Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TAHAP-TAHAP TAKSONOMI BLOOM (Lama)


Dan TAHAP-TAHAP TAKSONOMI BLOOM (Baru)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah :
PSIKOLOGI PENDIDIKAN I

Dosen Pengampuh : Siti Aisa, M.A

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Fila Delvia Mamonto (22136005)
2. Nuraini Astuti Adariku (22136003)
3. Syahrul Putra Patamani (22136037)
4. Nurul Hidayah Tamaun (22136001)
5. Chyly Juniati (22136038)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Manado,29 Oktober 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti
mengklasifikasi (menggelompokkan) dan Nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
sebagai penggelompokkan suatu hal berdasarkan hierarkhi atas prinsip dasar atau aturan
tertentu. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan
berpikir dalam proses pembelajaran. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih
umum atau lebih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.

Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil
meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia
dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil
membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia meninggal pada 13 September
1999.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking
behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi Bloom”.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Bloom?

2. Bagaimana Sejarah Taksonomi Bloom?

3. Apa sajakah Tahapan-tahapan Taksonomi Bloom Lama?

4. Apa sajakah Tahapan-tahapan Taksonomi Bloom Baru?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti pengaturan dan Nomos
yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi atau pengelompokan.
Singkatnya taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang berdasarkan
data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan atau digolongkan dalam
sistematika. Konsep Taksonomi Bloom ini dikenalkan oleh Benjamin S. Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan bersama kawan-kawannya pada tahun 1956. Taksonomi ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Secara konvensional ketiga ranah atau domain ini telah lama dikenal dengan
aspek cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal dengan istilah penalaran, penghayatan,
dan pengamalan.

B. Sejarah Taksonomi Bloom

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking
behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi Bloom”.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

6
C. Tahap-tahap Taksonomi Bloom (Lama/Sebelum Direvisi)

Benjamin Bloom (21 Februari 1913-13 September 1999) adalah seorang ahli psikologi
pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yang
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (klasifikasi dari tujuan pendidikan ) dan teori
belajar tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom
membangun taksonomi tujuan peruselajaran atau "taksonomi dari tujuan pendidikan” yang
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbeda-beda.

Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada bayak orang yang
melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah
yaitu :

1. Prinsip metodologis
Perbedaan perbedaan yang besar selah merefleksi kepada cara-cara guru dalam
mengajar
2. Prinsip Psikologis
Taksonomi konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
3. Prinsip Logis
Taksonomi Dikembangkan secara logistik dan konsisten.
4. Prinsip Tujuan
Tingkatan tingkatan tujuan tidak selaras dengan tinglan-tingkatan nilai-nilai tiap-tiap
jenis tajuan pendidikan menggambarkan gambaran yang netral.

Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang
menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai contoh: mengingat fakta lebih mudah daripada
memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga mrefleksikan kepada kesulitan
dalamproses belajar mengajar. Sudah banyak diketahui mula-mula Taksonomi Bloom terdiri
dari dua bagian yaitu kognitif domain dan efektif domain. Pencipta dari kedua taksonomi ini
merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit
kegunaannya di sekolah menengah dan universitas (Bloom 1956). Akhirnya Simpson
melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain (1966). Namun sebenarnya
pemisahan antara ketiga domain ini merupakan pemisahan yang dibuat-buat, karena manusia

7
merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga segala tindakannya
merupakan suatu kebulatan.

Secara garis besar, Bloom Bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan


Pendidikan pada 3 tingkatan :

1. Kategori tingkah laku yang masih verbal


2. Perluasan kategori menjadi sederhana
3. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai ujian dan butir-butir soal.

Taksonomi diklasifikasikan menjadi tiga ranah sebagai berikut:

1.) Ranah Kognitif (Cognitive Domain)


Ranah kognitif ini merupakan kemampuan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan dan
penalaran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan, yaitu:

A. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge)

Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang
telah diajarkan, seperti pengetahuan tentang istilah, urutan, klasifikasi, kategori dan lain-lain.
Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya.

B. Pemahaman (Comprehension)

Pada jenjang ini pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi
tertentu yang dipelajari. Dalam jenjang ini peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-
katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.

C. Penerapan (Application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata.
Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia
miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

8
D. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-
komponen yang lebih jelas. Di jenjang ini peserta didik diminta untuk menguraikan informasi
ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta
menemukan hubungan sebab akibat.

E. Sintesis (Synthesis)
Sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan elemen-
elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.Di jenjang ini peserta didik dituntut
untuk menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan
pengetahuan.

F. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan
tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi,
cara atau metode.

2.) Ranah Afektif (Affective Domain)


Ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran. Ranah ini berkaitan dengan aspek emosional seperti
perasaan, minat, sikap dan sebagainya. Ranah afektif ini terdiri dari lima ranah yang berkaitan
dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom
bersama dengan David Krathwol, sebagai berikut:

A. Penerimaan (Receiving)

Seseorang yang sadar terhadap rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan


rangsangan itu, misalnya penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk
menyadari adanya fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya
berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
termasuk juga kemampuan mengakui tentang adanya perbedaan.

9
B. Partisipasi (Responding)

Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya patuh terhadap suatu aturan dan
ikut serta dalam kegiatan, hal ini termasuk sudah memberikan suatu reaksi terhadap
rangsangan yang disajikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dengan
memberikan tanggapan.

C. Penilaian atau Penentuan Sikap (Valuing)


Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu da membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Kemampuan ini dibentuk dengan suatu sikap menerima,
mengabaikan, atau menolak. Misalnya mampu menerima pendapat orang lain.

D. Organisasi (Organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Misalnya dengan menempatkan sesuatu pada skala nilai dan
dijadikan pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.

E. Pembentukan Pola Hidup (Characterization by a Value)

Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik


pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai
bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada pekerjaan. Artinya memiliki
sistem nilai yang mampu mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi ciri khas
gaya hidupnya.

3.) Ranah Psikomotor (Pshycomotoric Domain)


Perkataan Pspikomotor berhubungan erat dengan kata “motor”, sensori motor atau
perceptual-motor. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga
menyebabkan geraknya tubuh atau bagiannnya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini
mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu melipat kertas sampai merakit suku cadang

10
televisi serta computer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan
(skills) dan kemampuan (abilities). Contoh : “Seberapa terampil para siswa dalam
menyiapkan alat-alat”, seberapa terampil siswa menggunakan alat-alat.

Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain
yang dibuat Bloom.

A. Persepsi (Perception)
Kegiatan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu aktivitas
motorik. Misalnya dalam pemilihan warna yang menggunakan alat indera (mata)
sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat terjemahan.

B. Kesiapan (Set)

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. Kesiapan


fisik, mental, dan emosional untuk melakukan suatu gerakan. Misalnya posisi start
lomba renang.

C. Gerakan Terbimbing (Guided Response)

Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan contoh yang diberikan. Tahap
awal mempelajari suatu keterampilan termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba. Misalnya, membuat segitiga di atas pola.

D. Gerakan yang Terbiasa (Mechanical response)

Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan


karena sudah dilatih secukupnya. Misalnya, melakukan climbing dengan cepat dan
tepat karena terbiasa dengan gerakan-gerakan yang sudah diajarkan sehingga mampu
tampil dengan meyakinkan.

11
E.Gerakan yang Kompleks (Complex Response)

Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap
dengan lancar, tepat dan efisien. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.

F. Penyesuaian Pola Gerakan (Adjustment)

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan


persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga bisa
disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi. Contohnya, keterampilan bergulat
dengan baik.

G. Kreativitas (Creativity)

Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif
sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi tari yang baru.

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kaitan Taksonomi Bloom dalam hal ini dengan
keterampilan membaca:

 Ranah kognitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam
memahami bacaan secara tepat dan kritis.
 Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca;
misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya.
 Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan
kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau membaca nyaring tentu
berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman.

Sasaran Psikomotor digolongkan sebagai :

1. Kemampuan otot lurik


Sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya
melakaukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu (misalnya waktu, berat dan
jarak)

12
2. Kemampuan melakukan keterampilan khusus
Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa untuk
memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu.

D. Tahap-tahap Taksonomi Bloom (Baru/Sesudah Direvisi)


Taksonomi Bloom mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang Bernama Lorin
Andreson merivisi Taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan
kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Lorin Anderson dan
Krathwohl merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi yaitu,
1) Dimensi Proses Kognitif, 2) Dimensi Pengetahuan.

1. Dimensi proses kognitif


Mengingat (C1)
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka
panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengethuan faktual, konseptual,
prosededural, atau meta kognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan beberapa ini.
Untuk mengakses pembelajaran siswa dalam katagori proses kognitif yang paling
sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali dalam
kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan. Guru
dapat mengubah kondisinya. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar
yang bermakna dalam menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam
tugas-tugas yang lebih konpleks.
a. Mengenali
Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuh dari memori jangka
panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima.
b. Mengingat Kembali
Proses mengingat kembali adalah mengeambil penegtahuan yang di butuhkan dari
memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Soalnya sering berupa
pertanyaan.

13
Memahami (C2)

Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-
sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah memahami. Siswa dikatakan memahami
apabila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan bpembelajaran baik berupa
lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pelajaran buku atau layar komputer.
Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama
mereka. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif
dalam proses memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

Mengaplikasikan (C3)

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur prosedur tertentu


untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat
dengan pengetahuan prosedural. Dalam mengimplementasikan, memahami pengetahuan
konseptual merupakan prasyarat untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan procedural

Menganalisis (C4)

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian bagiankecil dan


menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur
keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang
diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan
informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata
potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentuan tujuan dibalik
informasi itu (mengatribusikan). Kategori kategori proses memahami, menganalisis, dan
mengevaluasi saling terkaitan dan kerap kali digunakan untuk melakukan tugas-tugas
kognitif.

14
Mengevaluasi (C5)

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kreteria dan


standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi,
dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa
(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal), dan mengkritik (keputusan-
keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal). Perlu diingat bahwa tidak semua
keputusan bersifat evaluatif. Misalnya, siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai
dengan suatu kategori.

Mencipta (C6)

Mencipta melbatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang


koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa
membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola
atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Meskipun mengharuskan berfikir secara
kreatif, mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh
tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.

Taksonomi Bloom(Lama) Taksonomi Bloom hasill Revisi (Baru)


Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisa Menganalisis
Sintesa Mengevaluasi
Evaluasi Menciptakan

15
Dari tabel di atas maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat
sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja.

2. Tingkatan terendah (C1) Pemahaman diganti dengan Mengingat.

3. Tingkatan C5 Sintesis dan dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang
berkedudukan pada tingkatan C5.

4. Tingkatan C6 digantikan menjadi Mencipta.

2. Dimensi pengetahuan

Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada Revisi Taksonomi Bloom meliputi:

a. Pengetahuan factual
Peserta didik harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara
memecahkan masalah di dalamnya.
b. Pengetahuan konseptual
Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar memungkinkan mereka
untuk berfungsi bersama-sama.
c. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu.
Pengetahuan prosedural kerap kali beupa rangkaian langkah yang harus diikuti.
Pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan
metode yg semuanya disebut sebagai prosedur.
d. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan
Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yg dapat dipakai untuk
beragam tugas, kondisi-kondisi yg memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas
strategi, dan pengetahuan diri.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pawal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan
kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa
untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking behaviors]. Masih
banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi
Bloom”. Kemudian pada tahun 1990 seorang murid Bloom, Lorin Adreson meriviisi
taksonomi ini bertujuan untuk menyempurnakan sehingga sesuai dengan keadaan
perkembangan dan kemajuan zaman.Dalam revisi ini, Adreson tetap mempertahankan
klasifikasi hierarki ranah kognitif dalam enam tingkatan yang telah dibuat Bloom
sebelumnya sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Misalnya dalam revisi ini ada
perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata sifat . Selain itu,
masing-masing kategori masih diurutkan secara hierarki, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi.

Taksonomi Bloom yang dikembangkan untuk tujuan Pendidikan, disusun secara


hierarki dengan maksud untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai
hasil buah pembelajaran. Secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penelaran/pemikiran atau dalam Pendidikan
Indonesia disebut “cipta” , ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah
psimotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwai, gerak-gerik jasmani
yang terkait dengan jiwa).

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai