BELAJAR MOTORIK
OLEH :
ALVIAN NURYANTO
A1F118013
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Taksonomi tujuan
pendidikan dan belajar gerak ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampuh mata kuliah Belajar motorik pada. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Belajar motorik bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang belajar motorik .Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
A. Simpulan …………………………………………………...…………………………………………....……….10
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………….10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan terdapat bahasan pokok yang meliputi proses belajar-
mengajar berupa tujuan pembelajaran, materi yang di sampaikan, metode penyampaian
materi hingga evaluasi dari hasil proses belajar-mengajar. Keempat bahasan inilah yang
akan memberikan keberhasilan pada sebuah proses belajar mengajar. Namun keberhasilan
suatu proses belajar-mengajar tidak akan berhasil tanpa di dukung oleh evaluasi yang baik.
Sebab dengan adanya evaluasi yang baik, maka kita akan mengetahui seberapa jauh
keberhasilan kita dalam memberikan materi dan seberapa berhasil kita dalam mencapai
tujuan dari proses belajar-mengajar, sehingga evaluasi mutu hasil belajar merupakan bagian
penting untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Pada makalah ini kami akan menjelaskan bagian dari materi evaluasi mutu hasil
belajar, pada bab dua akan membahas taksonomi hasil belajar. dengan mempelajari
bahasan pada bab ini maka kita akan mengetahui tentang taksonomi pendidikan.
B. Rumusan
a. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi ?
b. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi Bloom ?
c. Apa Sajakah Tujuan Dari Pendidikan ?
d. Apa yang dimakasud belajar gerak ?
e. Apa saja belajar gerak dan pendidikan jasmani dan olahraga ?
C. Tujuan
a. Menjelaskan Arti Dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan
b. Menjelaskan Tentang Taksonomi Bloom
c. Menjelaskan Tujuan Dari Pendidikan
d. Menjelaskan pengertian dari belajar gerak
e. Menjelaskan contoh belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos.
Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau
masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun
1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Pada awalnya, Benjamin
S. Bloom menawarkan konsep taksonomi pendidikannya pada tahun 1948 di Boston.
Dan perkembangan selanjutnya, Bloom sendiri hanya mengembangkan cognitive
domain pada tahun 1956. Sedangkan affective domain dikembangkan oleh David
Krathwohl bersama dengan Bloom dan Bertram B. Masia.13 Selanjutnya
disempurnakan lagi oleh Simpson dengan melengkapinya dengan psycho-motor domain.
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang
kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran
pada para guru bahwa tujuan pelajarn harus dirumuskan sebelum proses belajar
mengajar berlansung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa.Jadi,
tujuan tersebut bukanlah suatu yang harus dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak
disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana
yang tidak.
Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel (1963)
berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak
dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan dirumuskan secara operasional
maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah mencapai
tujuannnya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.
B. Taksonomi Bloom
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa,
dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori
yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Ranah kognitif ini adalah yang pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah ini
meliputi beberapa aspek, yaitu :
a. Pengetahuan (C1)
b. Pemahaman (C2)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dsb.
c. Penerapan(C3)
d. Analisis (C4)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Arti dari kata analisis adalah
kemampuan menguraikan ataumerinci suatu masalah menjadi bagian-bagian lebih kecil
serta memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut.
e. Sintesis (C5)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur
atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali
data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
Artinya, sintesis merupakan kebalikan dari analisis, kemampuan menyatukan bagian-
bagian lebih kecil sehingga menjadi bentuk baru.
f. Evaluasi(C6)
Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya suatu program diadakan. Didalam praktek sehari-
hari disekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU (Tujuan Intruksional Umum).
Dalam periode 20 tahun terkhir ini, banyak usaha telah dilakukan yntuk mencari metode
yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang
berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya
pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi (taxonomy).
Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
(keterampilan).
Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi
yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental. Mereka
tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkrit dan dapt diamati.
Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif.
Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk mejabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang
lebih terperinci.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingktan tujuan
ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere disimpulkan ada 3 tingkatan tujuan umum
pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut Langeveld terdapat beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan totalatau tujuan lengkap. Tujuan
umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap yaitutujuan yang pada akhirnya akan
dicapai oleh pendidik terhadapanak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan
rohani.(Barnadib, 1989)
Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan ituialah membentuk insan kamil
atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973)Dengan demikian tujuan umum/akhir
pendidikan ialahmembentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani danrohaninya
baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, agama danlain sebagainya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari pada tujuan umum,karena untuk menuju kepada
tujuan umum itu perlu adanyapengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan
situasitertentu, misalnya disesuaikan dengan:
Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan initimbul secara kebetulan,
secara mendadak dan hanya bersifatsesaat. Tujuan seketika ini meskipun hanya sesaat
dapat memberikanandil dalam pencapaian tujuan selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan
seperti ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalamanlangsung yang erat
hubungannya dengan kehidupannya nanti dimasa yang akan datang.
4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai si anakpada tiap fase
perkembangan. Agar tujuan sementara ini dapattercapai dengan sebaik-baiknya maka
pendidik harus mengetahuimasa peka yaitu masa dimana anak masanya/matang
untukmempelajari sesuatu yang akan dicapai dengan tujuan tersebut.
Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang akan membentuk aspek-
aspek kepribadian manusia, sepertimisalnya aspek-aspek pendidikan yaitu kecerdasan,
moral, sosial,keagamaan, estetika, dan sebagainya.
6. Tujuan Perantara/Intermedier
Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untukmencapai tujuan-tujuan yang
lain.Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapatdisederhanakan menjadi satu
macam saja, yaitu “tujuan umum”dimana semua tujuan-tujuan (kelima tujuan yang lainnya)
diarahkanuntuk pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknyakehidupan sebagai
insan kamil, sutu kehidupan dimana ketiga intihakikat manusia baik sebagai makhluk
individu, makhluk sosial danmakhluk susila/religious dapat terwujud secara harmonis.
Pengertian tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya.
Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar. Di atas sudah disinggung bahwa belajar
aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak fisik. Belajar yang menekankan pada
aktivitas berfikir bisa disebut belajar kognitif. Belajar yang menekankan pada aktivitas emosi
dan perasaan bisa disebut afektif. Sedangkan belajar yang menekankan pada aktivitas gerak
tubuh disebut belajar gerak.
Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan
tubuh. Misalnya gerakan-gerakan dalam olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan
gerak untuk bisa megerti prinsip bentuk geraknya. Domain kemampuan yang paling intensif
keterlibatannya adalah domain fisik dan psikomotor, namun bukan berarti domain kognitif
dan domain afektif tidak terlibat. Domain kognitif dan domain afektif tetap terlibat namu
tidak merupakan unsur sentral di dalamnya.
Domain fisik dan domain psikomotor merupakan unsur sentral di dalamnya gerak.
Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan
dalam gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh secara sebagian-sebagian atau keseluruhan.
Mengenai pengertian belajar gerak dalam bentuk defenisi antara lain telah dikemukakan
oleh John N. Drowtzky (1975). Defenisi yang dibuat adalah sebagai berikut
“belajar gerak adalah yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan
dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Saya menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan .saya akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/BAB+7+TAKSONOMI.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Tujuan+Pendidikan.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/10947/5/bab%202.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196009261985031-
UYU_WAHYUDIN/Perumusan_tujuan_instruksional.pdf
Marteniuk, Ronald. G. Information Processing in Motor Skills. New York: Holt Rinhat an
Winston, 1987.
Oxendine, Joseph. B. Pshychology of Motor Learning. Englewood New Jersey: Prentice Hall,
1984 Pangrazi,
Robert. P and Dauer, Victor. P. Movement in Early Chilhood and Elementary Education.
Mineapolis: Burgess Publishing Company, 1981 Rahantoknam, B. E.
Perkembangan Motorik dan Belajar Gerak Pada Anak-anak Sekolah Dasar. Jakarta: Yayas-
an Pengembangan Olahraga Indonesia, 1990
Belajar Gerak. (Jakarta: FPOK IKIP Jakarta, 1989)