PENGEMBANGAN MOTORIK
Disusun Oleh :
Kelompok 9
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran alllah swt. Yang telah memberikan pencerahan pada
kita dalam menggali ilmu yang insyaallah berguna ini. Dalam dunia pendidikan dan
pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya, baik itu di
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, ataupun di Perguruan
Tinggi dan pendidikan untuk orang dewasa lainnya. Sebagai seorang guru atau
pengelola suatu pendidikan, kita perlu mempelajari dan memahami dengan baik
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat mengatasi masalah
pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di kelas kita secara tepat, serta implikasi
masing-masing karakteristik terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Materi ini membahas tentang perkembangan belajar anak dalam akhir masa
kanak-kanaknya, dan penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran, serta
implikasi-implikasinya. Untuk mencapai kompetensi tersebut, kita sebagai seorang
guru wajib mengkaji berbagai aspek perkembangan peserta didik, di antaranya
hakikat pertumbuhan dan perkembangan, karakteristik, dan perbedaan individu
yang meliputi aspek fisik, motorik, emosi, sosial, kognitif, bahasa, nilai moral, dan
sikap, kebutuhan individu, perbedaan pendidikan bagi anak normal dan anak
berkelainan, serta implikasi karakteristik dan kebutuhan anak terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN
Dari perkembangan, ada pula tugas dari perkembangan sendiri, yaitu suatu
tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas
tersebut harus dikuasai dan diselesaikan guna memberikan kebahagiaan dan
keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya. Apabila tugas ini tidak dapat
diselesaikan, maka akan muncul ketidakbahagiaan dalam diri, penolakan dari luar
seperti tidak diterimanya seseorang dari masayarakat, dan kesulitan pada
pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Periode akhir anak-anak ini bisa kita ketahui bersama yaitu dengan mengetahui
usia anak tersebut, semisal dari rentang usia akhir usia dini sampai usia kesepuluh
keatas. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Keperawatan anak dalam
komunitas yaitu memampukan anak-anak untuk secara efektif mendapatkan
sumber-sumber yang mereka butuhkan untuk memelihara kesehatan yang optimal.
Masa kanak-kanak atau masa sekolah yang berlangsung kira-kira pada usia tujuh
sampai duabelas tahun, merupakan periode kritis dalam membentuk kebiasaan
untuk mencapai sukses yang akan dibawa anak hingga dewasa.1
Kemudian tidak mungkin dari kita tidak mengetahui tentang keaadaan usia
berapa anak dalam masa akhir kanak-kanak ini. Akhir masa kanak-kanak (usia 6
tahun sampai 10-12 tahun). Yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah
dasar, periode ini disebut juga “tahun-tahun sekolah dasar”. Namun ada juga yang
menyatakan bahwasanya periode akhir masa kanak-kanak itu dimulai pada usia 11
tahun dan berakhir hingga awal proses kematangan seksual pada anak perempuan
yakni mulai satu hingga dua tahun lebih awal. Oleh karena itu, periode ini lebih
pendek dibandingkan dengan pada anak laki-laki. Disamping itu, juga terdapat
perbedaan intra-sex pada awal proses ini. Itulah sebabnya anak-anak perempuan
atau laki-laki pada usia yang sama bisa mempunyai akhir masa kanak-kanak yang
lebih pendek atau lebih panjang.2
1
Yuyun Ernawati, Hubungan dukungan sosial dengan kepercayaan diri pada masa kanak-kanak
akhir, PEJ Educational No. 1, Mei 2016, hal. 2.
2
Aep Rohendi dan Laurens Seba, Perkembangan Motorik, Bandung: Alfabeta, 2019, hal. 144.
Dari sini sudah banyak pengetahuan tentang usia anak pada masa kanak-kanak
akhir. Kemudian ada juga beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang
apa saja lingkupan dari akhir masa kanak-kanak sesuai pengamatan yang
dilakukannya.
Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak
mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar umur 13 tahun bagi anak perempuan,
dan 14 tahun bagi anak laki-laki, yang mana masa tersebut oleh orang tua disebut
masa yang menyulitkan karena pada masa-masa ini anak sering bertengkar, bandel,
dan lain-lain. Para ahli psikologi menyebutkan dengan usia penyesuaian atau usia
kreatif. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi
oleh kesehatan, gizi, immunisasi, seks, dan intelegensi.
Akhir masa kanak-kanak disebut juga usia berkelompok karena anak berminat
dalam kegiatan kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari
kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola
perilaku, nilai-nilai dan minat anggotanya sebagai anggota kelompok, anak sering
menolak standart dari orang tua, mengembangkan sikap menentang lawan jenis,
dan berprasangka kepada semua yang bukan anggota kelompok. Minat bermain
anak dan jumlah waktu yang digunakan untuk bermain tergantung pada derajat
dukungan sosial dari pada kondisi-kondisi lain.
6
Pada akhir masa kanak-kanak, terdapat peningkatan pesat dalam pengertian
dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak kanak yang disebabkan oleh
meningkatnya intelegensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Sebagian besar
anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standart moral
kelompoknya dan hati nurani yang membimbing perilaku sebagai pengganti
pengawasan dari luar yang diperlukan pada waktu anak masih kecil, sekalipun
demikian pelanggaran dirumah, disekolah, dan dilingkungan tetangga masih sering
terjadi.3
Kemudian seperti inilah gambaran dari konsep diri anak pada masa kanak-
kanak akhirnya. Konsep diri pada masa kanak-kanak akhir Bagi anak dalam masa
kanak-kanak akhir, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang
telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orangtua, gurunya
maupun teman-temannya.
3
Sri Yulia Sari, Tinjauan perkembangan psikologi manusia pada usia kanak-kanak dan remaja,
Primary Education Journal No.1, Desember 2017, hal. 6.
Masih terkait pembentukan konsep diri pada masa kanak-kanak akhir, apabila
seorang guru mengatakan secara terus-menerus pada seorang muridnya bahwa dia
kurang mampu dalam kelas maka lama-kelamaan anak pada masa kanak-kanak
akhir akan mempunyai konsep diri yang negatif dan kurang mampu. (Rais dalam
Gunarsa & Gunarsa, 2006). Terkait dengan hal ini, Adiyanti (2007) menyebutkan
bahwa guru harus membantu anak dalam pembentukan konsep dirinya. Guru harus
bijak dengan apa yang dikatakan dan dilakukan pada anak, sehingga tidak membuat
anak merasa tidak berarti, tetapi justru menjadikan anak lebih dapat
mengembangkan keterampilannya yang akan mempengaruhi harga dirinya.
Untuk itu kita sebagai orang tua yang paling dekat dengan sisi manapun bagi
anak, kita harus mencerminkan bekal-bekal budi pekerti yang baik, agar anak dalam
proses tumbuh kembangnya keatas mempunyai nilai moral yang baik dan dapat
menyesuaikan lingkungan disekitarnya kelak.
4
Beatriks Novianti Kiling, Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak dalam masa kanak-
kanak akhir, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling volume 1 nomor 2, Desember 2015, hal. 123.
8
2.2 Implikasi Dari Periode Akhir Masa Kanak-Kanak
10
e. Sementara dalam praktek pendidikan Islam, Rasulullah Saw dalam
mengembangkan kecerdasan sosial anak melakukan beberapa contoh
teladan seperti mengajak shalat berjama’ah, memberi kesempatan
bermain dengan teman-teman yang lain, serta membawa anak ke tempat
undangan. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan membawa
anak-anak ke tempat-tempat keramaian tentu saja agar memberi
kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan anak-anak secara
lebih luas.
12
2. Menjelajah, seperti anak yang lebih muda, anak yang
lebih besar senang memuaskan keingintahuan tentang
hal-hal baru yang berbeda dengan menjelajahinya.
Dapat disimpulkan bahwa setiap fase perkembangan sosial anak usia pra-
sekolah dan usia akhir masa kanak-kanak mempunyai karakteristik dan perbedaan-
perbedaan yang unik. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut maka ditemukan
bagaimana formulasi pendidikan Islam yang tepat untuk diaplikasikan sesuai
dengan ciri khas pertumbuhan sosial yang mewarnai setiap fase perkembangannya.5
5
Hadini, Perkembangan sosial usia prasekolah dan usia sekolah dasar serta implikasinya dalam
pendidikan, Fitra volume 4 nomor 1, Januari-Juni 2018, hal. 15-18.
2.3 Proses Perkembangan Belajar Pada Akhir Masa Kanak-Kanak
Akhir masa kanak-kanak (usia 6 tahun sampai 10-12 tahun). Yang kira-kira
setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini disebut juga “tahun-tahun
sekolah dasar”. Yang memiliki tugas sebagai berikut:
Untuk dapat menarik perhatian usia akhir masa kanak-kanak. anak-anak bisa
diajarkan permainan tradisional dengan aturan, dalam bermain guru hendaknya
menceritakan dulu isi dari permainan dan menjelaskan cara bermainnya dengan
melagukannya langsung, sehingga dapat menciptakan situasi emosional sesuai
dengan permainan yang akan dimainkan.
6
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan anak: Sejak pembuahan sampai dengan kanak-
kanak akhir, Jakarta: Kencana, 2018, hlm. 135-137.
14
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih permainan tradisional
untuk anak Taman Kanak-kanak, yaitu;
1. Permainan yang dipilih harus dikuasai oleh anak, setidaknya menarik dan
dikenal oleh anak, sehingga mampu menarik dan memikat anak untuk ikut
bermain. Kalau permainan itu menarik perhatian anak, maka anak akan
bersungguh-sungguh dalam bermain karena mengasyikkan.
2. Permainan tradisional yang dimainkan harus sesuai dengan tingkat usia
perkembangan anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian dan
sikap kooperatif anak dalam permainan, dan kegiatan permainan itu tidak
terlalu panjang sehingga tidak membosankan anak.
1. Karakteristik perilaku
a. Pertumbuhan dan perkembangan pada periode usia ini cenderung
merupakan suatu kelanjutan daripada periode sebelumnya. Karena itu
karakteristik perilaku anak pada akhir masa kanak-kanak tetap hamper
sama, namun ada sedikit kemajuan dan perbaikan-perbaikan
kemampuan yang lebih jauh.
7
Dewi Handayani dkk, Penerapan permainan tradisional untuk perkembangan sikap social anak
pada masa akhir kanak-kanak, e-Journal program volume 3, Tahun 2013, hal. 45.
b. Fungsi kognitif (persepsi, berfikir, mengingat, dll) berkembang lebih
jauh. Anak menjadi lebih realistis dan kritis dalam tindakannya terhadap
kehidupan dan hal-hal lain. Emosinya menjadi lebih stabil, self
kontrolnya menjadi semakin lebih baik, lebih percaya diri, dan sadar
akan dirinya.
d. Anak semakin berani, imajinatif, giat, banyak akal, dan sangat berani
mengambil resikio. Biasanya anak laki-laki mengikuti orang-orang yang
dikaguminya dan suka meniru perbuatan dan tindakan” para pahlawan
terkenal yang dilihatnya maupun didengarnya.
2. Perkembangan motorik
Pada periode ini semakin jauh lebih baik. Yakni mempunyai kemampuan
belajar motorik yang paling baik. Dia memperlihatkan suatu kesiapan yang
tinggi dalam berbagai tugas gerak dan aktifitas fisik. Perbedaan jenis
kelamin pada periode usia ini menjadi sangat berarti. Anak-anak yang baik
kemampuan motoriknya jauh lebih unggul daripada mereka yang kurang
mempunyai kemampuan.
3. Kemampuan kondisional
Pada periode ini kemampuan kekuatan berkembang pesat, baik kekuatan
maksimal maupun kekuatan-kekuatan eksplosif. Daya tahan kekuatan juga
berkembang pesat, namun dengan adanya perbedaan individual antara anak
perempuan dan anak laki-laki maka perbedaan ini jauh lebih banyak dalam
kekuatan maksimal dan kekuatan eksplosif.
16
4. Kemampuan koordinasi
Pada periode usia ini mencapai taraf yang agak baik dan memungkinkan
anak mencapai kemampuan belajar motorik yang amat baik. Seperti
gerakan-gerakan berlari, melompat, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif rata-rata berkembang lebih cepat dibandingkan periode
sebelumnya.8
Untuk itu kita sebagai pengawas atau pendidik harus mampu memaksimalkan
bahan ajar dalam bentuk media ataupun cara lain yang dapat menumbuh
kembangkan anak-anak diusia akhir masa kanak-kanak ini agar memiliki kesiapan
dalam masa remaja nya jauh lebih baik lagi menjadi anak yang menjadi penerus
agama, nusa, bangsa, dan Negara.
Dalam hal ini bisa kita tekankan bahwasanya proses dari teori Hurlock ini dapat
menjadi acuan dalam proses pembelajaran pada periode akhir masa kanak-kanak
untuk belajar, yakni dengan mengedepankan nilai sosial dalam lingkungan
bermasyarakat agar menjadi seseorang yang sukses.
8
Aep Rohendi dan Laurens Seba, Perkembangan Motorik, Bandung: Alfabeta, 2019, hal. 144-146.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran untuk pembaca pun sangat banyak, akan tetapi disini kami tidak akan
menjelaskan lebih banyak lagi melainkan kami hanya mengambil point-point
terpentingnya saja, yaitu kita sebagai lingkungan pertama bagi anak atau keluarga
istilahnya, harus dapat memberikan kesan terbaik terhadap anak, agar kelak ia
menjadi dewasa bisa terbiasa dengan tiruan yang baik pula. kemudian dalam
lingkungan sekolahnya seorang guru juga harus bisa mengatur pola belajar untuk si
anak agar bisa memliki kesiapan untuk pergantian usianya kelak, dengan beragam
cara yang telah disediakan dalam kurikulum pembelajarannya. Dan yang terakhir
untuk pengawasan dalam lingkungan masyarakatnya bisa kita tinjau melalui
membiasakan budi pekerti yang baik seperti sopan-santun terhadap orang yang
lebih tua, kemudian saling menyayangi antar sesama, maka akan tercipta pula
generasi yang bisa membanggakan untuk anak usia akhir dalam masa kanaknya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati Yuyun. 2016. Hubungan dukungan sosial dan kepercayaan diri pada masa
Hadini. 2018. Perkembangan sosial usia prasekolah dan usia sekolah dasar serta
Novianti Kiling Beatriks. 2015. Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak
Yulia Sari Sri. 2017. Tinjauan perkembangan psikologi manusia pada usia kanak-