Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Taksonomi adalah sebuah kerangka piker khusus. Dalam sebuah taksonomi, kategorikategorinya merupakan satu kontinium. Selain itu taksonomi pendidikan juga
megklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan tujuan berisikan satu kata kerja atau
satu kata menda. Kata kerjanya umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang
diharapkan. Kata bendanya jamak mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai
dan dikonstruk oleh siswa. Berkenaan dengan hal ini, seorang psikolog bidang pendidikan
mngembangakan sebuah taksonomi yang kemudian dikenal dengan nama Taksonomi
Bloom.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom,.
Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik.Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan
pendidikan yang terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan yaitu ranah kognitif (berkaitan
dengan kognisi), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi), dan ranah psikomotor (berkaitan
dengan psikomotor).
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian
mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan.
Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan
tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang
harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya
sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam
keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk
inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat
dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:

Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai
konsep itu. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika
tanpa terlebih dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin
Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990 yang kemudian dikenal dengan
nama Revisi Taksonomi Bloom

RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.
4.

Apa itu Taksonomi Bloom ?


Bagaimana Taksonomi Bloon sebelum revisi?
Bagaimana Taksonomi Bloon setelah revisi revisi?
Apa perbedaan antara Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah revisi?

TUJUAN

1.
2.
3.
4.

Mahasiswa mengetahui dan memahami Taksonomi Bloom


Mahasiswa mengetahui dan memahami Taksonomi Bloom sebelum revisi.
Mahasiswa mengetahui dan memahami Taksonomi Bloom setelah revis.
Mahasiswa mengetahui dan memahami perbedaan antara Taksonomi Bloom sebelum
dan sesudah revisi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Konsep Taksonomi Bloom Sebelum Revisi


1. Pengertian Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin
Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan
pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom,
lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih
doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal
sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat
perubahan besar dalam system pendidikan di India. Ia mendirikan the International
Association

for

the

Evaluation

of

Educational Achievement,

the

IEA

dan

mengembangkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA)


program pada University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai
Chairman of Research and Development Committees of the College Entrance
Examination Board dan The President of the American Educational Research Association.
Ia meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi
Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi
hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada
tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka
konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom
adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang

rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini
oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah
afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat,
motivasi, dan sikap.
Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif
dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para
trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude
(KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik
pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar
Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran,
Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa
dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik. Ranah kognitif mengurutkan
keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan
tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam
perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan),
(2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis
(penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan
tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini
bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini
harus di lalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan
bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
2. Klasifikasi Taksonomi Bloom
a. Domain Kognitif / Ranah Kognitif
Domain yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Domain dikognisi ke dalam 6
tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian pertama adalah berupa
Pengetahuan (C1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual
(C2 C6)
Pengetahuan (Knowledge) / C1 : Berisikan kemampuan untuk mengenali

dan

mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,


prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh,

ketika

diminta

menjelaskan

manajemen

kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi
dari

kualitas,

karakteristik

produk

yang

berkualitas,

standar kualitas

minimum untuk produk, dsb.


Pemahaman (Comprehension) / C2 : Dikenali dari kemampuan untuk membaca
dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb.
Aplikasi (Application) / C3 : Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang

yang

berada

di

tingkat

aplikasi

akan

mampu

merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas.


Analisis

(Analysis)

menganalisa

/ C4 : Di tingkat

informasi

analisis,

seseorang

akan mampu

yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya,
dan mampu mengenali serta membedakan

faktor penyebab

dan akibat dari

sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu

memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat


keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yang ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis) / C5 : Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah

skenario

yang

sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan
reject

di

produksi

berdasarkan pengamatannya

terhadap

tingkat

semua penyebab

turunnya kualitas produk.


Evaluasi (Evaluation) / C6 : Dikenali dari kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria
yang cocok atau standar yang ada untuk
manfaatnya.

memastikan

nilai

efektivitas

atau

Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus

mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan


efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
pengetahuan, penalaran, atau pikiran.

b. Ranah Afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan yang
berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama
dengan David Krathwol, antara lain:
1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari
adanya suatu fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa

mendapatkan perhatian,

mempertahankannya, dan mengarahkannya. Misalnya juga

kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.


2) Partisipasi(responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu
reaksi terhadap rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan. Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap,menrima, menolak atau mengabaikan.
Misalnya menerima pendapat orang lain.
4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pad suatu skala nilai dan dijadikan
pedoman dalam bertindak secara bertanggungjawab.
5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang,
seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga
kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin. Berikut
adalah gambar ranah afektif yang hierarkis:

10

Dari gambar 3.2 dapat diketahui bahwa


memperbaiki

peserta didik yang belajar akan

kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Peserta didik

mempelajari kepekaan tentang sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai sehingga
menjadi suatu pegangan hidup. Kelima jenis tingkatan tersebut di atas bersifat hierarkis.
Perilaku penerimaan merupakan yang paling rendah dan kemampuan pembentukan pola
hidup merupakan perilaku yang paling tinggi.
c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)
Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan
pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan
pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani Rician dalam ranah ini tidak dibuat
oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara
lain:
1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu aktivitas
motrik. Penggunaan alat indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan. Misalnya, pemilihan warna.

11

2) Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan.kesiapan fisik,
mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan.
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba. Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan
karena

sudah dilatih secukupnya. membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari

sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi
dengan tepat.
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap dengan
lancar, tepat dan efisien. gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari polapola gerakan yang kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi. Misalnya, keterampilan bertanding.
7) Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif
sendiri. Misalnya, kemampuannya membuat kreasi tari baru.
Berikut adalah gambar ranah psikomotorik yang hierarkis :

12

Dari gambar 3.3 bahwa kemampuan psikomotorik merupakan proses belajar berbagai
kemampuan gerak dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai dengan kreativitas
pola gerakan baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotirk mencakup fisik
dan mental. Ketujuh hal tersebut mengandung urutan taraf keterampilan yang berangkaian
yang bersifat hierarkis.
B. Defenisi dan Konsep Taksonomi Bloom Setelah Revisi
Dalam perjalannya, konsep Taksonomi Bloom yang dikemukakan semula mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman. Salah seorang murid dari
Bloom, yaitu Lorin Andersan, mengajukan revisi dari teori ini di tahun 1990. Hasil
perubahannya dipublikasikan di tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Kata
kunci yang semula merupakan kata benda kemudian direvisi menjadi kata kerja. Bnetuk
yang diajukan bersifat hirarki, namun ranah sintesis dan analisis dintegrasikan menjadi
analisis saja. Lorin kemudian menambahkan kategori baru yaitu Creating. Berikut
gambaran piramida berfikir Taksonomi Bloom Revisi

13

14

B. Revisi Taksonomi Bloom


a. Alasan revisi taksonomi bloom.
Revisi taksonomi blooom (RBT) diajukan secara umum untuk lebih melihat ke
depan (ahead of time) dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas
pendidikan, termasuk pada bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta
bagaimana guru menyiapkan bahan ajar, seluruhnya mengalami perkembangan
yang signifikan bila dibandingkan dengan empat puluh tahun yang lalu. (Anderson
et al., 2001). Fokus revisi taksonomi blooom utama dimaksudkan pada daya
aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum, desain instruksional, penilaian dan
gabungan ketiganya (Anderson et.al., 2001, hal. 305). Dalam buku A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives (Anderson et.al., 2001), penyusun melengkapi fokus utama
ini dengan bab-bab terkait tiga kepentingan tersebut.
b. Apa saja yang berubah
Revisi taksonomi blooom disusun dengan memperhatikan perkembangan
kontemporer dalam bidang terkait pendidikan. Bidang-bidang interseksi ini antara
lain: psiko-edukasi, neuro sciences, pendidikan dan sosio kultural. Adanya aplikasi
meta-analysis (Conklin, 2005) dalam Revisi taksonomi blooom merupakan ide
yang kontemporer, karena kata tersebut sangat sering dipergunakan dalam dekade
terakhir ini. Penelitian di bidang neuroscience menunjukkan adanya korporasi
antara aktivitas neuron tertentu dalam proses berpikir. Korporasi yang makin
matang menunjukkan ke arah metakognisi. Revisi taksonomi blooom memuat kata
metakognitive sebagai bagian dari knowledge dimension yang akan dijelaskan
dalam bagian selanjutnya.
Dua buah perubahan mendasar dalam RTB (Anderson, 2001) adalah:
1. RTB memfokuskan pada aplikasi.
RTB ditujukan bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk membantu guru pada
tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda dengan ide dasar penyusunan
Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan timnya menujukan penyusunan
Taksonomi itu dalam rangka mempermudah penyusunan assessment bagi tingkat
perguruan tinggi secara nasional
2. Perubahan terminologi.
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada keenam
kategori kognisi. RTB lebih menekankan sub-kategori sehingga lebih spesifik dan
mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan instruksi pengajaran.
Perubahan ini dipengaruhi oleh riset progresif di bidang pendidikan, neuroscience dan

