1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti
mengklasifikasi (menggelompokkan) dan Nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
sebagai penggelompokkan suatu hal berdasarkan hierarkhi atas prinsip dasar atau aturan
tertentu. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan
berpikir dalam proses pembelajaran. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih
umum atau lebih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil
meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia
dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil
membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia meninggal pada 13 September
1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking
behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi Bloom”.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
4
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti pengaturan dan Nomos
yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi atau pengelompokan.
Singkatnya taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang berdasarkan
data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan atau digolongkan dalam
sistematika. Konsep Taksonomi Bloom ini dikenalkan oleh Benjamin S. Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan bersama kawan-kawannya pada tahun 1956. Taksonomi ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Secara konvensional ketiga ranah atau domain ini telah lama dikenal dengan
aspek cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal dengan istilah penalaran, penghayatan,
dan pengamalan.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil
belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking
behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi Bloom”.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
6
C. Tahap-tahap Taksonomi Bloom (Lama/Sebelum Direvisi)
Benjamin Bloom (21 Februari 1913-13 September 1999) adalah seorang ahli psikologi
pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yang
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (klasifikasi dari tujuan pendidikan ) dan teori
belajar tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom
membangun taksonomi tujuan peruselajaran atau "taksonomi dari tujuan pendidikan” yang
mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbeda-beda.
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada bayak orang yang
melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah
yaitu :
1. Prinsip metodologis
Perbedaan perbedaan yang besar selah merefleksi kepada cara-cara guru dalam
mengajar
2. Prinsip Psikologis
Taksonomi konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
3. Prinsip Logis
Taksonomi Dikembangkan secara logistik dan konsisten.
4. Prinsip Tujuan
Tingkatan tingkatan tujuan tidak selaras dengan tinglan-tingkatan nilai-nilai tiap-tiap
jenis tajuan pendidikan menggambarkan gambaran yang netral.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang
menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai contoh: mengingat fakta lebih mudah daripada
memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga mrefleksikan kepada kesulitan
dalamproses belajar mengajar. Sudah banyak diketahui mula-mula Taksonomi Bloom terdiri
dari dua bagian yaitu kognitif domain dan efektif domain. Pencipta dari kedua taksonomi ini
merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit
kegunaannya di sekolah menengah dan universitas (Bloom 1956). Akhirnya Simpson
melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain (1966). Namun sebenarnya
pemisahan antara ketiga domain ini merupakan pemisahan yang dibuat-buat, karena manusia
7
merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga segala tindakannya
merupakan suatu kebulatan.
A. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang
telah diajarkan, seperti pengetahuan tentang istilah, urutan, klasifikasi, kategori dan lain-lain.
Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan
selanjutnya.
B. Pemahaman (Comprehension)
Pada jenjang ini pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi
tertentu yang dipelajari. Dalam jenjang ini peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-
katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
C. Penerapan (Application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata.
Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia
miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.
8
D. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-
komponen yang lebih jelas. Di jenjang ini peserta didik diminta untuk menguraikan informasi
ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta
menemukan hubungan sebab akibat.
E. Sintesis (Synthesis)
Sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan elemen-
elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.Di jenjang ini peserta didik dituntut
untuk menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan
pengetahuan.
F. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan
tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi,
cara atau metode.
A. Penerimaan (Receiving)
9
B. Partisipasi (Responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya patuh terhadap suatu aturan dan
ikut serta dalam kegiatan, hal ini termasuk sudah memberikan suatu reaksi terhadap
rangsangan yang disajikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dengan
memberikan tanggapan.
D. Organisasi (Organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Misalnya dengan menempatkan sesuatu pada skala nilai dan
dijadikan pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.
10
televisi serta computer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan
(skills) dan kemampuan (abilities). Contoh : “Seberapa terampil para siswa dalam
menyiapkan alat-alat”, seberapa terampil siswa menggunakan alat-alat.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain
yang dibuat Bloom.
A. Persepsi (Perception)
Kegiatan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu aktivitas
motorik. Misalnya dalam pemilihan warna yang menggunakan alat indera (mata)
sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat terjemahan.
B. Kesiapan (Set)
Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan contoh yang diberikan. Tahap
awal mempelajari suatu keterampilan termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-
coba. Misalnya, membuat segitiga di atas pola.
11
E.Gerakan yang Kompleks (Complex Response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap
dengan lancar, tepat dan efisien. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.
G. Kreativitas (Creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif
sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi tari yang baru.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kaitan Taksonomi Bloom dalam hal ini dengan
keterampilan membaca:
Ranah kognitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam
memahami bacaan secara tepat dan kritis.
Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca;
misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya.
Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan
kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau membaca nyaring tentu
berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman.
12
2. Kemampuan melakukan keterampilan khusus
Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa untuk
memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu.
13
Memahami (C2)
Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-
sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah memahami. Siswa dikatakan memahami
apabila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan bpembelajaran baik berupa
lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pelajaran buku atau layar komputer.
Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama
mereka. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif
dalam proses memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
Mengaplikasikan (C3)
Menganalisis (C4)
14
Mengevaluasi (C5)
Mencipta (C6)
15
Dari tabel di atas maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat
sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja.
3. Tingkatan C5 Sintesis dan dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang
berkedudukan pada tingkatan C5.
2. Dimensi pengetahuan
a. Pengetahuan factual
Peserta didik harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara
memecahkan masalah di dalamnya.
b. Pengetahuan konseptual
Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar memungkinkan mereka
untuk berfungsi bersama-sama.
c. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu.
Pengetahuan prosedural kerap kali beupa rangkaian langkah yang harus diikuti.
Pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan
metode yg semuanya disebut sebagai prosedur.
d. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan
Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yg dapat dipakai untuk
beragam tugas, kondisi-kondisi yg memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas
strategi, dan pengetahuan diri.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pawal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan
kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa
untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking behaviors]. Masih
banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan “Taksonomi
Bloom”. Kemudian pada tahun 1990 seorang murid Bloom, Lorin Adreson meriviisi
taksonomi ini bertujuan untuk menyempurnakan sehingga sesuai dengan keadaan
perkembangan dan kemajuan zaman.Dalam revisi ini, Adreson tetap mempertahankan
klasifikasi hierarki ranah kognitif dalam enam tingkatan yang telah dibuat Bloom
sebelumnya sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Misalnya dalam revisi ini ada
perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata sifat . Selain itu,
masing-masing kategori masih diurutkan secara hierarki, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi.
17
DAFTAR PUSTAKA
18