Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BELAJAR MOTORIK

“TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN DAN BELAJAR GERAK“

OLEH :

ALVIAN NURYANTO

A1F118013

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Taksonomi tujuan
pendidikan dan belajar gerak ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampuh mata kuliah Belajar motorik pada. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Belajar motorik bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang belajar motorik .Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………...……… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………….…..……. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………….………... 1

 A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………… 1


 B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………… 1
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………………...….. 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..……….…………….……. 2

 A. Arti dan letak taksonomi dalam pendidikan ………………..…………….………………….… 2


 B. Taksonomi Bloom ………………………………………………………………………………………………3
 C. Tujuan pendidikan …………………………………………………………………...………………………..6
 D. Pengertian Belajar gerak ……………………………………………………………………………………8
 E. Belajar gerak dalam pendidikan jasmani …………………………………………………………….9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………….….……………………………………………… 10

 A. Simpulan …………………………………………………...…………………………………………....……….10
 B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA …………………………...………………………………………………………………………….. 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan terdapat bahasan pokok yang meliputi proses belajar-
mengajar berupa tujuan pembelajaran, materi yang di sampaikan, metode penyampaian
materi hingga evaluasi dari hasil proses belajar-mengajar. Keempat bahasan inilah yang
akan memberikan keberhasilan pada sebuah proses belajar mengajar. Namun keberhasilan
suatu proses belajar-mengajar tidak akan berhasil tanpa di dukung oleh evaluasi yang baik.
Sebab dengan adanya evaluasi yang baik, maka kita akan mengetahui seberapa jauh
keberhasilan kita dalam memberikan materi dan seberapa berhasil kita dalam mencapai
tujuan dari proses belajar-mengajar, sehingga evaluasi mutu hasil belajar merupakan bagian
penting untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Pada makalah ini kami akan menjelaskan bagian dari materi evaluasi mutu hasil
belajar, pada bab dua akan membahas taksonomi hasil belajar. dengan mempelajari
bahasan pada bab ini maka kita akan mengetahui tentang taksonomi pendidikan.

B. Rumusan
a. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi ?
b. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi Bloom ?
c. Apa Sajakah Tujuan Dari Pendidikan ?
d. Apa yang dimakasud belajar gerak ?
e. Apa saja belajar gerak dan pendidikan jasmani dan olahraga ?
C. Tujuan
a. Menjelaskan Arti Dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan
b. Menjelaskan Tentang Taksonomi Bloom
c. Menjelaskan Tujuan Dari Pendidikan
d. Menjelaskan pengertian dari belajar gerak
e. Menjelaskan contoh belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan

Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos.
Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau
masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.

Secara etimologi, taksonomi memiliki makna perincian, klasifikasi atau sistem


kategori, di mana kategori-kategori disusun atas dasar pertentangan. Sedangkan secara
terminologi, taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus, yang
berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan dalam
sistematika itu.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan.


Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.

Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun
1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Pada awalnya, Benjamin
S. Bloom menawarkan konsep taksonomi pendidikannya pada tahun 1948 di Boston.
Dan perkembangan selanjutnya, Bloom sendiri hanya mengembangkan cognitive
domain pada tahun 1956. Sedangkan affective domain dikembangkan oleh David
Krathwohl bersama dengan Bloom dan Bertram B. Masia.13 Selanjutnya
disempurnakan lagi oleh Simpson dengan melengkapinya dengan psycho-motor domain.
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang
kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran
pada para guru bahwa tujuan pelajarn harus dirumuskan sebelum proses belajar
mengajar berlansung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa.Jadi,
tujuan tersebut bukanlah suatu yang harus dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak
disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana
yang tidak.

Kepentingan hubungan amtara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan, oleh seorang


ahli Bernama Scriven (1967) dikemukakan bahwa harus ada hubungan erat antara :

1. Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran.


2. Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi.
3. Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel (1963)
berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak
dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan dirumuskan secara operasional
maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah mencapai
tujuannnya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.

Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yaitu:


1)        Tujuan umum pendidikan
2)        Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
3)        Tujuan yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara operasional

B. Taksonomi Bloom

Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa,
dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

Ranah kognitif ini adalah yang pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah ini
meliputi beberapa aspek, yaitu :

a. Pengetahuan (C1)

Berisi tentang kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,


fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar.

b. Pemahaman (C2)

Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dsb.

c. Penerapan(C3)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,


metode, rumus, dan teori dalam menyelesaikan suatu masalah baik yang rutin maupun
yang
tidak rutin. Kemampuan tidak rutin adalah kemampuan untuk membandingkan,
kemampuan mengenal pola, isomorfisma dan simetri. Contohnya, dibagikan beberapa
kelompok data, peserta didik dapat menentukan data terbesar dari rata-ratanya,
peserta didik dapat menentukan bayangan suatu kurva apabila ditransformasi dengan
matrik tertentu. Sedangkan yang dimaksud kemampuan menyelesaikan masalah rutin
adalah kemampuan menyelesaikan masalah yang materi dan cara penyelesaiannya sejenis
dengan materi pelajaran yang sudah dipelajari.

