Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua


pihak. Atas kekurangan isi makalah ini kami mohon maaf sedalam-dalamnya.

Langsa, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................


A. Aspek Penilaian Menurut Taksonomi Benjamin S Bloom ................
B. Arti dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan ...................................

C. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomoto Dalam Pendidikan


Agama Islam ...........................................................................................
D. Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotor Sebagai Obyek
Evaluasi Hasil Belajar.............................................................................

E. Kata Kerja Operasional dan Kriteria Ketuntasan Minimal ................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

B.Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses pengembangan dalam bentuk diantaranya:


karakter, pengetahuan, spiritual keagamaan dan akhlak yang akan dimiliki
seseorang. Proses terjadinya pendidikan bisa dimana saja dengan berbagai ruang
dan waktu yang dimiliki, kini belajar bukan hanya guru bertatap dengan siswa di
dalam kelas saja dengan adanya pembelajaran yang modern guru bisa
membungkus sebagaimana rupa cara melaksanakan proses belajar yang
menyenangkan dan menarik dimana saja dan kapan saja.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara


interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup prakasa kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.

Pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan siswa dalam bentuk aspek


kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (keterampilan). Sehingga
pembelajaran bukan hanya mengandalkan dari segi kognitif seperti yang
dilakukam sebelumnya, pembelajaran dapat dikatakan baik apabila adanya aspek
afektif dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran
sebaiknya didukung oleh penilaian secara menyeluruh dengan menggambarkan
keadaan/kemampuan siswa yang sebenarnya dan memberikan motivasi kepada
siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan siswa mendapatkan
hasil prestasi yang baik, yang dilakukan secara terprogram, bertahap dan
berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek penilaian menurut Taksonomi Benjamin S Bloom?
2. Apa arti dan letak taksonomi dalam pendidikan?
3. Bagaimana pengukuran ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam
pendidikan Agama Islam?
4. Bagaimana ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai obyek evaluasi
hasil belajar?
5. Bagaimana kata kerja operasional dan kriteria ketuntasan minimal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek penilaian menurut Taksonomi Benjamin S Bloom
2. Agar mengetahui arti dan letak taksonomi dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran ranah kognitif, afektif dan
psikomotor dalam pendidikan agama islam
4. Untuk mengetahui bagaimana ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai obyek evaluasi hasil belajar
5. Untuk mengetahui bagaimana kata kerja operasional dan kriteria ketuntasan
minimal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Penilaian Menurut Taksonomi Benjamin S Bloom


1. Pengertian Taksonomi

Secara etimologi kata taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis
dan nomos. Taxis berarti ‘pengaturan atau divisi’ dan nomos berarti hukum
(Enghoff, 2009:442). Jadi secara etimologi taksonomi dapat diartikan sebagai
hukum yang mengatur sesuatu. Taksonomi dapat diartikan sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat spesifik.1

Taksonomi adalah sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-


pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik
dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

2. Konsep Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki (bertingkat) yang


mengidentifikasikan keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah
hingga yang tinggi. Berawal dari pemikiran dan penilitian seorang psikolog
pendidikan dari Amerika Serikat Benjamin S. Bloom pada tahun 1950, bahwa
evaluasi hasil belajar disekolah sebagian besar butir soal yang diajukan hanya
berupa soal tentang hapalan, sedangkan menurutnya hapalan merupakan
tingkat rendah dalam kemampuan berfikir. Agar proses pembelajaran
menghasilkan siswa berkompeten, maka disusunlah suatu Taksonomi Bloom
yang dipublikasikannya pada tahun 1956 dengan judul “Taxonomy Of
Educational Objectives: The Classification of Educational Goals”.

