Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN MOTORIK

( Periode Akhir Masa Kanak-kanak dan Implikasinya

serta Perkembangan dalam Belajar )

Dosen Pengampu : Elsa Cindrya, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Anita Sulistyowati (NIM: 1930210066)

Annisa Widya Fahrani (NIM: 1930210104)

Maratus Sholekhah (NIM: 1930210114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran alllah swt. Yang telah memberikan pencerahan pada
kita dalam menggali ilmu yang insyaallah berguna ini. Dalam dunia pendidikan dan
pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya, baik itu di
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, ataupun di Perguruan
Tinggi dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Sebagai seorang guru atau
pengelola suatu pendidikan, kita perlu mempelajari dan memahami dengan baik
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mengatasi masalah
pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di kelas kita secara tepat, serta implikasi
masing-masing karakteristik terhadap penyelenggaraan pendidikan.

Materi ini membahas tentang perkembangan belajar anak dalam akhir masa
kanak-kanaknya, dan penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran, serta
implikasi-implikasinya. Untuk mencapai kompetensi tersebut, kita sebagai seorang
guru wajib mengkaji berbagai aspek perkembangan peserta didik, di antaranya
hakikat pertumbuhan dan perkembangan, karakteristik, dan perbedaan individu
yang meliputi aspek fisik, motorik, emosi, sosial, kognitif, bahasa, nilai moral, dan
sikap, kebutuhan individu, perbedaan pendidikan bagi anak normal dan anak
berkelainan, serta implikasi karakteristik dan kebutuhan anak terhadap
penyelenggaraan pendidikan.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan materi yang belum terlalu
lengkap. Untuk itu saya ucapkan terimakasih bagi semua yang telah membaca
makalah ini.

Palembang, 24 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5


2.1 Periode akhir dalam masa kanak-kanak ....................................................... 5
2.2 Implikasi dari periode akhir masa kanak-kanak .......................................... 9
2.3 Proses perkembangan belajar pada akhir masa kanak-kanak .................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
3.2 Saran .......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Masa Kanak-Kanak, Menurut Herlina (2013:17), masa kanak-


kanak dimulai saat anak dapat berdiri sampai dengan mencapai kematangan.
Beberapa filosof, ilmuan, atau ahli psikologi mempunyai pendapat yang berbada
dalam menentukan rentang usia dalam masa kanak-kanak. Aristoteles
mengemukakan bahwa masa kanak-kanak berada pada rentang usia 0-7 tahun.
Menurut Stanley Hall, ahli psikologi perkembangan, masa kanak-kanak itu berada
pada rentang usia 0-4 tahun. Sedangkan Jean Jacques Rousseau, mengatakan masa
kanak-kanak berada pada rentang usia 2-12 tahun.

Dari perkembangan, ada pula tugas dari perkembangan sendiri, yaitu suatu
tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas
tersebut harus dikuasai dan diselesaikan guna memberikan kebahagiaan dan
keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya. Apabila tugas ini tidak dapat
diselesaikan, maka akan muncul ketidakbahagiaan dalam diri, penolakan dari luar
seperti tidak diterimanya seseorang dari masayarakat, dan kesulitan pada
pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana periode akhir dalam masa kanak-kanak ?
2. Bagaimana implikasi dari periode akhir masa kanak-kanak ?
3. Bagaimana proses perkembangan belajar pada akhir masa kanak-kanak ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana periode akhir masa kanak-kanak.
2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi dari periode akhir masa kanak-
kanak.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan belajar pada akhir
masa kanak-kanak.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Periode Akhir Dalam Masa Kanak-Kanak

Periode akhir anak-anak ini bisa kita ketahui bersama yaitu dengan mengetahui
usia anak tersebut, semisal dari rentang usia akhir usia dini sampai usia kesepuluh
keatas. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Keperawatan anak dalam
komunitas yaitu memampukan anak-anak untuk secara efektif mendapatkan
sumber-sumber yang mereka butuhkan untuk memelihara kesehatan yang optimal.
Masa kanak-kanak atau masa sekolah yang berlangsung kira-kira pada usia tujuh
sampai duabelas tahun, merupakan periode kritis dalam membentuk kebiasaan
untuk mencapai sukses yang akan dibawa anak hingga dewasa.1

Kemudian tidak mungkin dari kita tidak mengetahui tentang keaadaan usia
berapa anak dalam masa akhir kanak-kanak ini. Akhir masa kanak-kanak (usia 6
tahun sampai 10-12 tahun). Yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah
dasar, periode ini disebut juga “tahun-tahun sekolah dasar”. Namun ada juga yang
menyatakan bahwasanya periode akhir masa kanak-kanak itu dimulai pada usia 11
tahun dan berakhir hingga awal proses kematangan seksual pada anak perempuan
yakni mulai satu hingga dua tahun lebih awal. Oleh karena itu, periode ini lebih
pendek dibandingkan dengan pada anak laki-laki. Disamping itu, juga terdapat
perbedaan intra-sex pada awal proses ini. Itulah sebabnya anak-anak perempuan
atau laki-laki pada usia yang sama bisa mempunyai akhir masa kanak-kanak yang
lebih pendek atau lebih panjang.2

1
Yuyun Ernawati, Hubungan dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada masa kanak-kanak
akhir, PEJ Educational No. 1, Mei 2016, hal. 2.
2
Aep Rohendi dan Laurens Seba, Perkembangan Motorik, Bandung: Alfabeta, 2019, hal. 144.
Dari sini sudah banyak pengetahuan tentang usia anak pada masa kanak-kanak
akhir. Kemudian ada juga beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang
apa saja lingkupan dari akhir masa kanak-kanak sesuai pengamatan yang
dilakukannya.

Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak
mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar umur 13 tahun bagi anak perempuan,
dan 14 tahun bagi anak laki-laki, yang mana masa tersebut oleh orang tua disebut
masa yang menyulitkan karena pada masa-masa ini anak sering bertengkar, bandel,
dan lain-lain. Para ahli psikologi menyebutkan dengan usia penyesuaian atau usia
kreatif. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi
oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks, dan intelegensi.

Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat digolongkan


kedalam empat kelompok, yaitu:

1. Keterampilan menolong diri


2. Keterampilan menolong sosial
3. Keterampilan sosial
4. Keterampilan bermain

Akhir masa kanak-kanak disebut juga usia berkelompok karena anak berminat
dalam kegiatan kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari
kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola
perilaku, nilai-nilai dan minat anggotanya sebagai anggota kelompok, anak sering
menolak standart dari orang tua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis,
dan berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompok. Minat bermain
anak dan jumlah waktu yang digunakan untuk bermain tergantung pada derajat
dukungan sosial dari pada kondisi-kondisi lain.

6
Pada akhir masa kanak-kanak, terdapat peningkatan pesat dalam pengertian
dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak kanak yang disebabkan oleh
meningkatnya intelegensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Sebagian besar
anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standart moral
kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku sebagai pengganti
pengawasan dari luar yang diperlukan pada waktu anak masih kecil, sekalipun
demikian pelanggaran dirumah, disekolah, dan dilingkungan tetangga masih sering
terjadi.3

Kemudian seperti inilah gambaran dari konsep diri anak pada masa kanak-
kanak akhirnya. Konsep diri pada masa kanak-kanak akhir Bagi anak dalam masa
kanak-kanak akhir, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang
telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orangtua, gurunya
maupun teman-temannya.

Bagaimana anak diperlakukan di rumah, di sekolah dan di masyarakat akan


mempengaruhi pembentukan konsep dirinya (Hurlock, 2013). Bagaimana
hubungan dengan orangtua, dengan saudara kandungnya, kedudukannya dalam
keluarga (apakah ia anak pertama, anak tengah, anak bungsu, atau anak tunggal dari
keluarga besar atau keluarga kecil) dan bagaimana pendapatnya mengenai cara-cara
asuhan anak yang berlaku dalam keluarganya, semua ikut berperan dalam
menentukan perkembangan konsep dirinya. Penelitian yang dilakukan Spilsbury
(2002), melihat bagaimana anak yang tinggal di lingkungan yang penuh dengan
perilaku kekerasan dan tingkat kriminal yang tinggi mempersepsi bahwa orang
asing bisa melukai mereka jika mereka tidak hati-hati. Hal ini membuat anak
mengembangkan konsep diri yang cenderung kurang percaya diri dan berhatihati
yang termanifestasi dalam perilaku tidak berbicara dengan orang yang tidak
dikenal.

3
Sri Yulia Sari, Tinjauan perkembangan psikologi manusia pada usia kanak-kanak dan remaja,
Primary Education Journal No.1, Desember 2017, hal. 6.
Masih terkait pembentukan konsep diri pada masa kanak-kanak akhir, apabila
seorang guru mengatakan secara terus-menerus pada seorang muridnya bahwa dia
kurang mampu dalam kelas maka lama-kelamaan anak pada masa kanak-kanak
akhir akan mempunyai konsep diri yang negatif dan kurang mampu. (Rais dalam
Gunarsa & Gunarsa, 2006). Terkait dengan hal ini, Adiyanti (2007) menyebutkan
bahwa guru harus membantu anak dalam pembentukan konsep dirinya. Guru harus
bijak dengan apa yang dikatakan dan dilakukan pada anak, sehingga tidak membuat
anak merasa tidak berarti, tetapi justru menjadikan anak lebih dapat
mengembangkan keterampilannya yang akan mempengaruhi harga dirinya.

Penelitian Ulfah (2007) dengan latar belakang di Indonesia memeriksa


bagaimana peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap
kecenderungan kenakalan remaja dan anak masa kanak-kanak akhir. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsep diri yang rendah dan peran keluarga yang
rendah berhubungan dengan kecenderungan kenakalan dari anak dan remaja yang
tinggi. Sebaliknya konsep diri dan peran keharmonisan keluarga yang tinggi
berhubungan dengan rendahnya tingkat kenakalan remaja. Sederet fakta di atas
menunjukkan bahwa konsep diri berkaitan erat dengan orang-orang terdekat serta
komunitas di sekitar anak. Menciptakan lingkungan keluarga dan masyarakat yang
kondusif serta penuh nilai positif diharap mampu membantu pembentukan konsep
diri positif yang dibutuhkan anak pada masa kanak-kanak akhir untuk transisi ke
masa remaja yang memiliki beragam tantangan perkembangan yang berbeda.4

Untuk itu kita sebagai orang tua yang paling dekat dengan sisi manapun bagi
anak, kita harus mencerminkan bekal-bekal budi pekerti yang baik, agar anak dalam
proses tumbuh kembangnya keatas mempunyai nilai moral yang baik dan dapat
menyesuaikan lingkungan disekitarnya kelak.

4
Beatriks Novianti Kiling, Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak dalam masa kanak-
kanak akhir, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling volume 1 nomor 2, Desember 2015, hal. 123.

8
2.2 Implikasi Dari Periode Akhir Masa Kanak-Kanak

Implikasi ini dilatarbelakangi kurangnya kepedulian pendidik (orang tua dan


guru) terhadap perkembangan sosial anak (masa para sekolah maupun usia
sekolah), sehingga terhambatnya perkembangan sosial dalam kehidupan anak
tersebut. Karena itu, seorang pendidik harus memahami secara baik tentang asas
psikologi ini, sebab asas ini merupakan salah satu asas yang melandasi jalannya
pelaksanaan pendidikan Islam. Ini artinya, bahwa pelaksanaan pendidikan harus
berbasis pada perkembangan anak, dalam hal ini, aspek perkembangan sosial
sebagai salah satu unsur psikologis manusia merupakan elemen pokok dan paling
utama yang menjadi ladang garapan dan unsur yang harus dioptimalkan oleh dunia
pendidikan Islam, karena Islam mendorong setiap manusia untuk saling
berinteraksi dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, sebaliknya
Islam melarang ummatnya untuk bersikap egois dan acuh tak acuh. Meski sudah
banyak buku-buku yang bercerita tentang perkembangan sosial manusia, namun
sangat sedikit pembahasan perkembangan sosial bila ditinjau dari tahap-tahap
perkembangannya serta bagaimana implikasi Pendidikan Islamnya.

Oleh karenanya, diperlukan kajian yang utuh tentang tahap perkembangan


sosial di setiap fasenya, dengan demikian diharapkan formulasi pendidikan Islam
dalam mengoptimalkan perkembangan sosial anak bisa didesain secara tepat.
Implikasi ini mencoba menggambarkan bagaimana tingkat perkembangan sosial
manusia yang unik, terutama di usia Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Kajian ini juga
merumuskan formulasi pendidikan agama yang sesuai dengan ciri-ciri
perkembangan sosial manusia. Yang disesuaikan pada usia akhir masa kanak-
kanak.

1) Masa Pra Sekolah (2-6 tahun) periode tengah masa kanak-kanak


Perkembangan sosial pada masa ini merupakan lanjutan dan pengaruh dari
perkembangan sebelumnya. Dalam hal ini perkembangan sosial anak kuat
dipengaruhi oleh perkembangan sosial sebelumnya.
a. Dalam hal ini Hurlock mengatakan: Manfaat yang diperoleh anak
dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya.
Yang umumnya, terjadi dalam periode ini adalah bahwa anak lebih
menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan
kelompok jenis kelamin yang berlawanan. Mengingat perkembangan
sosialnya dipengaruhi oleh masa sebelumnya, maka pada masa ini harus
disesuaikan pola pengembangannya sesuai dengan tingkat
perkembangan sosial yang telah dikembangkan sebelumnya.
b. Adapun pola interaksi anak pada masa ini, Hurlock menjelaskan:
Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukkan minat yang nyata
untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial
dengan mereka. Ini dikenal sebagai bermain sejajar, yaitu bermain
sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak lain. Kalaupun terjadi
kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja
sama. Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial yang
pertamatama dilakukan dengan teman-teman sebaya.
c. Dalam hal ini Hurlock lebih lanjut menjelaskan: “Perkembangan
berikutnya adalah bermain asosiatif, di mana anak terlibat dalam
kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan
meningkatnya kontak sosial, anak terlibat dalam bermain kooperatif, di
mana ia menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.”
d. sebagaimana dikatakan Baihaqi dalam tulisannya yang mengatakan:
“Perlakuan ibu yang membiarkan anak tumbuh dan mengerjakan
apapun sekehendaknya, merupakan perlakuan yang kurang adil dan
kurang pada tempatnya, perlakuan yang permissive seperti itu sangatlah
tidak bijaksana. Demikian pula perlakuan yang serba ketat dan keras itu
akan mempolakan hidup anak yang selalu ragu dan penuh kecemasan.”
Oleh karenanya, dalam memperlakukan mereka tidak boleh terlalu
ekstrem, seperti terlalu ketat di satu sisi, atau terlalu longgar di sisi yang
lain.

10
e. Sementara dalam praktek pendidikan Islam, Rasulullah Saw dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak melakukan beberapa contoh
teladan seperti mengajak shalat berjama’ah, memberi kesempatan
bermain dengan teman-teman yang lain, serta membawa anak ke tempat
undangan. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan membawa
anak-anak ke tempat-tempat keramaian tentu saja agar memberi
kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan anak-anak secara
lebih luas.

2) Masa Sekolah Dasar (6-12 Tahun) periode akhir masa kanak-kanak


Adapun ciri khas yang menandai usia ini adalah kecenderungannya untuk
berkelompok dengan teman sebaya.
a. Dalam hal ini, Hurlock, mengatakan: Akhir masa kanak-kanak sering
disebut sebagai “usai berkelompok” karena ditandai dengan adanya
minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatkan keinginan
yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan mereka
tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Sejak anak masuk
sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk
diterima kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk
anak laki-laki maupun anak perempuan.
b. Dalam hal ini, Hurlock, membedakan: Geng anak-anak sangat berbeda
dengan geng remaja. Oleh karena itu, bila berbicara tentang geng pada
masa kanakkanak, biasanya istilah itu menunjuk pada anak-anak
sebagai geng anak-anak untuk membedakannya dari geng remaja. Geng
anak-anak berbeda dari geng remaja dalam banyak hal, empat di
antaranya sangat penting dan sangat umum.
1. Pertama, tujuan utama geng anakanak adalah
memperoleh kesenangan, geng mereka terutama adalah
kelompok bermain.
2. Kedua, geng anak-anak terdiri dari anak-anak yang
populer dengan teman-teman sebaya sebaya sedangkan
geng remaja terdiri dari remaja yang tidak berhasil
memperoleh dukungan sehingga mereka bersatu dengan
keinginan untuk membalas dendam kepada setiap orang
yang tidak menerima mereka.
3. Ketiga, geng anak-anak jarang beranggotakan kedua
jenis seks, sedangkan geng remaja lebih banyak
anggotanya terdiri dari kedua jenis seks daripada
keanggotaan yang sejenis.
4. Keempat, geng anak-anak terdiri dari anak-anak yang
usia dan tingkat perkembangannya sama dan yang
mempunyai minat serta kemampuan yang sama,
sedangkan geng remaja terdiri dari individu-individu
yang berbeda.
c. Kecenderungan anak untuk berkelompok tersebut sedikit banyaknya
juga membawa efek yang kurang baik bagi anak. Dalam hal ini,
Hurlock menjelaskan: Banyak anak yang lebih besar berusaha mati-
matian agar menyamai temantemannya dalam bentuk pakaian,
perilaku, dan pendapat, meskipun hal ini berarti melawan standar orang
tua. Motivasi demikian merupakan sosialisasi pada akhir masa kanak-
kanak yang didasarkan pada persesuaian yang memperbudak diri
seperti ini. Persesuaian diri dengan teman-teman sebaya menetap
sepanjang tahun-tahun akhir masa kanak-kanak, dan biasanya
mencapai puncaknya antara usia sepuluh dan sebelas tahun.
d. Para pendidik harus memberikan kesempatan dan fasilitas kepada anak
untuk mendapatkan permainan seperti bermain konstruktif, menjelajah,
olah raga, mengumpulkan dan sebagainya. Seperti:
1. Bermain konstruktif, membuat sesuatu hanya untuk
bersenang-senang saja, tanpa memikirkan manfaatnya
merupakan bentuk permainan yang populer di antara
anak-anak yang lebih besar.

12
2. Menjelajah, seperti anak yang lebih muda, anak yang
lebih besar senang memuaskan keingintahuan tentang
hal-hal baru yang berbeda dengan menjelajahinya.

3. Mengumpulkan, pada mulanya seperti halnya anak yang


lebih muda, anak yang lebih besar mengumpulkan setiap
hal yang menarik perhatiannya seperti karang, tutup
botol, kartu-kartu baseball, kelerang, kerang dan
sebagainya.

4. Permainan dan olah raga, anak yang lebih besar tidak


puas lagi memainkan jenis-jenis permainan yang
sederhana dan tidak terdiferensiasi, yang merupakan
permainan awal masa kanakkanak.

5. Hiburan, arena hiburan sebagian besar merupakan


bentuk bermain sendiri, maka pilihan individual lebih
jelas daripada dalam kegiatan bermain kelompok, di
mana pilihan anak dikalahkan oleh pilihan kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa setiap fase perkembangan sosial anak usia pra-
sekolah dan usia akhir masa kanak-kanak mempunyai karakteristik dan perbedaan-
perbedaan yang unik. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut maka ditemukan
bagaimana formulasi pendidikan Islam yang tepat untuk diaplikasikan sesuai
dengan ciri khas pertumbuhan sosial yang mewarnai setiap fase perkembangannya.5

5
Hadini, Perkembangan sosial usia prasekolah dan usia sekolah dasar serta implikasinya dalam
pendidikan, Fitra volume 4 nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 15-18.
2.3 Proses Perkembangan Belajar Pada Akhir Masa Kanak-Kanak

Perkembangan disini menurut santrock (1995, 2007) adalah pola perubahan


yang dimulai sejak pembuahan dan terus berlanjut disepanjang rentan kehidupan
individu. Senada dengan santrock, Hurlock (1980) mengemukakan bahwa
perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman belajar.

Akhir masa kanak-kanak (usia 6 tahun sampai 10-12 tahun). Yang kira-kira
setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini disebut juga “tahun-tahun
sekolah dasar”. Yang memiliki tugas sebagai berikut:

1. Belajar keterampilan fisik


2. Membangun sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya
4. Mengembangkan peran sosial pria wanita yang tepat
5. Belajar keterampilan dasar calistung (membaca, menulis, berhitung)
6. Mengembangkan pengertian” yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati/nurani moralitas dan nilai-nilai terpuji
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga
9. Mencapai kebebasan pribadi.6

Untuk dapat menarik perhatian usia akhir masa kanak-kanak. anak-anak bisa
diajarkan permainan tradisional dengan aturan, dalam bermain guru hendaknya
menceritakan dulu isi dari permainan dan menjelaskan cara bermainnya dengan
melagukannya langsung, sehingga dapat menciptakan situasi emosional sesuai
dengan permainan yang akan dimainkan.

6
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan anak: Sejak pembuahan sampai dengan kanak-
kanak akhir, Jakarta: Kencana, 2018, hlm. 135-137.

