Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN
“DEFINISI DAN URGENSI TAKSONOMI BLOOM DALAM PENYUSUNAN
RENCANA PEMBELAJARAN”

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Perencanaan Pembelajaran dengan Dosen Pembimbing :
Fikriansyah, M.Pd.

Disusun oleh :

NAILA AIZZATIN NURIL AWALIYAH


(NPM: 20300024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) TANGGAMUS
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Perencanaan Pembelajaran dengan materi “Definisi
dan Urgensi Taksonomi Bloom dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran” .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Fikriansyah, M.Pd. Sebagai
dosen mata kuliah Perencanaan Pembelajaran yang telah menjadi pembimbing dalam
penyelesaian makalah. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini, sehingga dengan
adanya bimbingan dan pengarahan tersebut makalah dapat penulis selesaikan dengan
baik.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
pembuatan dan penyusunannya, tetapi penulis menyadari, makalah ini jauh dari
kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun selaku manusia
penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah diharapkan sekali demi kebaikan dalam pembuatan makalah
dan penulisannya untuk masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempelajari hal-hal penting yang
ada dalam isi makalah.

Giating, 22 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..………….1


KATA PENGANTAR ………………..…………...……………………......………..2
DAFTAR ISI …………….……………………………...……………………...........3

BAB I PENDAHULUAN...………………...……………………..…………...……..4

A. Latar Belakang………...……………………………..……………………4
B. Rumusan Masalah……...…………………………………..……………...4
C. Tujuan Penulisan……………...………….……………………….............4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………............5

A. Pengertian Taksonomi Bloom ……………..…………......…………….....5


B. Komponen Taksonimi Bloom……………....…………...………………...6
C. Urgensi Taksonomi Bloom Dalam Urgensi Pendidikan............................16

BAB III PENUTUP……..……………..……………………………………………19

A. Kesimpulan……………..………………...……………………………...19
B. Saran…..…………………….…………………….……………………..19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan kurikulum yang terdiri dari Term of Reference (TOR), Garis
Besar Program Pembelajaran (GBPP) maupun Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
dapat dikatakan pekerjaan rutin widyaiswara. Mengenai content materi, walaupun
tidak mudah, masih bisa ditangani karena tentunya penugasan tersebut telah
disesuaikan dengan kompetensi widyaiswara. Masalah biasanya timbul ketika
mencari kesepakatan mengenai pemilihan taksonomi bloom. Kadang pemilihan
kata kerja untuk menyatakan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator
pencapaian dalam GBPP tersebut dirasakan kurang pas dengan apa yang
dimaksud oleh penyusun. Masalah ini pulalah yang dialami oleh penulis ketika
pertama kali ditugaskan menyusun kurikulum program diklat di Pusdiklat KNPK
dan itu terjadi lagi pada penugasan-penugasan berikutnya. Bosan menghadapi
masalah inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam mengenai
taksonomi bloom.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Taksonomi Bloom ?
2. Apa Saja Komponen Taksonomi Bloom ?
3. Apa Urgensi Taksonomi Bloom dalam Rencana Pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai Taksonomi Bloom
2. Mamahami komponen taksonomi Bloom
3. Mengetahui Urgensi - Urgensi Taksonomi Bloom dalam Rencana
Pembelajaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Bloom


Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka pikir yang membagi tujuan
instruksional pendidikan ke dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pada domain kognitif mendeskripsikan tujuan belajar yang
berorientasi pada kemampuan berpikir. Domain afektif mendeskripsikan tujuan
belajar yang berorientasi pada pengrasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap. Domain
psikomotorik mendeskripsikan tujuan belajar yang berorientasi pada ketrampilan
motorik. Taksonomi Bloom pada setiap domainnya memiliki kata kerja yang bisa
dijadikan patokan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi
tertentu.1
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan
oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang
melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the M
easurement, Evaluation, and Statistical Analysis (M ESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia

1
Candra Abdillah dkk, PERENCANAAN PENGAJARAN Cetakan pertama, (Pamulang – Tangerang
Selatan, UNPAM PRESS:2019, hal.26

5
meninggal pada 13 September 1999.2
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. M enurut Bloom, hapalan
sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). M asih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar
proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Komponen Taksonomi Bloom


1. Ranah Kognitif
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku
terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap.
Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi
manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini
dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada
Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya

Retno Utari, “TAKSONOMI BLOOM” Widyaiswara M adya, Pusdiklat KNPK. Volume.1


2

6
di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang
terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran,
Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah
kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus
dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills,


sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun
demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting.
Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat
berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin
sulit kemampuan berpikirnya.
RANAH KOGNITIF – PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
N Kategori Penjelasan Kata Kunci
o
1 Pengetahuan Kemampuan Mendefinisikan, menyusun
menyebutkan atau daftar, menamai,
menjelaskan kembali menyatakan,
Contoh: menyatakan mengidentifikasikan,
kebijakan. mengetahui, menyebutkan,
membuat rerangka,
menggaris bawahi,
menggambarkan,
menjodohkan, memilih

7
2 Pemahaman Kemampuan Menerangkan, menjelaskan ,
memahami menguraikan, membedakan,
instruksi/ masalah, menginterpretasikan,
menginterpretasika merumuskan,
n dan menyatakan memperkirakan,
kembali dengan meramalkan,
kata-kata sendiri menggeneralisir,
Contoh : M menterjemahkan, mengubah,
enuliskan kembali memberi contoh,
atau merangkum memperluas, menyatakan
materi pelajaran kembali, menganalogikan,
merangkum
3 Penarapan Kemampuan M enerapkan, mengubah,
menggunakan menghitung, melengkapi,
konsep dalam menemukan. membuktikan,
praktek atau situasi menggunakan,
yang baru Contoh: mendemonstrasikan,
M enggunakan memanipulasi,
pedoman/ aturan memodifikasi,
dalam menghitung menyesuaikan,
gaji pegawai. menunjukkan,
mengoperasikan,
menyiapkan, menyediakan,
menghasilkan.
4 Analisa Kemampuan M enganalisa,
memisahkan mendiskriminasikan,
konsep kedalam membuat skema /diagram,
beberapa membedakan,
komponen untuk membandingkan,
memperoleh M mengkontraskan,
enganalisa, pemahaman yang lebih luas
mendiskriminasika atas dampak komponen –
n, membuat skema komponen terhadap konsep
/diagram, tersebut secara utuh. Contoh:
membedakan, M enganalisa penyebab
membandingkan, meningkatnya Harga pokok
mengkontraskan, penjualan dalam laporan
pemahaman yang keuangan dengan
lebih luas atas memisahkan komponen-
dampak komponen komponennya. memisahkan,
– komponen membagi, menghubungkan,
terhadap konsep menunjukan hubungan antara
tersebut secara variabel, memilih, memecah
utuh. Contoh: M menjadi beberapa bagian,

8
enganalisa menyisihkan,
penyebab mempertentangkan.
meningkatnya
Harga pokok
penjualan dalam
laporan keuangan
dengan
memisahkan
komponen-
komponennya.
5 Sintesa Kemampuan M engkategorikan
merangkai atau mengkombinasikan,
menyusun kembali mengatur memodifikasi,
komponenkompone mendisain,
n dalam rangka mengintegrasikan,
menciptakan mengorganisir,
arti/pemahaman/ mengkompilasi, mengarang,
struktur baru. menciptakan, menyusun
Contoh: M enyusun kembali, menulis kembali,
kurikulum dengan merancang, merangkai,
mengintegrasikan merevisi, menghubungkan,
pendapat dan merekonstruksi,
materi dari menyimpulkan, mempolakan
beberapa sumber

6 Evaluasi Kemampuan M engkaji ulang,


mengevaluasi dan membandingkan,
menilai sesuatu menyimpulkan, mengkritik,
berdasarkan norma, mengkontraskan,
acuan atau kriteria. mempertentangkan
Contoh: M menjustifikasi,
embandingkan hasil mempertahankan,
ujian siswa dengan mengevaluasi, membuktikan,
kunci jawaban. memperhitungkan,
menghasilkan,
menyesuaikan, mengkoreksi,
melengkapi, menemukan.

