Anda di halaman 1dari 16

KONSEP TAXONOMY BLOOM DALAM

PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu :
Berkat Persada Lase,S.Pd.,M.Pd
D
I
S
U
S
U
N
KELOMPOK 7 :
NAMA NIM
1. Angrik Anggini Zebua
2. Mixra Kristiani Gulo 222106024
3. Noverlin Lase 222106030
4. Syukur Eli Gulo 222106042
5. Versi Eleven Waruwu 222106044

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa
menyusun atau menyelesaikan tugas tentang konsep Taxonomy Bloom Dalam
pembelajaran Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai
dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kritik yang membangun dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan
tugas ini, dan dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan secara khusus kami berterima kasih kepada
Bapak Berkat Persada Lase, S.Pd.,M.Pd selaku dosen Pengampu Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran. karena telah memberikan bimbingan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih Ya’ahowu.

Penyusun
September 2023

Kelompok 7
KONSEP TAXONOMY BLOOM DALAM PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN :
Kemampuan pemahaman konsep adalah salah satu target suatu
pembelajaran, target tersebut dapat dicapai dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh
Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan
penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses
pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the M
easurement, Evaluation, and Statistical Analysis (M ESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. M enurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom banyak diterapkan ketika merencanakan tujuan belajar
dan pembelajaran dan berbagai aktifitas pembelajaran. Pada awal penyusunan
taksonominya, Bloom merumuskan dua domain pembelajaran yaitu domain
kognitif: keterampilan mental (pengetahuan), dan domain afektif: pertumbuhan
perasaan atau bidang emosional (sikap). Pada tahun 1966, Simpson merumuskan
satu domain untuk melengkapi taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, yaitu
domain psikomotor: keterampilan manual atau fisik (keterampilan).
KEMAMPUAN AKHIR TIAP TAHAP BELAJAR
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menentukan kompetensi pembelajaran
3. menentukan rana intelektual siswa
INDIKATOR
1. Pengetahuan
2. Pemahaman dan persepsi
3. Penerapan
4. Penguraian atau penjabaran
5. Penilaian dan pemanduan
MATERI BELAJAR :
A. Pengertian Taxonomy Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan
oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang
melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses pembelajaran. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan
berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya
perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi
perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik /
kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya
mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).
Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik
pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki
Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau
Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah
kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Taksonomi secara etimologi adalah sebagai hukum yang mengatur
sesuatu. Sedangkan taksonomi merupakan pengelompokan suatu hal didasarkan
pada hierarki (tingkatan) tertentu, di mana taksonomi yang lebih tinggi sifatnya
lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah sifatnya lebih khusus. Posisi
Taksonomi tidak terpisahkan dari struktur hirarki yang saling berhubungan satu
dengan yang lain, serta merupakan sebuah kerangka untuk mengelompokkan
pernyataan-pernyataan yang dipakai untuk memprediksi tingkat kemampuan
peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari aktivitas pembelajaran.

B. Taksonomi Blom dalam Prespektif Pakar Pendidikan


Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali di temukan oleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Tujuan pendidikan dibagi kedalam tiga
ranah atau domain, yaitu: 1) Ranah Kognitif, 2) Ranah Afektif, 3) Ranah
Psikomotorik. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama
dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah:
penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Pada tahun 1956, Benjamin Samuel Bloom dan kawan-kawannya
memperkenalkan konsep baru dalam dunia pendidikan, yaitu tentang kerangka
konsep berpikir yang berupa struktur tingkatan kompetensi. Kecerdasan manusia
secara operasional dapat digambarkan melalui tiga dimensi, yakni kognitif,
psikomotorik, dan afektif (Khusniati, 2012). Dari setiap ranah tersebut, dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana, sampai tingkah laku yang
paling Ina Magdalena, Nur Fajriyati Islami, Eva Alanda Rasid, Nadia Tasya
Diasty Volume 2, Nomor 1, Juni 2020 137 kompleks (Taher, 2013). Pembagian
intelektual dalam kerangka berpikir ini, penting bagi peserta didik untuk
menguasai ketiganya dalam takaran tertentu. Semakin komprehensif dan stabil
ketiganya maka akan semakin berdampak bagus pada perkembangan peserta
didik.
Taksonomi Bloom merupakan struktur hierarki yang mengidentifikasikan
skills mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Setiap tingkatan dalam
Taksonomi Bloom memiliki korelasinya masing-masing. Maka, untuk mencapai
tingkatan yang paling tinggi, tentu tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya
harus dikuasai terlebih dahulu. Konsep Taksonomi Bloom, membagi domainnya
menjadi 3 ranah, yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah
psikomotorik. (Utari, 2012).
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Bloom menggolongkan ranah kognitif pada pengetahuan sederhana atau
penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah, dan
penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi. Mengurutkan keahlian sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh
siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Ranah
kognitif memilikik enam jenjang proses berfikir mulai dari yang paling
rendah sampai kepada yang paling tinggi yaitu sebagai berikut :
- Pengetahuan : didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal
meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya
bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta,
gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan
rendah.
- Pemahaman : didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
materi atau bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya
kemampuan men-jabarkan suatu materi ke materi lain. Pemahaman juga
dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan,
kemampuan mera-malkan akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.
Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana,
hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.
- Penerapan : merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit atau baru.
Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus,
konsep, prinsip, hu-kum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan
menerapkan ini tingkat-annya lebih tinggi dari pemahaman.
- Analisis : merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam
bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan
mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk
mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta
mengenali atau mengemukakan organisasi antar bagian tersebut. Hasil
belajar analisis merupakan tingkat kognitif yang lebih tinggi dari
kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki
kemampuan menganalisis, seseo-rang harus mampu memahami
substansi sekaligus struktur organisasinya.
- Sintesis : kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan proses berfikir
analisis, sintesis merupakan proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
terstruktur atau berbentuk pola baru.
- Penilaian atau evaluasi : merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam
ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi diri
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai atau ide.
Menurut taksonomi Bloom, berfikir meliputi berbagai bentuk
keterampilan, seperti berpikir kritis, sistemik, dan kreatif. Dalam taksonomi
ini, keterampilan yang melibatkan analisis, evaluasi, dan sintesis
(penciptaan pengetahuan baru) dianggap sebagai tingkat yang lebih tinggi
yang melibatkan pembelajaran keterampilan penilaian yang kompleks
seperti pemikiran kritis dan pemecahan masalah dan sisanya keterampilan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi didefinisikan sebagai keterampilan
berfikir tingkat rendah.
Keenam jenjang berfikir ini kemudian menjadi tolak ukur
pencapaian tujuan belajar, juga bisa dikatakan proses penanaman materi
kepada peserta didik hendaknya berpedoman pada jenjang berfikir tersebut,
sehingga peserta didik bukan hanya sampai pada jenjang hafalan, tetapi
mencapai kemampuan belajar.
2. Ranah Afektif
Taksonomi untuk wilayah afektif mula-mula dikembangkan oleh
David R. Krathwolhl dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul
Taxonomi of Educational Objective: Affective Domain. Ranah afektif
adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang memiliki kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan
nampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran di
sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru
dan sebagainya.
Ranah afektif ini akan terlihat pada saat ia mengikuti pelajaran dan
sesudah mengikuti pelajaran. Ketika peserta didik memiliki antusias yang
tinggi terhadap pelajaran, merespon pembelajaran dengan baik, bahkan
mampu memberi nilai, menginternalisasi nilai dan mengorganisasikannya,
maka disitulah nilai atau rasa sudah tertanam pada diri anak, dan ini juga
beriringan dengan proses kognisi pada saat pembelajaran berlangsung
pada umumnya peserta didik lemah dalam penguasaannya. Hal ini terbukti
dari maraknya kekerasan yang ada di sekolah. Hal ini tentu berseberangan
dengan UUD 1945,
pasal 28 B ayat 2 yang mengatakan bahwa, “Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Akan tetapi, mirisnya yang
melakukan kegiatan immoral, seperti kekerasan serta diskriminasi di
sekolah, pada dewasa ini, banyak kasus yang pelakunya adalah peserta
didik. Hal ini merupakan cerminan, bahwasanya penguasaan aspek afektif
pada peserta didik belum dapat dikatakan baik. Oleh karena itu, seharusnya
peserta didik yang aspek afektifnya terbangun dengan baik pada proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memiliki implementasi dari sikap yang
baik, berupa saling toleransi dalam pertemanan, jujur, amanah, serta
mandiri, dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah,
maupun melakukan berbagai aktivitas di luar sekolah. Sehingga, peserta
didik yang penguasaan pada ranah afektifnya kuat, akan memiliki
kehidupan sosial yang baik, hubungan pertemanan yang baik, serta dapat
mengatasi keadaan genting dengan bijak.

3. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan
peserta didik, yang merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu
teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori
yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini menjadi
sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif
oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan
komprehensif, memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan
ilmu yang dimilikinya.

C. Defenisi Konsep Toksomi Bloom


Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan. 1 Taksonomi adalah sistem klasifikasi.
Taksonomi berarti klasifikasi berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang
klasifikasi. Taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasai yang
berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan-
golongkan dalam sistematika itu. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan
pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom., seorang psikolog bidang
pendidikan beserta dengan kawan-kawannya. Pada tahun 1956, terbitlah karya
“Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain”, dan pada tahu 1964
terbitlah karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah
kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor 3 dan setiap ranah tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Klasifikasi Taksonomi Bloom Adapun tasonomi atau klasifikasi adalah
sebagai berikut:
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin
S. Bloom. Seiring perkembangan teori pendidikan, Krathwohl (2001) dan para
ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai
dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Belajar kognitif mempunyai dua akivitas yaitu mengingat dan berfikir-kan
dalam aktivitas mental berfikir, menjadi jelas bahwa manusia berhadapan dengan
obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Dalam bentuk berfikir, obyek hadir
dalam bentuk suatu representasi. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif ketika
orang menyadari bahwa pengetahuan berasal dari masa lampau. Terdapat dua
bentuk mengingat yang paling menarik perhatian, yaitu mengenal kembali
(rekognisi) dan mengingat kembali (reproduksi). Sedangkan Fungsi kognitif
mencakup taraf inteligensi dan daya kreativitas, bakat khusus, organisasi kognitif,
taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar teknik-teknik studi.
1. Ranah Kognitif
Perubahan ini dilakukan dengan memberi versi baru pada ranah kognitif
yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif (Anderson, 2010).
Selanjutnya ada empat kategori dalam dimensi pengetahuan kognitif yaitu :

a. Pengetahuan faktual (factual knowledge), adalah pengetahuan dasar yang


harus diketahui peserta didik sehingga peserta didik mampu memahami
suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut. terjadinya sebuah
peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah faktafakta yang dapat
disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri.
Setiap bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan
detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan penting tentang
bidang itu. 18 Dalam Fikih MI, pengetahuan faktual ini seperti dalam jual
beli harus ada penjual dan pembeli.
b. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), adalah pengetahuan-
pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan dengan struktur yang
lebih besar sehingga dapat digunakan secara bersama-sama dan mencakup
pengetahuan tentang kategori. 19dalam Fikih MI misalnya tentang wudhu
dan segala hal terkait wudhu, seperti rukun, sunnat wudhu, dan yang
membatalkan wudhu.
c. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge), adalah pengetahuan
mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu; metode untuk mencari
sesuatu, suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma,
teknik dan metode. Jika pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual
mewakili pertanyaan-pertanyaan “apa”, pengetahuan prosedural bergulat
dengan pertanyaan-pertanyaan “bagaimana”.20 Dalam fikih MI misalnya
tata cara bersuci dari hadats dan najis, tata cara berwudhu serta tata cara
tayammum.
d. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), adalah
pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara umum.
Metakognisi juga dapat diartikan sebagai suatu kesadaran tentang kognitif
diri sendiri, bagaimana kognitif dalam diri kita itu bisa berjalan serta
bagaimana kita mengaturnya. 21 Dalam Fikih di MI, contoh proses ini
adalah peserta didik diminta untuk membuat narasi tentang keharusan
untuk bersih dan bersuci.

2. Ranah Afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,
emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima
ranah yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian
ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara
lain:

 Penerimaan (receiving) Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan


kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang
diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena
di lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Misalnya juga
kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
 Partisipasi(responding) Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan
untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
15 Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan
yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan. Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
 Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing) Kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
16 Mulai dibentuk suatu sikap,menrima, menolak atau mengabaikan.
Misalnya menerima pendapat orang lain.
 Organisasi (organization) Kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya,
menempatkan nilai pad suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam
bertindak secara bertanggungjawab.
 Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value) Kemampuan untuk
menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi)
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam
pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu
secukupnya pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

3. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)


Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor
dengan pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis
dengan tangan dan pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
jasmani. Rician dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli
lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:

 Persepsi (perception) Kemampuan untuk menggunakan isyaratisyarat


sensoris dalam memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat indera
sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan.Misalnya, pemilihan warna.
 Kesiapan (set) Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai
suatu gerakan. kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
 Gerakan terbimbing (guided response) Kemampuan untukmelakukan
suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. Tahap awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi
dan gerakan cobacoba. Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
 Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Kemampuan melakukan
gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena sudah
dilatih secukupnya. membiasakan gerakangerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
 Gerakan yang kompleks (complex response) Kemampuan melakukan
gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap dengan lancar,
tepat dan efisien. 2gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya
terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
 Penyesuaian pola gerakan (adjusment) Kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan persyaratan khusus
yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi. Misalnya, keterampilan bertanding.
 Kreativitas (creativity) Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru
atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya, kemampuannya
membuat kreasi tari baru.

