Anda di halaman 1dari 19

TAXONOMI

Makalah
Mata Kuliah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI

Disusun Oleh:
Nanda Rinalya
22290120011

Dosen Pengampu
Dr. H. Mas’ud Zein, M.Pd. & Dr.Kuncoro Hadi, M.Sc

KELAS 1 C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tak lupa
pula kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelasaikan
makalah Pengembangan Evaluasi Pembelajaran yang membahas tentang taxonomi
dalam pembelajaran. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr. H. Mas’ud
Zein, M.Pd. & Dr.Kuncoro Hadi, M.Sc Selaku dosen mata kuliah Pengembangan
Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Pascasarjana Uin Suska Riau yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Adapun makalah Pengembangan evaluasi Pendidikan Agama Islam ini saya
usahakan dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
referensi buku, Jurnal dan referensi internet, sehingga dapat mempelancar pembuatan
makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai seperti apa itu taxonomi pendidikan
khususnya bagi penulis. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan saya buat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat difahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan
kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dimasa depan.

Kampar, 07 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan................................................................................................

BAB II

A. Pengertian Taksonomi........................................................................
B. Taxonomi Bloom...............................................................................
C. Taxonomi Cangelosi..........................................................................
D. Taxonomi Marzano............................................................................
E. Contoh Item Pada Taxonomi.............................................................

BAB III

A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah perubahan tingkah lakuyang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut teori behavioristik, perubahan tingkah laku mengarah kepada bentuk yang
diamati. Perubahan tingkah laku tersebut memiliki subjektivitas yang kecil. Misalnya
memegang raket dimana pun dilakukan pengamatan dan siapa pun yang melakukan
pengamatan, bentuk prilakunya akan relatif sama. Pada kenyataannya perubahan
tingkah laku bukan hanya perilaku pada ranah psikomotorik saja namun demikian
perubahan tersebut juga perubahan tingkah laku yang terjadi dalam fikiran(kognitif)
dan sikap manusia (afektif). Untuk dapat diamati, perubahan tingkah laku pada ranah
kognitif dan afektif membutuhkan klasifikasi. Taksonomi merupakan sebuah alat
yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan perubahan tingkah laku pada ketiga
domain tersebut.1
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efekti, dan efisien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedangkan pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama; tujuan
umum pendidikan. Tujuan ini mementukan perlu atau tidaknya suatu program yang
diadakan. Kedua; tujuan yang didasarkan atas tingkah laku. Inilah yang dimaksud
dengan tingkah laku yaitu taxonomi. Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum
yaitu ranah kognitif, ranah afekti, dan ranah psikomotor. Ketiga; tujuan yang lebih
jelas, yang dirumuskan secara operasional.

1
David Firna Setiawan, Prosedur Evaluasi Dalam pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), Hal.1
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga
tingkatan tujuan iniyang akhirnya Viviane De Landsheere dalam Suharsimi Arikunto
disimpulkan bahwa ada 3 tingkatan tujuan yaitu:
1. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan
2. Taksonomi
3. Tujuan yang operasional.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu taxonomi?
2. Apa saja macam-macam taxonomi?
3. Bagaimana contoh item pada setiap taxonomi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui taxonomi dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam taxonomi
3. Untuk mengetahui contoh item/soal pada setiap taxonomi

BAB II
2
Suharsimi Srikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara, 1993), Hal.
110
PEMBAHASAN

A. Pengertian Taxonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tessen yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan. 3 Taksonomi adalah suatu sistem
pengelompokan pembelajaran sesuai kemampuan. Taksonomi berarti klasifikasi
berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti
ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Taksonomi merupakan suatu tipe sistem
klasifikasai yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolongkan-golongkan dalam sistematika itu.
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus. Dalam taksonomi
pendidikan mengklasifikasikan tujuan adalah sebuah rumusan untuk tercapainya
sebuah tujuan pendidikan yaitu dengan menggunakan kata kerja atau kata benda, kata
kerjanya biasanya mendeskripsikan pengetahuan yang dimaksudkan dikuasai atau
dikonstruksi oleh peserta didik.4
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S.
Bloom, bersama dengan tim pengembangnya dia adalah seorang psikolog bidang
pendidikan beserta dengan tim pengembangnya. Sehingga pada tahun 1956, terciptalah
karya “Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain” dan kemudian pada
tahun 1964 membuat karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective
Domain”, dan selanjutnya Bloom membuat buku yang berjudul “Handbook on
Formative and Summatie Evaluation of Student Learning” pada tahun 1971 serta
karyanya yang lain “Developing Talent in Young People” (1985). Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap ranah tersebut dijabarkan kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. 5
B. Taxonomi Bloom

