Anda di halaman 1dari 16

BELAJAR MOTORIK

“TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN DAN BELAJAR GERAK“

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Motorik

DISUSUN OLEH :
Rizky Saputra (2022151067)

Dosen Pengampuh :
Dr. Jujur Gunawan, M.Pd

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Belajar Motorik“Taksonomi Tujuan Pendidikan Dan Belajar Gerak” ”. Makalah
ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Motorik yang diampu oleh
Bapak Dr. Jujur Gunawan, M.Pd.
Tanpa bantuan dari berbagai pihak, tentu makalah ini tidak dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Dr.Jujur Gunawan, M.Pd. selaku dosen pada mata kuliah Motorik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang di tekuni.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, diharapkan keritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembacanya.

Palrmbang, 20 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 2
A. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan ....................... 2
B. Taksonomi Bloom ................................................................. 3
C. Tujuan Pendidikan ................................................................. 6
D. Pengertian belajar gerak ........................................................ 8
E. Belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga .......... 9
BAB III PENUTUP .......................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................... 11
B. Saran...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan terdapat bahasan pokok yang meliputi proses


belajar- mengajar berupa tujuan pembelajaran, materi yang di sampaikan,
metode penyampaian materi hingga evaluasi dari hasil proses belajar-
mengajar. Keempat bahasan inilah yang akan memberikan keberhasilan pada
sebuah proses belajar mengajar. Namun keberhasilan suatu proses belajar-
mengajar tidak akan berhasil tanpa di dukung oleh evaluasi yang baik. Sebab
dengan adanya evaluasi yang baik, maka kita akan mengetahui seberapa jauh
keberhasilan kita dalam memberikan materi dan seberapa berhasil kita dalam
mencapai tujuan dari proses belajar-mengajar, sehingga evaluasi mutu hasil
belajar merupakan bagian penting untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Pada makalah ini kami akan menjelaskan bagian dari materi evaluasi
mutu hasil belajar, pada bab dua akan membahas taksonomi hasil belajar.
dengan mempelajari bahasan pada bab ini maka kita akan mengetahui tentang
taksonomi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi ?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi Bloom ?
3. Apa Sajakah Tujuan Dari Pendidikan ?
4. Apa yang dimakasud belajar gerak ?
5. Apa saja belajar gerak dan pendidikan jasmani dan olahraga ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Arti Dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan
2. Menjelaskan Tentang Taksonomi Bloom
3. Menjelaskan Tujuan Dari Pendidikan
4. Menjelaskan pengertian dari belajar gerak
5. Menjelaskan contoh belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan


Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan
nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti
aturan. Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan
taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Secara etimologi, taksonomi memiliki makna perincian, klasifikasi atau
sistem kategori, di mana kategori-kategori disusun atas dasar pertentangan.
Sedangkan secara terminologi, taksonomi merupakan suatu tipe sistem
klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai
hal-hal yang digolongkan dalam sistematika itu.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi
Bloom". Pada awalnya, Benjamin S. Bloom menawarkan konsep taksonomi
pendidikannya pada tahun 1948 di Boston. Dan perkembangan selanjutnya,
Bloom sendiri hanya mengembangkan cognitive domain pada tahun 1956.
Sedangkan a ective domain dikembangkan oleh David Krathwohl bersama
dengan Bloom dan Bertram B. Masia.13 Selanjutnya disempurnakan lagi
oleh Simpson dengan melengkapinya dengan psycho-motor domain.
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan)

2
yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai
tertanam kesadaran pada para guru bahwa tujuan pelajarn harus dirumuskan
sebelum proses belajar mengajar berlansung. Tujuan tersebut harus
diberitahukan kepada para siswa.Jadi, tujuan tersebut bukanlah suatu yang
harus dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya,
siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak.
Kepentingan hubungan amtara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan,
oleh seorang ahli Bernama Scriven (1967) dikemukakan bahwa harus ada
hubungan erat antara :
1. Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran.
2. Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi.
3. Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel
(1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang
penting tetapi tidak dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan
dirumuskan secara operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda
bahwa seseorang telah mencapai tujuannnya, akan terlihat pada perubahan
tingkah lakunya.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yaitu:
1) Tujuan umum pendidikan
2) Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
3) Tujuan yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara operasional

B. Taksonomi Bloom
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi
ke dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
b. A-ective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang

3
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah:
penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku
dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan”
yang ada pada tingkatan pertama.
Ranah kognitif ini adalah yang pertama kali dikembangkan oleh Bloom.
Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu :
a. Pengetahuan (C1)
Berisi tentang kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar.
b. Pemahaman (C2)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb.
c. Penerapan(C3)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, dan teori dalam menyelesaikan suatu
masalah baik yang rutin maupun yang tidak rutin. Kemampuan tidak rutin
adalah kemampuan untuk membandingkan, kemampuan mengenal pola,
isomorfisma dan simetri. Contohnya, dibagikan beberapa kelompok data,

4
peserta didik dapat menentukan data terbesar dari rata-ratanya, peserta
didik dapat menentukan bayangan suatu kurva apabila ditransformasi
dengan matrik tertentu. Sedangkan yang dimaksud kemampuan
menyelesaikan masalah rutin adalah kemampuan menyelesaikan masalah
yang materi dan cara penyelesaiannya sejenis dengan materi pelajaran
yang sudah dipelajari. Contohnya, peserta didik dapat menerapkan
operasi pecahan dalam pembagian waris
d. Analisis (C4)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan
mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit. Arti dari kata analisis adalah kemampuan
menguraikan ataumerinci suatu masalah menjadi bagian-bagian lebih kecil
serta memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut.
e. Sintesis (C5)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Artinya, sintesis
merupakan kebalikan dari analisis, kemampuan menyatukan bagian-
bagian lebih kecil sehingga menjadi bentuk baru.
f. Evaluasi(C6)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Evaluasi
merupakan level tertinggi dalam ranah kognitif, karena meliputi tingkat
pengetahuan sampai tingkat sintesis serta mampu memberikan
pertimbangan terhadap situasi tertentu.

5
C. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan :
1. Tujuan umum pendidikan.
Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya suatu program diadakan.
Didalam praktek sehari- hari disekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU
(Tujuan Intruksional Umum).
2. Tujuan yang didasarkan pada tingkah laku.
Dalam periode 20 tahun terkhir ini, banyak usaha telah dilakukan yntuk
mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau
mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya pendidikan
dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi
(taxonomy). Ada tiga macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor (keterampilan).
3. Tujuan yang lebih jelas dirumuskan secara operasional.
Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat
bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan,
adalah sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para
pendidik secara konkrit dan dapt diamati.

Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada.


Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu
menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk mejabarkan tujuan
umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut
ketiga tingktan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere
disimpulkan ada 3 tingkatan tujuan umum pendidikan.
a. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan
b. Taksonomi
c. Tujuan operasional

6
Tujuan pendidikan menurut Langeveld terdapat beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan totalatau tujuan
lengkap. Tujuan umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap
yaitutujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadapanak
didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani.(Barnadib, 1989)
Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan ituialah
membentuk insan kamil atau manusia sempurna. (Amir
Daien,1973)Dengan demikian tujuan umum/akhir pendidikan
ialahmembentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani
danrohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, agama danlain
sebagainya.

2. Tujuan Khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari pada tujuan umum,karena untuk
menuju kepada tujuan umum itu perlu adanyapengkhususan tujuan yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasitertentu, misalnya disesuaikan
dengan:
✓ Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/ bangsa.
✓ Tugas suatu badan atau lembaga pendidikan.
✓ Bakat dan kemampuan anak didik.
✓ Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik.
✓ Tingkat pendidikan, dan sebagainya.

3. Tujuan Insidental/Seketika
Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan initimbul
secara kebetulan, secara mendadak dan hanya bersifatsesaat. Tujuan
seketika ini meskipun hanya sesaat dapat memberikanandil dalam
pencapaian tujuan selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan seperti ini
dapat memberikan pengetahuan dan pengalamanlangsung yang erat

7
hubungannya dengan kehidupannya nanti dimasa yang akan datang.

4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai si anakpada tiap
fase perkembangan. Agar tujuan sementara ini dapattercapai dengan
sebaik-baiknya maka pendidik harus mengetahuimasa peka yaitu masa
dimana anak masanya/matang untukmempelajari sesuatu yang akan
dicapai dengan tujuan tersebut.

5. Tujuan Tidak Lengkap


Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang akan
membentuk aspek- aspek kepribadian manusia, sepertimisalnya aspek-
aspek pendidikan yaitu kecerdasan, moral, sosial,keagamaan, estetika, dan
sebagainya.

6. Tujuan Perantara/Intermedier
Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untukmencapai tujuan-
tujuan yang lain.Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya
dapatdisederhanakan menjadi satu macam saja, yaitu “tujuan
umum”dimana semua tujuan-tujuan (kelima tujuan yang lainnya)
diarahkanuntuk pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu
terbentuknyakehidupan sebagai insan kamil, sutu kehidupan dimana ketiga
intihakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial
danmakhluk susila/religious dapat terwujud secara harmonis.

D. Pengertian belajar gerak


Pengertian tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada
umumnya. Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar. Di atas sudah
disinggung bahwa belajar aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak
fisik. Belajar yang menekankan pada aktivitas berfikir bisa disebut belajar
kognitif. Belajar yang menekankan pada aktivitas emosi dan perasaan bisa

8
disebut afektif. Sedangkan belajar yang menekankan pada aktivitas gerak
tubuh disebut belajar gerak.
Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak
keterampilan tubuh. Misalnya gerakan-gerakan dalam olahraga. Proses
belajarnya meliputi pengamatan gerak untuk bisa megerti prinsip bentuk
geraknya. Domain kemampuan yang paling intensif keterlibatannya adalah
domain fisik dan psikomotor, namun bukan berarti domain kognitif dan
domain afektif tidak terlibat. Domain kognitif dan domain afektif tetap terlibat
namu tidak merupakan unsur sentral di dalamnya.
Domain fisik dan domain psikomotor merupakan unsur sentral di
dalamnya gerak. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh
secara sebagian-sebagian atau keseluruhan.
Mengenai pengertian belajar gerak dalam bentuk defenisi antara lain telah
dikemukakan oleh John N. Drowtzky (1975). Defenisi yang dibuat adalah
sebagai berikut“belajar gerak adalah yang diwujudkan melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”

E. Belajar gerak dalam pendidikan jasmani dan olahraga


Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang tidak terlepas dari
pendidikan secara menyeluruh. Seperti Charles A. Bucher (1972) menyatakan
bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari proses pendidikan
secara total, mental, emosional, dan sosial melalui aktivitas fisik.
Aktifitas fisik yang di pilih dan dilakukan di dalam pendidikan jasmani
secara seksama agar tujuannya bisa dipakai dengan baik. Sebagai bagian dari
pendidikan, pendidikan jasmani mempunyai tujuan tertentu untuk mencapai
sebagian dari tujuan pendidikan.
Reuben B. Froos (1975) telah mengemukakan secara rinci mengaenai
fungsi pendidikan jasmani yaitu sebagai berikut :
1. Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan tentang
bagaimana dan mengapa seseorang bergerak, serta pengetahuan tentang

9
cara-cara gerakan dapat diorganisasi.
2. Untuk belajar menguasai pola-pola gerak keterampilan secara efektif
melalui latihan, pertandingan, tari dan renang.
3. Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu dan gaya dalam
hubungannya dengan gerakan tubuh.
Belajar gerak berperan penting dalam fungsi-fungsi yang telah di
sebutkan di atas, yaitu berkenaan dengan peningkatan keterampilan gerak
tubuh dalam kaitannya dengan konsep ruang dan waktu.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara etimologi, taksonomi memiliki makna perincian, klasifikasi atau sistem
kategori, di mana kategori-kategori disusun atas dasar pertentangan. Sedangkan
secara terminologi, taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang
khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolongkan dalam sistematika itu.
2. Konsep taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga
ranah, yaitu: Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Afective Domain(Ranah
Afektif), Psychomotor Domain.
3. Tujuan pendidikan :
✓ Tujuan K husus
✓ Tujuan S ementara
✓ Tujuan U mum
✓ Tujuan T idak L engkap
✓ Tujuan s eketika
✓ Tujuan P erantara
4. Belajar gerak adalah tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar
pada umumnya. Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar. Di atas sudah
disinggung bahwa belajar aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak
fisik.
5. Belajar gerak dalam pendidikan olahraga Pendidikan jasmani merupakan suatu
pendidikan yang tidak terlepas dari pendidikan secara menyeluruh. Seperti
Charles A. Bucher (1972) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian
integral dari proses pendidikan secara total, mental, emosional, dan sosial
melalui aktivitas fisik.

11
B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan .saya akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta


Anonim. Tanpa tahun. Taksnomi
http://stanew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/BAB+7+TAKSONOMI.pd
f Anonim. Tanpa tahun. Tujuan Pendidikan
http://stanew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Tujuan+Pendidikan.pdf M.
Khojin. 2013. Taksonomi.
http://digilib.uinsby.ac.id/10947/5/bab%202.pdf U. Wahyudin. Tanpa Tahun.
Perumusan Tujuan Istruksional
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196009261985
031-
Marteniuk, Ronald. G. Information Processing in Motor Skills. New York: Holt
Rinhat an Winston, 1987.
Oxendine, Joseph. B. Pshychology of Motor Learning. Englewood New Jersey:
Prentice Hall, 1984 Pangrazi,
Robert. P and Dauer, Victor. P. Movement in Early Chilhood and Elementary
Education. Mineapolis: Burgess Publishing Company, 1981 Rahantoknam,
B. E.
Perkembangan Motorik dan Belajar Gerak Pada Anak-anak Sekolah Dasar. Jakarta:
Yayas- an Pengembangan Olahraga Indonesia, 1990
Belajar Gerak. (Jakarta: FPOK IKIP Jakarta, 1989)

13

Anda mungkin juga menyukai