1
I putu Ayub Darmawan dan Edy Sujoko, Revisi Taksonomi Pembelajaran Benjamin S. Bloom,
(https://ejournal.uksw.edu/satyawidya)
Benjamin S. Bloom membuat suatu klasifikasi berdasarkan urutan
keterampilan berpikir dalam suatu proses yang semakin lama semakin tinggi
tingkatannya. Mula-mula taksonomi bloom terdiri atas dua bagian yaitu ranah
kognitif dan ranah afektif (cognitive domain and affective domain). Pada
tahun 1966 Simpson menambahkan ranah psikomotor melengkapi apa yang
telah dibuat oleh bloom. Dengan demikian menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.2

3. Taksonomi Pengetahuan

Menurut Bloom dkk, tujuan instruksional dalam proses pembelajaran pada


prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga domain atau ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Minimal dua atau ketiga ranah tersebut
akan memengaruhi tingkat profesional siswa. Peran guru sebagai pengampu
aktif dalam proses belajar mengajar, perlu menguasai ketiga jenis ranah
pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya kepada siswa melalui
pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan pelajaran dan
kurikulum.3

a) Domain Kognitif

Domain Kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak


didasarkan perkembangannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.
Tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk, dalam
taxonomy Bloom tahun 1956.

2
Ramlan Effendi, Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada Pelajaran
Matematika SMP, (journal.upgris.ac.id), 2017
3
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 74
Berikut kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain.

Domain Kognitif (Bloom’s taxonomy)


Tingkatan Verb (kata kerja)
Knowledge (pengetahuan) Identifikasi, spesifikasi, menyatakan
Comprehension (pemahaman) Menerangkan, menyatakan kembali, menerjemahkan
Application (penerapan) Menggunakan, memecahkan, menggunakan
Analysis (analisis) Menganalisis, membandingkan, mengkontraskan
Synthesis (sintesis) Merancang, mengembangkan, merencanakan
Evaluation (evaluasi) Menilai, mengukur, memutuskan

Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga


dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan sesuai
dengan tingkat pengetahuan para siswa.

b) Domain Afektif

Domain Afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak


didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam
pengembangannya pendidikan afektif yang semula hanya mencakup
perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas, yakni menyangkut
moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Tujuan pembelajaran yang
diklasifikasikan pada domain afektif, dalam Krathwol taxonomy pada
tahun 1964.

Krathwohl, dkk merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan


membedakannya menjadi lima tingkatan dari yang sederhana sampai pada
tingkatan kompleks.
Kata kerja yang berorientasi perilaku pada domain afektif.

Domain Afektif (krathwohl taxonomy)


Tingkatan Verb (kata kerja)
Receiving (menerima) Menerima, peduli, mendengar
Responding (menjawab) Melengkapi, melibatkan, sukarela
Valuing (menilai) Menunjukkan lebih senang,
menghargai, menyatakan peduli
Organization (mengorganisasi) Berpartisipasi, mempertahankan,
menyatukan (sintesis)

Characterization by value or value complex Menunjukkan empati, menunjukkan


(mengkarakterisasi atas dasar nilai kompleks) harapan, mengubah tingkah laku

Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja pada setiap


tingkatan ranah afektif, juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-
item pertanyaan tes sesuai dengan tingkatan pengetahuan siswa.

c) Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih


banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek
otot dan membentuk keterampilan siswa.

Kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain.

Domain Psikomotorik (simpson taxonomy)

Tingkatan Verb (kata kerja)


Perception (persepsi) Membedakan, mengidentifikasi, memilih
Set (penetapan) Mengasumsikan posisi,
mendemonstrasikan,menunjukkan
Guided Response (reaksi atas Mengusahakan, meniru, mencoba
dasar arahan)
Mechanism (mekanisme) Membiasakan,mempraktikkan, mengulang
Complex over response Menghasilkan, mengoperasikan,
(reaksi terbuka dengan menampilkan
kesulitan kompleks)
Adaptation (adaptasi) Mengadaptasi, mengubah, merevisi
Origination (asli) Menciptakan (create) desain, membuat asli

Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan tes yang berkaitan
erat dengan domain psikomotor sesuai dengan tingkat pengetahuan para siswa.4

4. Taksonomi Kawasan Psikologik

Domain berarti bidang, kawasan atau daerah (ranah), yang dalam lapangan
psikologi berarti bidang-bidang atau kawasan-kawasan kejiwaan yang
dibedakan menurut fungsinya atau pekerjaan kejiwaan. Sehubungan dengan
pembahasan ini adalah Benjamin S. Bloom sejak tahun 1956 sudah melopori
pembagian menjadi tiga kawasan kejiwaan dan dijabarkan lebih lanjut ke
dalam taksa-taksa sebagaimana layaknya dalam lapangan botani.

“Taxonomi” berarti klasifikasi atau penggolongan (istilah botani) yaitu


penggolongan kawasan kejiwaan menjadi tiga:5

1) Cognitive Domain, yaitu kawasan kelompok prilaku yang berkaitan


dengan pekerjaan akal atau pikiran.
2) Affective Domain, yaitu kawasan dari kelompok prilaku yang
berhubungan dengan perasaan, emosi, sikap dan kemauan dan
keinginan.
3) Psychomotor Domain, yaitu kawasan dari kelompok prilaku yang
menyangkut gerakan-gerakan, fungsi fisiologik dan otot-otot.
4
Ibid., hlm. 77
5
Ramly Maha, Rancangan Pembelajaran, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2007), hlm. 91
B. Arti dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan

Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang


kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam
kesadadaran pada para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum
proses belajar-mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada
para siswa. Jadi tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dirahasiakan. Apabila
dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa akan tidak tahu mana
pelajaran yang penting dan mana yang tidak.

Kepentingan hubungan antara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan, oleh


seorang ahli yang bernama Scriven (1967) dikemukakan bahwa harus ada
hubungan erat antara:6

1) Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran


2) Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
3) Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat di ukur. Ebel
(1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting
tetapi tidak dapat diukur,maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah
dirumuskan secara operasional, maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda
bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah
lakunya.

Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan


umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program
diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU
(Tujuan Instruksional Umum). Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku.
Ketiga, tujuan yang lebih jelas, yang dirumuskan secara operasional. Kaum
behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa
taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat

6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 109
bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara kongkrit
dan dapat diamati.7

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi
subyektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini
menjadi tujuan yang lebih terperinci. Bloom dan Krathwohl telah memberikan
banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-
prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu:

a. Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru
dalam mengajar.
b. Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada
sekarang.
c. Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-
nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak
yang netral.

Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan
yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih
mudah dari pada menarik kesimpulan. Atau menghafal lebih, lebih mudah dari
pada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada
kesulitan dalam proses belajar dan mengajar.8

7
Ibid., hlm. 110
8
Ibid., hlm. 111
C. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Dalam Pendidikan
Agama Islam
1. Pengukuran Ranah Kognitif

Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom


(1956):9

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.


Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini
seseorang dituntut untuk dapat mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta
atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-


mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang di komunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya
tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

c. Penerapan (application)

Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata


cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi di
mana ide, metode dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila
tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi
ingatan semata-mata.

d. Analisis (analysis)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan


suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-

9
Daryanto, Evaluasi Pendidikan Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 103
komponen pembentukannya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut
menjadi lebih jelas.

e. Sintesis (synthesis)

Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang
baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.

f. Penilaian (evaluation)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat


mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kriteria
tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya
sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar, atau
ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.

2. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, diantaranya:10

a. Menerima (receiving)

Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut
dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, music, baca buku,
dan sebagainya).

b. Menjawab (responding)

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa
tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.

10
Ibid., hlm. 117
c. Menilai (valuing)

Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari
hanya sekedar penerimaan nilai sampai ke tingkat komitmen yang lebih tinggi.

d. Organisasi (organization)

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda,


menyelesaikan/memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai
membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.

e. Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai (characterization by a


value or value complex)

Pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik
“pola hidup”.

3. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Walaupun ranah psikomotor meliputi enam jenjang kemampuan, namun


masih dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan
motoric, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular.

Maka , kata kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah:11

a. Keterampilan motorik, yakni memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil


(pekerjaan tangan), menggerakkan, menampilkan, melompat, dan
sebagainya.

11
Ibid., hlm. 122
b. Manipulasi benda-benda, yakni menyusun, membentuk,memindahkan,
menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
c. Koordinasi neuromuscular, yakni menghubungkan, mengamati, memotong,
dan sebagainya.

D. Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Dan Ranah Psikomotor Sebagai Obyek


Evaluasi Hasil Belajar
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik,
yaitu:12
a. Ranah Kognitif (al-Nahiyah al- Fikriyyah)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).


Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang tersebut diantaranya, pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisi, sintesis, dan penilain.

b. Ranah Afektif (al-Nahiyah al-Mauqifiyyah)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Beberapa pakar mengatakannya bahwa sikap seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap
mata pelajaran pendidikan agama islam, kedisiplinannya dalam mengikuti
pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran agama islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan agama islam, dan sebagainya.

12
Anas Sudijono, Pengantar Evaluai Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.
49
c. Ranah Psikomotor (Nahiyah al-Harakah)

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)


atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956)
yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

E. Kata Kerja Operasional dan Kriteria Ketuntasan Minimal


Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran siswa, guru
harus melakukan penilaian. Salah satu teknik penilaian yang dapat dilakukan
dengan cara memberikan soal-soal tes evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa.
Selanjutnya jawaban siswa akan di koreksi sesuai konsep, prinsip dan
prosedur matematika yang telah diajarkan. Jika nilai seorang siswa telah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka siswa tersebut
dinyatakan telah menguasai materi yang diajarkan.
Tes yang digunakan dalam proses evaluasi untuk mengukur kemampuan
siswa ditetapkan sesuai indikator keberhasilan pembelajaran. Tingkatan tes
evaluasi pembelajaran yang sering digunakan adalah Taksonomi Bloom.
Namun banyak guru yang terjebak pada kata kerja operasional (KKO) saja,
sehingga soal yang dibuat hanya pada level mengingat atau memahami saja,
tidak membuat soal tes sesuai dengan pengertian taksonomi bloom yang
sebenarnya yang juga memiliki level keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Nama-nama dalam taksonomi bloom mengalami perubahan dari nama
dengan kata benda ke nama dengan kata kerja. Dalam taksonomi revisi
aplikasi, analisis, dan evaluasi dipertahankan, tetapi dalam bentuk kata kerja
sebagai Menerapkan, Menganalisi, dan Mengevaluasi. Sintesis berubah tempat
dengan Evaluasi dan berganti nama Mencipta (Krathwohl, 2002:214).
Komponen kata kerja dari pengetahuan berubah menjadi kategori mengingat,
yang menggantikan klasifikasi pengetahuan aslinya dalam enam kategori
pokok, yang sekarang menggunakan kata kerja. Bentuk kata kerja ini
mendeskripsikan tindakan yang tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya,
tindakan pertama yang dilakukan siswa dalam belajar pengetahuan adalah
mengingatnya (Anderson & Krathwohl, 2010:400).13

13
Ramlan Effendi, Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada Pelajaran
Matematika SMP, (journal.upgris.ac.id), 2017
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Taksonomi adalah sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-


pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik dalam
belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga


domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Minimal dua atau
ketiga ranah tersebut akan memengaruhi tingkat profesional siswa. Untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran siswa, guru harus
melakukan penilaian. Salah satu teknik penilaian yang dapat dilakukan dengan
cara memberikan soal-soal tes evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan kami yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan serta
penyusunan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
kami khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:


Bumi Aksara, Cet. Ke-7

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan Komponen MKDK, Jakarta:


Rineka Cipta, Cet. Ke-4

Effendi, Ramlan, Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan


Implementasinya Pada Pelajaran Matematika SMP, Volume 2, Nomor
1, 2017. Journal.upgris.ac.id.

Maha, Ramly. 2007. Rancangan Pembelajaran, Banda Aceh: Yayasan


Pena, Cet. Ke-1

Sudijono, Anas. 2008 Pengantar Evaluai Pendidikan, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada

Sujoko, Edy, Revisi Taksonomi Pembelajaran Benjamin S. Bloom.


https://ejournal.uksw.edu/satyawidya

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya,


Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-5

Anda mungkin juga menyukai