Contohnya, peserta didik dapat menerapkan operasi pecahan dalam pembagian


waris

d. Analisis (C4)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Arti dari kata analisis adalah
kemampuan menguraikan ataumerinci suatu masalah menjadi bagian-bagian lebih kecil
serta memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut.

e. Sintesis (C5)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur
atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali
data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
Artinya, sintesis merupakan kebalikan dari analisis, kemampuan menyatukan bagian-
bagian lebih kecil sehingga menjadi bentuk baru.

f. Evaluasi(C6)

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan


menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Evaluasi merupakan level tertinggi dalam ranah kognitif,
karena meliputi tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis serta mampu memberikan
pertimbangan terhadap situasi tertentu.
C. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan :

1. Tujuan umum pendidikan.

Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya suatu program diadakan. Didalam praktek sehari-
hari disekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU (Tujuan Intruksional Umum).

2. Tujuan yang didasarkan pada tingkah laku.

Dalam periode 20 tahun terkhir ini, banyak usaha telah dilakukan yntuk mencari metode
yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang
berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya
pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi (taxonomy).
Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
(keterampilan).

3. Tujuan yang lebih jelas dirumuskan secara operasional.

Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi
yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental. Mereka
tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkrit dan dapt diamati.

Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif.
Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk mejabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang
lebih terperinci.

Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingktan tujuan
ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere disimpulkan ada 3 tingkatan tujuan umum
pendidikan.

a. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan


b. Taksonomi
c. Tujuan operasional

Tujuan pendidikan menurut Langeveld terdapat beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan totalatau tujuan lengkap. Tujuan
umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap yaitutujuan yang pada akhirnya akan
dicapai oleh pendidik terhadapanak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan
rohani.(Barnadib, 1989)

Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan ituialah membentuk insan kamil
atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973)Dengan demikian tujuan umum/akhir
pendidikan ialahmembentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani danrohaninya
baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, agama danlain sebagainya.

2. Tujuan Khusus

Tujuan ini merupakan pengkhususan dari pada tujuan umum,karena untuk menuju kepada
tujuan umum itu perlu adanyapengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan
situasitertentu, misalnya disesuaikan dengan:

 Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/ bangsa.


 Tugas suatu badan atau lembaga pendidikan.
 Bakat dan kemampuan anak didik.
 Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik.
 Tingkat pendidikan, dan sebagainya.
3. Tujuan Insidental/Seketika

Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan initimbul secara kebetulan,
secara mendadak dan hanya bersifatsesaat. Tujuan seketika ini meskipun hanya sesaat
dapat memberikanandil dalam pencapaian tujuan selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan
seperti ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalamanlangsung yang erat
hubungannya dengan kehidupannya nanti dimasa yang akan datang.
4. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai si anakpada tiap fase
perkembangan. Agar tujuan sementara ini dapattercapai dengan sebaik-baiknya maka
pendidik harus mengetahuimasa peka yaitu masa dimana anak masanya/matang
untukmempelajari sesuatu yang akan dicapai dengan tujuan tersebut.

5. Tujuan Tidak Lengkap

Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang akan membentuk aspek-
aspek kepribadian manusia, sepertimisalnya aspek-aspek pendidikan yaitu kecerdasan,
moral, sosial,keagamaan, estetika, dan sebagainya.

6. Tujuan Perantara/Intermedier

Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untukmencapai tujuan-tujuan yang
lain.Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapatdisederhanakan menjadi satu
macam saja, yaitu “tujuan umum”dimana semua tujuan-tujuan (kelima tujuan yang lainnya)
diarahkanuntuk pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknyakehidupan sebagai
insan kamil, sutu kehidupan dimana ketiga intihakikat manusia baik sebagai makhluk
individu, makhluk sosial danmakhluk susila/religious dapat terwujud secara harmonis.

D. Pengertian belajar gerak

Pengertian tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya.
Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar. Di atas sudah disinggung bahwa belajar
aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak fisik. Belajar yang menekankan pada
aktivitas berfikir bisa disebut belajar kognitif. Belajar yang menekankan pada aktivitas emosi
dan perasaan bisa disebut afektif. Sedangkan belajar yang menekankan pada aktivitas gerak
tubuh disebut belajar gerak.
Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan
tubuh. Misalnya gerakan-gerakan dalam olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan
gerak untuk bisa megerti prinsip bentuk geraknya. Domain kemampuan yang paling intensif
keterlibatannya adalah domain fisik dan psikomotor, namun bukan berarti domain kognitif
dan domain afektif tidak terlibat. Domain kognitif dan domain afektif tetap terlibat namu
tidak merupakan unsur sentral di dalamnya.
Domain fisik dan domain psikomotor merupakan unsur sentral di dalamnya gerak.
Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan
dalam gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh secara sebagian-sebagian atau keseluruhan.
Mengenai pengertian belajar gerak dalam bentuk defenisi antara lain telah dikemukakan
oleh John N. Drowtzky (1975). Defenisi yang dibuat adalah sebagai berikut
“belajar gerak adalah yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan
dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”

E. Belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga


Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang tidak terlepas dari pendidikan
secara menyeluruh. Seperti Charles A. Bucher (1972) menyatakan bahwa pendidikan
jasmani adalah bagian integral dari proses pendidikan secara total, mental, emosional, dan
sosial melalui aktivitas fisik.
Aktifitas fisik yang di pilih dan dilakukan di dalam pendidikan jasmani secara seksama
agar tujuannya bisa dipakai dengan baik. Sebagai bagian dari pendidikan, pendidikan
jasmani mempunyai tujuan tertentu untuk mencapai sebagian dari tujuan pendidikan.
Reuben B. Froos (1975) telah mengemukakan secara rinci mengaenai fungsi pendidikan
jasmani yaitu sebagai berikut :
1.        Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan tentang bagaimana dan
mengapa seseorang bergerak, serta pengetahuan tentang cara-cara gerakan dapat
diorganisasi.
2.        Untuk belajar menguasai pola-pola gerak keterampilan secara efektif melalui
latihan, pertandingan, tari dan renang.
3.        Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu dan gaya dalam
hubungannya dengan gerakan tubuh.
Belajar gerak berperan penting dalam fungsi-fungsi yang telah di sebutkan di atas, yaitu
berkenaan dengan peningkatan keterampilan gerak tubuh dalam kaitannya dengan konsep
ruang dan waktu.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

1. Secara etimologi, taksonomi memiliki makna perincian, klasifikasi atau sistem


kategori, di mana kategori-kategori disusun atas dasar pertentangan. Sedangkan
secara terminologi, taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus,
yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan
dalam sistematika itu.
2. Konsep taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah,
yaitu: Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Affective Domain(Ranah Afektif),    
Psychomotor Domain.
3. Tujuan pendidikan :
- Tujuan Khusus - Tujuan Sementara
- Tujuan Umum - Tujuan Tidak Lengkap
- Tujuan seketika - Tujuan Perantara
4. Belajar gerak adalah tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar
pada umumnya. Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar. Di atas sudah
disinggung bahwa belajar aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak fisik.
5. Belajar gerak dalam pendidikan olahraga Pendidikan jasmani merupakan suatu
pendidikan yang tidak terlepas dari pendidikan secara menyeluruh. Seperti Charles
A. Bucher (1972) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari
proses pendidikan secara total, mental, emosional, dan sosial melalui aktivitas fisik.

2. SARAN
Saya menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan .saya akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas. 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta

Anonim. Tanpa tahun. Taksnomi

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/BAB+7+TAKSONOMI.pdf

Anonim. Tanpa tahun. Tujuan Pendidikan

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Tujuan+Pendidikan.pdf

M. Khojin. 2013. Taksonomi.

http://digilib.uinsby.ac.id/10947/5/bab%202.pdf

U. Wahyudin. Tanpa Tahun. Perumusan Tujuan Istruksional

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196009261985031-
UYU_WAHYUDIN/Perumusan_tujuan_instruksional.pdf

Marteniuk, Ronald. G.  Information Processing in Motor Skills.  New York: Holt Rinhat an
Winston, 1987.
Oxendine, Joseph. B.  Pshychology of Motor Learning. Englewood New Jersey: Prentice Hall,
1984 Pangrazi,
Robert. P and Dauer, Victor. P.  Movement in Early Chilhood and Elementary  Education.
Mineapolis: Burgess Publishing Company, 1981 Rahantoknam, B. E.
 Perkembangan Motorik dan Belajar Gerak Pada Anak-anak Sekolah  Dasar. Jakarta: Yayas-
an Pengembangan Olahraga Indonesia, 1990
Belajar Gerak. (Jakarta: FPOK IKIP Jakarta, 1989)

Anda mungkin juga menyukai