Tentang
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Musriana Luthfiah Hasibuan (2214010027)
Khoirun Nisah Lubis (2214010028 )
Iit Sintia (2214010040 )
Alva Mawaddah ( 2214010041)
Dosen Pengampu:
Dr. Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Disain Pembelajaran PAI Kependidikan yaitu
“Identifikasi Kebutuhan dalam Pembelajaran Melalui Taksonomi Bloom”.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang penting dalam
sebuah program (baik itu pembelajaran ataupun pelatihan). Tujuan
pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya agar
materi yang diberikan sesuai dan menjawab kebutuhan peserta. Oleh karena
itu, Benjamin S Bloom mengembangkan sebuah taksonomi yang dapat
digunakan oleh instructional designer dan pendidik untuk membantu
merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemampuan berpikir peserta didik, dari level yang rendah
hingga paling tinggi.
Taksonomi bloom merupakan seperangkat model hierarkis yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan
tingkat kompleksitas dan spesifitasnya. Taksonomi ini menyediakan
penggunaan bahasa yang familiar untuk guru agar dapat berdiskusi dalam
pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Bloom membagi tujuan pembelajaran menjadi 3 ranah yaitu Kognitif,
Afektif dan Psikomotor. Ketiga domain ini tentu saja dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan
belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif
berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3)
ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan
otot kerangka).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan taksonomi bloom?
2. Bagaimana klasifikasi taksonomi bloom?
3. Bagaimana teori belajar yang melandasi taksonomi bloom?
4. Apa saja prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan taksonomi bloom
2. Untuk mengetqhui klasifikasi taksonomi bloom
3. Untuk mengetahui teori belajar yang melandasi taksonomi bloom
4. Untuk mengetahui prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ina Magdalena, Menjadi Evaluator Pembelajaran yang Baik dan Benar, (Sukabumi:
CV Jejak, 2022), h.43
2
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2017), h.192
3
mengklasifikasikan pernyataan tentang apa yang diharapkan guru atau ingin
siswa pelajari sebagai hasil pengajaran (Krathwohl, 2010). Lebih lanjut,
taksonomi diartikan sebagai metode yang digunakan untuk menganalisis dan
mengklasifikasikan keberhasilan pendidikan dalam bentuk tingkah laku
(Arikunto. 2007). Berbagai pendapat di atas mengarah pada kesimpulan
bahwa definisi taksonomi dalam pendidikan menekankan pada tiga perspektif
yaitu (1) klasifikasi, (2) tujuan pendidikan, serta (3) tingkat kognisi,
keterampilan psikomotor dan sikap manusia. Sehingga secara umum dapat
disimpulkan bahwa taksonomi merupakan bentuk pengklasifikasian atas
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menjadi tujuan pendidikan. 3
B. Klasifikasi Taksonomi Bloom
Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan output
peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke
dalam tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom. Bloom menamakan cara
4
mengklasifikasi itu dengan "The taxonomy of education objectives".
Menurut Bloom, pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
ranah (domain), yaitu:
1. Ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan
aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran, yakni kemampuan berpikir
tentang fakta-fakta spesifik, pola prosedural, dan konsep-konsep dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Bloom
merumuskan taksonomi pada domain kognitif mulai dari berpikir tingkat
rendah sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tingkatan tersebut
yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis sebagai bagian dari
keterampilan berpikir tingkat rendah, serta tingkatan sintesis dan evaluasi
sebagai bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. 5
3
David Virna Setiawan, Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran, ( Yogyakarta: CV.
Budi Utama, 2018), h. 4-5
4
Rusman, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2017), h. 131
5
Ahmad Suryadi, Desain Pembelajaran, ( Sukabumi: CV. Jejak, 2022), h.17
4
Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal dan yang yang
pernah dipelajari ingatan. Pengetahuan disimpan ingatan, digali pada
saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dan sebagainya.
b. Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan dalam untuk
menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya
kemampuan menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
c. Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata
dan baru. Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode,
rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam
aplikasi suatu rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi
suattu metode kerja pada pemecahan problem baru. Contohnya
menggunakan prinsip.
d. Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang mampu, memecahkan informasi
yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan
informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.
5
e. Sintesis ( synthesis)
Kemampuan untuk membentuk kesatuan atau dihubungkan
stu pola baru.206 sama suatu Bagian-bagian lain. Kemampuan
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan
pelajaran. Contohnya, kemampuan menyusun suatu program kerja.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu
materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang
diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan.207
Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggung- jawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu.
Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa sesuatu.6
6
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Banten: CV. AA. RIZKY, 2020), h. 112
6
mempertahankannya, dan suatu perhatian, mengarahkannya, misalalnya
juga kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
b. Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 210
Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan
yang disajikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan. Contohnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap,
menrima, menolak atau mengabaikan. Contohnya menerima pendapat
orang lain.
d. Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan,misalnya, menempatkan nilai
pada suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara
bertanggungjawab.
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi
milik pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri, Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup
diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas
belajar atau bekerja. Misalnya juga kemampuan mempertimbangkan dan
menunjukkan tindakan yang berdisiplin.
7
Kelima jenis tingkatan tersebut di atas bersifat hierarkis. Perilaku
penerimaan merupakan yang paling rendah dan kemampuan
pembentukan pola hidup merupakan perilaku yang paling tinggi. 7
7
Ibid, h. 113-115
8
d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan
lagi contoh yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya.