9
2. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga
yang paling kompleks.
RANAH AFEKTIF – SIKAP (ATTITUDE)
N Kategori Penjelasan Kata kunci
o
1 Penerimaan Kemampuan untuk menanyakan, mengikuti,
menunjukkan atensi dan memberi, menahan /
penghargaan terhadap mengendalikan diri,
orang lain Contoh: mengidentifikasi,
mendengar pendapat memperhatikan, menjawab.
orang lain, mengingat
nama seseorang
2 Responsive Kemampuan Menjawab, membantu,
berpartisipasi aktif dalam mentaati, memenuhi,
pembelajaran dan selalu menyetujui, mendiskusikan,
M enjawab, membantu, melakukan, termotivasi
mentaati, memenuhi, untuk segera bereaksi dan
menyetujui, mengambil tindakan atas
mendiskusikan, suatu kejadian. Contoh:
melakukan, termotivasi berpartisipasi dalam diskusi
untuk segera bereaksi kelas memilih, menyajikan,
dan mengambil tindakan mempresentasikan,
atas suatu kejadian. melaporkan, menceritakan,
Contoh: berpartisipasi menulis,
dalam diskusi kelas menginterpretasikan,
3 Nilai yang Kemampuan Menunjukkan,
Dianut (Nilai
menunjukkan nilai yang mendemonstrasikan,
diri)

10
dianut untuk memilih, membedakan,
membedakan mana yang mengikuti, meminta,
baik dan kurang baik memenuhi, menjelaskan,
terhadap suatu membentuk, berinisiatif,
kejadian/obyek, dan nilai melaksanakan,
tersebut diekspresikan memprakarsai,
dalam perilaku. Contoh: menjustifikasi, mengusulkan,
M engusulkan kegiatan melaporkan,
Corporate Social menginterpretasikan,
Responsibility sesuai membenarkan, menolak,
dengan nilai yang menyatakan /
berlaku mempertahankan pendapat,
dan komitmen
perusahaan.
4 Organisasi Kemampuan membentuk Mentaati, mematuhi,
sistem nilai dan budaya merancang, mengatur,
organisasi dengan mengidentifikasikan,
mengharmonisasikan mengkombinasikan,
perbedaan nilai. Contoh: mengorganisisr,
M enyepakati dan merumuskan, menyamakan,
mentaati etika profesi, mempertahankan,
mengakui perlunya menghubungkan,
keseimbangan antara mengintegrasikan,
kebebasan dan tanggung menjelaskan, mengaitkan,
jawab menggabungkan,
memperbaiki, menyepakati,
menyusun,
menyempurnakan,
menyatukan pendapat,

11
menyesuaikan, melengkapi,
membandingkan,
memodifikasi
5 Karakterisasi Kemampuan Melakukan, melaksanakan,
mengendalikan perilaku memperlihatkan
berdasarkan nilai yang membedakan, memisahkan,
dianut dan memperbaiki menunjukkan,
hubungan intrapersonal, mempengaruhi,
interpersonal dan social. mendengarkan,
Contoh: M enunjukkan memodifikasi,
rasa percaya diri ketika mempraktekkan,
bekerja sendiri, mengusulkan, merevisi,
kooperatif dalam memperbaiki, membatasi,
aktivitas kelompok mempertanyakan,
mempersoalkan,
menyatakan, bertindak,
Membuktikan,
mempertimbangkan.

3. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotori meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika
sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut kecepatan,
ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

RANAH PSIKOM OTORIK – KETRAM PILAN (SKILLS)

No Kategori Penjelasan Kata Kunci


1 Persepsi Kemampuan M endeteksi, mempersiapkan diri,

12
menggunakan saraf memilih, menghubungkan,
sensori dalam menggambarkan,
menginterpretasikan nya mengidentifikasi, mengisolasi,
dalam memperkirakan membedakan menyeleksi,.
sesuatu Contoh:
menurunkan suhu AC saat
merasa suhu ruangan
panas
2 Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai, membantu,
mental, fisik, dan emosi, memperlihatkan mempersiapkan
dalam menghadapi diri, menunjukkan,
sesuatu. Contoh: mendemonstrasikaan.
melakukan pekerjaan
sesuai urutan, menerima
kelebihan dan kekurangan
seseorang.
3 Reaksi yang Kemampuan untuk Meniru, mentrasir, mengikuti,
diarahkan memulai ketrampilan yang mencoba, mempraktekkan,
kompleks dengan bantuan mengerjakan, membuat,
/ bimbingan dengan memperlihatkan, memasang,
meniru dan uji bereaksi, menanggapi.
coba.Contoh: M engikuti
arahan dari instruktur.
4 Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,
natural melakukan kegiatan pada memasang, membongkar,
(mekanisme) tingkat ketrampilan ahap memperbaiki, melaksanakan
yang lebih sulit. M elalui sesuai standar, mengerjakan,
tahap ini diharapkan siswa menggunakan, merakit,

13
akan terbiasa melakukan mengendalikan, mempercepat,
tugas rutinnya. Contoh: memperlancar, mempertajam,
menggunakan computer. menangani.
5 Reaksi yang Kemampuan untuk M engoperasikan, membangun,
kompleks melakukan kemahirannya memasang, membongkar,
dalam melakukan sesuatu, memperbaiki, melaksanakan
dimana hal ini terlihat dari sesuai standar, mengerjakan,
kecepatan, ketepatan, menggunakan, merakit,
efsiensi dan mengendalikan, mempercepat,
efektivitasnya. Semua memperlancar, mencampur,
tindakan dilakukan secara mempertajam, menangani,
spontan, lancar, cepat, mngorganisir, membuat
tanpa ragu. Contoh: draft/sketsa, mengukur
Keahlian bermain piano.
6 Adaptasi Kemampuan M engubah, mengadaptasikan,
mengembangkan keahlian, memvariasikan, merevisi,
dan memodifikasi pola mengatur kembali, merancang
sesuai dengan yang sesuai dengan yang dbutuhkan,
dbutuhkan, Contoh: Contoh: M elakukan perubahan
Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap
secara cepat dan tepat kejadian tak terduga tanpa
terhadap kejadian tak merusak pola yang ada. kembali,
terduga tanpa merusak memodifikasi.
pola yang ada.
7 Kreativitas Kemampuan untuk M erancang, membangun,
menciptakan pola baru yang menciptakan, mendisain,
sesuai dengan memprakarsai, mengkombinasikan,
kondisi/situasi tertentu dan membuat, menjadi pioneer
juga kemampuan mengatasi
masalah dengan

14
mengeksplorasi kreativitas
diri. Contoh: membuat
formula baru, inovasi,
produk baru.

4. Revisi Taksonomi Bloom


Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom
agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: 3
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan
mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan perubahan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).


 Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
 Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
 Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi
dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
 Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan
sebutan evaluating (menilai).
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif
terdiri dari enam level: remembering (mengingat), understanding

3
Retno Utari, “TAKSONOMI BLOOM” Widyaiswara M adya, Pusdiklat KNPK. Volume.8

15
(memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis,
mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi
Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang
sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.

C. Urgensi Taksonomi Bloom dalam Rencana Pembelajaran


Keputusan pemerintah untuk mulai menerapkan merdeka belajar membuat
para pendidik untuk mulai menerapkan taksonomi bloom dalam proses kegiatan
belajar siswa. 4 Pentingnya taksonomi bloom pada merdeka belajar dapat dilihat
dari alasan mengapa taksonomi bloom penting untuk diterapkan, yaitu karena
taksonomi bloom dapat membantu guru untuk melihat dan menentukan level
kognitif siswa. Dengan penentuan level tersebut, guru akan lebih mudah dalam
membuat konsep belajar dan menentukan rancangan proses kegiatan belajar
siswa. Adapun langkah-langkah yang harus digunakan guru dalam menerapkan
taksonomi bloom yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Pembelajaran
Hal pertama yang harus ditetapkan guru sebelum menerapkan taksonomi
bloom yaitu menentukan tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran
yang dibuat guru harus sesuai dengan kemampuan siswa dan sesuai dengan
materi pembelajaran saat itu.
2. Menentukan Kompetensi Pembelajaran
Setelah guru telah menetukan tujuan pembelajaran serta sudah mengenali
kemampuan siswa, maka langkah selanjutnya yaitu guru harus menentukan
kompetensi apa yang ingin mereka capai. Dalam menentukan kompetensi
tersebut, guru harus memahami serta memperhatikan kemampuan kognitif
siswa, supaya mereka tidak merasa terbebani dan siswa tidak berhasil
memberikan yang maksimal dalam kegiatan belajarnya.
3. Menentukan Ranah Kemampuan Intelektual Siswa

4
https://blog.kejarcita.id/pentingnya-taksonomi-bloom-pada-merdeka-belajar/ dikutip pada tanggal
22 September 2022, pukul 00.35 wib

16
Langkah selanjutnya yaitu guru harus menentukan ranah kemampuan
intelektual siswa. Ranah kemampuan intelektual tersebut harus sesuai dengan
kompetensi pembelajaran. Ranah kognitif: ranah kognitif pada tingkatan
taksonomi ini berkaitan tentang kemampuan siswa dalam memahami,
mengingat, menerapkan, dan menganalisis sesuatu. Ranah psikomotorik:
Ranah psikomotorik pada tingkatan taksonomi ini berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam beradaptasi, kreativitas siswa, serta perilaku siswa
(tindakan siswa selama proses kegiatan belajar berlangsung). Ranah afektif:
ranah afektif pada tingkatan taksonomi ini berkaitan dengan respon siswa,
karakter siswa, serta nilai (kemampuan) yang dimiliki siswa.
4. Menggunakan Kata Kunci Yang Tepat
Pada kesempatan ini, kata kerja kunci ini berfungsi untuk membantu guru
dalam menjelaskan materi pembelajaran.
5. Menentukan Media Pembelajaran
Kemudian langkah terakhir yaitu dalam penerapan taksonomi bloom yaitu
media pembelajaran yang akan dipakai. Dalam hal ini, media belajar yang
dipakai guru harus sesuai dengan taksonomi bloom. Pilihlah media belajar
yang dapat dilihar siswa dengan jelas.

Alasan Taksonomi Bloom Penting pada Merdeka Belajar


Adapun beberapa alasan penting mengapa pemerintah ingin menerapkan
konsep merdeka belajar saat ini. Berikut adalah penjelasannya:
1. Merdeka Belajar Dapat Mengembangkan Pola Pikir Siswa
Konsep merdeka belajar yang ingin diterapkan pemerintah berfokus pada
pengembangan kognitif siswa. Dengan demikian, siswa akan ditantang untuk
mampu berpikir secara kritis serta memiliki kemampuan analisis yang baik.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pemerintah dapat dilihat bahwa
penerapan taksonomi bloom pada merdeka belajar adalah keputusan yang
bijaksana.
2. Meningkatkan Kecerdasan Siswa

17
Pada tahun 2019, ranking PISA Indonesia berada pada urutan 74 dari 79
negara. Berdasarkan hasil surveri tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan kognitif anak-anak di Indonesia masih tergolong rendah. Dengan
adanya konsep merdeka belajar ini, pemerintah berharap bahwa kemampuan
kognitif siswa di Indonesia akan semakin terlatih.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pendidikan, tiga ranah Taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afekti,
dan psikomotik yang penting dan sangat diperlukan. Dalam ranah kognitif dapat
mengembangkan keahlian anak melalui pengetahuan, ranah afektif dapat ditinjau
melalui aspek moral, yang ditunjukkan melalui perasaan, nilai, motivasi, dan
sikap peserta didik. Pada ranah afektiflah pada umumnya peserta didik lemah
dalam penguasaannya, sedangkan dalam ranah psikomotorik, peserta didik tidak
cukup hanya menghapal suatu teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga
harus menerapkan teori yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata.
Disamping itu, jelas disini bahwa Taksonomi Bloom versi baru terwujud
karna keinginan untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang terdapat dalam
Taksonomi Bloom versi lama. Tiada kelemahan yang dapat dilihat dari
Taksonomi Bloom versi baru ini untuk dikiritik berbanding dengan Taksonomi
Bloom Versi lama karena kewujudannya juga adalah ingin memperbaiki
kelemahan. Taksonomi Bloom sekarang sudah sesuai dengan transformasi dalam
pendidikan ini.

B. Saran
Saran yang peyusun sampaikan adalah sebagai berikut:
 Agar lebih Memahami mengenai Taksonomi Bloom;
 Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran kita semua dan
menambah wawasan yang lebih luas bagi kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] Candra Abdillah dkk, PERENCANAAN PENGAJARAN Cetakan pertama, (Pamulang


– Tangerang Selatan, UNPAM PRESS:2019,

[2] Retno Utari, “TAKSONOMI BLOOM” Widyaiswara M adya, Pusdiklat KNPK

[3]https://blog.kejarcita.id/pentingnya-taksonomi-bloom-pada-merdeka-belajar/
dikutip pada tanggal 22 September 2022, pukul 00.35 wib

20

Anda mungkin juga menyukai