14
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih permainan tradisional
untuk anak Taman Kanak-kanak, yaitu;

1. Permainan yang dipilih harus dikuasai oleh anak, setidaknya menarik dan
dikenal oleh anak, sehingga mampu menarik dan memikat anak untuk ikut
bermain. Kalau permainan itu menarik perhatian anak, maka anak akan
bersungguh-sungguh dalam bermain karena mengasyikkan.
2. Permainan tradisional yang dimainkan harus sesuai dengan tingkat usia
perkembangan anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian dan
sikap kooperatif anak dalam permainan, dan kegiatan permainan itu tidak
terlalu panjang sehingga tidak membosankan anak.

Penerapan permainan tradisional dalam kegiatan pembelajaran anak di Taman


Kanak-kanak mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan
pendidikan Taman Kanak-kanak yang berusia diakhir masa kanak-kanak. Bagi
anak usia Taman Kanak-kanak mengikuti kegiatan bermain sambil bernyanyi
bersama, ada kalah dan ada menangnya, akan sangat memberikan pengalaman yang
berharga dan mengasyikkan bagi anak.7

Dalam proses pembelajaran periode akhir masa kanak-kanak pun memiliki


banyak aspek, diantaranya adalah:

1. Karakteristik perilaku
a. Pertumbuhan dan perkembangan pada periode usia ini cenderung
merupakan suatu kelanjutan daripada periode sebelumnya. Karena itu
karakteristik perilaku anak pada akhir masa kanak-kanak tetap hamper
sama, namun ada sedikit kemajuan dan perbaikan-perbaikan
kemampuan yang lebih jauh.

7
Dewi Handayani dkk, Penerapan permainan tradisional untuk perkembangan sikap social anak
pada masa akhir kanak-kanak, e-Journal program volume 3, Tahun 2013, hal. 45.
b. Fungsi kognitif (persepsi, berfikir, mengingat, dll) berkembang lebih
jauh. Anak menjadi lebih realistis dan kritis dalam tindakannya terhadap
kehidupan dan hal-hal lain. Emosinya menjadi lebih stabil, self
kontrolnya menjadi semakin lebih baik, lebih percaya diri, dan sadar
akan dirinya.

c. Sosialisasi anak mengalami kemajuan yang pesat dan dia dapat


berinteraksi lebih baik dengan para senior. Hubungan sosial dan
persahabatan anak berkembang stabil dan dapat berlangsung selama
bertahun-tahun.

d. Anak semakin berani, imajinatif, giat, banyak akal, dan sangat berani
mengambil resikio. Biasanya anak laki-laki mengikuti orang-orang yang
dikaguminya dan suka meniru perbuatan dan tindakan” para pahlawan
terkenal yang dilihatnya maupun didengarnya.

2. Perkembangan motorik
Pada periode ini semakin jauh lebih baik. Yakni mempunyai kemampuan
belajar motorik yang paling baik. Dia memperlihatkan suatu kesiapan yang
tinggi dalam berbagai tugas gerak dan aktifitas fisik. Perbedaan jenis
kelamin pada periode usia ini menjadi sangat berarti. Anak-anak yang baik
kemampuan motoriknya jauh lebih unggul daripada mereka yang kurang
mempunyai kemampuan.
3. Kemampuan kondisional
Pada periode ini kemampuan kekuatan berkembang pesat, baik kekuatan
maksimal maupun kekuatan-kekuatan eksplosif. Daya tahan kekuatan juga
berkembang pesat, namun dengan adanya perbedaan individual antara anak
perempuan dan anak laki-laki maka perbedaan ini jauh lebih banyak dalam
kekuatan maksimal dan kekuatan eksplosif.

16
4. Kemampuan koordinasi
Pada periode usia ini mencapai taraf yang agak baik dan memungkinkan
anak mencapai kemampuan belajar motorik yang amat baik. Seperti
gerakan-gerakan berlari, melompat, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif rata-rata berkembang lebih cepat dibandingkan periode
sebelumnya.8

Untuk itu kita sebagai pengawas atau pendidik harus mampu memaksimalkan
bahan ajar dalam bentuk media ataupun cara lain yang dapat menumbuh
kembangkan anak-anak diusia akhir masa kanak-kanak ini agar memiliki kesiapan
dalam masa remaja nya jauh lebih baik lagi menjadi anak yang menjadi penerus
agama, nusa, bangsa, dan Negara.