15

psikologi. Dalam Taksonomi Bloom yang lama, kategori knowledge menjadi


kategori utama tingkat pertama. RTB mengeluarkan kategori knowledge ini dari
Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya, knowledge
adalah pencapaian kognisi itu sendiri. Terminologi knowledge dibagi lagi menjadi
sub-kategori yang disesuaikan dengan perkembangan di bidang neuroscience dan
penelitian bidang psikoedukasi sebagai berikut:
a) factual knowledge
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa
ketika akan mempelajari disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin
ilmu tersebut. dalam pengetahuan faktual trediri dari dua sub jenis:
a. Pengetahuan tentang terminologi. Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan
tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda dan
gambar).
b. Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal,
sumber informasi dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi informasi yang
mendetail dan spesifik.
b) conceptual knowledge
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan
hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih
kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau
teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga sub jenis:
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori. Pengetahuan ini meliputi kategori,
kelas, divisi dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Perlunya
klasifikasi

dan

kategori

dapat

digunaka

untuk

menstrukturkan

dan

mensistematisasikan fenomena.pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih


umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan tentang terminologi dan
fakta-fakta yang spesifik.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi dibentuk
oleh klasifikasi dan kategori. Umumnya merupakan bagian yang dominan dalam
sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena atau menyelesaikan
masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi mencakup pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang
meringkas hasil-hasil pengamatan terhadap suatu fenomena.
c. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Pengetahuan ini meliputi
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi sarta antara keduanya yang

16

menghadirkan pandangan yang jelas, utuh dan sistemik tentang sebuah fenomena ,
masalah, atau materi kajian yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan
struktur mencakup pengatahuan tentang berbagi paradigma, epistemologi, teori dan
model yang digunakan dalam disipin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan,
memahami, menjelaskan dan memprediksi fenomena.
c) procedural knowledge (Pengetahuan prosedural )
Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan
metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan ketrampilan,
algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan
bagaimana, dengan kata lain pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan
tentang beragam proses. Pada pengetahuan ini terdiri dari tiga subjenis:
a. Pengetahuan tentang ketrampilan dalam bidang tertentu dan algoritme.
b. Pengetahuan tentan teknik dan metode dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini
mencakup pengetahuan yang umumnya merupakan hasil konsensus, kesepakatan
atu ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan atau eksperimen atau
penemuan langsung. Pada umumnya pengetahuan ini menunjukkan bagimana para
ilmuan dalam bidang mereka berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan
hasil penyelesaian masalah atau pemikiran.
c. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat
d) metacognitive knowledge(Pengetahuan metakognitif )
Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
kesadaran dan pengeahuan tentang kognisi diri sendiri. Pada pengetahuan ini
meliputi tiga subjenis;
a. Pengetahuan strategis. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan perihal
strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Pengetahuan ini
mencakup strategi-strategi umum umum untuk menyelesaikan masalah (problem
solving) dan berpikir.
b. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif.
c. Pengetahuan diri. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan diri sendiri dalam kaitannya kognisi dan belajar.
Keempat Kategori-kategori pada dimensi pengetahuan dianggap kontinum dari
yang kongkrit sampai yang abstrak. konseptual dan prosedural mempunyai tingkat
keabstrakan yang berurutan, misalkan pengetahuan prosedural lebih konkret
ketimbang pengetahuan konseptual yang paling abstrak.9 Menurut teori

17

kontruktivis bahwa satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan
adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik.
Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya
Sub-sub kategori ini membantu pengguna untuk mengklasifikasikan learning
objectives atau menyusun assessment dengan lebih sederhana.

sub-sub kategori ini

membantu pengguna untuk mengklasifikasikan learning objectives atau menyusun


assessment dengan lebih sederhana. Sub-kategori ini diletakkan dalam tabel kolom kanan
dan dipasangkan dengan keenam level proses kognitif RTB pada baris atas (lihat tabel 1).
Pembuatan matriks ini mempermudah pengguna menyusun learning objectives, instruksi
belajar, dan assessment.
Kategori kognitif dalam RTB tersebut dibuat konsisten dengan obyektif yang ingin
dicapai. Tujuan atau obyektif merupakan suatu aktivitas dalam mengerjakan (kata kerja)
sesuatu (kata benda). Oleh karena itu, RTB mengubah keenam kategori kognisi yang
berupa kata benda dalam Taksonomi Bloom yang lama menjadi enam kategori utama
proses kognitif yang berupa kata kerja (lihat gambar 1). Penekanan pada kata kerja ini
mengajak pengguna untuk dengan mudah mengidentifikasi pada level kognisi manakah
sebuah learning objective akan dicapai atau suatu aktivitas belajar akan dilakukan ataupun
suatu assessment akan dibuat. Kata kerja yang digunakan dalam masing-masing level RTB
mencirikan penguasaan yang diinginkan. Kata kerja ini membantu guru membedakan
tingkatan kognitif, misalnya kata kerja mengetahui yang berada pada tingkat pertama
RTB, tidak perlu lagi diperdebatkan apakah yang dimaksud dengan mengetahui adalah
sebatas tahu sebagai tingkat kognitif knowledge yang berarti mengingat atau mengenal;
ataukah yang dimaksud mengetahui adalah tingkat yang lebih tinggi dengan penguasaan
mendalam terhadap suatu pengetahuan.
RTB membatasi perdebatan ini dengan meletakkan to know dalam tingkat pertama
Taksonomi. Artinya, perdebatan mengenai kata kerja yang digunakan dalam bahasa awam
dengan penekanan tertentu. dengan mengetahui secara konseptual dalam dimensi
knowledge RTB. Pembatasan ini menguntungkan guru untuk berhenti berdebat mengenai
makna kata tersebut dalam bahasa umum (Conklin, 2005) dan memilih penggunaan kata
kerja tertentu untuk menunjukkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. RTB yang
menekankan pada kata kerja, mengubah kata knowledge pada Taksonomi Bloom lama
menjadi remember, karena knowledge dipandang sebagai kata benda yang maknanya
lebih luas.

18

Selanjutnya sebagai kata benda, knowledge dikategorikan sebagai dimensi yang


terpisah yaitu dimensi knowledge yang memiliki empat kategori utama seperti telah
disebutkan di atas (dan tampak pada gambar 1). Keempat kategori utama dimensi
knowledge tersebut kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub kategori yang lebih
mempermudah aplikasinya. Kategori utama dimensi knowledge yang pertama yaitu
factual knowledge dibagi menjadi dua sub kategori, knowledge of terminology dan
knowledge of specific details and elements. Pembagian ini akan mempermudah pengguna,
misalnya guru ingin agar anak didiknya mengetahui mengenai notasi musik, maka tujuan
belajar ini akan masuk dalam kategori utama factual knowledge dengan sub-kategori
knowledge of terminology. Tabel 2 mewakili pembahasan berikut contoh singkat sub-sub
kategori dari dimensi knowledge ini.
Kategori comprehension dan synthesis dalam Taksonomi Bloom lama, diganti
dengan kata kerja yang lebih sesuai yaitu masing-masing understand dan create. Kategori
create merupakan puncak susunan RTB. Ini berbeda dengan Taksonomi Bloom lama yang
meletakkan evaluation pada tingkat keenam. RTB meletakkan evaluate pada tingkat
kelima sebelum create karena disimpulkan bahwa tingkat kognisi create lebih tinggi
daripada evaluate. Seseorang dapat menciptakan sesuatu setelah mengevaluasi atau
melalui tahapan evaluasi terhadap ide tertentu sehingga muncul ciptaan baru (gambar 1).
Selanjutnya, penekanan sub-sub kategori pada keenam kategori proses kognitif dilakukan
pada RTB. Tabel 3 menunjukkan pembagian sub-sub kategori dalam setiap kategori utama
proses kognitif tersebut. Pembagian ini jika dilihat sekilas memang sangat rumit,
meskipun demikian jika dilihat lebih dekat maka hal ini akan sangat membantu pengguna
dalam penyusunan learning objectives, instruksi belajar, dan assessment. Contoh singkat
analisis dan aplikasi RTB ini dapat dilihat pada bagian selanjutnya.
Tabel I tabel taksonomi bloom

