Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................
B.Saran....................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek penilaian menurut Taksonomi Benjamin S Bloom
2. Agar mengetahui arti dan letak taksonomi dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran ranah kognitif, afektif dan
psikomotor dalam pendidikan agama islam
4. Untuk mengetahui bagaimana ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai obyek evaluasi hasil belajar
5. Untuk mengetahui bagaimana kata kerja operasional dan kriteria ketuntasan
minimal
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi kata taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis
dan nomos. Taxis berarti ‘pengaturan atau divisi’ dan nomos berarti hukum
(Enghoff, 2009:442). Jadi secara etimologi taksonomi dapat diartikan sebagai
hukum yang mengatur sesuatu. Taksonomi dapat diartikan sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat spesifik.1
1
I putu Ayub Darmawan dan Edy Sujoko, Revisi Taksonomi Pembelajaran Benjamin S. Bloom,
(https://ejournal.uksw.edu/satyawidya)
Benjamin S. Bloom membuat suatu klasifikasi berdasarkan urutan
keterampilan berpikir dalam suatu proses yang semakin lama semakin tinggi
tingkatannya. Mula-mula taksonomi bloom terdiri atas dua bagian yaitu ranah
kognitif dan ranah afektif (cognitive domain and affective domain). Pada
tahun 1966 Simpson menambahkan ranah psikomotor melengkapi apa yang
telah dibuat oleh bloom. Dengan demikian menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.2
3. Taksonomi Pengetahuan
a) Domain Kognitif
2
Ramlan Effendi, Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada Pelajaran
Matematika SMP, (journal.upgris.ac.id), 2017
3
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 74
Berikut kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain.
b) Domain Afektif
c) Domain Psikomotorik
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan tes yang berkaitan
erat dengan domain psikomotor sesuai dengan tingkat pengetahuan para siswa.4
Domain berarti bidang, kawasan atau daerah (ranah), yang dalam lapangan
psikologi berarti bidang-bidang atau kawasan-kawasan kejiwaan yang
dibedakan menurut fungsinya atau pekerjaan kejiwaan. Sehubungan dengan
pembahasan ini adalah Benjamin S. Bloom sejak tahun 1956 sudah melopori
pembagian menjadi tiga kawasan kejiwaan dan dijabarkan lebih lanjut ke
dalam taksa-taksa sebagaimana layaknya dalam lapangan botani.
Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat di ukur. Ebel
(1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting
tetapi tidak dapat diukur,maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah
dirumuskan secara operasional, maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda
bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah
lakunya.
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 109
bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara kongkrit
dan dapat diamati.7
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi
subyektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini
menjadi tujuan yang lebih terperinci. Bloom dan Krathwohl telah memberikan
banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-
prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu:
a. Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru
dalam mengajar.
b. Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang.
c. Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-
nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak
yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan
yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih
mudah dari pada menarik kesimpulan. Atau menghafal lebih, lebih mudah dari
pada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada
kesulitan dalam proses belajar dan mengajar.8
7
Ibid., hlm. 110
8
Ibid., hlm. 111
C. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Dalam Pendidikan
Agama Islam
1. Pengukuran Ranah Kognitif
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
9
Daryanto, Evaluasi Pendidikan Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 103
komponen pembentukannya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut
menjadi lebih jelas.
e. Sintesis (synthesis)
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang
baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
f. Penilaian (evaluation)
a. Menerima (receiving)
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut
dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, music, baca buku,
dan sebagainya).
b. Menjawab (responding)
Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa
tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.
10
Ibid., hlm. 117
c. Menilai (valuing)
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari
hanya sekedar penerimaan nilai sampai ke tingkat komitmen yang lebih tinggi.
d. Organisasi (organization)
Pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik
“pola hidup”.
11
Ibid., hlm. 122
b. Manipulasi benda-benda, yakni menyusun, membentuk,memindahkan,
menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
c. Koordinasi neuromuscular, yakni menghubungkan, mengamati, memotong,
dan sebagainya.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakannya bahwa sikap seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap
mata pelajaran pendidikan agama islam, kedisiplinannya dalam mengikuti
pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran agama islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan agama islam, dan sebagainya.
12
Anas Sudijono, Pengantar Evaluai Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.
49
c. Ranah Psikomotor (Nahiyah al-Harakah)
13
Ramlan Effendi, Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada Pelajaran
Matematika SMP, (journal.upgris.ac.id), 2017
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan kami yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan serta
penyusunan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
kami khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA