PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu :
Berkat Persada Lase,S.Pd.,M.Pd
D
I
S
U
S
U
N
KELOMPOK 7 :
NAMA NIM
1. Angrik Anggini Zebua
2. Mixra Kristiani Gulo 222106024
3. Noverlin Lase 222106030
4. Syukur Eli Gulo 222106042
5. Versi Eleven Waruwu 222106044
UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa
menyusun atau menyelesaikan tugas tentang konsep Taxonomy Bloom Dalam
pembelajaran Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai
dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kritik yang membangun dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan
tugas ini, dan dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan secara khusus kami berterima kasih kepada
Bapak Berkat Persada Lase, S.Pd.,M.Pd selaku dosen Pengampu Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran. karena telah memberikan bimbingan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih Ya’ahowu.
Penyusun
September 2023
Kelompok 7
KONSEP TAXONOMY BLOOM DALAM PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN :
Kemampuan pemahaman konsep adalah salah satu target suatu
pembelajaran, target tersebut dapat dicapai dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh
Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan
penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses
pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the
Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the M
easurement, Evaluation, and Statistical Analysis (M ESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. M enurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom banyak diterapkan ketika merencanakan tujuan belajar
dan pembelajaran dan berbagai aktifitas pembelajaran. Pada awal penyusunan
taksonominya, Bloom merumuskan dua domain pembelajaran yaitu domain
kognitif: keterampilan mental (pengetahuan), dan domain afektif: pertumbuhan
perasaan atau bidang emosional (sikap). Pada tahun 1966, Simpson merumuskan
satu domain untuk melengkapi taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, yaitu
domain psikomotor: keterampilan manual atau fisik (keterampilan).
KEMAMPUAN AKHIR TIAP TAHAP BELAJAR
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menentukan kompetensi pembelajaran
3. menentukan rana intelektual siswa
INDIKATOR
1. Pengetahuan
2. Pemahaman dan persepsi
3. Penerapan
4. Penguraian atau penjabaran
5. Penilaian dan pemanduan
MATERI BELAJAR :
A. Pengertian Taxonomy Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan
oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang
melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses pembelajaran. Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan
berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya
perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi
perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik /
kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya
mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).
Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik
pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki
Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau
Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah
kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Taksonomi secara etimologi adalah sebagai hukum yang mengatur
sesuatu. Sedangkan taksonomi merupakan pengelompokan suatu hal didasarkan
pada hierarki (tingkatan) tertentu, di mana taksonomi yang lebih tinggi sifatnya
lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah sifatnya lebih khusus. Posisi
Taksonomi tidak terpisahkan dari struktur hirarki yang saling berhubungan satu
dengan yang lain, serta merupakan sebuah kerangka untuk mengelompokkan
pernyataan-pernyataan yang dipakai untuk memprediksi tingkat kemampuan
peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari aktivitas pembelajaran.
3. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik dapat ditinjau melalui aspek keterampilan
peserta didik, yang merupakan implementasi dari Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) di kelas. Peserta didik tidak cukup hanya menghapal suatu
teori, definisi saja, akan tetapi peserta didik juga harus menerapkan teori
yang sifatnya abstrak tersebut, ke dalam aktualisasi nyata. Hal ini menjadi
sebuah tolok ukur, dipahami atau tidaknya sebuah ilmu secara komprehensif
oleh peserta didik. Peserta didik yang memahami suatu ilmu dengan
komprehensif, memiliki daya implementasi yang kuat dalam menerapkan
ilmu yang dimilikinya.