D. Strategi Pengembangan Kecakapan


Strategi pengembangan kecakapan merujuk pada rencana atau pendekatan
yang digunakan oleh individu, organisasi, atau entitas lainnya untuk
meningkatkan atau mengembangkan berbagai keterampilan, pengetahuan, atau
kompetensi yang dimiliki. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan mereka dengan
lebih efektif. Strategi pengembangan kecakapan dapat mencakup pelatihan,
pendidikan, pengalaman kerja, dan upaya-upaya lainnya yang bertujuan untuk
memperkuat keterampilan yang diperlukan dalam konteks tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka peneliti


dapat menyimpulkan bahwa:

 Strategi pengembangan kecakapan Personal peserta didik di MAN Model


Gorontalo sudah berjalan dengan baik dilihat dari kerjasama dan
pengelolaan yang terus ditingkatkan dan membina karakter serta
kecerdasan intelektual peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai ke
Agamaan atau beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa.
 Strategi pengembangan kecakapan sosial peserta didik di MAN Model
Gorontalo adalah dengan mengajarkan kepada peserta didik bekerja sama
dan meningkatkan rasa persaudaraan yang erat serta saling memiliki satu
sama lain sehingga timbullah rasa saling menjaga satu dengan yang lainya
dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh mereka.
 Strategi pengembangan kecakapan akademik peserta didik di MAN Model
Gorontalo adalah dengan cara melatih dan mengasah kemampuan peserta
didik dalam meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti beberapa
kegiatan yang mendukung kecerdasan mereka seperti mengikuti beberapa
kegiatan, berpidato dengan menggunakan bahasa asing, lomba penulisan
karya ilmiah, kaligrafi, dan lomba hifdzil Qur’an.
Rangkuman

Konsep Taxonomy Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan


dalam pendidikan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan tingkat
kesulitan dari aktivitas pembelajaran. Ini dikembangkan oleh Benjamin Bloom
dan rekannya pada tahun 1956. Taxonomy Bloom terdiri dari enam tingkat
pembelajaran, yang disusun secara hierarkis dari yang paling rendah hingga yang
paling tinggi:

 Pengetahuan (Knowledge): Tingkat terendah, mencakup pemahaman


dasar dan fakta-fakta. Pemahaman.
 (Comprehension): Melibatkan pemahaman lebih dalam terhadap
informasi yang dipelajari, seperti merinci, menggambarkan, atau
menginterpretasikan.
 Aplikasi (Application): Memerlukan kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan dalam situasi konkret atau mengaplikasikannya dalam
konteks baru.
 Analisis (Analysis): Melibatkan pemecahan informasi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan antara mereka.
 Evaluasi (Evaluation): Merupakan tingkat penilaian, di mana siswa harus
menganalisis informasi dan membuat keputusan atau penilaian
berdasarkan kriteria tertentu.
 Sintesis (Synthesis): Tingkat tertinggi yang melibatkan kemampuan
untuk menggabungkan elemen-elemen yang berbeda menjadi struktur
atau gagasan yang baru.

Taxonomy Bloom membantu pengajar dalam merencanakan pembelajaran


yang lebih efektif dengan merinci tujuan pembelajaran dan menentukan tingkat
kesulitan yang sesuai. Dengan memahami konsep ini, pengajar dapat merancang
materi pembelajaran yang lebih terstruktur dan sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa.
UJI KOMPENTENSI (PENILAIAN HASIL BELAJAR):
1. Apakah Taksonomi Bloom dapat membantu kita dalam pembelajaran?
2. Bagaimana cara kita mengembangkan Taksonomi bloom dalam
pembelajaran?
3. Mengapa Taksonomi Bloom ini di terapkan dalam pembelajaran?
4. Konsep Taksonomi Bloom terbagi menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif,
Efektif dan Piskomotorik. Dalam 3 ranah ini, bagaimana cara kita
menerapkannya dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka :
Ina Magdalena,dkk. 2020. Tiga Ranah Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Dewi Amaliah Nafiati,2021, Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Universitas Pancasakti Tegal, Indonesia.
Nur Fajriyati Islami,dkk.2020. Tiga Ranah Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Nur Fajriana Wahyu Hardian.dkk.2023. Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Naryatmojo,dkk. 2018. Pengunaan taksonomi bloom dalam pembelajaran.
Universitas Negeri Semarang.
Al-Madrasah:Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. 4, No. 1, 2019
P-ISSN: 2620-5807; E-ISSN: 2620-7184

Anda mungkin juga menyukai