Hurlock menyatakan indikator dari perilaku sosial yang sukses adalah


kerjasama, persaingan yang sehat, kemauan berbagi, minat untuk diterima, simpati,
empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat, imitasi, dan perilaku
lekat. Perkembangan emosi yang merupakan proses pengembangan kemampuan
untuk tanggap secara emosional, terkait erat dengan perkembangan sosial. Respon
yang nyaman menimbulkan penerimaan sosial yang baik.

Dalam hal ini bisa kita tekankan bahwasanya proses dari teori Hurlock ini dapat
menjadi acuan dalam proses pembelajaran pada periode akhir masa kanak-kanak
untuk belajar, yakni dengan mengedepankan nilai sosial dalam lingkungan
bermasyarakat agar menjadi seseorang yang sukses.

8
Aep Rohendi dan Laurens Seba, Perkembangan Motorik, Bandung: Alfabeta, 2019, hal. 144-146.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa kanak-kanak dalam perkembangannya dapat dikategorikan menjadi dua


periode jika mengikuti pendapat dari Hurlock, yaitu masa kanak-kanak awal (2-6
tahun) dan masa kanak-kanak akhir (6-12 tahun). Namun disini kita membahas
bagian yang usia (6-12 tahun) yakni usia akhir masa kanak-kanak.
Implikasi dari periode ini merupakan implikasi yang sudah jauh lebih banyak
berkembang, mulai dari perilakunya, motoriknya, kondisionalnya, maupun gerakan
koordinasinya. Dimana kita sebagai pendidik maupun guru harus tetap selalu
membimbingnya agar selalu memliki kesiapan dalam hal apapun.
Proses pembelajarannya pun tidak jauh beda dengan implikasi nya.
Mengetahui hal itu kita harus mempersiapkan pembelajaran yang sesuai demi
menyempurnakan usia akhir masa kanak-kanak ini supaya di usia selanjutnya
maupun masa yang akan datang dapat jauh lebih baik lagi dilingkunga mana saja.

3.2 Saran

Saran untuk pembaca pun sangat banyak, akan tetapi disini kami tidak akan
menjelaskan lebih banyak lagi melainkan kami hanya mengambil point-point
terpentingnya saja, yaitu kita sebagai lingkungan pertama bagi anak atau keluarga
istilahnya, harus dapat memberikan kesan terbaik terhadap anak, agar kelak ia
menjadi dewasa bisa terbiasa dengan tiruan yang baik pula. kemudian dalam
lingkungan sekolahnya seorang guru juga harus bisa mengatur pola belajar untuk si
anak agar bisa memliki kesiapan untuk pergantian usianya kelak, dengan beragam
cara yang telah disediakan dalam kurikulum pembelajarannya. Dan yang terakhir
untuk pengawasan dalam lingkungan masyarakatnya bisa kita tinjau melalui
membiasakan budi pekerti yang baik seperti sopan-santun terhadap orang yang
lebih tua, kemudian saling menyayangi antar sesama, maka akan tercipta pula
generasi yang bisa membanggakan untuk anak usia akhir dalam masa kanaknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati Yuyun. 2016. Hubungan dukungan sosial dan kepercayaan diri pada masa

kanak kanak akhir. Pe Journal educational, nomor 1. Hal. 2.

Handayani Dewi. 2013. Penerapan permainan tradisional untuk perkembangan

sikap sosial anak pada masa akhir kanak-kanak. E-Journal Program


pascasarjana, volume 3. Hal. 45.

Hadini. 2018. Perkembangan sosial usia prasekolah dan usia sekolah dasar serta

implikasinya dalam pendidikan. Fitra, volume 4. Hal. 15-18.

Hari Soetjiningsih Christiana. 2018. Perkembangan anak: sejak pembuahan

sampai dengan kanak-kanak akhir. Jakarta: Kencana.

Novianti Kiling Beatriks. 2015. Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak

dalam masa kanak-kanak akhir. Jurnal psikologi pendidikan & konseling,


volume 1. Hal. 123.

Rohendi Aep. 2019. Perkembangan motorik: pengantar teori dan implikasinya

dalam belajar. Bandung: Alfabeta.

Yulia Sari Sri. 2017. Tinjauan perkembangan psikologi manusia pada usia kanak-

kanak dan remaja. Primary Education Journal, nomor 1. Hal. 6.

Anda mungkin juga menyukai