yang telah disediakan dalam
setiap pertanyaan berikut, adapun kriteria jawaban adalah sebagai
berikut :
a. SS menunjukkan jawaban Sangat Setuju dengan pernyataan yang diajukan
b. S menunjukkan jawaban Setuju dengan pernyataan yang diajukan
c. TS menyatakan jawaban Tidak Setuju dengan pernyataan yang diajukan
d. STS menunjukkan jawaban Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan yang
diajukan
5. Terima kasih atas partisipasinya.
No Pernyataan SS S TS STS
1 2 3 4
Anak tidak mau meminjamkan mainannya
1.
kepada orang lain
34
Anak akan bersikap acuh saat di panggil atau
9.
dinasehati
33