3
Muhammad Yaumi, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hal 88.
4
Anderson W Loris dan Kratwohl R david, Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Revisi
Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 6
5
Wowo Sunaryo Kuswara, Taksonomi Kognitif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hal
88
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan
skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu.
Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu:
1. Ranah Kognitif
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus
dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam
perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu:
pengetahuan, pemahaman atau persepsi, penerapan, penguraian atau
penjabaran, pemaduan, penilaian.
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson
Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki
taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil
perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama
Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif
saja.6
Berikut perbedaan ranah kognitif versi lama dan versi baru.

Versi lama Versi baru


Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan

6
I putu Ayub Darmawan dan Edu Sujoko, Revisi TaksonomiPembelajaran Benyamin S
Bloom, E Journal.uksw.edu, 2013, hal.32
Penguraian/analisis Menganalisis
Pemaduan Mengevaluasi
Penilaian/evaluasi Mencipta
Dalam kaitannya dengan tugas pengajar dalam menyusun kurikulum,
pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting dalam
menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci
tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman
penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan,
menilai, dan sebagainya.

Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah
kognitif yang telah direvisi.

RANAH KOGNITIF – PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)


NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci
1 Mengingat Kemampuan menyebutkan Mendefenisikan, menyusun
kembali daftar, menjelaskan,
informasi/pengetahuan yang mengingat, mengenali,
tersimpan dalam ingatan. menyebutksn, menghafal,
memasangkan.
2 Memahami Kemampuan memahami Menerangkan,
instruksi dan menegaskan menterjemahkan, menguraikan,
pengertian/makna ide atau mendiskusikan, mencontohkan,
konsep yang telah diajarkan menafsirkan.
baik dalam bentuk lisan
maupun tertulis.
3 Menerapkan Kemampuan melakukan Memilih, menerapkan,
sesuatu dan mengaplikasikan melaksanakan, mengubah,
konsep dalam situasi tetentu menggunakan,
mendemonstrasikan,
memodifikasi, menunjukkan,
membuktikan,
menggambarkan,
mengoperasikan, menjalankan
memprogramkan,
mempraktekkan’
4 Menganalisis Kemampuan menguraikan Mengkaji ulang, membedakan,
suatu permasalahan atau membandingkan, menunjukan
obyek ke unsur unsurnya dan hubungan antara variabel,
menentukan bagaimana memecah menjadi beberapa
saling keterkaitan antar unsur bagian, mempertimbangkan
unsur tersebut. Dengan mempertentangkan, menata
kemampuan ini siswa ulang, mencirikan,
mampu: memahami cara
kerjanya, dan memahami
sistematikanya.
5 Mengevaluasi Kemampuan membuat suatu menyeleksi, mendukung,
penilaian tentang suatu menilai, mengecek, mengkritik,
pernyataan, konsep, situasi, memprediksi, membenarkan,
dan sebagainya berdasarkan menyalahkan.
norma, kriteria atau patokan
tertentu.
6 Mencipta Kemampuan memadukan M erakit, merancang,
unsur unsur menjadi sesuatu menemukan, menciptakan,
bentuk baru yang utuh, atau memperoleh, mengembangkan,
membuat sesuatu yang memformulasikan,
orisinil. membangun, membentuk,
melengkapi, membuat,
menyempurnakan, melakukan
inovasi, mendisain,
menghasilkan karya.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran
yang penting yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.7
Ada lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana
hingga yang paling kompleks.

RANAH AFEKTIF- SIKAP (ATTITUDE)


NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci
1 Penerimaan Kemampuan untuk menanyakan, mengikuti,
menunjukkan atensi dan memberi,
penghargaan terhadap orang menahan/mengendalikan diri,
lain mengidentifikasi,
memperhatikan, menjawab
2 Merespon Kemampuan berpartisipasi M enjawab, membantu,
aktif dalam pembelajaran dan mentaati, memenuhi,
selalu termotivasi untuk menyetujui, mendiskusikan,
segera bereaksi dan melakukan.
mengambil tindakan atas
suatu kejadian
3 Nilai yang dianut Kemampuan menunjukkan Menunjukkan,
(Nilai diri) nilai yang dianut untuk mendemonstrasikan, memilih,
membedakan mana yang membedakan, mengikuti,
baik dan kurang baik meminta, memenuhi,
terhadap suatu menjelaskan, membentuk,
kejadian/obyek, dan nilai berinisiatif, melaksanakan

7
Zohra Yasin, Efektivitas Pengembangan Ranah Afektif, (Jakarta: Media Group, 2014), h. 65
tersebut diekspresikan dalam
perilaku.
4 Mengorganisasikan Kemampuan membentuk Mentaati, mematuhi,
sistem nilai dan budaya merancang, mengatur,
organisasi dengan mengidentifikasikan,
mengharmonisasikan mengkombinasikan,
perbedaan nilai. mengorganisisr, merumuskan,
menyamakan,
mempertahankan,
menghubungkan,
mengintegrasikan,
menjelaskan, mengaitkan,
menggabungkan, memperbaiki,
menyepakati, menyusun,
menyempurnakan, menyatukan
pendapat,
5 Karakterisasi Kemampuan mengendalikan Melakukan, melaksanakan,
perilaku berdasarkan nilai memperlihatkan membedakan,
yang dianut dan memisahkan, menunjukkan,
memperbaiki hubungan mempengaruhi, mendengarkan,
intrapersonal, interpersonal memodifikasi, mempraktekkan,
dan social. mengusulkan, merevisi,
memperbaiki, membatasi,
mempertanyakan,
mempersoalkan, menyatakan,
bertindak, Membuktikan,
mempertimbangkan.

3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan
kemampuan bertindak atau keterampilan (skill) setelah seseorang menerima
dan melakukan pengalaman belajar tertentu yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin
Berikut adalah 5 kategori yang terdapat pada ranah psikomotor:

RANAH AFEKTIF- SIKAP (ATTITUDE)


NO Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci
1 Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai, membantu,
mental, fisik, dan emosi, memperlihatkan
dalam menghadapi sesuatu mempersiapkan diri,
menunjukkan,
mendemonstrasikaan.
2 Reaksi yang Kemampuan untuk memulai M eniru, mentrasir, mengikuti,
diharapkan ketrampilan yang kompleks mencoba, mempraktekkan,
dengan bantuan / bimbingan mengerjakan, membuat,
dengan meniru dan uji memperlihatkan, memasang,
bereaksi, menanggapi.
3 Reaksi natural Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,
melakukan kegiatan pada memasang, membongkar,
tingkat ketrampilan tahap memperbaiki, melaksanakan
yang lebih sulit. sesuai standar, mengerjakan,
menggunakan, merakit,
mengendalikan, mempercepat,
memperlancar, mempertajam,
menangani.
4 Adaptasi Kemampuan Mengubah, mengadaptasikan,
mengembangkan keahlian, memvariasikan, merevisi,
dan memodifikasi pola sesuai mengatur kembali, merancang
dengan yang dbutuhkan kembali, memodifikasi
5 Kreativitas Kemampuan untuk Merancang, membangun,
menciptakan pola baru yang menciptakan, mendisain,
sesuai dengan kondisi/situasi memprakarsai,
tertentu dan juga kemampuan mengkombinasikan,
mengatasi masalah dengan
mengeksplorasi kreativitas
diri

C. Taxonomi Cangelosi
Menurut cangelosi, kalau maksud suatu sasaran adalah agar siswa dapat
melakukan sesuatu secara mental (misalnya, mengingat ,fakta atau mencari cara
untuk memecahkan masalah), maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam
ranah kognitif. Kalau maksud sasarannya agar siswa mengembangkan suatu sikap
atau perasaan tertentu (misalnya,keinginan untuk membaca atau kemauan untuk
mengerjakan sesuatu),maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam ranah afekti.
Kalau maksud sasarannya agar siswa mengembangkan suatu sifat ,fisik (misalnya,
kelenturan otot) atau keterampilan fisik (misalnya, menggerak-gerakkan sebuah
pensil untuk menuliskan huruf maka sasarannya terletak dalam ranah psikomotor. 8
Contoh:
Ibu Bekti harus membedakan antara komponen kognitif, afektif, dan
psikomotor dari keterampilan yang diajarkannya karena ada perbedaan besar antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam mencapai sasaran berikut ini:
a. Menyebutkan langkah-langkah untuk menulis huruf kapital A
(kognitif)

8
b. Mencoba menulis huruf kapital A sesuai dengan petunjuknya
(afektif)
c. Mengendalikan pensil dengan cukup baik untuk bisa mengikuti
langkah-langkah menuliskan huruf kapital A (psikomotor)

1. Ranah Kognitif
Cangelosi mengkategorikan konstruksi ranah kogniti, atas tingkat
pengetahuan dan tingkat intelektual. Sasaran yang menuntut siswa untuk
mengingat isi yang terinci. (misalnya nama atau asas: adalah tingkat sasaran
pengetahuan. Sasaran yang menuntut siswa memakai penalaran untuk
membuat penilaian sehubungan dengan isi yang dijelaskan. 9
Untuk membuat soal pengetahuan biasanya meminta siswa agar
menunjukkan bahwa setelah stimulusnya diberikan, mereka ingat rumus,
gambar, bunyi kata, lambang, nama, tanggal, defeinisi, asas, lokasi atau isi
lain yang ditentukan oleh sasaran. Contohnya menyatakan rumus untuk luas
persegi panjang (Matematika kelas enam) Pada tingkat pengetahuan ini,
seorang siswa dituntut untuk mengingat tanggapan atau respons yang tepat
untuk rangsangan tertentu
2. Ranah Afektif
Berbeda dengan sasaran kognitif dan psikomotor, sasaran afektif
tidak ada kaitanya dengan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu.
kemampuan afektif berurusan dengan sikap mereka. konstruk perilaku dalam
ranah afektif dapat merupakan tingkat apresiasi atau juga tingkat kemauan
untuk bertindak
3. Ranah psikomotor
Sasaran psikomotor digolongkan menjadi dua yaitu: kemampuan otot
lurik, dan kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus. Sasaran
kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya
melakukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu (misalnya: waktu, berat,
9
Hamzah Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembalajaran, (Jakarta:PT Bumi
Aksara,2006), Hal 121
atau jarak, seperti berjalan, lari, melompat, melukis, membongkar dan
memasang peralatan, dan lain-lain. Isi sasaran kemampuan otot lurik harus
menentukan kelompok otot yang harus mendapat pelatihan dan jenis
kemampuannya.
Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa
memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik
tertentu. isi sasaran melakukan keterampilan khusus harus menampakkan
proses fisik atau kegiatan rutin fisik yang harus dilakukan. Cntohh Alex yang
berusia lima tahun diminta untuk menulis huruf kapital A, dirancang untuk
sasaran pengetahuan tentang proses.

D. Taxonomi Marzano
Taksonomi Marzano dikembangkan pertama kali pada tahun 2000 oleh
Robert Marzano.10 Taksonomi ini dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari
taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas. Taksonomi Marzano
mempunyai tahap dari proses yang sederhana ke proses yang lebih lengkap, baik
dari informasi maupun langkah-langkahnya.
Taksonomi Marzano terdiri dari tiga sistem dan domain pengetahuan. Ketiga
sistem tersebut adalah sistem-diri (selfsistem), sistem metakognitif, dan sistem
kognitif. Sewaktu berhadapan dengan pilihan untuk memulai tugas baru, sistem diri
memutuskan apakah melanjutkan kebiasaan yang dijalankan saat ini atau masuk
dalam aktivitas baru. Kemudian sistem metakognitif mengatur berbagai tujuan dan
menjaga tingkat pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Selanjutnya sistem kognitif
memroses seluruh informasi yang dibutuhkan, dan domain pengetahuan
menyediakan isinya.11