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajarai sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap. Contohnya, melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
e. Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan keterampilan yang terdiri dari
banyak tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan motoris
yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks. Contohnya, bongkar pasang peralatan dengan
tepat.
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan menyesuaikan
pola gerakan persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang
sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi. Contohnya, keterampilan bertanding.
g. Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar
prakarsa atau inisiatif sendiri. Contohnya, kemampuan membuat
kreasai tari baru.8
8
Ibid, h. 116
9
Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat
melakukan kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau
membaca nyaring tentu berbeda dengan saat melakukan kegiatan
membaca pemahaman.au sebaliknya. 9
9
Ina Magdalena, Op.Cit, h. 51
10
1936) melalui percobaannya yaitu anjing yang diberi stimulus bersyarat
sehingga terjadi reaksi bersyarat pula pada anjing. Hal itu untuk
mengetahui bagaimana refleks bersyarat terbentuk.
2. Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Teori belajar ini lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Teori
kognitif menekankan pentingnya proses mental serta berpikir dan
memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajaran sehingga dapat
menginterpretasi dan informasi secara aktif. 10
Teori pembelajaran kognitivistik disebut juga dengan model
perceptual, yaitu menekankan untuk mengoptimalkan kemampuan rasional
dan proses pemahaman terhadap objek. Oleh karenanya tingkah laku
seorang anak dapat dinilai dari penerimaan dan pemahaman bukan dari
tingkah laku yang tampak saja. Teori kognitivistik berbeda dengan teori
pembelajaran behavioristik karena lebih menekankan proses belajar
daripada hasil, artinya adalah bahwa belajar menurut kognitivisme tidak
hanya mengandalkan stimulus dan respon.11
10
Ibid, h. 52
Khoirotul Ni’mah dan Hafidzulloh, Teori Pembelajaran Kognitivistik dan Aplikasinya
11
dalam Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan fikr, Vol.10 No. 2 Yogyakarta Juli-
Desember 2021 h.206
11
Taksonomi ini, banyak membantu para praktisi pendidikan untuk
memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah
dipahami, operasional, serta dapat diukur. 12
Salah satu tokoh terkemuka aliran humanistik ini yaitu Abraham
Maslow, Maslow, teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini
adalah teori hieraki kebutuhan. yang selanjutnya diurutkan dari hierarki
yang paling rendah ke hierarki yang paling tinggi.
Teori kebutuhan manusia yang dikenal dengan istilah Teori
Hierarchy of Needs. Menurut Maslow kebutuhan hirarki manusia itu terdiri
dari:
a. Kebutuhan fisiologis/dasar/ Jasmaniah ( Besic Needs), Seperti
makan, minum, tidur.
b. Kebutuhan rasa aman (Saftey) Seperti kesehatan, keamanan
lingkungan dan lainnya.
c. Kebutuhan rasa kasih saying (Belongingness Needs) seperti
keluarga, persahabatan dan kelompok.
d. Kebutuhan untuk dihargai (EsteemNeeds) seperti harga diri dan
penghargaan orang lain.
e. Kebutuhan untuk akltualisasi diri (Self Actualization Needs)
seperti moralitas, ekspresi diri dan kreatifitas 13
12
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Op.Cit, h. 121
13
Nurul Hikmah, dkk, Teori Belajar dan Aliran-Aliran Pendidikan, ( Banten: PT Sada
Kurnia Pustaka, 2022) hlm. 46
12
psikologis untuk melakukan kegiatan belajar seperti kemampuan berpikir,
ingatan dan sebagainya.
2 . Kesiapan Kesiapan
3. Memahami Tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa dan ke mana arah
tujuannya serta manfaat apa bagi dirinya. Dengan mengetahui tujuan
belajar akan dapat mengadakan persiapan yang diperlukan, baik fisik
maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat berjalan
lancar dan berhasil dengan memuaskan.
4. Memiliki Kesungguhan
14
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Op.Cit, h. 121-122
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang
berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan
atau digolongkan dalam sistematika, yakni struktur hierarki yang
mengidentifikasi kemampuan, mulai dari tingkat yang rendah hingga yang
tinggi. Struktur hierarki tersebut harus dilalui atau dipenuhi sebelum
mencapai pada level tinggi.
Menurut Bloom, pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah
(domain), yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain) dan Ranah psikomotor (psychomotoric domain)
Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan dan
merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar.Teori belajar yang melandasi taksonomi bloom
antara lain yaitu; (1) teori belajar behavioristik (tingkah laku), (2) teori
belajar kognitif, merupakan teori yang menekankan pentingnya proses
mental serta berpikir, (3) teori belajar humanistik, teori ini memandang
bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom antara lain yaitu;
kematangan jasmani dan rohani, kesiapan, memahami tujuan, memiliki
kesungguhan dan melakukan ulangan atau latihan.
B. Saran
Demikian makalah ini ditulis untuk pembaca. Melihat kesimpulan di
atas maka diharapkan pembaca bisa mempelajari dan memahami materi
tentang “ Identifikasi kebutuhan dalam pembelajaran melalui taksonomi
bloom” Pemakalah menyadari akan banyaknya kekurangan dan keterbatasan
yang dimiliki. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sebagai motivasi dari pembaca mengenai makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
15