19

diterjemahkan dari :
Dimensi Dimensi Cognitive Knowledge
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Pintrich, P. R., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives . New York: Longman, hal. 28

Tabel 2 kategori utama dan sub-kategori dimensi knowledge


3. Aplikasi Revisi Taksonomi Bloom
Contoh-contoh aplikasi RTB dapat dipelajari lebih mendalam dalam Anderson (2001).
Tabel 2, menunjukkan alur sederhana dalam aplikasi ataupun analisis RTB. Aplikasi RTB
diawali dengan kotak penentuan aplikasi tersebut untuk desain learning objectives,
instruksi belajar, atau assessment. Alur kemudian berlanjut pada penentuan kata benda
dari pernyataan desain ketiga hal tersebut, sebagai dimensi knowledge dan meletakkan
kata benda tersebut dalam kolom kiri dari Tabel Revisi Taksonomi Bloom (tabel 1).
Penentuan dimensi knowledge ini dapat merujuk pada tabel kategori utama dan subkategori dimensi knowledge (tabel 2). Selanjutnya, bagian kata kerja dari pernyataan
desain ketiga hal tersebut, dimasukkan kedalam dimensi proses kognitif (cognitive
process) yang terletak pada baris atas Tabel Revisi Taksonomi Bloom (tabel 1). Lajur
kolom dan baris kemudian dipertemukan dalam matriks tabel tersebut. Cara ini akan

20

mempermudah pengguna dalam kontrol sebaran learning objectives, pembuatan instruksi


belajar, dan assessment. Cara ini juga akan membantu analisis vignette apakah sudah
sesuai dengan harapan pendesain.
Contoh Analisis Vignette Berdasarkan Tabel Revisi Taksonomi Bloom
Deskripsi :
Tujuan (learning objective / LO):
1 Memahami penggolongan lipid berdasarkan struktur dan sifat-sifat kimianya.
Aktivitas :
1 Membuat flow chart penggolongan lipid
2

Merancang uji laboratorium mengenai sifat lipid pada berbagai sampel lipid (guided
inquiry-based*)

guided inquiry-based adalah salah satu metode pengajaran berbasis siswa. Intruktur akan
membimbing mahasiswa dalam bentuk petunjuk seperlunya, sedangkan mahasiswa
diminta untuk menyusun langkah-langkah dan alasan pengambilan keputusan tersebut
secara rinci. Cara ini menuntut mahasiswa untuk menguasai bahan ajar sebelum
melakukan aktivitas dan dengan demikian merangsang daya pikir dan daya kreasi
mahasiswa.
4. Studi Lanjut Revisi Taksonomi Bloom
RTB diajukan pada tahun 2001. Bila dibandingkan dengan Taksonomi Bloom, maka
jelaslah diperlukan waktu lama dan studi yang intensif untuk membuktikan penting dan
tepatkah RTB dipergunakan oleh kalangan akademisi. Belum banyak penelitian mengenai
manfaat penggunaan RTB ini. Sebuah artikel mengungkapkan perbandingan manfaat
antara Taksonomi Bloom lama dengan RTB, dan menyimpulkan bahwa penggunaan RTB
bagi pre-service teachers di Turki menunjukkan hasil yang positif dibandingkan
penggunaan Taksonomi Bloom yang lama dalam hal penyusunan lesson plan (Bmen,

21

2007). Aplikasi RTB dalam desain computer-based assessment telah dipublikasikan


dengan rinci dan disimpulkan bahwa penggunaan RTB sangat membantu desain
assessment (Mayer, 2002 ).
5. Perbandingan taksonomi Bloom dan Revisi Taksonomi Bloom

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) EDISI REVISI TEORI BLOOM


RANAH KOGNITIF
Mengingat

Memahami

Menerapkan

Menganalisis

Mengevaluasi

Menciptakan

(C1)

(C2)

(C3)

(C4)

(C5)

(C6)

Mengenali

Menjelaskan

Melaksanakan

Mendiferensiasikan

Mengcek

Membangun

Mengingat kembali

Mengartikan

Mengorganisasikan

Mengkritik

Merencanakan

Membaca

Menginterpretasika
n

Mengimplementasika
n

Mengatribusikan

Membuktikan

Memproduksi

Mendiagnosis

Mempertahankan

Mengkombinasikan

Memerinci

Memvalidasi

Merangcang

Menelaah

Mendukung

Merekonstruksi

Mendeteksi

Memproyeksikan

Membuat

Menyebutkan

Menggunakan

Menceritakan

Mengonsepkan

Menampilkan

Menentukan

Menuliskan

Memberi contoh

Memproseskan

Menghafal

Merangkum

Melafalkan/melafazka
n

Menyimpulkan
Membandingkan
Mengklasifikasikan
Menunjukkan
Menguraikan

Mengaitkan

Menciptakan

Memecahkan

Mengabstraksi

Menguraikan

Membedakan
Mengidentifikasika
n

RANAH AFEKTIF
Menerima

Merespon

Menghargai

Mengorganisasikan

(A1)

(A2)

(A3)

(A4)

Karakterisasi Menurut
Nilai (A5)

Mengikuti

Mengompromikan

Mengasumsikan

Mengubah

Membiasakan

Menganut

Menyenangi

Meyakini

Menata

Mengubah perilaku

Mematuhi

Menyambut

Meyakinkan

Mengklasifikasikan

Berakhlak mulia

Meminati

Mendukung

Memperjelas

Mengombinasikan

Mempengaruhi

Menyetujui

Memprakarsai

Mempertahankan

Mengkualifikasi

Menampilkan

Mengimani

Membangun

Melayani

Melaporkan

Menekankan

Membentuk pendapat

Membuktikan

Memilih

Menyumbang

Memadukan

Memecahkan

Mengatakan

Mengelola

Memilah

Menegosiasi

Menolak

Merembuk

RANAH PSIKOMOTOR
Meniru

Manipulasi

Presisi

Artikulasi

Naturalisasi

(P1)

(P2)

(P3)

(P4)

(P5)

Menyalin

Kembali membuat

Menunjukkan

Membangun

Mendesain

Mengikuti

Membangun
Melakukan,
Melaksanakan,
Menerapkan

Mengatasi
Menggabungkan
Koordinat,
Mengintegrasikan
Beradaptasi
Mengembangkan
Merumuskan,
Memodifikasi

Menentukan

Mereplikasi

Melengkapi
Menunjukkan,
Menyempurnakan
Mengkalibrasi
Mengendalikan

Mengulangi
Mematuhi

Master

Mengelola
Menciptakan

6. Kesimpulan
Urgensi perlu tidaknya kita mengikuti RTB saat ini, lebih terletak pada nyaman atau tidaknya penggunaan RTB ini dibandingkan dengan
Taksonomi Bloom yang lama. Pada prinsipnya, RTB dan Taksonomi Bloom yang lama membantu pembagian kognisi, dan diharapkan
mempermudah pengguna dalam penyusunan atribut pendidikan. Meskipun demikian, pembagian sub-sub kategori pada dimensi proses kognitif
dan dimensi knowledge tidak dapat dipungkiri sebagai ide yang sangat
kreatif dan memperjelas proses desain atribut pendidikan. Jika pun RTB ini diterima secara luas oleh dunia pendidikan, jiwa Taksonomi Bloom
tidak berubah. Jadi, persoalannya bukan pada perlu tidaknya RTB diikuti, tetapi lebih pada pemilihan pengguna berdasarkan kenyamanan dan
kemudahan.
Daftar pustaka
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., et al. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assissing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Bmen, N. T. (2007). Effects of the Original Versus Revised Bloom's Taxonomy on Lesson Planning Skills: A Turkish Study Among pre-Service
Teachers Review of Education, 53, 439455.
Conklin, J. (2005, Spring). Book Reviews : A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives. Educational Horizons, 83, 154-159.

Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Blooms Taxonomy: An Overview. Theory into Practice, 41(4).
Mayer, R. E. (2002 ). A Taxonomy for Computer-Based Assessment of Problem Solving. Computers in Human Behavior 18 623632. Sausa, D.
A. (2006). How the Brain Learns. Thousand Oaks: Corwin Press.

Anda mungkin juga menyukai