Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DESAIN PEMBELAJARAN PAI

Tentang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DALAM PEMBELAJARAN


MELALUI TAKSONOMI BLOOM

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Musriana Luthfiah Hasibuan (2214010027)
Khoirun Nisah Lubis (2214010028 )
Iit Sintia (2214010040 )
Alva Mawaddah ( 2214010041)

Dosen Pengampu:
Dr. Zulvia Trinova, S.Ag., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-A)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1445H / 2023M
KATA PENGANTAR
ِ‫ِالرحِ ي ِْم‬
َّ ‫الرحْ مٰ ن‬
َّ ‫بِسْمِالل ِه‬

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Disain Pembelajaran PAI Kependidikan yaitu
“Identifikasi Kebutuhan dalam Pembelajaran Melalui Taksonomi Bloom”.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi kita


Muhammad SAW, keluarga dan sahabat – sahabatnya yang telah membimbing
umat manusia dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini mempunyai banyak


kekurangan dalam hal pembuatan makalah, sehingga masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga dapat memperbaiki makalah kami selanjutnya.

Padang, 25 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Pengertian Taksonomi Bloom ........................................................... 3
B. Klasifikasi Taksonomi Bloom ........................................................... 4
C. Teori Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom............................. 10
D. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom………………12
BAB III PENUTUP ................................................................................... 14
A. Kesimpulan...................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang penting dalam
sebuah program (baik itu pembelajaran ataupun pelatihan). Tujuan
pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya agar
materi yang diberikan sesuai dan menjawab kebutuhan peserta. Oleh karena
itu, Benjamin S Bloom mengembangkan sebuah taksonomi yang dapat
digunakan oleh instructional designer dan pendidik untuk membantu
merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemampuan berpikir peserta didik, dari level yang rendah
hingga paling tinggi.
Taksonomi bloom merupakan seperangkat model hierarkis yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan
tingkat kompleksitas dan spesifitasnya. Taksonomi ini menyediakan
penggunaan bahasa yang familiar untuk guru agar dapat berdiskusi dalam
pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Bloom membagi tujuan pembelajaran menjadi 3 ranah yaitu Kognitif,
Afektif dan Psikomotor. Ketiga domain ini tentu saja dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan
belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif
berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3)
ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan
otot kerangka).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan taksonomi bloom?
2. Bagaimana klasifikasi taksonomi bloom?
3. Bagaimana teori belajar yang melandasi taksonomi bloom?
4. Apa saja prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan taksonomi bloom
2. Untuk mengetqhui klasifikasi taksonomi bloom
3. Untuk mengetahui teori belajar yang melandasi taksonomi bloom
4. Untuk mengetahui prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Bloom


Teori belajar Bloom Bernama taksonomi pendidikan. Taksonomi
berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti pengaturan dan nomos
yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi atau
pengelompokan. Singkatnya taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang
klasifikasi yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
dikelompokkan atau digolongkan dalam sistematika. 1
Taksonomi Bloom ialah struktur hierarki yang mengidentifikasi
kemampuan, mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Struktur
hierarki tersebut harus dilalui atau dipenuhi sebelum mencapai pada level
tinggi. 2
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh
Benjamin S. Bloom., seorang psikolog bidang pendidikan beserta dengan
kawan-kawannya. Pada tahun 1956, terbitlah karya "Taxonomy of
Educational Objective Cognitive Domain", dan pada tahu 1964 terbitlah karya
"Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain", dan karyaya yang
berjudul "Handbook on Formative and Summatie Evaluation of Student
Learning" pada tahun 1971 serta karyanya yang lain "Developing Talent in
Young People" (1985). Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan
pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan
psikomotor dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Taksonomi digunakan untuk mendefinisikan dan membedakan berbagai
tingkat kognisi manusia yaitu, berpikir, belajar, dan memahami. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa taksonomi adalah kerangka kerja untuk

1
Ina Magdalena, Menjadi Evaluator Pembelajaran yang Baik dan Benar, (Sukabumi:
CV Jejak, 2022), h.43
2
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2017), h.192

3
mengklasifikasikan pernyataan tentang apa yang diharapkan guru atau ingin
siswa pelajari sebagai hasil pengajaran (Krathwohl, 2010). Lebih lanjut,
taksonomi diartikan sebagai metode yang digunakan untuk menganalisis dan
mengklasifikasikan keberhasilan pendidikan dalam bentuk tingkah laku
(Arikunto. 2007). Berbagai pendapat di atas mengarah pada kesimpulan
bahwa definisi taksonomi dalam pendidikan menekankan pada tiga perspektif
yaitu (1) klasifikasi, (2) tujuan pendidikan, serta (3) tingkat kognisi,
keterampilan psikomotor dan sikap manusia. Sehingga secara umum dapat
disimpulkan bahwa taksonomi merupakan bentuk pengklasifikasian atas
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menjadi tujuan pendidikan. 3
B. Klasifikasi Taksonomi Bloom
Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan output
peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke
dalam tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom. Bloom menamakan cara
4
mengklasifikasi itu dengan "The taxonomy of education objectives".
Menurut Bloom, pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
ranah (domain), yaitu:
1. Ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan
aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran, yakni kemampuan berpikir
tentang fakta-fakta spesifik, pola prosedural, dan konsep-konsep dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Bloom
merumuskan taksonomi pada domain kognitif mulai dari berpikir tingkat
rendah sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tingkatan tersebut
yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis sebagai bagian dari
keterampilan berpikir tingkat rendah, serta tingkatan sintesis dan evaluasi
sebagai bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. 5

3
David Virna Setiawan, Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran, ( Yogyakarta: CV.
Budi Utama, 2018), h. 4-5
4
Rusman, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2017), h. 131
5
Ahmad Suryadi, Desain Pembelajaran, ( Sukabumi: CV. Jejak, 2022), h.17

4
Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal dan yang yang
pernah dipelajari ingatan. Pengetahuan disimpan ingatan, digali pada
saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dan sebagainya.
b. Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan dalam untuk
menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya
kemampuan menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
c. Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata
dan baru. Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode,
rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam
aplikasi suatu rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi
suattu metode kerja pada pemecahan problem baru. Contohnya
menggunakan prinsip.
d. Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, seseorang mampu, memecahkan informasi
yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan
informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.

5
e. Sintesis ( synthesis)
Kemampuan untuk membentuk kesatuan atau dihubungkan
stu pola baru.206 sama suatu Bagian-bagian lain. Kemampuan
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan
pelajaran. Contohnya, kemampuan menyusun suatu program kerja.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu
materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang
diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan.207
Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggung- jawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu.
Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa sesuatu.6

2. Ranah afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,
emosi dan reaksi-reaksiyang berada dengan penalaran. Kawasan afektif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif
terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons emosional
terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama
dengan David Krathwol, antara lain:
a. Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh
guru. Kesediaan untuk menyadari adanya fenomena di lingkungannya
yang dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan

6
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Banten: CV. AA. RIZKY, 2020), h. 112

6
mempertahankannya, dan suatu perhatian, mengarahkannya, misalalnya
juga kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
b. Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 210
Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan
yang disajikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan. Contohnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap,
menrima, menolak atau mengabaikan. Contohnya menerima pendapat
orang lain.
d. Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan,misalnya, menempatkan nilai
pada suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara
bertanggungjawab.
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi
milik pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri, Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup
diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas
belajar atau bekerja. Misalnya juga kemampuan mempertimbangkan dan
menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

7
Kelima jenis tingkatan tersebut di atas bersifat hierarkis. Perilaku
penerimaan merupakan yang paling rendah dan kemampuan
pembentukan pola hidup merupakan perilaku yang paling tinggi. 7

3. Ranah psikomotor (psychomotoric domain)


Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas
motor dengan pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti
menulis dengan tangan dan pengolahankata juga gerakan. Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan jasmani.
Rician dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli
lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
a. Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat- isyarat sensoris
dalam memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat indera sebagai
rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju terjemahan,
Contohnya, pemilihan warna.
b. Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai
suatu gerakan kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk
melakukan gerakan. Contohnya, posisi start lomba lari.
c. Gerakan terbimbing (guided response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan
contoh yang diberikan. Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan coba- coba. Contohnya, membuat lingkaran di atas pola.