10
Nur Fajriana Wahyu Ardiani, Taksonomi Bloom VS Taksonomi (SOLO, Fink, Marzano)
dalam Pembelajaran, (Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana, 2013), 17.
11
Intel® Teach Program Assessing Projects, “Desain Proyek Efektif: Kerangka Kerja
Kecakapan Berpikir, Taksonomi Baru Marzano”, diakses dari
http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/id/id/documents/project
-design/skills/marzano.pdf, pada tanggal 4 April 2017, 1.
Sistem Level Deskripsi
Kognitif 1. Retrieval Proses dari prosedur pengetahuan,
mengingat kembali atau melakukan, tanpa
pemahaman.
2. Comprehension Proses dari urutan atau struktur
pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah
dan gambarannya secara mendasar untuk
pemahaman dasar atau pemahaman awal.
3. Analisis Proses mengakses dan menguji
pengetahuan mengenai persamaan dan
perbedaan, hubungan pangkat atas dan
pangkat bawah, mendiagnosa kesalahan,
atau logika yang konsekuen, atau prinsip
yang dapat diduga.
4. Utilization Proses dalam penggunaan pengetahuan
darimana masalah bisa disikapi atau
dipecahkan, investigasi dapat
direncanakan, keputusan dan aplikasi
dapat diperoleh.
Metakognitif 5. Metakognisi Proses untuk memonitor apa dan
bagaimana pengetahuan yang baik bisa
dimengerti, pengujian yang secara sadar
terhadap proses-proses kognitif untuk
melihat apakah proses-proses tersebut
mempengaruhi tujuan-tujuan yang akan
dicapai.
Self-system 6. Self Proses mengidentifikasi respon/
rangsangan emosi, melatih persepsi,
motivasi, dan manfaatnya pada
kepercayaan terhadap pengetahuan awal.

Secara nyata, taksonomi ini bergerak (a) dari cara yang sederhana ke
proses yang lebih komplit baik informasi atau prosedur-prosedurnya, (b) dari
kesadaran yang kurang ke kesadaran yang lebih tentang pengontrolan yang lebih
terhadap proses pengetahuan dan bagaimana menyusun atau menggunakannya,
dan (c) dari kurangnya keterlibatan personal atau komitmen terhadap kepercayaan
yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas seseorang.
Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut
Marzano “tiga pengetahuan awal”, yaitu:
1. Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
2. Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara
umum, memonitor metakognitif, dan sebagainya.
3. Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan.

E. Contoh Item Pada Taxonomi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taksonomi pendidikan, dapat kita tarik sebuah pengertian bahwa


taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan-tingkatan
tertentu. Lebih khusus lagi dalam dunia pendidikan, taksonomi adalah
pengklasifikasian terhadap tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai
tujuan belajar mengajar baik ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan juga
psikomotor.
Jadi, kedudukan dan fungsi utama taksonomi adalah bahwa taksonomi
pendidikan digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran,
kesesuaian bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan
dengan evaluasi, dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Sehingga
berdasarkan taksonomi itu nantinya memberikan rambu-rambu yang jelas
ketika menetapkan kata kerja dalam rumusan indikator pencapai hasil belajar
yang nantinya akan dijadikan landasan oleh guru/pendidik dalam menyusun
inetrumen evaluasi hasil balajar.

B. Saran
Saya yakin bahwa tulisan saya ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik dari pembaca senantiasa saya harapkan dari perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiani.Nur Fajriana Wahyu, 2013, Taksonomi Bloom VS Taksonomi (SOLO, Fink,


Marzano) dalam Pembelajaran, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Darmawan.I putu Ayub dan Sujoko Edu, 2013, Revisi TaksonomiPembelajaran


Benyamin S Bloom, E Journal.uksw.edu.

Intel® Teach Program Assessing Projects, “Desain Proyek Efektif: Kerangka Kerja
Kecakapan Berpikir, Taksonomi Baru Marzano”, diakses dari
http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/id/id/
documents/project -design/skills/marzano.pdf, pada tanggal 4 April 2017, 1.

Kuswara.Wowo Sunaryo, 2012, Taksonomi Kognitif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Setiawan . David Firna, 2018, Prosedur Evaluasi Dalam pembelajaran, Yogyakarta:


Deepublish.

Srikunto. Suharsimi, 1993, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Bumi Aksara.

Uno.Hamzah, 2006, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembalajaran, Jakarta:PT


Bumi Aksara

W Loris. Anderson dan R david.Kratwohl, 2014, Pembelajaran, Pengajaran, dan


Asesmen, Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yasin.Zohra,2006, Efektivitas Pengembangan Ranah Afektif, Jakarta: Media Group.

Yaumi. Muhammad, 2013, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana,

Anda mungkin juga menyukai