7
Ibid, h. 113-115

8
d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan
lagi contoh yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya.
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajarai sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap. Contohnya, melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
e. Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan keterampilan yang terdiri dari
banyak tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan motoris
yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks. Contohnya, bongkar pasang peralatan dengan
tepat.
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan menyesuaikan
pola gerakan persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang
sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi. Contohnya, keterampilan bertanding.
g. Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar
prakarsa atau inisiatif sendiri. Contohnya, kemampuan membuat
kreasai tari baru.8

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kaitan Taksonomi Bloom dalam


hal ini dengan keterampilan membaca:
 Ranah kognitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas
kognitif dalam memahami bacaan secara tepat dan kritis.
 Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa
untuk membaca; misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca
atau sebaliknya.

8
Ibid, h. 116

9
 Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat
melakukan kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau
membaca nyaring tentu berbeda dengan saat melakukan kegiatan
membaca pemahaman.au sebaliknya. 9

C. Teori Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom


Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan
dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar.
Teori belajar yang melandasi taksonomi bloom antara lain yaitu:
1. Teori belajar behavioristik (tingkah laku)
Belajar menurut aliran behavioristik adalah perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.
Proses belajar sebagai perubahan perilaku (dari tidak tahu menjadi tahu)
yang dapat diamati dan timbul sebagai hasil pengalaman.
Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai
berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.
Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan
lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respons.Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan
respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respons tidak penting untukdiperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur.
Para ahli banyak berkarya dalam. aliran behavioristik, salah satunya
yang terkenal yaitu teori Classical Conditioning dari Ivan Pavlov (1849-

9
Ina Magdalena, Op.Cit, h. 51

10
1936) melalui percobaannya yaitu anjing yang diberi stimulus bersyarat
sehingga terjadi reaksi bersyarat pula pada anjing. Hal itu untuk
mengetahui bagaimana refleks bersyarat terbentuk.
2. Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Teori belajar ini lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Teori
kognitif menekankan pentingnya proses mental serta berpikir dan
memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajaran sehingga dapat
menginterpretasi dan informasi secara aktif. 10
Teori pembelajaran kognitivistik disebut juga dengan model
perceptual, yaitu menekankan untuk mengoptimalkan kemampuan rasional
dan proses pemahaman terhadap objek. Oleh karenanya tingkah laku
seorang anak dapat dinilai dari penerimaan dan pemahaman bukan dari
tingkah laku yang tampak saja. Teori kognitivistik berbeda dengan teori
pembelajaran behavioristik karena lebih menekankan proses belajar
daripada hasil, artinya adalah bahwa belajar menurut kognitivisme tidak
hanya mengandalkan stimulus dan respon.11

3. Teori belajar humanistik


Teori ini merupakan teori yang paling abstrak. Teori ini memandang
bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Para pendidik membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya
dengan mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka. Teori ini yang melatari dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam
bentuk Taksonomi Bloom dengan tiga ranah (kognitif, afektif dan
psikomotor) yang harus dikuasai atau dipelajari oleh peserta didik.238

10
Ibid, h. 52
Khoirotul Ni’mah dan Hafidzulloh, Teori Pembelajaran Kognitivistik dan Aplikasinya
11

dalam Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan fikr, Vol.10 No. 2 Yogyakarta Juli-
Desember 2021 h.206

11
Taksonomi ini, banyak membantu para praktisi pendidikan untuk
memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah
dipahami, operasional, serta dapat diukur. 12
Salah satu tokoh terkemuka aliran humanistik ini yaitu Abraham
Maslow, Maslow, teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini
adalah teori hieraki kebutuhan. yang selanjutnya diurutkan dari hierarki
yang paling rendah ke hierarki yang paling tinggi.
Teori kebutuhan manusia yang dikenal dengan istilah Teori
Hierarchy of Needs. Menurut Maslow kebutuhan hirarki manusia itu terdiri
dari:
a. Kebutuhan fisiologis/dasar/ Jasmaniah ( Besic Needs), Seperti
makan, minum, tidur.
b. Kebutuhan rasa aman (Saftey) Seperti kesehatan, keamanan
lingkungan dan lainnya.
c. Kebutuhan rasa kasih saying (Belongingness Needs) seperti
keluarga, persahabatan dan kelompok.
d. Kebutuhan untuk dihargai (EsteemNeeds) seperti harga diri dan
penghargaan orang lain.
e. Kebutuhan untuk akltualisasi diri (Self Actualization Needs)
seperti moralitas, ekspresi diri dan kreatifitas 13

D. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom


Prinsip belajar sebagai dasar dalam upaya pembelajaran ini meliputi:

1. Kematangan Jasmani dan Rohani

Kematangan jasmani ini, telah sampai pada batas minimal umur


serta kondisi fisiknya cukup kuat untuk melakuka kegiatan belajar.
Sedangkan kematangan rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara

12
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Op.Cit, h. 121
13
Nurul Hikmah, dkk, Teori Belajar dan Aliran-Aliran Pendidikan, ( Banten: PT Sada
Kurnia Pustaka, 2022) hlm. 46

12
psikologis untuk melakukan kegiatan belajar seperti kemampuan berpikir,
ingatan dan sebagainya.

2 . Kesiapan Kesiapan

Kesiapan ini harus dimiliki oleh seorang yang hendak melakukan


kegiatan belajar yaitu kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun
perlegkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan
memiliki minat dan motivasi yang cukup.

3. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa dan ke mana arah
tujuannya serta manfaat apa bagi dirinya. Dengan mengetahui tujuan
belajar akan dapat mengadakan persiapan yang diperlukan, baik fisik
maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat berjalan
lancar dan berhasil dengan memuaskan.

4. Memiliki Kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan belajar agar hasil


yang diperoleh memuaskan dan penggunaan waktu dan tenaga tidak
terbuang percuma yaitu lebih efisien.

5. Ulangan dan Latihan

Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak,


sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Versi lain dalam buku
Belajar dan Pembelajaran oleh Dimyati dan Mudjiono menyebutkan
prinsip belajar antara lain: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual. 14

14
Zulvia Trinova dan Wilrahmi Izati, Op.Cit, h. 121-122

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang
berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan
atau digolongkan dalam sistematika, yakni struktur hierarki yang
mengidentifikasi kemampuan, mulai dari tingkat yang rendah hingga yang
tinggi. Struktur hierarki tersebut harus dilalui atau dipenuhi sebelum
mencapai pada level tinggi.
 Menurut Bloom, pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah
(domain), yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain) dan Ranah psikomotor (psychomotoric domain)
 Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan dan
merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar.Teori belajar yang melandasi taksonomi bloom
antara lain yaitu; (1) teori belajar behavioristik (tingkah laku), (2) teori
belajar kognitif, merupakan teori yang menekankan pentingnya proses
mental serta berpikir, (3) teori belajar humanistik, teori ini memandang
bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
 Prinsip belajar yang melandasi taksonomi bloom antara lain yaitu;
kematangan jasmani dan rohani, kesiapan, memahami tujuan, memiliki
kesungguhan dan melakukan ulangan atau latihan.

B. Saran
Demikian makalah ini ditulis untuk pembaca. Melihat kesimpulan di
atas maka diharapkan pembaca bisa mempelajari dan memahami materi
tentang “ Identifikasi kebutuhan dalam pembelajaran melalui taksonomi
bloom” Pemakalah menyadari akan banyaknya kekurangan dan keterbatasan
yang dimiliki. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sebagai motivasi dari pembaca mengenai makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 2017. Teori-teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.


Yogyakarta: IRCiSoD.
Hikmah, Nurul Hikmah. 2022. Teori Belajar dan Aliran-Aliran Pendidikan.
Banten: PT Sada Kurnia Pustaka.
Magdalena, Ina. 2022. Menjadi Evaluator Pembelajaran yang Baik dan Benar.
Sukabumi: CV. Jejak.
Ni’mah, Khoirotul dan Hafidzulloh. 2021. Teori Pembelajaran Kognitivistik dan
Aplikasinya dalam Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan
fikr, Vol.10 No. 2
Rusman, 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Setiawan, David Virna. 2018. Prosedur Evaluasi dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Suryadi, Ahmad. 2022. Desain Pembelajaran. Sukabumi: CV. Jejak.
Trinova, Zulvia dan Wilrahmi Izati. 2020. Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Banten: CV. AA. RIZKY

15

Anda mungkin juga menyukai