Anda di halaman 1dari 175

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Disusun Oleh:
Shelvia Rabiatul Adawiyyah
No Pokok: 1132010065

BANDUNG
2017M/1438 H
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Shelvia Rabiatul Adawiyyah


NIM : 1132010065
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul MANAJEMEN PEMBELAJRAN KITAB KUNING


(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing I : Prof. Dr. H. Supiana, M.Ag


NIP : 196112021983031002
Nama Pembimbing II : Nandang Abdurrohim, M.Ag
NIP : 197404122007011043

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
dengan segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Bandung, 20 Juni 2017

Shelvia Rabiatul Adawiyyah


1132010065
ABSTRAK
Shelvia Rabiatul Adawiyyah,Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus
di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa dalam manajemen pembelajaran
haruslah mengacu pada pola manajerial umum yang diawali dengan perencanaan dan
diakhiri evaluasi, sedangkan pondok pesantren salafiyyah yang bercorak mono
manajerial dalam segala hal nya termasuk dalam pembelajaran kitab kuningnya yang
menjadikan pembelajaran kitab di pondok pesantren hanya berlangsung alamiah.
Manajemen pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa yang pada faktanya adalah pondok pesantren yang masih menjaga
tradisi salafiyyah serta belum secara detail menerapkan pola manajemen
pembelajaran kitab kuning dengan sistematis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar alamiah Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, perencanaan pembelajaran kitab kuning, pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning, dan evaluasi pembelajaran kitab kuning.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen pembelajaran
menurut Davis dalam Haerana yakni, manajemen pembelajaran dalam empat fungsi,
yaitu planning, organizing, leading dan controlling. Peran guru dalam melaksanakan
fungsi manajemen pembelajaran itu sangatlah mendasar, sehingga guru dalam proses
pembelajaran adalah seorang manajer karena guru bertugas mempersiapkan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan penilaian pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara
dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan kategorisasi data penafsiran
data. Adapun uji absah data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, cek teman sejawat, analisis kasus negatif, kecukupan
referensi, uraian rinci dan auditing.
Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, manajemen pembelajaran
kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa dapat diuraikan dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran di pondok
pesantren Asy Syifa ini berakar pada kemampuan santrinya itu sendiri, jika santri
tersebut masih awam keilmuan pesantrennya dalam pembelajaran kitab maka
disesuaikan dengan diorientasikan mempelajari kitab-kitab yang mendasar hingga
yang tertinggi. Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Asy
Syifa dibagi menjadi dua sistem klasikal yaitu ibtida/tsanawi. Evaluasi
pembelarajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa berorientasi
pada ketuntasan materi, satu kitab dipelajari secara terus menerus dan berulang-ulang
hingga pada akhirnya santri memahami isi dan kandungan dari kitab yang
dipelajarinya tersebut dengan sistem sorogan dan hafalan.

iv
ABSTRACT
Shelvia Rabiatul Adawiyyah, Learning Management Kitab Kuning (Case Study at
Pondok Pesantren Al-Qur'an Asy Syifa Cicalengka Bandung)
Al-Qur'an boarding school Asy Syifa in learning management must refer to
general managerial pattern that begins with planning and ending evaluation, while
boarding salafiyyah boarding mono managerial in all its things including in learning
kitab kuning that makes learning kitab in boarding school naturally. Implementation
learning Management of kitab kuning in Islamic boarding school Al-Qur'an Asy Syifa
which in fact is a boarding school that still maintain the tradition of salafiyyah and
not yet in detail apply the pattern of learning management kitab kuning with
systematic.
The purpose of this research is to know the profile of Al-Qur'an Islamic
Boarding School Asy Syifa, planning of learning kitab kuning, implementation of
learning kitab kuning, and evaluation of learning kitab kuning.
The theory used in this research is the management of learning according to
Davis in Haerana namely, learning management in four functions, namely planning,
organizing, leading and controlling. The role of teachers in implementing the learning
management function is very basic, so the teacher in the learning process is a
manager because the teacher is in charge of preparing, organizing, implementing and
evaluating.
The method used in this research is qualitative. Techniques used in data
collection include observation, interviews and documentation study. Data analysis
was performed with data interpretation of data categorization. The test is valid data is
done by the extension of participation, persistence observation, triangulation, check
peers, analysis negative case, the adequacy of reference, detailed description and
auditing.
The results of this research indicate that, learning management kitab kuning in
boarding school Al-Qur'an Asy Syifa can be described from the planning,
implementation and evaluation. Learning planning at boarding school Asy Syifa is
rooted in the ability of students, if the student still do not know the science of
pesantren in learning the kitab-kitabis adjusted to the oriented studying the kitab of
the basic to the highest.
Implementation of learningkitab kuningat boarding school Asy Syifa divided
into two classical system namely ibtida/tsanawi. Evaluation of learning kitab kuning
in boarding school Al-Qur'an Asy Syifa oriented to the completeness of the material,
one kitab studied continuously and repeatedly until finally the student understand the
content of the kitab he studied with sorogan and memorizing system.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada hadirat Sang Penguasa alam Sang
pemberi kemudahan Allah SWT, yang senantiasa mellimpahkan Rahman dan
rahimnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus Di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)” Walaupun dalam uraian dan pembahasan
masih sangat sederhana dan sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Alam Nabi Muhammad SAW, yang
senantiasa kita harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti.
Alhamdulillahi rabbil’alamin, tiada henti penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karengan dengan berkat rahmatNya, penulis telah berhasil menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Walaupun banyak kendala yang penulis hadapi karena
keterbatasan ilmu dari penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
yang penulis sadari maupun tidak, akhirnya karya sederhana ini dapat terwujud.
Tentunya tidak terlepas dari segala bantuan, bimbingan, motivasi dan do’an dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtuaku yang paling penulis banggakan Ayahanda Ust. Atang
Suhana dan Ibunda Siti Sholeha yang mana dengan do’a merekalah,
semangat serta cucuran keringatnyalah penulis dapat menyelesaikan kuliah
ini dengan sebaik-baiknya dan semoga pengorbanan keduanya mendapatkan
balasan sebaik-baiknya diangkat derajat setinggi-tingginya oleh Allah SWT.
2. Adik-adikku, M. Irfhan Fajri Royyan, Ahmad Faqih Syiaruddien dan
Syahira Nurmaulidia Al’ajmala, tidak lupa segenap keluarga besarku. Atas
berkat dorongan do’a dari kalianlah hidup ini menjadi lebih indah dan
bersemangat dalam menjalaninya.

vi
3. Bapak Prof Dr. H. Mahmud, M.Si, Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung. Bapak Dr. Tedi Priatna, M.Ag, selaku
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
4. Bapak ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam,
yakni Dr. H. Badrudin, M.Ag dan Hary Priatna Sanusi, M.Ag atas segala
bimbingan dan bantuannya.Bapak Dr. Pepen Supendi, M.Ag, Bapak Dayat
S.Pd.I selaku Staf Administrasi Manajemen Pendidikan Islam serta Dosen
Pengampu di Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
5. Bapak Prof. Dr. H.Supiana, M.Ag dan Nandang Abdurrohim, M.Ag sebagai
dosen pembimbing skripsi ini yang tidak lelah membimbing, mengarahkan,
mengkoreksi dan memberi semangat serta segenap ilmunya kepada penulis,
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
6. KH. Ujang Hidayat dan segenap warga Pondok Pesantren Ak-Qur’an Asy
Syifa yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti dilingkungan
pesantren beliau dan memberikan wejangan pendorong semangat bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah melimpahkan
lebaikan bagi seluruhnya.
7. Teman seperjuangan di Jurusan Manajemen Pendidikan Islam angkatan
2013 yang selama 8 semester menjadi keluarga besar yang kompak, semoga
persaudaraan kita tetap terjalin tak hanya di dunia, semoga Allah kelak
mempertemukan kita di JannahNya, dan terkhusus untuk Keluarga MPI-B
2013 terima kasih telah mengisi hari-hari penulis dengan suka dan duka.
Semoga kalian semua menjadi orang-orang yang sukses dan penulis
beruntung bisa mengenal kalian.
8. Teman-teman seperjuangan sedosen pembimbing, Sinta Agustin, Siti
Aisyah, Robi Cahyadi, Panji Alam, Rifky Pratama, Nyimas Ajeng, Wia
Adawiah, Siti Iik Kamilah. Semoga kita senantiasa dimudahkan dalam
segalanya. Amin. Teman dari awal opak barengan dan sekelas Nur Qoni’ah
ix
Hasanah S.Pd dan Mutiara Fauziah, S.Pd terimakasih support dan
bantuannya meskipun kalian wisuda duluan 21 Mei 2017.
9. Sahabat dan kawanku Manis Manja Squad Wia Adawiyah, Nurhidayah, Nur
Qoni’ah, Sinta Agustin, Siti Aisyah, Yuni Aulia, Sry Nurrohmah, Tanti
Nurrohmah, Suci Rahayu. Terimakasih atas support dan bantuannya selama
penulis sedang menyelesaikan skripsi. Kalian teman yang luar biasa, terjulit
dan terbaiks. Semoga dalam menuntaskan tugas akhir dalam menulis skripsi
ini kita selalu diberi kemudahan oleh Allah dan memakai toga barengan.
Amiin.
10. Teman-teman seperjuangan yang tergabung di kelompok PLP KEMENAG
Kabupaten Bandung Sinta, Yuni, Tanti, Nurhidayah, Wia, Didah, Gina,
iqbal, Ikhwan, Risnu, Zikri, Ahla yang selalu ngebolang bareng selama PLP
yang sangat berkesan dan selalu solid nan kompak. Dan tak lupa pula teman
KKN 127 Garut Sindangsuka Squad. Aufa, Arif, Amel, Boyce, Dede, Desi,
Eno, Nunung, Nun-Qi, Nina, Menvil, Pitri, Rizkia. Terima kasih telah
mengisi waktu yang begitu berharga bersama kelian walaupun sebentar.
Penulis juga mendoakan semoga kalian semua menjadi orang-orang yang
sukses. Amin.
11. Teruntuk Demisioner SeMa FTK , HMI Cabang Kabupaten Bandung dan
Squad Yakusa MPI terimakasih atas ilmu dalam organisasinya yang telah
banyak mengajarkan segalanya. Semoga ilmu yang didapatkan dapat
bermanfaat untuk kehidupan kedepannya.
12. Dan tak lupa penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Rakanda
Zaini Hafidh, M.Pd yang senantiasa membantu dari awal sampai akhir
penyelesaian skripsi ini yang tak luput dari motivasi, semangat dan bantuan
segala halnya yang tak lelah mengajarkan penulis dalam penelitian ini.
Semangat terus dalam berproses dan semangat dalam berjuang menuju
RidhoNya. Semoga selalu senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

ix
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan
permohonan maaf atas segala kekurangan, atas segala khilaf dan salah, Jazakumullah
khairan katsiran. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan
kontribusi positif serta bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Bandung, 4 Juni 2017

Shelvia Rabiatul Adawiyyah

1132010065

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...............................................................iii

ABSTRAKS .................................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................................... 9

D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 10

E. Kajian Pustaka yang Relevan dan Hasil Penelitian Sebelumnya .................. 18

BAB II KAJIAN TEORITIK MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB

KUNING .......................................................................................................... 20

x
A. Ruang Lingkup Manajemen........................................................................ 20

1. Pengertian Manajemen ........................................................................ 20

2. Prinsip Manajemen .............................................................................. 21

3. Fungsi Manajemen............................................................................... 23

B. Konsep Pembelajaran.................................................................................. 28

1. Pengertian Pembelajaran...................................................................... 28

2. Metode Pembelajaran .......................................................................... 29

C. Kitab Kuning Dan Pondok Pesantren ......................................................... 31

1. Pengertian Kitab Kuning ..................................................................... 31

2. Jenis-jenis Kitab Kuning...................................................................... 32

3. Sejarah Pondok Pesantren.................................................................... 36

4. Tipologi Pondok Pesantren ................................................................. 37

5. Unsur-unsur Pesantren ......................................................................... 42

6. Metode dan Model Pembelajaran Pondok Pesantren .......................... 47

D. Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning .................................................... 48

1. Perencanaan Pembelajaran .................................................................. 49

2. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................. 49

3. Evaluasi Pembelajaran ......................................................................... 54

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 61

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 61

B. Sumber Data Penelitian ............................................................................ 62

xv
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 63

D. Analisis Data ............................................................................................ 65

E. Uji Keabsahan Data .................................................................................. 66

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 69

A. Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung .................................................................................................. 69

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ............... 69

2. Filsafat dan Nilai-nilai ........................................................................ 72

3. Visi Misi Pesantren............................................................................. 72

4. Prinsip-prinsip Pesantren .................................................................... 73

5. Struktur Organisasi Pesantren............................................................. 74

6. Lingkungan Kehidupan di Pesantren.................................................. 75

7. Kyai dan Ustadz.................................................................................. 77

B. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren

AL-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung......................................... 79

1. Kitab-kitab yang di pelajari di Pondok Pesantren Asy Syifa............... 81

C. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa............................................................. 93

1. Klasifikasi kelas pengajian di Pondok Pesantren Asy Syifa................ 94

2. Jadwal Pembelajaran Kitab Kuning................................................... 102

a. Jadwal Pengajian Bersama Pondok Pesantren Asy Syifa........... 103

xv
b. Kelas Pengajian Santri Putra Kelas Ibtida ................................. 103

c. Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa......... 104

d. Kelas Pengajian Santri Putra Tsanawi ........................................ 104

D. Evaluasi Pembelajaran ....................................................................... 108

1. Evaluasi Pembelajaran Ulumul Qur’an ............................................. 109

2. Evaluasi Pengajian Kitab Kuning ...................................................... 111

BAB V PENUTUP....................................................................................................... 115

A. Simpulan................................................................................................. 115

B. Implikasi Hasil Penelitian....................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 122

RIWAYAT HIDUP PENULIS................................................................................... 145

xv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Mata Aji di Pondok Pesantren Asy Syifa ...................................... 81

2. Tabel 4.2 Daftar Santri Putra Kelas Ibtida ..................................................... 94

3. Tabel 4.3 Daftar Santri Putra Kelas Tsanawi................................................. 96

4. Tabel 4.4 Daftar Santri Putri Kelas Ibtida...................................................... 98

5. Tabel 4.5 Daftar Santri Putri Kelas Tsanawi ................................................. 101

6. Tabel 4.6 Jadwal Pengajian Qira’at Sab’ah ................................................... 102

7. Tabel 4.7 Jadwal Pembelajaran Kitab Kuning............................................... 102

8. Tabel 4.8 Jadwal Pengajian Bersama............................................................. 103

9. Tabel 4.9 Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Ibtida ................................... 104

10. Tabel 4.10 Jadwal Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa104

11. Tabel 4.11 Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi ............................. 105

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Penelitian ...................................................................................... 122

2. Instrumen Penelitian.................................................................................... 124

3. Pedoman Penelitian..................................................................................... 127

4. Catatan Lapangan (Wawancara dan Pengamatan) ...................................... 130

5. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ....................................................... 140

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Izin Survey/Kunjungan ................ 141

7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ...................................................... 142

8. Surat Keterangan Uji Absah Data dari Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung ................................................................................... 143

9. Lembar Persetujuan Menjadi Informan ...................................................... 144

10. Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ............................... 145

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia terlahir dengan berbagai potensi yang melekat di dalam dirinya

sebagi sebuah anugrah yang diberikan Allah sebagai Sang Pencipta kepada

manusia sebagai makhluk ciptaanNya, dan sebagaimana yang terdapat dalam

firmanNya (Q.S. An-Nahl: 78) :

         

      

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Departemen Agama, 2006).

Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama sekali tidak mengetahui

apapun, hal ini menegaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan, tidak

dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah salah satu cara untuk menutupi

kelemahan manusia. Kelemahan itu meliputi kelemahan secara kognitif, fisik dan

psikis, serta alasan manusia harus memiliki pendidikan adalah alasan filosifis,

biologis, sosiologis dan religious.

Ahmad Mushtafa al-Maraghi mengemukakan empat modalitas yang diberikan

kepada manusia, ia menyebutnya pendidikan adalah sebuah solusi sosial. Ini

adalah kemungkinan yang paling mendekati kepastian dari sebuah analisis tafsir

terhadap konsep etimologis pada kata iqra. Pendidikan adalah sebuah jalan keluar
2

untuk menciptakan karakter yang tangguh berbudaya tinggi dan memiliki multiple

inteligence yang saling mengisi, (Departemen Agama, 2008: 5).

Pendidikan adalah sebuah jalan keluar untuk menciptakan karakter yang

tangguh berbudaya tinggi dan memiliki multiple inteligence yang saling mengisi,

(Tabroni, 2006: 23).

Pendidikan Islam berkembang dalam beraneka corak pelaksanaannya, ada

yang bersifat formal, informal dan non formal. Namun dari sekian banyaknya

lembaga pendidikan Islam yang berkembang sampai saat ini, pesantren lah

merupakan lembaga pendidikan yang tetap bertahan tak termakan zaman dan tetap

menjadi pilihan masyarakat.

Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini jika dibandingkan

dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia dan sejak lama

sudah dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous (Asli).

Lembaga pendidikan Islam ini mulai dikenal setelah masuknya Islam ke Indonesia

pada abad VII, akan tetapi keberadaan dan perkembangannya baru popular sekitar

abad XVI. Sejak saat itu telah banyak dijumpai lembaga yang bernama pesantren

yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fiqh, aqidah, tasawuf

dan menjadi pusat penyiaran Islam, (Dhofier, 2011: 24).

Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan dan bahkan eksistensi

pendidikannya diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional tidak

terlepas dari sistem manajemen pendidikan yang dikembangkan selama ini.

Menurut Mastuhu, suatu sistem pendidikan (termasuk pondok pesantren) akan

menentukan apakah lembaga pendidikan yang bersangkutan akan diminati atau


3

tidak oleh khalayak. Suatu sistem pendidikan dikatakan mampu melayani

tantangan zamannya apabila ia mampu merespons kebutuhan anak didik dan

mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kecenderungannya, merespons

kemajuan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan pembangunan nasional. Di samping

itu, sistem pendidikan juga akan diminati oleh khalayak apabila ia mampu

memberikan pedoman moral atau budi pekerti luhur sesuai dengan keyakinanya,

mengembangkan keterampilan atau keahlian sehingga mereka mampu hidup

hormat dan disegani dalam tata pergaulan bersama di masyarakat, mendatangkan

manfaat, rasa aman, dan kepercayaan, serta harapan bagi masyarakatnya untuk

mamajukan kehidupan bersama lahiriah-batiniah, (Mastuhu, 1994: 41).

Seperti yang dikemukakan Karel A. Steenbrink (1974:16), pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam pada dasarnya hanya mengajarkan agama Islam sedang

sumber mata pelajarannya adalah kitab-kitab dari bahasa Arab. Tetapi dewasa ini,

secara faktual ada tiga tipe pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yaitu

pesantren tradisional, pesantren modern, dan pesantren komprehensif, (Ghazali,

2001:14).

Dalam perkembangannya, untuk menjawab tuntutan era modern yang

melingkupinya, banyak pesantren yang menambahkan pengetahuan umum dalam

kurikulumnya di samping pelajaran agama yang menjadi ciri khasnya sejak

semula. Dewasa ini kurikulum pesantren meliputi empat tipe: ngaji (mempelajari

kitab kuning), pengalaman (pendidikan moral), sekolah (pendidikan umum), serta

kursus dan keterampilan. Empat tipe kurikulum ini mengkombinasi dalam bentuk

yang berbeda-beda sehingga menghasilkan berbagai variasi. Dua tipe pertama


4

selalu menjadi bagian dari pendidikan pesantren dan membentuk inti identitasnya.

Dua tipe yang terakhir merefleksikan aspek-aspek baru dari identitas pesantren

dan pertemuannya dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang berubah-ubah,

(Maghfurin, 2002: 143).

Kelebihan pesantren adalah terletak pada kemampuannya menciptakan

sebuah sikap hidup universal yang merata yang diikuti oleh semua santri,

sehingga lebih mandiri dan tidak bergantung pada siapa dan lembaga masyarakat

apapun, (Wahid, 1999: 74). Perkembangan dan kelebihan pesantren erat kaitannya

dengan sistem manajemen yang dikembangkan.

Jika yang dimaksud dengan kurikulum sebagaimana halnya lembaga

pendidikan formal, dapat dikatakan bahwa Pondok Pesantren tidak memiliki

kurikulum. Namun sesungguhnya, jika yang dimaksudkan sebagai manhaj (arah

pembelajaran tertentu), maka pondok pesantren tentu memiliki “kurikulum”

melalui funun kitab-kitab yang diajarkan pada santri. Dalam pembelajaran yang

diberikan oleh pondok pesantren kepada santrinya, sesungguhnya pondok

pesantren menggunakan suatu bentuk “kurikulum” tertentu yang telah lama

dipergunakan. Yaitu dengan sistem pengajaran tuntas kitab yang dipelajari (kitabi)

yang berlandaskan pada kitab pegangan yang dijadikan rujukan utama pondok

pesantren tersebut untuk masing-masing bidang studi berbeda. Sehingga akhir

sistem pembelajaran yang diberikan oleh pondok pesantren bersandar kepada

tamatnya buku atau kitab yang dipelajari, bukan pada pemahaman secara tuntas

untuk suatu topik (maudlu’i), (Depatemen Agama, 2003:43-44).


5

Dalam keseluruhan proses pendidikan di pesantren, kegiatan pembelajaran

dalam rangka mencapai prestasi dan transfer ilmu pengetahuan dan moral

termasuk kegiatan teknis operasional yang paling penting. Hal ini berarti berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana aktivitas

belajar-mengajar dilaksanakan atau dalam istilah pesantren dikenal dengan ta’lim

wa ta’allum. Setidaknya ada tiga fungsi pokok ta’lim wa ta’allum di pesantren.

Pertama, transmisi ilmu pengetahuan Islam. Pengetahuan Islam dimaksud

tentunya tidak hanya meliputi pengetahuan agama, tetapi juga mencakup seluruh

pengetahuan yang ada. Kedua, pemeliharaan ajaran Islam. Ketiga, pembinaan

calon-calon ulama.

Secara teknis, pesantren adalah tempat tinggal santri. Pengertian ini

menunjukkan ciri pesantren yang paling penting, yakni sebuah lingkungan

pendidikan yang sepenuhnya total. Artinya, seluruh aktivitas di lingkungan

pesantren itu memiliki nilai pendidikan. Pesantren itu merupakan tempat belajar

secara lebih mendalam dan lebih lanjut tentang ilmu agama Islam yang diajarkan

secara sistematis, langsung dari sumber berbahasa Arab serta berdasarkan kitab-

kitab klasik karangan ulama-ulama besar.

Walaupun Al-Quran secara khusus tidak menyebutkan istilah manajemen,

akan tetapi menyingung istilah manajemen dengan menggunakan kalimat

yudabbirua, mengandung arti mengarahkan, melaksanakan, menjalankan,

mengendalikan, mengatur, mengurus dengan baik, mengkoordinasikan, membuat

rencana yang telah ditetapkan. Thoha, berpendapat bahwa manajemen diartikan

sebagai “suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain”,
6

(Thoha, 1995: 8). Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata, (Terry, 1996: 1).

Terry dalam Hoy dan Miskel (2015: 5), mengartikan manajemen adalah

proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan/ penggerakan, dan pengawasan/ pengendalian atas pekerjaan oleh para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan haruslah terus berkembang mengikuti

perkembangan zaman, jika pesantren tidak mengikuti perkembangan zaman dalam

modernisasi pengelolaannya, tentunya pesantren akan tertinggal. Apapun itu

coraknya, salafiyah, khalafiyah maupun konfrehensif, pesantren harus terus

memperbaharui diri baik dalam kepemimpinan, maupun manajerial. Pesantren

sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfokus pada pendidikan keilmuan islam

baik fiqh, Tauhid, tafsir, ulumul qur’an, aqidah maupun akhlak tentunya memiliki

pola pengajaran yang khas, dan tentunya berbeda dengan lembaga pendidikan

formal pada umumnya.

Manajemen pembelajaran menjadi fokus yang harus dikembangkan pesantren

sebagai bagian komprehensif pengembangan pesantren, hal ini ditekankan bahwa

manajemen pembelajaran menjadi kunci bagaimana keberhasilan proses transfer

knowledge dan transfer value dalam pembelajaran pesantren yang khas.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar


7

dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal

lain. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan

antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan

diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien, (Rusman, 2011:4).

Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas,

dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa

mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.

Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian

dari strategi pengelolaan pembelajaran.

Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan

mengelola bagaimana membelajarkan peserta didik yang diawali dengan kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.

Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan

yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik

dalam pelaksanaan pembelajaran, (Arifin, 2014: 27).

Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa sebagai salah satu pesantren bercorak

salafiyah yang masih eksis dan menjaga tradisi pesantrennya tentunya memiliki

corak dan kultur pendidikan tersendiri, pesantren salafiyah yang cenderung

berpola tradisional dan mono manajerial dan bergatung pada otoritas serba kyai.

Dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

menggunakan metode pembelajaran khas di pesantren seperti bandongan,

wetonan, muhadatsah, muhafadhah, dll. Pembelajaran dengan metode khas


8

pesantren di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa yang pada awalnya hanya

berpusat kepada kyai saja, sekarang sudah dibagi ke beberapa ustadz/ustadzah

dengan berdasarkan kelas masing-masing yaitu sesuai dengan jenjang kajian kitab

kuningnya dan semua santri diwajibkan mengikuti pembelajaran kitab kuning

tersebut. Semua yang dilakukan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan

dan pengembangan para santri dalam memahami dan mendalami kitab kuning.

Pembelajaran kitab kuning di pesantren seakan menjadi sebuah tradisi yang sangat

melekat dan tidak bisa dipisahkan dari pesantren, pembelajaran kitab kuning di

pesantren menjadi sebuah pembeda antara pendidikan di pesantren dengan

lembaga pendidikan lainnya.

Pembelajaran kitab kuning di pesantren menjadi sebuah implemetasi dari

sebuah fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan dan penyebaran kebudayaan

Islam. Pembelajaran kitab kuning bukan hanya sebagai bagian pendidikan, tapi

juga sebagai penyebaran kebudayaan islam. Karena diketahui bahwa litelatur

keilmuan dan khazanah keilmuan islam kebanyakan bersumber dari kitab kuning.

Pembelajaran kitab kuning di pesantren menjadi menarik untuk difahami baik itu

dari sisi metodologis maupun manajemen pembelajaran itu sendiri, karena

pembelajaran yang berkualitas harus mengacu pada sebuah pola terstruktur dari

proses pembelajaran itu sendiri.

Manajemen pembelajaran haruslah mengacu pada pola manajerial umum

yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri evaluasi, sedangkan pondok

pesantren salafiyyah yang bercorak mono manajerial dalam segala hal nya

termasuk dalam pembelajaran kitab kuningnya yang menjadikan pembelajaran


9

kitab di pondok pesantren hanya berlangsung alamiah dan berdasarkan hasil

intuisi kyai sebagai otoritas tertinggi pesantren. Sehingga ada hal yang menarik

dan penting untuk diteliti terkait bagaimana manajemen pembelajaran kitab

kuning yang diterapkan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa yang pada

faktanya adalah pondok pesantren yang masih menjaga tradisi salafiyyah serta

belum secara detail menerapkan pola manajemen pembelajaran kitab kuning

dengan sistematis. Terkait fenomena tersebut maka penelitian ini diberi judul:

Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung).

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan Latar Belakang Masalah di atas, maka dirumuskan masalahnya

sebagai berikut :

1. Bagaimana Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa,

Cicalengka Bandung?

2. Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

3. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung?

4. Bagaiaman Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren

Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu :


10

1. Untuk Mengetahui Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa Cicalengka Bandung.

2. Untuk Mengetahui Perencanaa Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung.

3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka.

4. Untuk Mengetahui Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka.

Adapun Kegunaan Penelitian yaitu:

a. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti

tentang pondok pesantren dan Manajemen Pembelajaran kitab kuning.

b. Diharapkan dapat menambah karya ilmiah dan khasanah ilmu pengetahuan

yang empiris di lapangan pada bidang pendidikan terutama Manajemen

Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa.

c. Diharapkan dapat menambah pembendaharaan karya ilmiah dan khasanah

ilmu pengetahuan tentang pengembangan Manajemen Pembelajaran Kitab

Kuning guna meningkatkan kualitas juga kuantitas Pondok Pesantren.

D. Kerangka Pemikiran

Pondok pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam tertua, tentunya

memiliki ciri dan khas nya, yang menjadikan institusi ini langgeng sampai

sekarang. Salah satu yang menjadi ciri dalam pembelajaran kitab kuning di

pesantren adalah beraneka macamnya metode yang di gunakan, salah satu metode

yang digunakan di pondok pesantren adalah sorogan. Metode Sorogan,


11

merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan

pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah bimbingan Kyai.

Pondok pesantren sebaiknya memiliki standar kompetensi pengajian kitab

yang maksudnya adalah kitab standar yang mesti dikuasai oleh santri. standar

kompetensi biasanya ini tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari

mulai yang ringan sampai yang berat dari kitab yang tipis sampai kitab yang

berjilid-jilid. Kitab-kitab digunakan tersebut biasanya disebut kitab kuning (kitab

salaf), (Departemen Agama, 2003: 50).

Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua setelah rumah tangga, sekalipun

demikian perhatian para peneliti terhadap peneliti pesantren belumlah begitu lama

dimulai. Hasil-hasil penelitiannya itu sudah diedarkan berupa makalah, majalah

dan buku. Namun rahasia pesantren belum di ungkapkan oleh para peneliti.

Sebagian dari yang belum di ungkapkan itu adalah bagian-bagian yang memang

amat sulit di ungkapkan, (Tafsir, 2010:191). Kehadiran pesantren sebagai sebuah

institusi pendidikan Islam sudah cukup lama, boleh dikatakan hampir bersamaan

tuanya dengan Islam di Indonesia. Esensi pesantren telah ada sebelum islam

masuk ke Indonesia, (Daulay, 2009:123).

Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang di

masyarakat yaitu :

1. Pondok pesantren tradisional

Ini merupakan pondok pesantren yang tetap menjaga kekhasan nya

yaitu semata-mata mengajarkan kitab kitab klasik yang di tulis oleh

ulama sekitar abad ke 15. Sistem pembelajaran berupa halaqah yang di


12

laksanakan di mesjid atau surau, tidak ada sebuah kurikulum yang jelas

dan terstruktur semua hanya tergatung pada kyainya. Santri nya menetap

di asrama (kobong), adapula santri yang tidak menetap (santri kalong).

2. Pondok pesantren modern

Pondok pesantran ini merupakan pengembangan dari tipe pesantren

sebelumnya yang mana sudah mengadopsi seluruh sistem klasikal dan

mulai meninggalkan sistem tradisional. Perbedaan mulai nampak dari

penggunaan kurikulum dan penggunaan kelas-kelas sebagai tempat

belajar, kyai sebagai koordinator pembelajaran dan beliau pula yang

turun langsung mengajar di lapangan.

3. Pondok pesantren komprehensif

Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena sudah

mengintegrasikan antara yang tradisional dengan modern. Disana tetap

dikembangkan pembelajaran kitab kuning dan keilmuan tradisional

lainnya namun seraca regular sistem persekolahan pun terus

dikembangkan. Yang membedakan antara tipe 1 dan 2 adalah pada tipe

pesantren ini adalah adanya pengaplikasian pembelajaran keterampilan.

Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage”

yang berarti mengatur, (Hasibuan, 2007: 1) Sedangkan menurut Hanry L. Sisk

mendefinisikan, Management is the coordination of all resources through the

processes of planning, organizing, directing and controlling in order to attain

stted objectivies. Artinya manajemen adalah pengkoordinasian untuk semua


13

sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan, (Sick, 1969:10).

Menurut Terry yang dikutip Syafaruddin, bahwa manajemen merupakan

proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang masing-masing bidang

tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti

secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan

semula, (Syafaruddin, 2005:156).

Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang

berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi

antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik,

(Muchlis, 2007:163). Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan kegiatan yang sistematis dan direncanakan dengan baik, (Haerana,

2016:17). Tujuan Pembelajaran salah satunya ditujukan oleh adanya perubahan,

belajar diartikan sebagai perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai suatu hasil, latihan dan pengalaman, (Triwiyanto, 2015:36).

Dalam pengertian demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah

upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan

siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Menurut Hamzah

B.Uno pembelajaran (learning) adalah suatu kegiatan yang berupaya

membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor


14

lingkungan belajarnya, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta

berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan maupun

pengorganisasian pembelajaran, (Uno, 2006: 5).

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Pembelajaran merupakan perbuatan yang kompleks. Artinya, kegiatan

pembelajaran melibatkan banyak komponen dan faktor yang perlu

dipertimbangkan. Untuk itu perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya

membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijak. Seorang guru

dituntut untuk bisa menyesuaikan karakteristik siswa, kurikulum yang sedang

berlaku, kondisi kultural, fasilitas yang tersedia dengan strategi pembelajaran

yang akan disampaikan kepada siswa agar tujuan dapat dicapai. Strategi sangat

penting bagi guru karena sangat berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi dalam

proses pembelajaran.

Proses pembelajaran di pesantren merupakan suatu aktivitas yang bertujuan.

Artinya proses pembelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

yang telah dirumuskan sebelumnya. Selama ini penggambaran hasil belajar pada

umumnya cenderung ke kemampuan yang bersifat kognitif dan hafalan semata, itu

pun lebih banyaj berorientasi pada pengetahuan dan ditambah sedikit pemahaman,

(Masyud, 2003: 96).

Tujuan pokok mempelajari manajemen pembelajaran adalah untuk

memperoleh cara, teknik dan metode yang sebaik-baiknya dilakukan, sehingga


15

sumber-sumber yang sangat terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas, material

maupun spiritual guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Nanang Fattah berpendapat bahwa:


Tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan
mutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja membangun daerah/nasional, tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian
terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,
peluang dan ancaman, (Fattah, 2004: 15).

Pondok pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa merupakan pondok pesantren yang

berada di kecamatan Cicalengka kabupaten Bandung yang merupakan lembaga

pendidikan nonformal yang bergerak dibidang keagamaan. Seperti halnya

pesantren-pesantren pada umunya, di pesantren ini mengkaji kitab-kitab kuning

seperti Fiqih,Tasawuf,Aqidah,ilmu-ilmu Al-Qur’an seperti Tajwid, Makharijul

huruf, Sifatul huruf, Ahkamul huruf dan Qiraat Sab’ah dan keilmuan keislaman

lainnya. Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa merupakan pondok pesantren

yang bercorak Salafiyah. Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini masih menjaga

tradisi-tradisi kesalafiyahannya dengan tidak meninggalkan pembelajaran kitab

kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren bercorak tradisional salafiyah.

Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum serta kajian

yang diperdalam dari manajemen pembelajaran kitab kuning dari pesantren

tersebut, karena tidak dapat dipungkiri bahwa manajemen pembelajaran kitab

kuning di setiap pesantren memiliki perbedaan antara satu pesantren dengan yang

lainnya dan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan Islam.

Manajemen merupakan suatu proses dari fungsi manajemen yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi dalam upaya untuk


16

pencapaian suatu tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran merupakan

proses dari rangkaian pendidikan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta

didik (transfer knowledge). Kitab kuning yaitu mata aji yang diterapkan di

pondok pesantren menjadi ciri khas dalam pembelajarannya dan merupakan hal

yang mutlak ada pada kajian pembelajaran di pondok pesantren.

Dalam pelaksanaannya manajemen pembelajaran tidak terlepas dari faktor

penunjang. Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung

terhadap pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan. Faktor penunjang

pembelajaran dapat bersumber dari faktor intern maupun ekstren seperti masalah

manajemen, administrasi, pendanaan, sarana pra sarana maupun lingkungan

masyarakat sekitarnya.

Hasil yang dicapai dari pembelajaran kitab kuning dapat diperoleh oleh santri

atau peserta didik yang ada di lingkungan pesantren yaitu dengan santri

memahami terkait keilmuan islam seperti fiqh, akhlaq, ulumul Qur’an, tauhid dan

nahwu sharaf selama pembelajaran yang didapatkan di pondok pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa. Pesantren menekankan pendidikan Islam, penegakkan moral

yang bersumber pada moral dan etika dalam interaksikeseharian. Nilai moral

dalam Islam merupakan kunci seorang manusia untuk mencapai kesuksesan dan

kebergunaan di masyarakat. Maka dari itu pesantren begitu serius dalam mencetak

para lulusan yang intelek dan shaleh serta shalehah.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran kitab kuning disini

merupakan sistem pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di pondok

pesantren yang bercorak salafiyah. Dalam mengembangkan sistem manajerial dari


17

mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran kitab kuning yang

ada pada pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung.

Berdasarkan teori-teori tentang Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,

disesuaikan dengan objek penelitian di Pondok Pesantren Asy Syifa Cicalengka

Bandung yang bertipe Salafiyah, maka penelitian ini akan memfokuskan pada

Manajamen Pembelajaran Kitab Kuning.

Untuk mempermudah dalam pengertian di atas, maka akan disederhanakan


dengan skema yaitu :
Gambar Bagan 1:
Kerangka Pemikiran
Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa)

Latar Alamiah Pondok


Pesantren Asy Syifa

Manajemen
Pembelajaran Kitab
Kuning:

1. Perencanaan Penunjang
Pembelajaran Pembelajaran
Kitab Kuning
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
Kitab Kuning
3. Evaluasi
Pembelajaran
Kitab Kuning

Hasil Yang Dicapai


: Penelitian
18

E. Kajian Pustaka yang relevan dan hasil penelitian sebelumnya

1. Buku Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, yang ditulis oleh Teguh

Triwiyanto, yang secara garis besar membahas tentang bagaimana

manajemen kurikulum dan pembelajaran dan bagaimana aplikasinya dalam

pendidikan. Yang diterbitkan oleh PT. Bumi Aksara , Jakarta tahun 2015.

2. Buku Manajemen Pembelajaran berbasis Standar Proses Pendidikan, yang

ditulis oleh Haerana, secara garis besar membahas tentang bagaimana

manajemen pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran hingga penilaian pembelajaran yang berbasis standar

pendidikan dalam teori dan aplikasinya. Yang diterbitkan oleh Media

Akademi, Yogyakarta tahun 2016.

3. Buku Dasar-Dasar Manajemen, yang ditulis oleh Sukmadi, yang secara garis

besar membahas terkait ilmu manajemen dan bagaimana aplikasi serta teori-

teori manajemen. Yang diterbitkan oleh Humaniora, Bandung tahun 2012.

4. Buku Belajar dan Pembelajaran, yang ditulis oleh Prof. Suyono dan Haryanto

yang isinya membahas terkait teori, model, metode dan pendekatan dalam

pembelajaran , hal ini menjadi bahan penunjang dalam penelitian

pembelajaran di pesantren, yang diterbitkan oleh PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung tahun 2011.

5. Buku Manajemen Pesantren, yang ditulis oleh Sulthon Masyud dan

Khusnurdilo ini membahas terkait pola manajerial pondok pesantren dalam

berbagai aspek dan proses pengembangan manajemen pesantren, yang

diterbitkan oleh Diva Pustaka, Jakarta tahun 2003.


19

6. Skripsi Manajemen Pendidikan Islam tahun 2014, atas nama Moh. Luthfi

Adriansyah,S.Pd.I dengan judul ”Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren Tradisional (Penelitian Di Pp Al-Islamiyah Baros - Kota

Sukabumi). t.d.

7. Skripsi Pendidikan Agama Islam tahun 2014, atas nama Nikmatul Khoiriyah,

S.Pd.I dengan judul “ Manajemen Pembelajaran Boarding School di MAN 1

Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014. t.d.


20

BAB II

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING


A. Ruang Lingkup Manajemen
1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) to manage yang

berarti kontrol. Dalam bahasa Indonesia, istilah kata untuk manajemen diartikan

dengan berbagai macam, seperti yang dikemukakan oleh : Lembaga Administrasi

Negara, manajemen diartikan dengan istilah kepemimpinan, dilingkungan

Angaktan Darat, manajemen diartikan dengan istilah pembinaan, Universitas

Indonesia, manajemen diartikan dengan istilah ketatalaksanaan, Universitas

Gajahmada dan Universitas Pajajaran, manajemen diartikan dengan istilah

pengurusan, (Sukmadi, 2012:15).

Selain itu, manajemen berasal dari kata benda (bahasa Inggris)

”management” dengan berbagai arti, Pertama manajemen berarti pengelolaan,

pengendalian, atau penanganan. Kedua, manajemen diartikan sebagai perlakuan

secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga,

gabungan dari dua pengertian di atas, yaitu yang berhubungan dengan suatu

bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Ketiga pengertian di atas mendukung kesepakatan anggapan bahwa

manajemen itu dipandang sebagai Ilmu dan Seni. Manajamen sebagai ilmu,

artinya manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang

menekankan kepada konsep-konsep, teori, prinsip dan teknik pengelolaan.

Manajemen sebagai seni, kemampuan pengelolaan sesuatu itu merupakan seni

menciptakan atau biasa disebut kreativitas (daya cipta yang timbul dari dalam
21

untuk mewujudkan sesuatu), dan merupakan keterampilan seseorang (kemahiran

yang diperoleh dari pengalaman), (Sukmadi, 2012:15-16).

Manajemen jika dilihat dari seni atau unsur wadah daripada administrasi

adalah organisasi. Organisasi ini sendiri adalah alat administrasi dalam mencapai

tujuan. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi sebagai seni harus digerakan

dengan suatu proses dinamika dan khas. Proses yang dinamika dan khas ini lazim

disebut dengan istilah “manajemen”. Orang-orang yang melaksanakan manajemen

(menggerakan organisasi) lazim disebut dengan istilah “manajer” atau anggota-

anggota manajemen.

Sukmadi (2012:16-17) mengungkapkan Manajemen adalah “The art of


getting things done throught other people” (Seni menyelesaikan segala sesuatu
melalui orang lain). Manajemen adalah proses perencanaan (planning),
pengorganisasisan (organizing), pengarahan (leading), dan pengendalian
(controling) kegiatan anggota organisasi dan kegiatan penggunaan sumber-sumber
daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Terry dalam Haerana (2016:2) “manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasisan, penggerakan dan pengawasan. Dalam rangka
usaha mencapai tujuan yang telah dilakukan oleh orang secara bersama-sama,
maka jelas diantara mereka itu terdiri atas sekurang-kurangnya dua golongan
orang, yakni golongan yang dipimpin dan golongan yang memimpin.”
Manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh seorang manajer dengan

mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dengan berdasar pada

pemanfaatan sejumlah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (unsur-

unsur manajemen) dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan, (Haerana,

2016:2-3).

2. Prinsip Manajamen

Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti

dari keberhasilan sebuah manajemen. Menurut Henry Fayol dalam Sukamdi


22

(2012: 31), prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti

bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-

situasi yang berubah prinsip. Prinsip-prinsip umum manajemen menurut Henry

Fayol terdiri atas:

a. Pembagian kerja

b. Wewenang dan tanggung jawab

c. Disiplin

d. Kesatuan perintah

e. Kesatuan pengarahan

f. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu

g. Penggajian pegawai

h. Pemuasatan

i. Hirarki

j. Ketertiban

k. Keadilan dan kejujuran

l. Stabilitas kondisi karyawan

m. Prakarsa

n. Semangat kesatuan

Adapun beberapa prinsip manajemen yang dipaparkan oleh Saefullah

(2012: 19) adalah :

1) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

2) Prinisip Pengelolaan

3) Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan


23

4) Prinsip Kepemimpinan yang Efektif

5) Prinsip Kerja Sama.

3. Fungsi Manajemen

a. Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan

pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang

hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Baharuddin dan Makin

(2010:99), perencanaan adalah akivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran

(objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka

pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-

tugasnya. Dalam Kartono (1994:79) dipaparkan bahwa perencanaan adalah

kegiatan menemukan sasaran ekonomis yang ingin dicapai dan memikirkan sarana

pencapainnya. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa perencanaan adalah

suatu kegiatan atau aktivitas dalam rangka menetapkan tujuan yang ingin dicapai,

apa yang harus dilakukan, dan siapa pelaksana langkah untuk mencapai tujuan

tersebut.

Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning

mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan

alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan

visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan

tindakan untuk masa mendatang.


24

SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Threats yaitu Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman/tantangan (Sallis,

2010:221). Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang andal

dalam usaha mengembangkan lembaga pendidikan, bertumpu pada kekuatan dan

kelemahan yang terdapat dalam internal lembaga, sedangkan peluang dan

tantangan didasarkan pada faktor eksternal lembaga (Baharuddin dan Makin,

2010:40). Dengan mengetahui dan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman di dalam dan sekitar lembaga maka usaha pemilihan strategi kerja

yang efektif akan membuahkan hasil sesuai keinginan.

Adanya kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan suatu kegiatan

ataupun manajemen memiliki manfaat tersendiri. Di antara manfaat perencanaan

sebagaimana dipaparkan dalam Usman (2006:48) adalah sebagai berikut:

1) Standar pelaksanaan dan pengawasan.

2) Pemilihan berbagai alternatif terbaik.

3) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.

4) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.

5) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan.

6) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.

7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

Terkait perencanaan, Saefullah (2013: 22) pembatasan yang terakhir

merumuskan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam

pertanyaan :
25

1) Apa tindakan yang harus dikerjakan ?

2) Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?

3) Dimana tindakan itu harus dikerjakan ?

4) Kapan tindakan itu harus dikerjakan ?

5) Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu ?

6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?

1) Proses perencanaan berisi langkah-langkah:

a) Menentukan tujuan perencanaan;

b) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;

c) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;

d) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan

e) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi

2) Elemen Perencanaan

Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals)

dan rencana (plan). (1) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu,

kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan.

Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria

untuk mengukur suatu pekerjaan. (2) Rencana adalah dokumen yang

digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya

mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting

lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan,

dan frekuensi penggunaannya.


26

Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut: (1) perencanaan

jangka panjang (Long Range Plans), jangka waktu 5 tahun atau lebih; (2)

perencanaan jangka pendek (Short Range Plans), jangka waktu 1 s/d 2

tahun; (3) perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan

menentukan komprehensif yang telah diarahkan; (4) perencanaan

operasional, kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk

mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi

tersebut; (5) perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi

berulang kali (terus-menerus) (Terry, 1993: 60).

b. Pelaksanaan (actuating)

G.R. Terry yang dikutip oleh Baharuddin dan Makin (2010:105)

mendefinisikan actuating sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok suka berusaha guna mencapai sasaran-sasaran, agar sesuai

dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Dari definisi ini dapat

dipahami bahwa dalam kegiatan actuating seorang manajer atau pemimpin

melaksanakan suatu usaha menggiatkan unsur-unsur bawahannya agar mau

bekerja dan berusaha secara sungguh-sungguh guna mencapai tujuan yang

diinginkan.

Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62).

Fungsi penggerakan dalam suatu organisasi adalah usaha atau tindakan

dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan dan membuat bawahan tahu
27

pekerjaannya sehingga dengan sadar menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Evaluasi (Evaluating)
Aktivitas-aktivitas evaluasi selalu menjaga bagian integral dari

pendidikan. Evaluasi penelitian sering digunakan untuk tujuan-tujuan

pertanggungjawaban. Sekarang ini, evaluasi-evaluasi pendidikan digunakan untuk

menentukan distribusi dari sumber-sumber langka dan efektifitas dari program-

program pendidikan alternatif serta untuk membuat dan meluruskan nilai

keputusan dalam banyak aspek pendidikan.

Mengevaluasi artinya menilai kegiatan untuk menemukan indikator yang

menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan

bahan kajian berikutnya. Dirumuskan solusi alternatif yang dapat memperbaiki

kelemahan-kelemahan yang ada dan meningkatkan kualitas keberhasilan pada

masa yang akan datang. Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktivitas

untuk meneliti dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan di dalam proses

keseluruhan organisasi untuk mencapai hasil sesuai rencana atau program yang

telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan mengetahui berbagai

kesalahan atau kekurangan, perbaikan selanjutnya dapat dilakukan dengan mudah,

dan dapat dicari problem solving yang tepat dan akurat, (Saefullah, 2012:40).

Gilbert Sax dalam Arifin (2012:23) mengemukakan : Evaluasi is process

through which a value or judgement or decision is made from variety of

observation and from the background and training of the evaluator. Berdasarkan

itu dijelaskan bahwa evaluasi adalah:


28

1) Sebuah Proses,

2) Tujuan Evaluasi adalah menentukan kualitas,

3) Dalam evaluasi harus ada pertimbangan (judgement),

4) Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan

kriteria tertentu.

Raphl Tyler dalam Tayibnafis (2000:3) memaparkan bahwa evaluasi adalah

proses untuk menentukan sejauh mana suatu tujuan dapat tercapai, sedangkan

menurut Alkin dalam Tayibnafis mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa

yang ada dengan suatu`standar apakah ada selisih. Menurut PP No. 39 Tahun

2006, Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan

(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.

Sementara itu (Sudjiono, 2013:8) memaparkan bahwa evaluasi setidaknya

memiliki tiga macam fungsi pokok : pertama : Mengukur kemajuab, Kedua:

Menunjang penyusunan rencana, ketiga : memperbaiki atau melakukan

penyempurnaan kembali.

B. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan, menurut pemahaman sains konvesional, kontak manusia dengan

alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi

berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of knowledge.

Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara


29

konvesional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal

bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan

kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan, (Suyono&Hariyanto,

2011:9).

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetatp

sebagai hasil dari pengalaman, (Skinner, 2013:98). Pembelajaran merupakan

upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh

dan berkembang secara optimal. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam

diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang

sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa prilaku. Pembelajaran biasanya

menjadi perhatian psikologi pendidikan, (Triwiyanto, 2015:33).

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan

siswa. Proses membelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan

berbagai komponen, (Sanjaya, 2011:196).

2. Metode Pembelajaran

Metode merupakan satu kata yang murujuk pada cara yang akan

digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Dan jika dikaitkan

dengan proses pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan proses

belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses

pembelajaran, selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta


30

didik juga akan semakin mudah mencerna materi yang diberikan. Untuk itulah

ketika memilih sebuah metode pendidik harus memperhatikan karakteristik

peserta didik. Pendidik dapat menggunakan metode yang berbeda untuk tiap

kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.

a. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang umum digunakan dalam

proses pembelajaran. Metode yang paling umum digunakan adalah metode

ceramah. Namun terkadang metode ini menjadi cukup membosankan apabila

tidak disertai oleh kemampuan manajemen kelas yang kurang. metode ceramah

biasanya dibarengi dengan metode tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.

Metode pembelajaran selanjutnya adalah metode diskusi. Metode ini

dilakukan dengan menyajikan sebuah materi untuk kemudian dianalisis secara

terbuka hingga ditemukan sebuah penyelesaian masalahnya. Metode ini akan

lebih efektif jika melibatkan seluruh peserta didik. Selain itu pendidik juga dapat

mengkolaborasikan metode ini dengan metode pemberian tugas baik secara

individu ataupun kelompok yang selanjutnya dipresentasikan dan didiskusikan

secara terbuka di kelas.

Selanjutnya ada metode eksperimen, yang merupakan sebuah metode yang

akan memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan uji coba terhadap

sebuah materi yang telah dipelajarinya. Melalui metode ini peserta didik diberi

kesempatan untuk mengamati, menganalisis dan membuktikan sendiri teori yang

telah dipelajarinya.
31

Metode pembelajaran yang kelima adalah metode demonstrasi, metode ini

juga sangat umum dilakukan dalam proses pembelajaran. Dilakukan dengan

memperagakan atau menunjukkan proses ataupun cara kerja dari materi yang

sedang dipelajari untuk selanjutnya ditirukan oleh peserta didik. Dan terakhir

adalah metode tutorial. Dalam proses pembelajaran metode ini dapat sesekali

dilakukan baik secara kelompok ataupun individu. Namun sebelumnya pendidik

harus menjelaskan mengenai materi secara umum, untuk selanjutnya dikerjakan

oleh peserta didik dengan bimbingan guru, (http://artikel-az.com/pengertian-

metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2016: 21;16).

C. Kitab Kuning dan Pondok Pesantren


1. Pengertian Kitab Kuning

Di kalangan pondok pesantren sendiri disamping istilah kitab kuning

beredar juga istilah “kitab Klasik” (al-kutub al-qadimah), untuk menyebut jenis

kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakl), kitab

kuning juga kerap disebut oleh kalangan pondok pesantren sebagai “kitab

gundul.” Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya

sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan “kitab kuno.”

Dalam tradisi intelektual Islam untuk penyebutan istilah kitab karya ilmiah

para ulama itu dibedakan berdasarkan kurun waktu atau format penulisannya.

Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al-kutub al-qadimah), sedangkan

kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al-kutub al-‘ashriyyah). Apa yang

disebut dengan kitab kuning adalah pada dasarnya mengacu kepada kategori

pertama yakni kitab klasik (al-kutub al-qadimah).


32

Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi yang

diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa pendalaman dan

perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi salah satu bentuk

penyelenggaraan pengajaran pondok pesantren yang diselenggarakan berdasarkan

sistem (kurikulum) kitabi. Berdasarkan pada jenjang ringan beratnya muatan

kitab. Tidak berdasarkan tema-tema (maudhlu’i) yang memungkinkan tidak

terjadinya pengulangan namun secara komprehensif diajarkan pemateri pada para

santri. Meski diajarkan dengan sistem kitabi tetap terjaga sistematika kitab,

berdasarkan pada fan-nya (Departemen Agama, 2003:50-51).

Kurikulum pesantren “salaf” yang statusnya sebagai lembaga pendidikan

non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, Tafsir,

Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawwuf, Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah dan

Tajwid), Mantiq dan Akhlak. Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini

berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam

kitab, sehingga dikenal tingkat awal (ula), menengah (wustha) dan tingkat

lanjutan (ulya). Gambaran naskah agama yang harus dibaca dan dipelajari oleh

santri, menurut Zamakhsyari Dhofier mencakup kelompok “Nahwu dan Sharaf,

Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawwuf, cabang-cabang yang lain seperti

Tarikh dan Balaghah.

2. Jenis-Jenis Kitab Kuning

Jenis dan kitab yang diajarkan berdasarkan tingkatnya antara lain sebagai berikut:

a. Tingkat Dasar
1) Al-Qur’an
33

2) Tauhid : Al-Jawahr al-Kalamiyah


Ummu al-Barohim
3) Fiqih : Safinah al-Sholah
Safinah al-Naja’
Sullama atTaufiq
Sullama al-Munajat
4) Akhlak : Al-Washaya al-Wadlih
Al-Akhlaq li al-Banin/Banat
5) Nahwu : Nahw al-Wadlih
Al-Ajrumiah
6) Sharaf : Al-Amtsilah al-Thasrifiyyah
Matn al-Bina wa al-Asas
b. Tingkat Menengah Pertama
1) Tajwid : Tuhfah Al-Athfal
Hidayah al-Mustahfid
Mursyid al-Wildan
Syifa’ al-Rahman
2) Fiqih : Fath al-Qarib (Tarqib)
Minhaj al-Qawim
3) Tauhid : Aqidah al-‘Awwam
al-Din al-Islami
4) Akhlaq : Ta’lim al-Muta’allim
5) Nahwu : Mutamimmah
Nazham ‘Imrithi
Al-Makudi
Al-Asymawi
6) Sharaf : Nazham Maksud
Al-Kaylani
7) Tarikh : Nur al-Yaqin
c. Tingkat Menengah Atas
1) Tafsir : Tafsir al-Quran al-Jalalain
34

Al-Maraghi
2) Ilmu Tafsir : Al-Tibyan fi’Ulum Al-Quran
Mabahits al-Hadits
Manahil al-Irfan
3) Hadits : Al-Arbain al-Nawawi
Mukhtar al-Hasits
Bulugh al-Maram
Jawahir al-Bukhari
Al-jami’ al-Shaghir
4) Mushthalah
Al-Hadist : Minhah al-Mughits
Al-Baiquniyyah
5) Tauhid : Tuhfah al-Murid
Al-Husna al-Hamidiyah
Al-Aqidah al-Islamiyah
Kifayah al-‘Awwam
6) Fiqh : Kifayah al-Akhyar
Fath al-Mu’in
Al-Bajuri
Minhaj al-Thullab
Minhaj al-Tholibin
Kasyifah al-Saja’
7) Ushul Fiqih : Al-Waraqat
Al-Sulam
Al-Bayam
Al-Luma’
8) Nahwu dan
Sharaf : Alfiyah ibn Malik
Qawa’id al-Lughah al-Arabiyyah
Syarh Ibn’Aqil
Al-Syabrawi
35

Al-I’laal
I’laal al-Sharf
9) Akhlaq : Minhaj al-Abidin
Irsyad al’Ibad
10) Tarikh : Ismam al-Wafaq
11) Balaghah : Al-Jauhar al-Maknun
d. Tingkat Tinggi
1) Tauhid : Fath al-ajid
2) Tafsir : Tafsir Al-Quran al-Azhim (Ibnu Katsir)
Fi Dzilal Al-Quran
3) Ilmu Tafsir : Al-Itqon fi’Ulum Al-Qur’an
Itmam al-Dirayah
4) Hadits : Riyadl al-Sholihin
Al-Lu’lu’ wa al-Marjan
Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Tajried al-Sharih
5) Musthalah
al-Hadits : Alfiyah al-Suyuthi
6) Fiqih : Fath al-Wahhab
Al-Iqna’
Al-Muhadzdzab
Al-Mahalli
Al-Fiqh’ ala al-Madzahid al-Arba’ah
Bidayah al-Mujtahid
7) Ushul al-Fiqih : Latha’if al-Syarah
Ushul al-Fiqh
Jam’ al-Jawami’
Al-Asybah wa al-Nadza’ir
Al-nawahib al-Saniyah
8) Bahasa Arab : Jami’ al-Durus al-Arabiyyah
36

9) Balaghah : Uqud al-Juman


Al-Balaghah al-Wadhihah
10) Mantiq : Sullam al-Munauraq
11) Akhlaq : Ihya ‘Ullum al-Din
Risalah al-Mu’awanah
Bidayah al-Hidayah
12) Tarikh : Tarikh Tasyri’

Kitab kitab tersebut di atas pada umumnya dipergunakan dalam pengajian

kitab standar pondok-pondok pesantren. Namun masih sangat banyak lagi kitab-

kitab yang dapat dipergunakan untuk pendalaman dan meperluas pengetahuan

ajaran Islam, (Departemen Agama, 2003:21).

3. Sejarah Pondok Pesantren


Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana

didalamnya terjadi interaksi antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri

sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman

asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks ini lebih dikenal

dengan sebutan kitab kuning, (Departemen Agama, 2003:3). Pesantren merupakan

aset nasional dan memiliki peran besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa.Dilihat dari sejarah perkembangannya, pondok pesantren tetap eksis dan

konsisten menjalankan fungsinya sebagai pusat pengajaran ilmu agama Islam

yang melahirkan kader ulama, ustadz, mubaligh yang kehadirannya amat sangat

dibutuhkan masyarakat.

Pesantren menurut struktur bahasa Indonesia, kata pesantren menunjukan

tempat, yakni tempat untuk mengajar dan mendidik para santri yang hendak

mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Menurut Nurcholis Madjid,


37

secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga

makna keaslian Indonesia, sebab cikal bakal lembaga yang dikenal sebagai

pesantren dewasa ini sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam

Tingal meneruskan, melestarikan dan mengislamkan, (Islami, 1997:105).

Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua setelah rumah tangga,

sekalipun demikian perhatian para peneliti terhadap peneliti pesantren belumlah

begitu lama dimulai. Hasil-hasil penelitiannya itu sudah diedarkan berupa

makalah, majalah dan buku. Namun rahasia pesantren belum diungkapkan oleh

para peneliti. Sebagian dari yang belum diungkapkan itu adalah bagian-bagian

yang memang amat sulit di ungkapkan, (Tafsir, 2010:191).

Kehadiran pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam sudah

cukup lama, boleh dikatakan hampir bersamaan tuanya dengan Islam di Indonesia.

Esensi pesantren telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, (Daulay,

2009:123).

4. Tipologi Pondok Pesantren


Pondok pesantren sesuai dengan zaman pasti mengalami perubahan-

perubahan dari bentuknya maupun dari substansi pesantren tersebut, karena

seiring dengan laju perkembangan masyarakat, dampak perkembangan IPTEK

yang mempengaruhi, maka pendidikan pesantren baik tempat mengalami

perubahan. Tetapi pesantren tidak kehilangan ciri khasnya dan nilai-nilai dari

kepesantrenan itu sendiri, tetapi pesantren itu dapat berubah dan bermetamorfosis

menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang komplek dan tidak sesederhana

dahulu ketika pertama berdirinya.


38

Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang di

masyarakat (Ghazali, 2003:32) :

a. Pondok pesantren tradisional

Ini merupakan pondok pesantren yang tetap menjaga kekhasan nya

yaitu semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang di tulis oleh

ulama sekitar abad ke 15. System pembelajaran berupa halaqah yang

di laksanakan di mesjid atau surau, tidak ada sebuah kurikulum yang

jelas dan terstrukttur semua hanya tergatung pada kyainya. Santri nya

menetap di asrama (kobong), adapula santri yang tidak menetap

(santri kalong).

b. Pondok pesantren modern

Pondok pesantran ini merupakan pengembangan dari tipe pesantren

sebelumnya yang mana sudah mengadopsi seluruh system klasikal dan

mulai meninggalkan sistem tradisional. Perbedaan mulai nampak dari

penggunaan kurikulum dan penggunaan kelas-kelas sebagai tempat

belajar, kyai sebagai coordinator pembelajaran dan beliau pula yang

turun langsung mengajar di lapangan.

c. Pondok pesantren komprehensif

Pondok pesantren ini disebut koprehensif karena sudah

mengintegrasikan antara yang tradisional dengan modern. Disana

tetap dikembang pembelajaran kitab kuning dan keilmuan tradisional

lainnya namun seraca regular system persekolahan pun terus

dikembangkan. Yang membedakan antara tipe 1 dan 2 adalah pada


39

tipe pesantren ini adalah adanya pengaplikasian pembelajaran

keterampilan.

Menurut Mas’ud dkk (2002:149-150), ada beberapa tipologi atau model

pondok pesantren yaitu :

1) Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai

tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para

santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya

bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab

(kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.

Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti

pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah

Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.

2) Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam

pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut

kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah

secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan

pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.

3) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik

berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam

naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah

DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai

Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas


40

keagamaan melainkan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu

Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.

4) Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya

belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya.

Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam

sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan

pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.

Sementara itu Nur Shodiq (2011:21) memaparkan terkait tipologi pondok

pesantren, antara lain :

Pondok pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan. Apapun bentuk dan

tipenya, sebuah institusi dapat disebut sebagai Pondok Pesantren apabila memiliki

sekurang-kurangnya tiga unsur pokok, yaitu: (1) Pondok pesantren dilihat dari

ilmu yang diajarkan. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan pesantren

yang begitu pesat maka pesantren diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: (1)

pesantren tradisional (salafiyah), (2) pesantren modern (kalafiyah), dan (3)

pesantren komprehensif sebagaimana berikut ini:

1) Pesantren tradisional (Salafiyah)

Pesantren tradisional (salafiyah) yaitu pesantren yang masih tetap

mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan

kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15 M dengan menggunakan

bahasa Arab. Pola pengajaranya dengan menggunakan system

“halaqah", artinya diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk


41

mempertanyakan kemungkinan benar salahnya yang diajarkan oleh

kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab.

2) Pesantren Modern (Khalafiyah)

Pesantren Modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang

berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah

kedalam pondok pesantren. Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi

menonjol, bahkan ada yang hanya sekedar pelengkap, tetapi berubah

menjadi mata pelajaran atau bidang studi. Perkembangan ini sangat

menarik untuk diamati sebab hal ini akan mempengatuhi keseluruhan

sistem tradisi pesantren, baik sistem kemasyarakatan, agama, dan

pandangan hidup.

3) Pondok Pesantren Komprehensif

Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang

menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang

tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan

pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan,

bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan

terus dikembangkan. Lebih jauh daripada itu pendidikan

masyarakatpun menjadi garapannya, kebesaran pesantren dengan akan

terwujud bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengelola

pesantren dan jangkauan programnya di masyarakat.


42

5. Unsur-Unsur Pesantren

Zamarkhsyari Dhofier (2011:78-93), beranggapan bahwa untuk dapat

memahami keaslian suatu pondok pesantren, setidaknya terdapat lima unsur yang

harus ada yaitu: 1) Pondok sebagai asrama santri, 2) masjid sebagai sentral

peribadahan dan pendidikan agama Islam, 3) pengajaran Islam klasik, 4) santri

sebagai peserta didik, 5) kyai sebagai pemimpin dan pengajar di pondok

pesantren.

Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang unsur-unsur pesantren tersebut

akan dibahas sebagai berikut :

a. Kyai

Menurut Zamakhsyari Dhofier (2011:93), Kyai merupakan elemen

paling esensial dari suatu pesantren. Pesantren pada dasarnya adalah

sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal

bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan

sebutan kyai. Kyai adalah pengasuh yang menjaga nilai agama, (Mastuhu,

1994:12).

Kyai merupakan figure setiap pesantren central figure kyai bukan

saja karena keilmuannya, melainkan juga karena kiailah yang menjadi

pendiri, pemilik dan pewakap pesantren itu sendiri. maju mundurnya satu

pesantren ditentukan oleh wibawa dan karisma sang kyai. Kyai merupakan

tokoh sentral dalam kehidupan pesantren yang memiliki otoritas dan

wewenang yang mampu menentukan segala aspek dalam proses

pendidikannya. Sebagai tokoh sentral dalam dunia pesantren seorang Kyai


43

diumpamakan sebagai (jantung) yang harus berdetak setiap saat. Oleh

karena itu kedudukannya sangat besar sekali terhadap maju mundurnya

sebuah lembaga pondok pesantren dan sering kali ia mempunyai

kekuasaan mutlak dalam arti berjalan atau tidaknya roda kegiatan pondok

pesantren itu tergantung izin, kebijakan dan restu Kyai, (Suharto,

2011:82).

Dalam hal ini yang dimaksud Kyai yaitu, merupakan pengasuh

pondok pesantren, pembimbing para santri dan tokoh agama/masyarakat

yang berada di tengah-tengah masyarakat sekitarnya. Pernyataan ini,

bukan semata-semata karena kedalaman ilmu keagamaan yang

dimilikinya, melainkan karena kesabarannya dalam membina santri dan

peranannya sebagai pemimpin nonformal bagi masyarakat lingkungannya

yaitu sebagai tempat bertanya segala macam masalah, meminta fatwa dan

pertimbangan.

Peran yang ditampilkan kyai khususnya kepada santri di

pesantrennya, mampu memengaruhi sikap dan sifat santri tidak hanya pada

para santri berada dilingkungan pondok pesantren. Pengaruh kyai masih

melekat di hati santri, walaupun mereka telah menjadi alumni. Jangkauan

pengaruh yang panjang dan luas itu, dapat diperhatikan dari usaha para

alumni pondok pesantren dalam membangun masyarakat secara

keseluruhan. Yang lebih penting dari itu adalah, kyai dalam melaksanakan

peran dan fungsinya penuh keikhlasan.Inilah orientasi dan prestasi kyai di

pondok pesantren yaitu kyai mengajarkan dasar-dasar Al-qur’an dan Kitab


44

Kuning kepada santri atau masyarakat semata-mata karena lillahi ta’ala

tanpa maksud-maksud tertentu.

b. Santri

Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, menurut

pengertian yang muncul dikalangan pesantren seseorang bisa disebut Kyai

apabila memiliki pesantren dari santri yang tinggal dipondok pesantren

tersebut untuk mempelajari ilmu agama.

Pengguaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang

menuntut ilmu pengetahuan agama di pondok pesantren. Para santri

tinggal di dalam pondok dan mereka disana dituntut untuk hidup mandiri

terutama dalam hal memasak dan mencuci, mereka belajar tanpa terikat

waktu, ibadah merupakan suatu keutamaan.

Ahmad Muthohar (2007:35), berpendapat bahwa santri ini dapat

digolongkan kepada dua kelompok, yaitu:

a) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang

jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka dia

mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki

kewajiban-kewajiban tertentu.

b) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar yang

memungkinkan mereka pulang ketempat kediaman masing-masing.

Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara

rumahnya dengan pesantren.


45

Sementara itu Abdul Halim Soebahar (2013:38) mengatakan santri

adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pesantren. Santri

juga bisa disebut murid, mereka adalah generasi yang membutuhkan

sesuatu, berkehendak dan berkeinginan terhadap penguasaan ilmu

pengetahuan.

Santri adalah seseorang yang belajar ilmu-ilmu agama secara

mendalam disebuah pondok pesantren dengan kitab kuning sebagai

sumber kajian dan mereka juga hidup dalam kesederhanaan dan

kemandirian dengan senantiasa memegang teguh nilai-nilai agama dalam

pergaulan sehari-hari.

c. Masjid

Secara harfiah masjid adalah tempat untuk bersujud. Namun dalam

arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan

aktivitas ibadah dalam arti yang luas. Masjid juga merupakan komponen

yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren (Abdul Halim Soebahar

2013:40).

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan

pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik

para santri, terutama praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan

sembahyang jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (Zamakhsyari

Dofier, 2011:84). Di lingkungan pesantren, masjid memang bukan satu-

satunya bangunan, karena disekitarnya masih ada atau banyak lagi

bangunan yang lain, seperti rumah kyai, asrama santri putra/putri,


46

madrasah. Tetapi bagaimanapun juga masjid merupakan tempat serba guna

yang disetiap waktu dikunjungi warga pesantren, malah terkadang juga

masyarakat di sekitar.

Para santri memfungsikan masjid sebagai tempat menghapal dan

mengulang pelajaran, bahkan juga sebagai tempat tidur santri pada malam

hari, pada waktu-waktu tertentu biasanya sebelum dan sesudah shalat

wajib, para santri menghapal pelajaran mereka di masjid.

Masjid merupakan komponen pondok pesantren yang memiliki

kedudukan strategis dalam kegiatan belajar mengajar di pesantren. Masjid

sebagai tempat ibadah untuk orang Islam, sebagai tempat belajar dan

menghapal santri di malam hari.

d. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya merupakan tempat atau asrama

bagi para santri dalam lembaga sitem pendidikan tradisional itu. Para

santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kyai. Biasanya

asrama para santri itu miliknya para kyai. Asrama atau tempat belajar

santri yang sering disebut dengan pondok itu merupakan ciri khas tradisi

pesantren, Azyumardi Azra (2000:98) menjelaskan bahwa ada tiga alasan

utama pesantren harus mempunyai pondok (asrama) itu:

a) Kemasyhuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang

Islam menarik santri-santri jauh. Agar para santri dapat mempelajari

ilmu dari sang kyai dengan teratur, lancar dan baik, ia harus tinggal di
47

kediaman kyai. Dalam hal ini berarti harus ada asrama atau tempat

tinggal untuk santri. Itulah yang dinamakan dengan pondok.

b) Hampir semua pesantren berada di desa dimana tidak tersedia

perumahan yang cukup untuk dapat menampung santri. Maka dalam hal

ini dibutuhkan pondok sebagai asrama khusus para santri tersebut.

c) Ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri

menganggap kyai-Nya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, begitu

pula sebaliknya para kyai juga menganggap para santri merupakan

titipan Tuhan yang harus dilindungi.

6. Metode dan Model Pembelajaran Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan Islam tertua,

tentunya memiliki ciri dan khas nya yang menjadikan institusi ini langgeng

sampai dengan sekarang. Salah satu yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran

pesantren adalah beraneka macamnya metode dan model yang digunakan, salah

satunya metode yang digunakan di pondok pesantren adalah metode sorogan.

Metode sorogan tersebut merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang

lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah

bimbingan kyai. Disamping sorogan, masih ada metode dan model lain yang

menjadi ciri khas dalam pembelajaran pesantren yaitu :

“Metode Bandongan, disebut dengan wetonan, pada metode ini dilaklukan


oleh seorang kyai terhadap sekelompok peserta didik atau santri untuk
mendengarkan dan menyimak apa yang dibacakan dari sebuah kitab. Metode
Musyawarah/Bashul Masaail, merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip
dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri tertentu membentuk halaqah
yang di pimpin langsung oleh Kyai dan santri senior, untuk mengkaji sebuah
permasalah. Metode Pengajian Pasaran, adalah kegiatan belajar para santri
48

melalui pengkajian materi kepada seorang ustadz yang dilakukan oleh


sekelompok santri selama tenggang waktu tertentu.

Metode Muhafadzah, adalah kegiatan pembelajaran santri dengan cara


menghafal suatu teks di bawah bimbingan dan pengawasan ustadaz. Metode
demonstrasi, adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memeragakan
suatu keterampilan dalam hal ibadah, di bawah petunjuk dan bimbingan ustadz.
Metode Rihlah Ilmiah, adalah kegiatan pembelajaran yang di selenggarakan
melalui kegiatan kunjungan menuju suatu tempat tertentu dengan tujuan mencari
ilmu.
Metode Muhadatsah, adalah latihan bercakap dengan bahasa arab yang
diwajibkan oleh pondok pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di
pondok pesantren. Metode Mudzakarah, pertemuan ilmiah yang membahas
masalah diniyah, ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. Metode
Riyadhah, merupakan salah satu metode pembelajaran di pondok pesantren yang
menekankan pada olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan
berbagai cara berdasarkan petunjuk Kyai, (Depag, 2003:74-113).
Pesantren begitu lekat dengan berbagai macam tradisi yang menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari pesantren itu sendiri, adapun tradisi pesantren itu

sendiri menurut Nata (2012:310-319), antara lain yaitu: 1) Tradisi rihlah ilmiah, 2)

Tradisi menulis buku, 3) Tradisi meneliti, 4) Tradisi membaca kitab kuning, 5)

Tradisi berbahasa arab, 6) Tradisi mengamalkan Thariqat, 7) Tradisi menghafal,

8) Tradisi berpolitik, 9) Tradisi lainnya.

D. Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning


Davis (dalam Haerana, 2016:23) “menetapkan manajemen pembelajaran
dalam empat fungsi, yaitu planning, organizing, leading dan controlling. Peran
guru dalam melaksanakan fungsi manajemen pembelajaran itu sangatlah
mendasar, sehingga guru dalam proses pembelajaran adalah seorang manajer
karena guru bertugas mempersiapkan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
melakukan penilaian pembelajaran. Keefektifan manajemen pembelajran dapat
dicapai apabila fungsi manajemen dalam pembelajaran yang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan diimplementasikan
dengan baik dan benar dalam program pembelajaran.”
49

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah suatu cara pemilihan dan penentuan langkah-langkah

atau cara-cara yang dapat dilakukan dengan didasarkan pada kemampuan

intelektual yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu rancangan kerja di masa

depan untuk mewujudkan pencapaian tujuan yang diinginkan. Perencanaan

merupakan tahap awal dari semua kegiatan untuk itu penyusunannya harus

mempertimbangkan berbagai aspek, sebab kualitas hasil atau pencapaian tujuan

sangat bergantung pada kematangan perencanaan. Perencanaan proses

pembelajaran terkait dengan penentuan langkah awal kegiatan sebelum

pelaksanaan pembelajaran dilakukan, (Haerana, 2016:35-38).

Sedangkan menurut Sagala dalam Haerana (2016:38) mengemukakan,


“perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi: (1) menetapkan apa yang
mau dilakukakn oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam
implementasi pembelajaran, (2) membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional
khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui proses penentuan target pembelajaran, (3) mengembangkan alternatif-
alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran, (4) mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran
dan (5) mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Jika prinsip-prinsip ini terpenuhi, secara teoritik perencanaan
pembelajaran itu akan memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai skenario
yang disusun.”
2. Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Mulyasa dikutip Haerana (2016:45), pada umumnya pelaksanaan

pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan

kompetensi dan penutup.


50

Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,

pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran;

2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai;

4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

b. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi

proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.


51

1) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,

studio, atau lapangan.

2) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam

melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun

tertulis;

c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;


52

d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,

serta produk yang dihasilkan;

i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan

kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:


53

e) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar

menggunakan bahasa yang baku dan benar

f) Membantu menyelesaikan masalah;

g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil

eksplorasi;

h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/kesimpulan pelajaran;

2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan

tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil

belajar peserta didik;

5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-

pelaksanaan-proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41).


54

3. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian (KBBI,

1996 : 272). Sedangkan Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) adalah

kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil keputusan. Nurgiyantoro (1988 : 55) menyebutkan bahwa

evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut

menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama

konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering

didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dengan demikian,

evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui

keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan

dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk

mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan,

mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Gilbert Sax dalam Arifin (2012:23) mengemukakan : Evaluasi is process

through which a value or judgement or decision is made from variety of

observation and from the background and training of the evaluator. Berdasarkan

itu dijelaskan bahwa evaluasi adalah 1. Sebuah Proses, 2. Tujuan Evaluasi adalah

menentukan kualitas, 3. Dalam evaluasi harus ada pertimbangan (judgement), 4.


55

Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan criteria

tertentu.

Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-bahan

keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau

taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah meraka mengikuti

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Serta menghimpun informasi

yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, taraf

pencapaian kegiatan belajar peserta didik.

Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :

a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program

pendidikan.

b. Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan

ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara

perbaikannya.

c. Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar peserta didik.

d. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.

e. Mengetahui hasil belajar siswa

f. Mengadakan seleksi.

g. Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa

h. Memberikan bantuan pemilihan jurusan

i. Memberikan motivasi belajar

j. Mengetahui efektifitas guru


56

k. Mengetahui efisiensi mengajar guru

l. Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat,

(Sudjono, 2013 : 20).

1) Jenis evaluasi berdasarkan tujuannya

a) Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah

kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

b) Evaluasi Selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih

siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan

tertentu.

c) Evaluasi Penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk

menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai

dengan karakteristik siswa.

d) Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.

e) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk

menentukan hasil dan kemajuan siswa.

Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif secara luas telah diterima.
57

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi Formatif (al-imtihan al-yaumiy) yang dimaksud evaluasi

formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada

saat berlangasungnya sebuah proses (Sudijono, 2013:23). Evaluasi

formatif adalah dipakai untuk untuk perbaikan dan pengembangan

kegiatan yang sedang berjalan (program, produk, dsb.)

Menurut Baker (1978) ada dua factor yang mempengaruhi kegunaan

evaluasi formatif, yaitu control dan waktu, bila saran perbaikan akan

dijalankan, maka evaluasi formatif perlu di lakukan sebagai konttrol.

Informasi yang diberikan terlambat kepada administrator akan sia-sia

Dalam evaluasi formatif, para peneliti mengumpulkan data untuk

memperbaiki kurikulum dalam tingkat perkembangan. Pertanyaan yang

khas adalah: bagianmana dari program yang sedang bekerja? Dan apa

yang dibutuhkan untuk merubah dan bagaimana? Hasil evaluasi mungkin

mengantarkan dalam sebuah keputusan untuk merevisi kurikulum.

2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif (Imtihan al-nisf al-samawiy), adalah evaluasi yang

dilaksanakan setelah sekumpulan program selesai dilaksanakan (berakhir),

adapun tujuan dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai

yang melambangkan keberhasilan, setelah mereka menempuh program

dalam jangka waktu tertentu (Sudijono, 2013:23). Fungsi sumatif dipakai

untuk mempertanggung jawabkan, keterangan, seleksi atau lanjutan.

Evaluasi Sumatif dapat dilakukan sekali pada program yang secara

penuh dikembangkan yaitu, ketika hal itu berfungsi baik atau apakah
58

program berpengaruh terhadap sedikit kerusakan disisi. Evaluasi sumatif

menentukan efektivitas dari program,Khususnya dalam dibandingkan

dengan program-program saingan lainnya.

Evaluasi sumatif dapat membantu para pendidik yang memperoleh

atau mengadopsi keputusan mengenai program-program baru, produk-

produk. Dalam evaluasi formatif, audiens adalah program personil,

sedangkan dalam evaluasi sumatif, audien adalah pengguna-pengguna

potensial.

Tayibnafis (2000:4) evaluasi hendaknya membantu pengembangan

implementasi, kebutuhan program, perbaikan program, pertanggung

jawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari

mereka yang terlibat.

Secara garis besar Evaluasi dalam pendidikan terbagi menjadi

beberapa point, sebagai mana yang dipaparkan oleh Sudijono (2013: 24)

a. Evaluasi Pendidikan berdasarkan fungsinya :

1) Evaluasi pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologis

2) Evaluasi pendidikan dalam rangka kebutuhan didaktis

3) Evaluasi pendidikan dalam rangka kebutuhan administrative

b. Klasifikasi pendidikan yang didasarkan pada penggunaan informasi yang

bersumber dari kegiatan evaluasi tersebut bagi kepentingan pengambilan

keputusan :
59

1) Berdasarkan banyaknya orang yang terlibat dalam pengambilan

keputusan

a) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan yang

bersifat individual

b) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan yang

bersifat institusional

2) Berdasarkan macamnya keputusan pendidikan :

a) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka

pengambilan keputusan yang bersifat didaktis

b) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka

pengambilan keputusan yang bersifat bimbingan

c) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka

pengambilan keputusan yang bersifat administrative

d) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka

pengambilan keputusan dalam rangka riset

3) Model-Model Yang Dipilih Untuk Evaluasi


Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007:29), metode

evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu :

a) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek

penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi

sesudahnya.

b) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji

suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada

(actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned).


60

c) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek

penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk

mengetahui kondisi yang diteliti.

d) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu

obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan

pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

e) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian

yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

Menurut Scriven (1999:42) ada dua model evaluasi yaitu:


1. Goal Free Evaluation

Dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu

memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu

diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya

(kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-

penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal

yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak

diharapkan).

2. Evaluasi formatif-sumatif

Evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan

ketika suatu program tertentu sedang dikembangkan. Evaluasi formatif

dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat

untuk memperbaiki suatu program.


61

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Sebagai langkah sistematis untuk membahas tentang “Manajemen

Pembelajaran Kitab Kuning” di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, peneliti

akan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penulis menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode Studi Kasus. Studi kasus kualitatif dilakukan dalam

konteks natural atau kewajaran, apa adanya. Jadi, perlakuan tidak diperbolehkan.

Tidak ada pengukuran numerical yang menggunkan angka. Tetapi dilakukan

pemaknaan atas apa yang ditemukan. Data lebih merupakan deskripsi yang

bersifat verbal. Diusahakan untuk menggali emik atau sudut pandang partisipan

yang diteliti, (Putra, 2012:173).

Studi kasus berfokus pada proses dan pengalaman yang spesifik, relasi antar

manusia dan perhatian pada kejadian-kejadian yang khusus. Penggunaan jenis

dan pendekatan tersebut sesuai dengan kejadian permasalahan penelitian yang

bersifat kualitatif. Jadi pada hakikatnya penelitian kualitatif bekerja dan berproses

sebagaimana layaknya studi kasus dengan penelitian kualitatif lainnya, adalah

kawasan dan ruang lingkup fokus penelitiannya. Studi kasus cenderung lebih

sempit dan dalam.

Studi kasus kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang

memiliki karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana disampaikan oleh

Moleong (2010: 107); (1) mempunyai latar belakang alamiah atau natural setting;

(2) manusia sebagai alat atau instrument penelitian dapat lebih adaptable; (3)
62

menggunakn metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dasar

(grounded theory) melalui analisis secara induktif; (6) laporan bersifat deskriptif;

(7) lebih mementingkan proses dari pada hasil; (8) adanya “batas” yang

ditentukan oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data;

(10) disain penelitian bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama antara peneliti dengan responden dan nara sumber.

B. Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu

data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau arti orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati ( Moleong, 2010:4), yang berkaitan dengan latar alamiah dan

Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa. Secara relative ada pula data kuantitatif terkait data subyek penelitian dan

sarana sebagai data pelengkap.

1. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting

dalam penelitian lapangan, dalam penelitian ini penulis menentukan

tempat penelitian di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, Ds.

Panenjoan RT 02/05, Kec. Cicalengka, Kab. Bandung, dengan alasan

sebagai berikut : Pertama, pesantren tersebut sudah lama berdiri sehingga

banyak data yang akan diperoleh. Kedua, pesantren ini merupakan

pesantren salafiyah dari sekian banyak pesantren salafi di wilayah

cicalengka, yang masih tetap menjaga tradisi-tradisi nya. Ketiga, adanya

hal menarik yang akan diteliti terkait dengan manajemen pembelajaran


63

kitab kuning di pesantren tersebut dan dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pendidikan Islam, serta adanya izin dari pihak

pimpinan pondok pesantren kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Key Informan

Disamping lokasi penelitian, sumber data ini juga mencakup key

informan yang diharapkan dapat memberikan keterangan tentang situasi

dan kondisi pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa secara akurat dengan

mewawancarai Pimpinan Pesantren KH. Ujang Hidayat sebagai key

informan, ustadz/ustadzah, santri, alumni, dan masyarakat dilingkungan

pondok pesantren, atau bisa disebut sebagai snow boll process. Santri

putra dan santri putri, Ustadz dan Ustadzah, alumni-alumni serta

masyarakat sekitar pesantren serta dokumen-dokumen pesantren yang bisa

memberikan informasi serta gambaran tentang kajian dari penelitian.

3. Sumber data pelengkap

Sumber data tambahan lainnya, penulis mencoba melakukan

pencarian dokumen, buku-buku, arsip dan sebagainya yang berkaitan

dengan pembahasan.

C. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi Partisipasi (Pengamatan berperan). Teknik yang

digunakan adalah teknik observasi partisipasi, dengan cara berperan

serta atau pengamatan dan mendengarkan langsung terhadap objek yang


64

diteliti, yang bertujuan untuk memperoleh informasi data yang objektif

tentang Pondok Pesantren Asy Syifa.

b. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara jelas keadaan yang

sebenarnya yaitu dengan cara mengadakan wawancara dengan berbagai

sumber yang dapat memberikan informasi tentang gambaran umum

atau data mengenai kondisi objektif pondok pesantren Asy Syifa.

c. Teknik menganalisis dokumen atau melalui teknik ini penulis

mempelajari dan mengumpulkan data yang dijadikan bahan penelitian

di lapangan dan sebagai bahan tambahan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Catatan Lapangan Penelitian

Catatan lapangan adalah catatan yang berisi coretan, kata-kata

kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan maupun pengamatan,

mungkin gambar, sketsa, dll. Catatan lapangan berguna berguna sebagai

alat perantara dengan apa yang dilihat, diraba, dicium dengan catatan

sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan.

b. Kamera

Kamera digunakan dalam penelitian sebagai unsur penunjang

penelitian, kamera digunakan sebagai alat dokumentasi visual dan

penangkap moment-moment penting yang menunjang selama penelitian

dan berguna dalam penelitian, bisa dengan kamera Handphone maupun

kamera digital.
65

c. Alat Perekam

Alat perekam digunakan dalam penelitian sebagai pemyimpan data

audio selama penelitian, data audio bisa berupa percakapan-percakapan

penting dengan obyek penelitian dan sumber-sumber lainnya yang

mendukung selama penelitian.

D. Analisis Data

1. Unitisasi

Unitisasi adalah pemerosesan satuan. Setelah mengadakan wawancara dan

pengamatan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa peneliti memahami apa

yang menjadi masalah pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, tentang

manajemen pembelajaran kitab kuning. Setelah itu membaca dan mempelajari

secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Satuan-satuan data tersebut

yang merupakan potongan-potongan informasi itu diidentifikasi, lalu peneliti

menggunakan penandaan berupa bentuk angka, misalnya data hasil wawancara W,

data hasil pengamaan P, dan hasil studi dokumentasi SD.

2. Kategorisasi

Kategorisasi data, yaitu proses pengelompokan data yang telah terkumpul

dalam kategorisasi ini. Ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu diantaranya:

a. Mereduksi data, maksudnya memilih data yang sudah dimasukan

kedalam satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak

sama maka akan disusun kembali untuk membuat kategori baru.

b. Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap

satuan yang mewakili entri pertama dari kategori.


66

c. Menelaah Kembali seluruh Kategori.

d. Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk ditelaah dan

dianalisis.

3. Penafsiran Data

Penafsiran data, dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran

logis dan empiris berdasarkan data yang terkumpul selama penelitian. Tujuan

yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah deskripsi semata-mata tentang

Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning.

E. Uji Keabsahan Data

Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka data

yang terdapat pada hasil penelitian ini perlu diuji keabsahannya. Untuk itu maka

perlu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang telah terkumpul

dengan kriteria kepastian logika, dapat dipertanggungjawabkan, dengan proses

kerteralihan dan ketergantungan secara relevan sesuai dengan keakuratan data

yang diperoleh, serta menggunakan teknik pemeriksaan kembali terhadap

keabsahan data tersebut. Adapun langkah pemeriksaan tersebut adalah sebagai

berikut sebagai berikut :

1. Perpanjangan keikut sertaan, yaitu dengan cara penulis terjun ke lokasi dan

terlibat dalam kegiatan pendidikan di pondok pesantren, dengan waktu

kurang lebih dua bulan, yaitu sejak bulan Maret – Mei 2017.

2. Ketekunan pengamatan, maksudnya untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di

cari, diteliti, untuk memperdalam dan mengarahkan data supaya lebih


67

terfokus. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai

aktivitas dalam kegiatan kyai dan manajemen pembelajaran kitab kuning

di pondok pesantren, serta mencatat hal-hal yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti, dengan maksud memperdalam dan lebih

terfokus.

3. Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan

kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian

dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang di temukan, dalam hal

ini penulis melakukan konsultasi ke pembimbing, kyai, ustadz, alumni

serta masyarakat.

4. Pemeriksaan teman sejawat, dilakukan dengan cara didiskusikan kepada

dosen pembimbing atau kepada teman mahasiswa yang sama sedang

melakukan penelitian mengenai hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi hasil sementara penelitian.

Pelaksanaan proses ini dilakukan melalui proses bimbingan terjadwal

dengan dosen pembimbing dimulai dari bulan September 2016 s.d Juni

2017.

5. Analisis kasus negative, dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh-

contoh serta kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola dan

kecenderungan informasi yang terkumpul untuk digunakan sebagai bahan

pembanding.
68

6. Kecukupan referensi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya terkait dengan setting dan fokus penelitian.

Melengkapinya dengan cara menanyakan langsung kepada pimpinan

pondok pesantren, serta mencari informasi dari sumber lain.

7. Pengecekan anggota, dilakukan dengan cara memeriksa dan melaporkan

data hasil penelitian kepada sumbernya (pimpinan pondok pesantren),

guna menyamakan persepsi antara peneliti dengan pihak sumber yang

diteliti.

8. Uraian rinci, yaitu dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian

secara rinci dan lebih cermat, dimaksudkan agar proses keteralihan

informasi seperti yang terdapat di lokasi. Hal ini dimaksudkan agar proses

keteralihan informasi dapat memudahkan membaca dalam memahami

hasil penelitian.

9. Auditing untuk kriteria kebergantungan, proses auditing dilakukan dengan

cara berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan

apakah penelitian ini perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan sesuai

dengan lengkap tidaknya data yang terkumpul.

10. Auditing untuk kriteria kepastian, dilakukan dengan cara memeriksakan

data atau mengadakan klarifikasi data yang terkumpul kepada subjek

penelitian, dalam hal ini kepada pimpinan pondok pesantren tersebut.

Bukti keabsahan data hasil dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan

dengan surat persetujuan atau pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai

dengan sebenarnya.
69

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Alamiah Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka


Bandung
1. Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa

Pondok pesantren Asy-Syifa pertama kali didirikan sekitar tahun 1970-an

dengan pendiri pertamanya adalah KH. Hasanuddin bin Alhafi. Pada awal

didirikannya pesantren ini santrinya hanya berjumlah beberapa orang saja yang

didominasi oleh santri-santri yang ada di sekitaran pesantren atau yang lebih

dikenal dengan santri kalong. Dan pada saat sekarang pesantren Asy-Syifa

dipimpin oleh KH. Ujang Hidayat. (W.ASY.KUH.1.)

Lambat laun pesantren ini semakin berkembang dengan pesat, yang di

tandai dengan mulai berdatangan santri-santri yang berasal dari luar daerah yang

bertujuan untuk menimba ilmu di pesantren ini.

Pada awal didirikannya pesantren ini amat sangat sederhana yang mana

bangunan pesantren ini hanya berupa surau kecil yang kobong-kobongnya hanya

terbuat dari bambu yang hanya alakadarnya saja, hanya sekedar tempat istirahat

para santri. Namun pada sekitar tahun 1980 pesantren ini mulai merenovasi

bangunannya dengan yang lebih layak dengan menggunakan material yang lebih

kuat, dan ditandai dengan pembuatan kobong-kobong yang lebih permanen.

Pesantren ini bergerak pada kajian Al-Qur’an yang mana di pesantren ini

dibahas tentang keilmuan Al-Quran secara mendalam, baik dari sisi tajwid,

mujawad maupun qiraat-qiraat nya. Yang menjadi ciri khas pesantren ini adalah
70

pengajianQiraat Sab’ah, yang mana disiplin ilmu ini mengkaji pembacaan Al-

Quran dari berbagai Imam dan Ahli-ahli Qiraat yang masyhur.

Qiraat Sab’ah atau yang lebih di kenal dengan qiraat tujuh, terdiri dari

berbagai Imam dan riwayat yang tentunya antara satu imam dan riwayat terdapat

perbedaan yang tentunya menjadi sebuah khazanah keilmuan islam. Imam Qiraat

Sab’ah antara lain :

a. Imam Nafi. Dengan riwayat Wars dan Qalun

b. Imam Ibnu Katsir. Dengan riwayat Bazi dan Qunbul

c. Imam Abu Amr. Dengan riwayat Durri dan Susi

d. Imam Ibnu Amir. Dengan riwayat Hisyam dan ibnu Daqawain

e. Imam Asyim. Dengan riwayat Syu’bah dan Hafs

f. Imam Hamzah. Dengan riwayat Khalaf dan Khalad

g. Imam Qisya’i. denga riwayat Abu Harist dan Duuri Qisya’i

Pembelajaran tentang ilmu Qiraat ini dilakukan dengan system sorogan,

karena belajar Al-Quran harus talaqi atau secara langsung berhadapan dengan

guru agar bisa secara langsung mengetahui kekurangan dalam segi pembacaan

mapun kelemahan dalah makharijulhuruf maupun sifatul huruf nya.

Disamping belajar tentang ilmu-ilmu Al-Quran disini juga dikaji tentang

kajian kitab kuning yang mengkaji tentang keilmuan lain, seperti nahwu, sharaf,

tauhid, fiqh, akhlak, tafsir dan hadist. Yang tentunya antara setiap keilmuan

tersebut di pelajari secara sistematis.

Di pesantren ini juga sangat diperhatikan dalam pengambangan bakat

santri-santrinya, terbukti dengan di ajarkannya juga seni pembacaan Al-Quran


71

dengan indah atau yang lebih di kenal dengan istilah Murattal dan Mujawwad

yang di pimpin langsung oleh kyai. Selain itu pesantren ini juga memiliki tim

marawis yang memfasilitasi bagi santri yang berbakat akan seni musik islami.

Santri diharapkan bisa memahami Al-Quran dan juga bisa

mengimplementasikannya dalam keseharian hingga bisa menjadi sosok yang

Qurani.

Di pesantren Asy–Syifa, pembelajaran dipimpin oleh pengasuh pesantren

yaitu KH Ujang Hidayat, dan oleh adik beliau KH. Muhammad Syan Abdul

Khalik kemudian dibantu juga oleh Ustadz Rijal Mushaffa, Ustadzah Nelly

Amelia dan Ustadzah Eva Faridah.

Luas keseluruhan pondok pesantren Asy-Syifa kurang lebih 300 tumbak.

Sarana yang terdapat di pesantren sekiranya sudah cukup memadai yang mana

terdiri dari :

a. Mesjid

b. 2 Aula ( Madrasah)

c. Kamar mandi Putra/Putri

d. Asrama ( Kobong ) Putra ada 8 kamar dan Putri ada 9 kamar.

e. Dapur Umum untuk santri putra dan putri

f. Tempat untuk menjemur pakian.

g. 3 rumah dewan kyai.

h. Kompleks pemakan pendiri pondok pesantren

Masukan dana pesantren selain dari pada uang infak dari pendaftaran

santri baru sebesar 150 ribu ( tak berbatas waktu ), adalah dari para donator yang
72

tidak menetap atau tidak terikat. Sedangkan untuk biaya santri di pondok

pesantren Asy-Syifa hanya iuran untuk pembayaran listrik sebesar Rp.

20.000/bulan.

2. Filsafat dan nilai-nilai

Nilai yang selalu dipegang di pesantren ini pada dasarnya tidak pernah

berubah dari awal pesantren ini didirikan. Seperti nilai sopan santun, takdim.

Tanggung jawab, kebersamaan dan sebagai nya. Dan dari sekian banyak nilai

yang menjadi cirri khas pesantren ini ada sebuah nilai yang mungkin menjadi

sebuah acuan utama adalah tercapai nya nilai makarim al akhlak, dan nilai ini juga

selaras dengan tujuan ajaran agama islamterhadap para pemeluknya.

(W.ASY.KUH.1.)

Pesantren ini juga menekankan pada tercapainya pendidikan yang menjadi

sebuah ilmu bagi para santrinya yang di ikuti pula dengan tercapainya sebuah

akhlak yang baik yang tertanam pada diri santrinya, yang mana akhlak dan ilmu

mempunyai keterkaitan yang erat. Hal ini di maksudkan untuk menjawab semua

tantangan zaman yang mana ilmu saja tidak cukup dan harus di barengi juga

dengan akhlak yang baik pula atau akhlakul karimah.

3. Visi dan Misi Pesantren

Visi pesantren Al-Quran Asy-Syifa adalah menjadi tempat bagi santri

untuk belajar Al-Quran dan menjadi mereka berkahlak Qurani. Sedangkan misi

nya adalah pesantren agar bisa menjadi wadah untuk mempelajari Al-Quran.

Memupuk santri agar berkakhlak karimah dan ini sejalan dengan visi yang
73

terdapat dalam plang pesantren Al-Quran Asy-Syifa yaitu “lita’limi fi ulumil

Quran” memepelajari ilmu Quran. (W.ASY.KUH.1.)

4. Prinsip-prinsip pesantren

Dalam pandangan kyai, prinsip-prinsip yang di terapkan di pesantren ini

adalah :

a. Santri harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.

b. Santri bisa shalat dengan baik.

c. Santri bisa berdoa dengan benar.

Sekilas prinsip ini terlihat sangat sederhana tapi dalam pencapaiannya

sangat sulit karena ini lebih sulit karena melibatkan semua unsure yang ada pada

diri manusia itu sendiri yang tentunya antar satu prisip dengan prinsip lain

memiliki keterkaitan yang tentunya memiliki sebuah arah dan tujuan yang baik

dalam pembentukan manusia yang islami dan berakhlakul karimah.

Jauh berbicara mengenai prinsip hidup berpesantren setidaknya ada

beberapa prinsip yang melekat pada pendidikan pesantren :

1) Teosentrik

2) Ikhlas dan pengabdian

3) Kearifan

4) Kesederhanaan

5) Kebersamaan

6) Mengatur kegiatan bersama

7) Kebebasan terpimpin

8) Kemandirian
74

9) Tempat menuntut ilmu dan mengabdi

10) Mengamalkan ajaran agama

11) Kepatuhan terhadap kyai. (W.ASY.KUH.1.)

5. Struktur Organisasi Pesantren

a. Status kelembagaan

Sejak pertama kali di dirikan pondok pesantren ini oleh KH. Hasanudin

sampai sekarang yang dilanjutkan oleh putranya KH. Ujang Hidayat tetap

bercorak salafiyah, dan corak ini akan selamanya dipertahankan karena

merupakan amanat dari pendiri pertama pesantren ini (W.ASY.URM.1.)

Kelebihan pesantren salafiyah adalah unsurlillahi ta’ala dan keterfokusan

dalam pembelajaran dan tentunya penerapan nilai-nilai serta akhlak yang sangat

melekat dan tentunya menjadi cirri khas dari corak pesantren salfiyah.sedangkan

kekurangan salafiyah adalah tidak bersatunya antara pendidikan formal dan tidak

adanya sebuah bukti legalitas yang menjadi bukti dan menjadi sebuah tuntutan di

kehidupan modern sekarang.

b. Struktur Organisasi

Di pesantren ini struktur organisasi sangat sederhana dan tentunya tanpa

mengurangi garis koordinasi tugas yang lain, yang mana di lingkungan santri

putra maupun santri putri di pilih seorang ketua atau lebih dikenal Rois yang

merupakan orang yang di pilih langsung oleh kyai. (W.ASY.URM.1.)

Melalui garis kordinasi ini kyai berkordinasi dengan rois dan roisah dalam

memberitahukan pengumuman dan kebijakan kemudian rois dan roisah itu


75

berkoordinasi dengan setiap ketua kamar yang kemudian di infokan kepada

seluruh santri dan santriat.

Kekuasaan dan kewenangan pesantren semuanya ada di tangan pengasuh

pesantren, adapun segala kebijakan dan ketentuan kepada santri, kyai tinggal

berkordinasi saja dengan rois dan roisah yang kemudian di infokan kepada seluruh

santri dan kyai tinggal mengawasinya saja.

c. Suksesi Kepemimpinan

Suksesi kepemimpinan di pondok pesantren ini adalah bersifat turun

temurun yang mana KH. Hasanudin Bin Alhafi sebagai pendiri pondok pesantren

setelah beliau wafat pada tahun 2001, secara otomatis tongkat kepemimipinan

beralih kepada putra nya yang sekarang menjadi pimpinan pesantren, yaitu KH.

Ujang Hidayat.

6. Lingkungan Kehidupan di pesantren

Salah satu kelebiha system pendidikan pesantren dibandingkan dengan

sistrem pendidikan lainnya adalah adanya hubungan yang akrab dan bersifat

khusus humanis antar kyai atau ustadz dengan orang tua santri dan dengan para

santri itu sendiri .(W.ASY.URM.1.)

Seorang santri datang ke pondok pesantren di antarkan oleh keluarganya,

kemudian di titipkan langsung kepada Kyai untuk di didik. Hubungan ini tidak

hanya sebuah simbilos belaka melainkan sebuah bagian dari pendidikan pesantren

itu sendiri. sementara santri hidup bersama Kyai dan ustadz setiap hari dalam

kehidupan pesantren.
76

Hubungan akrab ini menciptakan suasana pembelajaran yang sangat intens

dan familier. Pembelajaran yang terjadi tidak hanya sebatas pada transformasi

ilmu, melainkan juga pada seluruh perilaku kehidupan. Dalam kasus yang cukup

besar, peran-peran kyai ini biasanya dikejawantahkan oleh para ustadz atau santri-

santri senior yang di manifestasi dalam tata tertib pergaulan pesantren

Komunikasi interaktif yang positif ini terbangun karena system

pengasramaan di pesantren, antara setiap santri memiliki iktan emosional yang

kuat antar satu sama lain karena mereka selalu bersama, dari mulai mereka bangu

tidur sampai mereka tidur kembali, bahkan maka pun ada dalam satu tempat yang

sama ( istilah santri itu novel), dengan komunikasi yang baik, maka akan pula

muncul sikap dan kebiasaan yang baik pula yang secara langsung mempengaruhi

kehidupan santri lain.

Semua santri berinteraksi dengan baik dengan yang lainnya, dan mereka

melakukan kehidupan berpesantrennya dengan damai dan rukun karena mereka

secara tidak langsung di ikat oleh norma-norma yang mengatur kehidupan

mereka, sama dengan hal nya norma-norma umum yang berlaku di masyarakat.

Dari hubungan positif itu maka akan menimbulkan kepribadian yang

menjadi cirri khas dari santri itu sendiri antara lain:

a. Tumbuhnya sikap tawadhu dan ta’dzim terutama dalam hal ilmu dan

ibadah

b. Terbentuknya kepribadian yang berpola hidup hemat dan sederhana

c. Terbiasa untuk hidup mandiri, terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat

mulia
77

d. Timbulnya kepekaan sosial dan jiwa toleran serat tolong menolong

e. Terbentuknya sikap disiplin

f. Timbulnya kesanggupan hidup prihatin dalam rangka mencapai suatu

tujuan mulia. (W.ASY.URM.1.)

Keadaan masyarakat di sekitar lingkungan pesantren pada dasarnya sama

dengan masyarakat umum, ada yang bermata pencaharian sebagai petani, pekerja

pabrik, wiraswasta dan lain lain. Dan lingkungan di sekitar pesantren juga

memilki corak budaya yang berbeda-beda karena ada sebagian warga pendatang

dari daerah lain yang kebetulan bertempat tinggal dekat dengan pesantren ini.

Seperti hal nya dengan pesantren lain pasti akan terdapat pro kontra di

kalangan masyarakat tentang pondok pesantren, begitu pula dinamika masyarakat

yang terjadi disekitaran ponpes Asy-Syifa yang juga seperti itu, ada banyak

masyarakat yang pro kepada pesantren dan tidak sedikit pula yang kontra dengan

keberadaan pesantren ini, tapi hal ini di tanggapi dingin oleh seluruh unsur

pesantren, karena beranggapan bahwa masayarakat yang pro dan kontra

merupakan hal yang biasa terjadi.

7. Kyai dan Ustadz

Di pondok pesantren Asy-Syifa terdapat 2 Kyai dan 3 ustadz/ustadzah

yang mengajar langsung, di samping dibantu juga oleh santri-santri senior.

a. KH. Ujang Hidayat

Beliau merupakan sesepuh dan juga pimpinan pondok pesantren,

beliau juga sebelumnya pernah menuntut ilmu di pondok pesantren


78

Qiraatus Sab’ah (Kudang, Garut), Nurul Abshor (Cijambe, Limbangan)

dan Cikalama (Sumedang).

b. KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq

Beliau merupakan adik dari KH. Ujang Hidayat, beliau juga pernah

menuntut ilmu di Pondok Pesantren Sukaguru (Mangkubumi,

Tasikmalaya), Al-Wardayani (Sukabumi), dan Buni Kasih

(warungkondang, Cianjur).

c. Ustadz Rijal Mushaffa

Beliau merupakan putra sulung dari KH. Ujang Hidayat. beliau

juga sebelumnya pernah mondok di pesantren Sumur Bandung (Cililin),

Al-Wardayani (Sukabumi), Bunikasih (Cianjur), dan masih banyak lagi

pondok pesantren yang beliau singgahi baik sebagai santri yang menetap

maupun hanya mengikuti pengajian pasaran

d. Ustadzah Neli Amelia

Beliau merupakan istri dari ustadz Rijal Mushaffa, beliau juga

pernah mondok di pondok pesantren Miftahul Huda 9 (Cikolotok, Cianjur)

dan merupakan alumni ponpes Asy-Syifa. Selain itu masih banyak lagi

pondok pesantren yang beliau singgahi baik sebagai santriat yang menetap

maupun hanya mengikuti pengajian pasaran

e. Ustadzah Eva Faridah

Beliau merupakan putri KH. Ujang Hidayat, yang sudah khatam

Al-Quran 30 juz, beliau pernah mondok di pondok pesantren Baitul Arqam


79

( Ciparay, Bandung ) dan Alhikamussalafiyah (Tanjungkerta, Sumedang).

(W.ASY.URM.1.)

Peran kyai dan di ustadz di masayarakat juga sangat penting mengingat

masyarakat juga sangat memerlukan sosok ahli dalam ilmu agama yang

membantu mereka guna member pemahaman tentang agama yang sebenarnya.

Kyai juga tidak menampik dengan mulai adanya pergesar nilai dan

pemikiran di kalangan masyarakat tentang pesantren maupun hal lain yang

menyangkut pesantren, terutama pesantren salafiyah, kyai menganggap peranan

pesantren di era modern sangat diperlukan guna untuk memelihara tentang ilmu

keagamaan di tengah makin banyaknya sekolah formal dan makin bergesernya

pola pemikiran manusia. Pintar saja tidak cukup, juga harus di topang oleh akhlak

yang baik pula agar bisa menjadi manusia yang shaleh secara agama maupun

sholeh secara sosial.

B. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung

Pembelajaran di pondok pesantren memiliki keunikan tersendiri selain dari

pada penggunaan metode khas pesantren juga dikarenakan banyaknya keilmuan

yang diajarkan di pondok pesantren. Orientasi pembelajaran di pondok pesantren

bukan hanya terkait ketuntasan pembelajaran saja tetapi juga didukung oleh

kriteria pemahaman santri dari apa yang dia pelajari. (W.ASY.URM.2)

Perencanaan pembelajaran di pondok pesantren berakar pada kemampuan

santrinya , jika santri tersebut masih awam dengan keilmuan pesantren apakah itu

ilmu qur’an, maupun nahwu dan sharafnya makan santri tersebut akan
80

diorientasikan mempelajari kitab-kitab pundamental/mendasar agar

pemahamannya dapat tercapai dari kitab yang paling dasar. (W.ASY.KUH.2.)

Begitu pula santri yang sudah senior dengan pemahaman kitabnya yang

banyak serta kemampuan analisis serta hapalannya yang sudah bagus makan akan

diorientasikan untuk mempelajari kitab-kitab dengan tingkatan yang lebih tinggi

guna memperdalam keilmuannya.

Untuk mengetahui kemampuan santri itu sejauh mana, kemampuan santri

dalam mendalami ilmu al-Qur’an dapat dilihat dari pemahamannya terkait kitab-

kitab yang telah dipelajarinya seperti hafalan nadham-nadham dan kefasihannya

dalan membaca al-Qur’an.

Meskipun secara garis besar pemerintah berupaya menghilangkan budaya

keseragamaan yang trmasuk dalam hal ini adalah standarisasi, namun dalam hal

ini mastery learning atau ketuntasan belajar, tetapi pondok pesantren sebaiknya

memiliki standar kompetensi yang mesti dikuasai oleh santrinya. standar

kompentensi ini biasanya tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari

mulai yang ringan hingga yang berat dari kitab yang tipis ke kitab yang tebal dan

seterusnya. (W.ASY.URM.2)

Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi yang

diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa pendalaman dan

perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi bentuk pengajaran di pesantren

Asy Syifa yang berdasarkan sistem kitabi (kurikulum). berdasarkan pada jejang

ringan beratnya muatan kitab, tidak berdasarkan tema-tema (maudlui) yang


81

kemungkinan tidak terjadinya pengulangan namun secara konfrehensif diajarkan

permateri pada para santri.

1. Kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy syifa

Tabel 4.1
Mata Aji di Pondok Pesantren Asy Syifa
No Materi Kitab
1 - Fathul Athfal
- Musthalah Tajwid
- Tibyan
Ulumul Qur’an - Jazariyyah
- Nihayah Qaul Mufidz

2 - Riyadush Shalihin
- Tanqihul Qaul
Hadist - Muhtaral Hadist

3 - Safinatunnaja
- Bajuri
Fiqh - Ianah at Thalibin

4 - Jurumiyyah
- Imritii
Nahwu - Alfiyyah Ibn Malik

5 - Kailani
Sharaf - Yaqulu

6 - Ta’lim Muta’alim
- Qamith Tughyan
Akhlak - Burdah

7 - Tafsir Jalaini
Tafsir - Tafsir Surat Yasin
82

a. Ilmu Ulumul Qur’an

Di pondok pesantren Asy syifa yang merupakan pondok pesantren Al-

Quran , maka setiap santri yang belajar di pesantren ini harus sudah hatam

terkait kaidah-kaidah ilmu Qur’an maupun ilmu tajwidz, untuk menunjang

hal tersebut maka dipondok pesantren Asy Syifa ini diajarkan beberapa

kitab yang bisa menunjang pada ketercapaian santrinya untuk bisa fasihat

membaca quran dan menguasai kaidah-kaidah ilmu qur’an dan ilmu

tajwidz, kitab itu antara lain kitab Tuhfatul Athfal, Tibyan, Al Jazariyyah

dan Nihayal Qaul Mufidz. (W.ASY.URM.2.)

b. Tuhfatul Athfal

Kitab Fathul Athfal dikarang oleh Syaikh Sulaiman bin Hasan bin

Muhammad Al Jamzuriy, kitab ini membahas dasar-dasar hukum

pembacaan Al-Quran atau ilmu tajwidz dengan penjelasan yang lebih

mudah difahami, kitab ini diajarkan di tingkat dasar bagi santri. Santri

harus bisa memahami dan mengahafal diluar kepala terkait kitab ini karena

ini mejadi kita dasar sebelum menginjak ke kitab selanjutnya.

Setelah santri mempelajari dan memehami kitab ini maka diharapkan

santri tersebut bisa memahami hukum pembacaan al qur’an serta ilmu

tajwid serta syair-syair dalam kita tersebut yang pada akhirnya santri bisa

melapalkan Al-Qur’an dengan fashihat.

c. At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an

At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an dikarang oleh Muhammad Ali As-

Shobuni. Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab sebelumnya, kitab
83

ini berisi tentang hal yang yang sangat penting diketahui terkait dengan

adab kita menjalin interkasi denga kitab Allah, maka diperlukan sebuah

kitab yang secara mendetail membahas hal tersebut.

Kitab At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an berisi setidaknya Sembilan

hal, yaitu :

1) Keutamaan membaca dan mengkaji Al-Quran

2) Kelebihan orang yang membaca Al-Quran

3) Menghormati dan memuliakan golongan Al-Qur’an

4) Panduan mengajar dan belajar Al-Quran

5) Panduan menghapal Al-Quran

6) Adan dan etikan membaca Quran

7) Adan Berinteraksi dengan Al Qur’an

8) Ayat dan Surat yang diutamakan membacanya pada waktu tertentu

9) Riwayat penulisan Mushaf Qur’an.

Setelah belajar kitab ini santri selain daripada memahami terkait

hukum bacaan Al-quran , santri juga mengetahui hal-hal lain yang

sangat penting berkenaan dengan prosesnya mempelajari dan

mendalam Al-Qur’an.

d. Kitab Al-Jazariyyah

Kitab Al Jazariyyah dikarang oleh Muhammad ibn Muhammad Ibn al-

Jazari, kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab dasar sebelumnya

yaitu kitab Fathul Athfal. Kitab ini memiliki cirri dan spesifikasi

qira'at, Tajwid, Hadits, Sejarah, Fiqh. Kitab ini membahas dengan detail
84

seluruh hal yang berkenaan dengan Al-Quran yang ditinjau dari berbagai

macam pendapat para ulama ahli Quran, kitab ini merukan salah satu

rujukan penting yang harus difahami oleh santri. Imam jazary

menjelaskan dirinya dalam nadhom terkenal (puisi) yaitu dalam 'Ilmu

at-Tajwiid, dan al-Muqaddimah al-Jazariyyah (al-Muqaddimah feemaa

yajibu' al-Qur'an qaari alaa 'an-ya'lamah) sebagai 'Imam al-Jazari'.

Setelah belajar kitab ini santri bisa dengan sangat jelas menjelaskan

terkait ilmu pembacaan Qur’an yang ditinjau dari berbagai pendapat ulama

serta kaidah-kaidah lainnya, serta mampu menghafal bait-bait kaidah yang

terdapat dalam kitab Al Jazariyyah ini.

e. Nihayah Qaul Muhfidz

Sama halnya dengan kitab Al-Jazariyyah, kitab Nihayah Qaul

Muhfidz merupakan kitab yang secara detail mengupas tentang ilmu Al-

Qur’an, baik dalam segi hukum, pendapat-pendapat para ulama, sejarah,

hadist dan sebagainya. Kitab ini merupakan kitab tertinggi dalam ilmu

Qur’an yang di ajarkan di pesantren Asy Syifa, semua santri wajib

mempelajari kitab ini agar santri bisa memahami Al-Quran dengan sangat

jelas dengan kajian dari berbagai pendapat para ulama ahli Quro.

Setelah belajar ini, santri diharapkan bisa memahami dengan

sangat dalam terkait ilmu al-Qur’an dan bisa mempraktekanya hingga

akhirnya santri bisa membaca al-Quran dengan sangat Fashihat.

(W.ASY.KUH.2.)
85

f. Kitab Hadist

Pembelajaran hadist menjadi salah satu kajian yang harus dipelajari

di pesantren, termasuk juga di pesantran Asy Syifa. Keberadaan hadist

menjadi sangat penting sebagai pendamping Al-Quran yang menjadi

sumber hukum dalaim islam. Maka daripada itu pembelajaran tentang

hadist penting untuk dipelajari di pesantren, agar keilmuan Islamnya bisa

lebih dikuasai secara konferhensif tidak hanya terfokus pada ilmu Qur’an

saja. Orientasi pembelajari kitab hadist ini agar santri memahami hadist

sebagai bagian penting dari khazanah keilmuan islam dan sebagai sumber

hukum selain dari pada Al-Qur’an.

g. Riyadhus Shalihin

Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-

Nawawy ad-Dimasyqy (631-676 H). Ini merupakan kitab yang mashur

dikalangan para santri di pondok pesantren. Dalam kitab ini penulis

mengambil materinyadari kitab-kitab sunnah terpercaya seperti Shohih al-

Bukhoriy, Muslim, Abu Daud, An Nasaa’i, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan

lain-lainnya. Beliau berjanji tidak memasukkan kedalam bukunya ini

kecuali hadits-hadits yang shohih dan beliau pun menunaikannya sehingga

tidak didapatkan hadits yang lemah kecuali sedikit itu pun kemungkinan

menurut pandangan dan ilmu beliau adalah shohih.

Riyadus Shalihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih,

dibahas menjadi 19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan

sebanyak 1900 hadis. Dalam metode penulisannya, Imam Nawawi


86

mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil utama untuk menguatkan

dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian baru menyertakan

dalil-dalil hadist sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas tersebut.

Setelah belajar kitab ini, para santri bisa mengetahui dan memahami

hadist-hadist yang berasal dari periwayat hadist yang mashur berkenaan

dengan hukum-hukum keseharian dan sebagai bagian penting dalam

rangka memehami hukum islam secara keseluruhan serta sebagai

pendamping Al-Quran sebagai rujukan utama hukum islam.

h. Tanqihul Qaul

Kitab ini dikarang oleh Syekh Nawawi Al Bantani dan merupakan

Syarah Kitab Lubabul Hadist oleh Syekh Jalaludin Asy-Syuyuthi. Kitab

ini juga merupakan kitab hadist yang berisi hadist-hadist pilihan yang

berkenaan hukum-hukum dalam keseharian. Dan pengarang kitab ini

membagi pembahasannya kitabnya menajdi 40 pembahasan terkait, hadist-

hadist yang berkenaan dengan permasalahan dan kejadian-kejadian dalam

keseharian dan sebagai pendamping Al-Quran sebagai sumber hukum.

Setelah belajar kitab ini santri diharapkan bisa mememahi dan

mengahafal hadist-hadist ringkas terkait kejadian-kejadian dan

permasalahan dalam keseharian yang terdapat di dalam kitab tersebut dan

kemudian bisa mereka amalkan.

i. Musthala Hadist

Kitab ini dikarang oleh al-Qodhiabu Muhammad ar-Romahurmuzi.

Kitab dasar selanjutnya adalah Kitab Mushtholah Al-Hadits yang


87

mempelajari ilmu mengenai seluk beluk ilmu hadits. Mulai dari macam-

macam hadits, criteria hadits, syarat orang yang berhak meriwayatkan

hadits dan lain-lain dapat dijadikan bukti kevalidan suatu matan hadits

Setelah mempelajari kita ini santri diharapkan bisa mulai membadakan

hadist-hadist dengan criteria-krtieria tertentu, sehingga pada akhrnya santri

bisa mengklasifikasikan mana hadist yang bisa dijadikan sumber hukum

dengan hadist yang tidak bisa dijadikan sumber hukum. (W.ASY.URM.2.)

j. Fiqh

Fiqh merupakan ilmu ang wajib di pelajari oleh seluruh santri Asy

Syifa, karena ilmu ini berkaitan dengan tata cara kita mberibadah dan

isinya juga terdapat hukum-hukum berkenaan dengan berbagai hal dalam

kehidupan. Stiap kitab yang di pelajari memeiliki tingkatkedalaman

tersendiri, dimulai dari yang dasar hingga sampai dengan kita byang secara

detail menjelaskan hukum dari berbagai sumber dan pendapat.

k. Safinatunnaja

Kitab ini dikarang oleh Asy-Syaikh Al-Faqih Salim bin ‘Abdullah bin

Sa’d bin ‘Abdullah bin Sumair Al-Hadhrami Al-Batawi Asy-Syafi’i. kitab

ini merupakan kitab klasik yang diajarkan hampir di seluruh pondok

pesantren, kitab ini menjalsakan tentang fiqh (Hukuk Islam) dan kitab ini

wajib dipelajari sebagai kitab dasar ilmu fiqh sebelum santri melanjutkan

pembelajaran pada kitab fiqh yang lebih detail dan kompleks.


88

Tidak semua pembahasan tentang fiqh di bahas dalam kitab ini, hanya

hal-hal yang sifatnya mendasar dan prinsip saja yang diajarkan dalam

kitab ini. Adapun yang dibicarakan adalah meliputi:

1) Kitab thaharah, yang meliputi 18 pasal.

2) Kitab shalat, yang terdiri dari 27 pasal.

3) Kitab jana-iz, yang terdiri dari 7 pasal.

4) Kitab zakat, yang terdiri dari 1 pasal.

Orientasi pembelajaran kitab ini diharapkan santri bisa memahami

kaidah dasar terkait hukum Fiqh islam yang kemudian bisa dilanjutkan

pada pembahasan pada kitab yang lebih kompleks guna mendapatkan

pemahaman fiqh dari berbagai pendapat para Fuqaha yang lainnya.

l. Al Bajuri

Kitab ini dikarang oleh merupakan kitab fiqih madzhab Syafii

karangan Syekh Burhanuddin Ibrahim al Baijuri bin Syekh Muhammad al

Jizawi bin Ahmad. Kitab ini merupakan kitab Fiqh bermadzhab Syafi’i

dan menjadi salah satu rujukan dan dipelajari di pondok pesantren klasik.

Kitab ini lebih detai dari kitab Fiqh sebelumnya (Safinatunnaja) dan

pembahasannya lebih komplek serta dibagi dalam banyak sekali

pembahasan (pasal/bab).

Orientasi pembelajaran kitab ini santri diharapkan memahami dengan

jelas tentang hukum fiqh islam yang lebih detail dari kitab fiqh

sebelumnya dan bisa menerapkan terkait kaidah fiqh dalam kesehariannya.

m. Ianah at Thalibin
89

Kitab ini dikarang oleh Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-

Dimyathi, kitab ini adalah adalah salah satu kitab yang sering menjadi

rujukan primer bagi mayoritas santri dan pengikut mazhab Syafi’i di

Indonesia. Kitab ini merupakan tulisan bermodel hasyiyah, yaitu

berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas.

Sesuai namanya, kitab ini diperuntukkan santri yang mengkaji Fath al-

Mu’in.

I’anah al-Thalibin memiliki kelebihan sebagai fiqh mutakhkhirin yang

lebih actual dan kontekstual karena memuat ragam pendapat yang diusung

ulama mutaakhkhirin utamanya Imam al-Nawawi, Ibnu Hajar dan banyak

lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir kebutuhan

penelaahakan rujukan yang variatif dan efektif.

Pembelajaran kitan ini terkait ilmu Fiqh, kitab ini menyajikan

pembahasan yang sangat kompleks dari berbagai ulama. Santri diharapkan

memahami terkait hukum-hukum Fiqh yang lebih luas dan bersumber dari

para Fuqaha yang kelak bisa di jadikan pegangan para santri dan

diamalkannya (W.ASY.URM.3.)

1) Kitab Nahwu

2) Al Jurumiyyah

Kitab ini dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin

Dawud Ash Shinhaji. Kitab ini menjadi kitab rujukan utama dan dasar para

santri dalam mempelajari ilmu islam yang kebanyakan berbahasa arab.

Kita ini mengkaji terkait gramatikal bahasa arab/ kaidah-kaidah bahasa


90

arab. Yang isinya membedah struktur bahasa arab. Kitab ini menjadi kitab

dasar dalam belajar ilmu nahwu dan setiap santri wajib memahami kitab

ini.

Orientasi pembelajaran ini santri pondok pesantren Asy syifa

memehami terkait konsep dasar ilmu nahwu guna fungsinya untuk

memehami bahasa arab agar bisa mempelajari khazanah ilmu-ilmu islam

lainnya, karena tanpa mempelajari ilmu ini dirasa akan sangat sulit belajar

ilmu islam.

n. Imriti

Kitab ini dikarang oleh Al-Muallamah Syeikh Syarafuddien Yahyaa

Al-Imrithi. Kitab ini ini merupakan matan Kitab Jurumiyyah ; kitab ilmu

nahwu yang digubah menjadi bentuk nadhom / natsar / sya’ir. Kitab ini

menjadi salah satu sorogan favorit fan ilmu alat lanjutan. Umumnya

diberikan setelah tahapan kitab jurumiyyah dapat terhapal dan terpahami

dengan baik. Dengan cara penyampaiannya dhom seperti ini, para

pembelajar lebih terbantu ingatannya atas hapalannya.

Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab sebelumnya, santri

setelah mempelajari kitab ini bisa lebih memehami terkait kaidah nahwu,

lebih mendalam dari kitab jurumiyyah yang sebelumnya.

o. Alfiyyah Ibn Malik

Kitab ini dikarang oleh : Syeik Al-Alamah Muhammad jamaluddin

ibnu Abdillah ibnu Malik al Thay. Kitab Alfiyyah Ibnu Malik adalah kitan

populer dan melegenda dalam ilmu Gramatika / tata bahasa arab dan
91

menjadi kitab rujukan penting di pondok pesantren klasik guna membedah

kaidah bahasa arab.

Kitab ini berisi seribu bait nadham ilmu nahwu. Kelebihan mengkaji

Ilmu Nahwu-Shorof khususnya alfiyah dibandingkan dengan ilmu fiqh dan

lainnya adalah ketetapan qoidahnya. qoidah Nahwu-Shorof merupakan

ilmu yang paten/pasti yaitu qoidahnya tidak akan pernah berubah ila

akhiriz zaman.

Setelah belajar kitab ini santri diharapkan secara konferhensip

memehami ilmu nahwu dengan sangat menadalam dalam hal ini

pemahaman nadham dan materi ilmu nahwu bisa di kuasai dengan sangat

baik. (W.ASY.MSYA.1)

1) Kitab Ilmu Sharaf

2) Kitab Kailani

Kitab ini dikarang oleh Syeh ali hisyam al-kailani. Ini merupakan kitab

yang membasah tentang ilmu linguitsik bahasa arab, ilmu sharaf di

orientasikan pada pengetahuan perubahan kata-kata dalam bahasa arab.

Perubahan kata-kata dalam bahasa arab diperuntukan karena setiap

penggunaan kata bahasa arab harus di sesuaikan denga konteks teks nya.

Maka dalam belajar bahasa arab selain dari mempelajari ilmu nahwu juga

mempelajari ilmu sharaf sebagai penyempurna ilmu nahwu.

Kitab ini diawali dengan uraian perubahan bentuk fi'il dengan pola

tsulasi mujarrod dan ruba'i mujarrod. Selanjutnya kategori fi'il mutaadi dan

lazim, contoh-contoh tashrif, nun taukid tsakilah dan khofifah, kategori


92

mudlo'af, mu'tal, dan yang berkaitan dengan penempatan hamzah.

Pembahasan kitab ini dititup dengan ulasan isim zaman dan isim makan.

Setelah mempelajadi kitab ini santri diharapkan bisa menguasai

perubahan kata-kata dalam bahasa arab yang gunanya sebagai pelengkap

dari pelajaran ilmu nahwu sebelumnya.

p. Kitab Yaqulu

Kitab ini merupakan lanjutan dari kitab lanjutan dari kitab

selanjutnya tentang pembahasan ilmu sharaf, kitab ini sangat penting

dipelajari agar santri bisa lebih mengusai ilmu sharaf guna melengkapi

ilmu nahwu agar santi bisa membaca kitab kuning dan bahasa arab dengan

benar. (W.ASY.MSYA.1)

1) Kitab Akhlaq

2) Ta’lim Muta’allim

Kitab ini dikarang oleh Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Kitab ini

merupakan kitab rujukan dalam pembelajaran akhlak, walaupun ini adalah

kitab lama namun isinya masih sangat relevan dengan keadaan hari ini.

Kitab ini membedah kajian ilmu akhlak yang seyogyanya bisa di

implementasikan oleh para santri. Pembahasan dalam kitab ini membahas

terkait akhlak dan etika dalam mencari ilmu, menjadi murid, menghormati

guru dan lainnya.

Setelah belajar kitab ini para santri diharapkan memeiliki akhlak yang

baik dan mengetahui konsep-konsep pendidikan akhlak yang bisa di

implementasikan dalam keseharian. (W.ASY.UNA.1)


93

q. Kitab Tafsir

Pembelajaran kitab tafsir di pondok pesantren Asy Syifa

menggunakan dua mufassir yaitu tasir Jalalini dan tafsir inbu katsir.

Jalalain dijadikan sebagai kurikulum didunia pendidikan. Tafsir ini diakui

oleh kalangan ulama sebagai tafsir yang sangat banyak memberikan

manfaat. Metode yang digunakan oleh pengarang dalam tafsir ini adalah

dengan menyebutkan makna-makna dari setiap ayat Al-Qur’an, bersandar

hanya ke pada riwayat yang paling kuat, memberikan catatan tentang

kedudukan kalimat yang dibutuhkan, dan memberikan penjelasan tentang

perbedaan qiraat pada tempat-tempat yang terdapat padanya perbedaan

berdasarkan qiraat yang termasyhur. Selain itu, pengarang juga

menghindarkan sama sekali dari bertele-tele dalam penjelasannya,

sehingga setia ppenjelasan yang ada benar-benar ungkapan-ungkapam

yang dipilih secara cermat dan tepat.

Setelah mempelajari tasir ini, santri diharapkan bisa mengetahui

makna-makna yang tersirat dari setiap lafadz dalam Al-Qur’an yang

kemudian bisa jadi khazanah keilmuan dan pengetahuan bagis setiap santri

pondok pesantren Asy Syifa yang mempelajari itu.

C. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren

Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung

Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa secara garis

besar terbagi menjadi dua, ada yang berdasarkan sistem klasikal (Ibtida/Tsanawi)

ada juga yang dilaksanakan secara bersama-sama yang disesuaikan dengan kitab
94

yang dipelajari. Pelaksanaan ini didasarkan pada sebuah kebutuhan serta

kemampuan santri itu sendiri, oleh karena itu ada perbedaan proses pembelajaran.

(W.ASY.URM.4)

Sama halnya sistem pembelajaran di pondok pesantren lainnya, metode

yang digunakan biasanya mengunakan metode bandongan pada pembelajaran

kitab dan sorogan pada pembelajaran Al-Qur'an dan hampir semua pembelajaran

yang dilakukan menggunakan pendekatan teacher centered atau terpusat pada

sosok kyai atau pengajar di pesantren itu sendiri.

1. Klasifikasi kelas pengajian di Pondok Pesantren Asy Syifa

a. Pembagian Kelas Pengajian Santri Putra Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa

Tabel 4.2
Daftar Santri Putra Kelas Ibtida
No Nama Asrama/Kobong Kelas

1. Lutfi 1 Ibtida

2. Cecep 1 Ibtida

3. Ilham 1 Ibtadi

4. Nurdin Arifatah 2 Ibtida

5. Deden Muslihin 2 Ibtida

6. Gingin Ginanjar 2 Ibtida

7. M. Aldhi 2 Ibtida

8. Adi Hamid 2 Ibtida

9. Fikri Maulana Sidik 2 Ibtida

10. Sandra Lusan 2 Ibtida

11. M. Hasyim 2 Ibtida


95

12. M. Miftahudin 2 Ibtida

13. Asep M. Hidayat 2 Ibtida

14. M. Rizani 3 Ibtida

15. M. Abu 3 Ibtida

16. M. Agung 3 Ibtida


17. M. Anwar 3 Ibtida

18. M. Rahmat 3 Ibtida

19. M. Rojak 3 Ibtida

20. M. Sukma 3 Ibtida

21. M. Wildan 3 Ibtida

22. M Rendi 3 Ibtida

23. M. Dimas 3 Ibtida

24. Wahyudin 4 Ibtida

25. Rijayadi 4 Ibtida

26 Erik Ridwan 4 Ibtida

27. Wildan 4 Ibtida

28. Iqbal 4 Ibtida

29. M. Romli 4 Ibtida

30. Nurdin Hidayat 5 Ibtida

31. Anang 5 Ibtida

32. Riki 5 Ibtida

33. Mukrom 5 Ibtida

34. Ilham Ismail 5 Ibtida

35. Luqman 5 Ibtida

35. Irfan 5 Ibtida


96

37. Taufik Abdullah 6 Ibtida

38. Rujal M.K 6 Ibtida

39. M. Afif 6 Ibtida

40. M. Anfar 6 Ibtida

41. Indra Abdurrahman 6 Ibtida

42. Iman Syahroni 6 Ibtida

43. Imam M.J 6 Ibtida

44. Ismu Mujab 6 Ibtida

45. Iqbal A Mustafa 6 Ibtida

46. Iqbal Nur M 6 Ibtida

47. Ali 7 Ibtida

48. Aad 7 Ibtida

49. Dinar 7 Ibtida

(SD.ASY.FMPKK.2)

Tabel 4.3
Daftar Santri Putra Kelas Tsanawi
No Nama Asrama/Kobong Kelas
1. M. Supnadin 1 Tsanawi
2. Arifn Ilham 1 Tsanawi
3. A. Wahab Asyaroni 1 Tsanawi
4. Gingin Gunawan 1 Tsanawi
5. Dadang 1 Tsanawi
6. Aguh 1 Tsanawi
7. Jamal 2 Tsanawi
8. Cecep Nurdin 2 Tsanawi
9. M. Wahyu 3 Tsanawi
10. M. Agung 3 Tsanawi
97

11. M. Jajang 3 Tsanawi


12. M. Dicki 3 Tsanawi
13. Abdul Muhyi 4 Tsanawi
14. M. Dedi 4 Tsanawi
15. M. Harun 4 Tsanawi
16. M. Rendi 4 Tsanawi
17. Zaki K 4 Tsanawi
18. Zaki 4 Tsanawi
19. Ajmil 4 Tsanawi
20. Azami 4 Tsanawi
21. M. Asep Rifat 5 Tsanawi
22. Hambali 5 Tsanawi
23. Hamdani 5 Tsanawi
24. Mukhlis 5 Tsanawi
25. Ade Sajidin 5 Tsanawi
26. Usman 5 Tsanawi
27. Rizal Saptari 6 Tsanawi
28. Tedi Surtadi 6 Tsanawi
29. Ahmad Yesa 6 Tsanawi
30. Raka Hudan M 6 Tsanawi
31. M. Ade 7 Tsanawi
32. Dudung 7 Tsanawi
33. Sobirin 7 Tsanawi
34. Jejen 7 Tsanawi
35. Muhlis 7 Tsanawi
36. Abdul 7 Tsanawi
(SD.ASY.FMPKK.2)
98

b. Pembagian Kelas Pengajian Santri Putri Pondok Pesantren Asy Syifa

Tabel 4.4
Daftar Santri Putri Kelas Ibtida
No Nama Asrama/Kobong Kelas
1 Nahri 1 I
2 Ede 1 I
3 Fitri 1 I
4 Kulsum 1 I
5 Fatimah 1 I
6 Sri Ulya Fitriani 2 I
7 Ranita 2 I
8 Widi Mardani 2 I
9 Fitri 2 I
10 Didah 2 I
11 Ami Nurazijah 2 I
12 Anida 2 I
13 Hilmyah 2 I
14 Wiwin 3 I
15 Euis Latifah 3 I
16 Suci Sakinah 3 I
17 Risa Gustiana 3 I
18 Siti Nur Sa’adah 3 I
19 Fadlah 3 I
20 Jijah Siti 4 I
21 Syifa 4 I
22 Iis Siti Aisyah 4 I
23 Nur Setiawati 4 I
24 Halimatusa’adah 4 I
25 Sopi 4 I
26 Syaila Nur 4 I
27 Wafa Zakiyah 4 I
99

28 Syifa Ambami 4 I
29 Risma 5 I
30 Tina Meidina 5 I
31 Syifa 5 I
32 Tita Puspita 5 I
33 Amelia 5 I
34 Salwa 5 I
35 Windi Widia 5 I
36 Nada Nur 5 I
Halimah
37 Isyfa 5 I
38 Tika siti 5 I
39 Siti Nur 5 I
40 Neja Tazkiyah 5 I
41 Siti Nur Asiah 5 I
41 Reva Syaharani 5 I
43 Siti 6 I
44 A’syah 6 I
45 Siti Lailatul 6 I
46 Neng Rofi’ah 6 I
47 Gina 6 I
48 Putri 6 I
49 Resti Nisa 6 I
50 Siti Mariam 6 I
51 Neng Tkiniatul H 6 I
52 Diana Wulandari 6 I
53 Siti 6 I
Fatimatulzahru
54 Ai Muto Ifah 6 I
55 Syahma 6 I
100

56 Alsa Fitria 6 I
57 Silvi 7 I
58 Khoratunnisa 7 I
59 Siti Fitriyani 7 I
60 Isma Ilyah 7 I
61 Hilda Noviana 7 I
62 Lintang 7 I
Takbirani
63 Lani Restu 7 I
64 Novi Yulianti 7 I
65 Siti Nurmilah 7 I
66 Siti Nurhadiah 7 I
67 Depi Riskiani 7 I
68 Syifa Nurillayah 7 I
69 Ayu Sopiah 8 I
70 Syifa Syaidah 8 I
71 Rina Riana 8 I
72 Hesty Rahmayani 8 I
73 Siti Salamah 8 I
74. M. Isma 8 I
75. Elis 8 I
76. Laely Sa’adah 9 I
77. Hani Mustika 9 I
78. Erika Nur 9 I
79. Wulan Julianti 9 I
80. Siti Fatimah 9 I
81. Syifa 9 I
82. Eka Fuji 9 I
83. Hana 9 I
84. Imas Nuriyyah 10 I
101

85. Hilda Fadillah 10 I

Tabel 4.5
Daftar Santri Putri Kelas Tsanawi
No Nama Asrama/Kobong Kelas

1. Nur 1 II

2. Safira 1 II

3. Aas 1 II

4. Maesaroh 2 II

5. Yuli Kholifah 2 II

6. Pupu Maspupah 3 II

7. Yuli Siti 5 II

8. Hamdah Kamilah 5 II

9. Nurlatifah 6 II

10. Selli Silviani 7 II

11. Ima Niyayaeul 7 II

12. Sesi Aprilia 7 II

13. Nabila 8 II

14. Syahda 8 II

15. Winda 9 II

16. Nia 9 II

17. Neng Dina 10 II

18. Nida Uswatun 10 II

19. Nining Yuningsih 10 II

20. Ummu Kulsum 10 II

(SD.ASY.FMPKK.2 )
102

c. Kelas Pengajian Qiraat Sab'ah bersama KH. Ujang Hidayat

Tabel 4.6
Jadwal Pengajian Qira’at Sab’ah
No Nama Santri Putra Nama Santri Putri Waktu Pengajian
1 Asep Nur Ulfi Pengajian santri
2 Acep Safira putra berlangsung
3 Yusuf Mae pada pukul 07.00 –
4 Imam Yuli 10.30 & Pengajian
5 Hambali Pupu santriat berlangsung
6 Tedi Iis pada pukul 19.00 –
7 Wahyu Ajizah 20.45 yang
8 Rizal Yuli bertempat di
9 Mukhlis Hamda madrasah samping
10 Yesa Tina khusus sorogan
11 Raka Ulpah binadhar Qiraat
12 Arifin Novi Sab’ah
13 Dadang Ima
14 Jajang Sesi
15 Ade Pipit
16 Muhyi Selli
17 Dadi Iin
18 Winda
19 Ulfi
20 Nia
21 Dida
22 Umi
23 Hilda
24 Aas
(SD.ASY.FMPKK.2)

2. Jadwal pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Asy Syifa


Tabel 4.7
Jadwal Pembelajaran Kitab Kuning
No Waktu Pukul Kitab yang dipelajari Pengajar

08.00 – Jurumiyyah, Imriti dan KH.M. Syan


1
10.00 Kailani Abdul Khaliq
Setiap Hari
(kecuali kamis 10.00 – Syarah Kitab Ustadz Rijal
dan Jumat) 11.30 Safinatunnaja & Kailani Mushaffa
2 (senin & selasa), Syarah
Kitab Tanqihul Qaul dan
Kailani (rabu), Syarah
103

Kitab Safinatunnaja dan


Tahkihul Qaul (sabtu),
Ta’limul Muta’alimin &
Tanqihul Qaul (Minggu)

13.00 – Murattal Al-Qur’an dan Santri Putra


14.00 materi ilmu tajwid Senior (
3
Hambali, Rijal
dan Mukhlis)

14.00 – Safinatunnaja, Riyadush KH.M. Syan


4 15.30 Shalihin, Aqidah Abdul Khaliq
Awaliyyah

16.15 – Mujawwaj Al-Qur’an KH. Ujang


5
17.15 Hidayat

21.00 – Nihayah Qaul Mufidz KH. Ujang


6
22.00 Hidayat

(SD.ASY.FMPKK.2)

a. Jadwal Pengajian Bersama Pondok Pesantren Asy Syifa

Pukul : 09:00 - 10:30

Tempat : Madrasah Utama

Pengajar : Ustadz Rizal Mushaffa

Tabel 4.8
Jadwal Pengajian Bersama
No Hari Materi/Kitab
1 Senin Syarah Kitab Safinatunnaja & Kailani
2 Selasa Syarah Kitab Safinatunnaja & Kailani
3 Rabu Syarah Kitab Tanqihul Qaul dan Kailani
4 Sabtu Syarah Kitab Safinatunnaja dan Tahkihul Qaul
5 Minggu Ta’limul Muta’alimin & Tanqihul Qaul
b. Kelas Pengajian Santri Putra kelas Ibtida Pondok Pesantren Asy
Syifa
Pengajar : Ustadz Rijal Mushaffa
104

Waktu : 18:30
Tempat : Madrasah Utama

Tabel 4.9
Jadwal Pengajian Santri Putra kelas Ibtida
No Waktu Materi Pembahasan
1 Malam Sabtu Sorogan Al-Qur’an dan materi tentang Tajwid
2 Malam Minggu Setoran Nadham Tuhfatul Athfal, Fathur Rahman dan Al
Jazariyyah
3 Malam Senin Sorogan Al-Qur’an dan Materi tentang Tajwid
4 Malam Selasa Setoran Juz Amma ( Juz 30)
5 Malam Rabu Kitab Mustalah Tajwid dan Safinah
6 Malam Kamis Setoran Tashrifan

c. Pengajian Bersama Sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa

Tabel 4.10
Jadwal pengajian bersama sesepuh Pondok Pesantren Asy Syifa
No Waktu Tempat Pengajian Keterangan
1 07:00 – 10:00 Madrasah Sorogan Qiraat Sab’ah Santri Putra
tertentu
2 19:00 – 20:45 Madrasah Sorogan Qiraat Sab’ah Santri Putri
tertentu
3 13:00 – 13:30 Madrasah Utama Murattal Al-Qur’an Seluruh Santri-
santriwati
4 16:45 – 17:30 Madrasah Utama Mujawwaz Al-Qur’an Seluruh Santri-
Santriwati
5 21:00 – 22:00 Madrasah Utama Pengajian Kitab Seluruh Santri-
Nihayah Qaul Mufidz Santriwati

d. Kelas Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi Pondok Pesantren

Asy Syifa

Pengajar : KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq

Waktu : 19:30

Tempat : Mesjid Pondok Pesantren Asy Syifa


105

Tabel 4.11
Jadwal Pengajian Santri Putra Kelas Tsanawi
Waktu Materi

 Tafsir Jalalaini
Minggu, senin, selasa, jumat
 Alfiyyah Ibn Malik
dan sabtu
 Riyadush Shalihin

Pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini masih

menggunakan metode-metode klasik khas pondok pesantren seperti sorogan,

bandongan, hafalan, dan nadhaman. Setiap metode yang digunakan disesuaikan

dengan kebutuhan dan orientasi pembeajaran itu sendiri. Pada dasarnya

pembelajaran di pesantren berlangsung satu arah teacher centered santri

mendengarkan, menulis tanpa bisa melakukan tanya jawab dengan kiai yang

mengajarkannya. Pola tersebut menjadi pola yang sangat khas di pondok

pesantren dan begitu pula di pondok pesantren Asy Syifa. KH. Ujang Hidayat,

KH. M. Syan, Ustadz Rijal dan Ustadzah Neli menjadi pusat pembelajaran disana,

kitab-kitab yang dipelajari di pondok pesantren ini diajarkan oleh beliau-beliau.

(W.ASY.URM.4)

Dalam Pembelajaran Al-Qur'an ditekankan menggunakan metode sorogan,

agar tingkat ke-fashihatan santri dalam melapalkan huruf demi huruf Al-Qur'an

bisa secara langsung didengarkan oleh pengajar dan jika ada kesalahan bisa

langsung di koreksi oleh pengajar. Hal ini didasarkan bahwa dalam belajar Al-

Qur'an haruslah Talaqi atau Face to Face antara santri santri dengan sang

penagajr agar bisa secara langsung bisa terpantau perkembangnnya dan bisa

tercapaai shihatush sanad.


106

Dalam Pembelajaran kitab-kitab ulumul Qur'an seperti Tuhfatul Athfal, Al

Jazariyyah, Nihayah Qaul Mufidz pengajar menggunakan metode bandongan

yaitu santri mendengarkan apa yang dipaparkan oleh kiyai kemudian santri

mencatatnya dan disela pemamaparan materinya itu pengajar juga menggunakan

metode demonstrasi yaitu mencontohkan materi-materi yang disampaikannya itu

agar santri bisa memehami secara teori dan juga praktek dalam pembelaaran

ulumul qur'an tersebut. Dan dalam pembelajaran tersebut, pengajar menjadi sosok

central dan proses transfer ilmu kepada para santrinya. (W.ASY.KUH.3.)

Metode tersebut juga berlaku dalam pembelajaran ilmu Nahwu

(jurumiyyah, imriti dan Alfiyyah) serta ilmu Sharaf (Kailani) santri mendengarkan

penjelasan dari pengajar, mencatat apa yang didengar (istilah pesantren di sebut

nge-logat) kemudian santri mempraktekan apa yang difahami dari

pembelajarannya tersebut. sebagai contoh dalam pembelajaran nahwu , santri

harus bisa memparkan kembali materi yang telah dicatatnya dan melafalkan setiap

nadham yang sebelumnya di sampaikan oleh pengajar terkait materi yang

disampaikan. Sebagai contoh santri harus bisa menjelasan kembali konsep-konsep

gramatical bahasa arab dari ilmu nahwu yang dipelajarinya tersebut, seperti

konsep isim, fiil, mubtada, khabar, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran ilmu sharaf pengajar mengguakan metode

bandongan dengan tujuan agar sntri mengetahui konsep-konsep ilmu sharaf

tersebut dan pengajar juga menggunakan metode demontrasi agar santtri

mengeahui perubahan perubahan dari kata dalam bahasa arab tersebut dan fungsi

dari kata terebut. santri juga selain dituntut mengetahui konsep dan pengertian
107

ilmu sharaf serta bisa mempraktekan perubahan-perubahan kata dalam bahasa

arab seperti madli, mudhari', masdar, fail, isim zaman, isiam makan, kata nahi

dan kata amr.

Pembelajaran kitab Hadist, Tafsir, Fiqh serta Akhlak lebih di tekankan

pada pengetahun yang sifatnya kognitif, para santri dituntut mengatahui konsep-

konsep serta dalil-dalil dari kitab-kitab yang diajarkan serta bisa menghafal serta

mempraktekannya dalam keseharian. Metode bandongan menjadi metde yang

sering digunakan dalam pembelajaran kitab-kitab riyadhus salihin, tanqihuk qaul,

ta'lim muta'allim, safinatunnaja, bajuri, tdan afsir jalalaini santri mendengarkan

pemaparan materi dan pasal-pasal yang dipaparkan serta penjelasan yang

paparkan oleh ustadz/kiai kemudian di tulis, dibaca dan difahami serta kemudian

di amalkan dalam keseharian para santri di pondok pesantren Asy Syifa.

(W.ASY.UNA.2)

Seluruh pembelajaran keilmuan yang dijarkan di pondok pesantren Asy

Syifa sebisa mungkin dilksanakan dengan sangat konferhensif yang mana dlam

setiap kajiannya dilakukan dengan sangat sistematis dari mulai kitab yang sangat

mendasar, menegah hingga pada kitab yang menuntut santri menganalisis dengan

tajam. Proes pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa di lakukan oleh seluruh

dewan kiai dan ustadz dan pada proses-proses tertentu juga melibatkan para santri

senior untuk menjadi tutor pengembangan santri.

Kitab-kitab yang diajarkn dipondok pesantren Asy Syifa diharapkan bisa

memberikan dampak yang baik bagi para santrinya dan juga sebagai proses

pelestraian khazanah keilmuan islam. Dengan mempelajari kitab-kitab klasik,


108

pondok pesantren Asy Syifa di tuntut untuk bisa menjadi tempat dalam

penyebaran keilmuan Islam, dan reproduksi ulama di masa mendatang.

D. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-


Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung

Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk

mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan,

mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-

bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah

meraka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Serta

menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemejuan,

taraf perkembangan, taraf pencapaian kegiatan belajar peserta didik.

Bentuk evaluasi pembelajaran dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah penilain berupa tes (soal-soal atau

pertanyaan) yang diselenggarakan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari

peserta didik. Evaluasi sumatif adalah penilaian berupa tes yang dilakukan setelah

proses belajar mengajar selesai dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu

semester atau satu caturwulan.

Pembelajaran dikebanyakan pondok pesantren termasuk di pondok

pesantren Al-Qur’an Asy Syifa berorientasi pada ketuntasan materi, satu kitab
109

dipelajari secara terus menerus dan berulang ulang hingga pada akhirnya santri

memahami isi dan kandungan dari kitab yang dipelajarinya tersebut. Namun ada

beberapa pembelajaran juga yang menggunakan evaluasi secara konferhensif

untuk mengkur ketercapaian dan pemahaman dari setiap bab yang dijarkan.

1. Evaluasi pembelajaran Ulumul Qur’an.

Sebagai pesantren Al-Qur’an, pondok pesantren AL-Qur’an Asy Syifa

mengkhususkan pembelajarannya pada ilmu ini, sistem pembelajarannya

tersistematis dengan sangat baik. Karena pembelajaran Al-Qur’an harus

dimulai dari tahap yang sangat dasar hingga yang paling tinggi.

Pembelajaran Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

berlangsung secara langsung yaitu dengan sistem sorogan yaitu dengan

sistem face to face, jadi dengan sistem ini pengajar bisa mengetahui secara

langsung kelebihan dan kekurangan dari santri dalam pembacaan Al-

Quran baik itu dari segi pelafalan, makharijul hurufnya hingga sifatul

hurufnya. (W.ASY.KUH.4.)

Proses sorogan ini berangsung di kalangan santri putra maupun santri

putri yang secara langsung dipantau oleh putra sesepuh KH. Ujang

Hidayat yaitu ustadz Rizal Mushaffa dan Ustadzah Neli Amelia. Setiap

santri yang sudah memiliki bacaan yang fashihat dan lulus kriteria maka

santri tersebut berhak melanjutkan dan direkmendasikan untuk mengaji

sorogan binadhor Al-Qur’an langsung ke sesepuh pondok pesantren untuk

bisa melanjutkan jnjang pengajian qiraat sab’ah, karena sorogan dengan


110

sesepuh pesantren merupakan tingkatan tertinggi dalam pembelajaran

pembacaan Al-Qur’an karena yang dipelajarinya adalah qiraat sab’ah.

Kriteria seorang santri bisa melanjutkan jenjang pengajian Al-Qur’an

ketingkat yang lebih tinggi adalah pemahaman sntri tersebut terhadap isi

dari kitab yan mengulas tentang ilmu Qur’an itu sendiri. Seperti contoh

santri harus sudah hafal kaidah-kaidah, hukum bacaan, waqaf ibtida, serta

pendapat-pendapat para ulama ahli Qura terkait ilmu al Qur’an serta santri

juga hafal dan memahami setiap nadham-nadham yang terdapat dari kitab-

kitab ulumul Qur’an yang diajarkan seperti tuhfatul athfal, tibyan, al

jazariyya hingga nihayah qaul mufidz.

Evaluasi pembelajaran ini berlangsung secara formatif, sebelum

pembelajaran dimulai setiap santri wajib melafalkan kembali materi serta

nadham-nadham yang sebelumnya telah dipalajari sembari menunggu

kehadiran pengajar ke kelas pengajian, proses ini berlangsung sekitar 5-20

menit sebelum pembeljaran dimulai. Jadi santri karena secara terus

menerus mengulang materi, mengulan hafalan nadham, mereka menadi

hafal dan memahami isi dari kitab yang dipelajari.

Proses evaluasi formatif terkait pemahaman ilmu Qur’an yang

diajarkan adalah pada pembelajaran murattal, santri harus bisa melafalkan

dengan fasihat setiap huruf Qur’an dan santri juga harus mengetahui

hukum pembacaan Al-Qur’an itu sendiri dengan jelas, lengkap dengan

kaidah, pengertian, serta nadhamnya. Hal ini dilakukan agar santri bisa
111

mengetahui secara koferhensif terkait ilmu Al-Qur’an baik itu secara

konsep/dasar maupun secara praktek dan aplikasinya.

2. Evaluasi Pengajian Kitab Kuning

Berbeda dengan pembelajaran keilmuan lainnya seperti Nahwu, sharaf

Fiqh, Tauhid, Akhlak, dan Hadist maupun tafsir, pembelajaran yang

diajarkan berorientasi pada tingkat ketuntasan saja, tidak ada test evaluasi

secara formaif maupun sumatif. Namun corak pembelajaran pesantren

yang berlangsung secara terus menerus, berulang ulang, semakin lama

semakin mendalam secara langsung akan menggiring para santrinya untuk

bisa memahami setiap bab atau pasal yang diajarkan. Setiap hari santri

bertemu dengan ustadz yang sama, kitab yang sama, metode yang sama

terus saja seperti itu hingga pada akhirnya santri bisa memahami isi dari

kitab yang pelajari karena seringnya santri tersebut berinteraksi dengan

kitab tersebut.

Santri akan faham ilmu nahwu karena dia terus menerus belajar kitab

jurumiyyah, imriti, yaqulu hingga alfiyyah ibn malik, hingga pada

akhirnya santri bisa memahami gramatikal arab, posisi kalimat, i’rob

kalimah, kaidah pembacaan hingga akhirnya bisa membaca kitab kuning

tanpa harakat. Santri akan faham ilmu sharaf dengan terus belajar kitab

kailani, hingga akhirnya santri bisa merubah mufradat bahasa arab sesuai

dengan konteks dan kedudukan kalimatnya. Dengan belajar kitab safinah,

al bajuri, ianah thalibin dengan terus menerus, santri bisa memahami


112

terkait hukum-hukum dalam islam yang bisa menuntun mereka

menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim.

Belajar kitab Riyadhussalihin, Tanqihul Qaul dan Musthala Hadist

secara terus menerus, santri bisa memehamai hadist-hadist yang berkenaan

dengan hukum-hukum islam serta hadist-hadist yang berkenaan dengan

fenomena-fenomena tertentu serta keseharian, dan menjadikan hadist

sebagai sumber rujukan hukum setelah Al-Qur’an. Akhir dari

pembalajaran kitab Ta’lim muta’allim santri mengetahui terkait etika dan

tata cara dalam menuntut ilmu, agar proses menuntut ilmu benar-benar

menjadi proses penuh berkah maka santri harus mengetahui ilmunya.

Dengan belajar tafsir santri akhirnya bisa mengetahui terjemah tersurat

dari sebuah terjemah dan konteks ayat serta asbabun nuzul maupun

munasabah ayat itu sendiri.

Pada satu sisi memang tidak ada sebuah test untuk mengukur dalam

ranah kognitif , namun semua pembelajaran di pesantren diorientasikan

untuk bisa merubah yang berdampak pada ranah afektif dan psikomotorik

seluruh santrinya yang mana pada akhirnya santri bisa mengamalkan apa

yang dia pelajari selama belajar di pondok pesantren dan kemudian bisa

mengarahkan mereka menjadi sosok-sosok yang shalih/shalihah ilmu yang

didapat akan senantiasa berguna untuk umat. (W.ASY.URM.5).

Evaluasi dari pembelajaran ulumul Qur’an dan kitab kuning yang di

ajarkan di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini menggunakan sistem

sorogan, bandongan dan hafalan tersebut umumnya pembelajaran yang ada di


113

pondok psantren salafiyah, karena pada dasarnya santri dilatih untuk

mengembangkan keilmuannya yang telah disampaikan oleh kiyai atau ustadz.

Sistem sorogan untuk pembelajaran Al-Qur’an dapat dilakukan dengan face to

face atau muajahah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari santri

tersebut dalam pembacaan Al-Quran baik itu dari segi pelafalan, makharijul

hurufnya hingga sifatul hurufnya. Sistem hafalan untuk pengajian atau

pembelajaran kitab kuning iu sendiri seperti dalam pemahaman kitab jurumiah,

imriti, yaqulu dengan nadhoman yang dilafalkan setiap kali sebelum pembelajaran

itu berlangsung sambil menunggu pengajar datang santri melafalkannya sekitar 5-

20 menit, itupun untuk mereview santri sebagai hasil dari pembelajaran kitab

kuning yang dipelajarinya. Bandongan disini dapat dilakukan oleh santri senior

maupun oleh ustadz/ustadzah, kiyai disini memantau dalam keberlangsungan

proses pembelajaran itu sendiri. Dengan cara seperti itu santri dapat menerapkan

hasil yang diperoleh. Sorogan, bandongan dan hafalan disini sebagai tolak ukur

dari evaluasi pembelajaran untuk para santri agar senantiasa ilmu yang

didapatkannya itu sendiri bisa berdampak untuk kedepannya jika mereka sudah

menjadi alumni dan dapat berguna untuk lingkungan sekitarnya.

Banyak alumni yang menjadi kiyai atau menjadi tokoh masyarakat

dilingkungannya karena mereka menerapkan hasil dari pembelajaran yang mereka

dapatkan selama mondok di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa, baik dalam

pembelajaran Al-Qur’an maupun kitab kuning. Adanya pembelajaran di pondok

pesantren ini menjadi perhatian paling serius, hal ini yang menjadikan pondok

pesantren sebagai sarana menuntut ilmu bukan hanya untuk para santrinya itu
114

sendiri yang mondok, akan tetapi juga untuk para warga sekitarnya untuk

memperdalam dan memperkokoh keilmuan agamanya.


115

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa Cicalengka Bandung maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa terletak di Jalan Raya Barat Blk.

N0.83 RT 02/05, Kampung Kebon Kalapa, Desa Panenjoan, Kecamatan

Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pondok Pesantren ini terletak di sebelah

barat dari Alun-alun Kecamatan Cicalengka sekitar 3,5 KM ke arah barat,

serta berdekatan dengan Pondok Pesantren lainnya seperti Pondok

Pesantren Al Falah, Al Hidayah, dan Al Faruuq.

2. Manajemen pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an

Asy Syifa memiliki keunikan tersendiri selain dari pada penggunaan

metode khas pesantren (tradisional) juga dikarenakan banyaknya keilmuan

yang diajarkan di pondok pesantren. Perencanaan pembelajaran di pondok

pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ini berakar pada kemampuan santrinya itu

sendiri, jika santri tersebut masih awam keilmuan pesantrennya dalam

pembelajaran kitab maka disesuaikan dengan diorientasikan mempelajari

kitab-kitab yang mendasar. Begitupula santri senior yang dilanjutkan

dengan kitab-kitab yang lebih tinggi dalam memperdalam keilmuannya.

Para santri mempelajari kitab sesuai dengan jenjang kitab-kitab yang

sudah ditentukan dari yang ringan hingga yang berat.

3. Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an

Asy Syifa dibagi menjadi dua sistem klasikal yaitu ibtida/tsanawi. Adapun
116

pembagian local belajar hanyalah merupakan pengelompokkan dalam

belajar untuk bersama-sama mempelajari kitab yang sudah ditentukan

tersebut. Di pesantren ini menggunakan sistem bandongan, sorogan dan

nadhaman dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning maupun Al-

Qur’an sesuai dengan kebutuhan dan orientasi pembelajaran itu sendiri.

Proses pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa dilakukan oleh

seluruh dewan kyai dan ustadz dan pada proses-proses tertentu juga

melibatkan para santri senior untuk menjadi tutor dalam pengembangan

santri.

4. Evaluasi pembelarajaran kitab kuning di pondok pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa berorientasi pada ketuntasan materi, satu kitab dipelajari secara terus

menerus dan berulang ulang hingga pada akhirnya santri memahami isi

dan kandungan dari kitab yang dipelajarinya tersebut. Ada beberapa

pembelajaran yang menggunakan evaluasi secara konferhensif untuk

mengukur ketercapaian dan pemahaman dari setiap bab yang dijarkan.

Evaluasi dari para santrinya itu sendiri bisa mengamalkan apa yang

dipelajari selama belajar di pondok pesantren dan kemudian bisa

mengarahkan mereka menjadi sosok-sosok yang shalih/shalihah yang

nantinya dapat senantiasa berguna untuk umat

B. Implikasi Hasil Penelitian


Pondok pesantren yang bercorak salafiyah, perlahan mulai di tinggalkan

oleh para pengagumnya karena masyarakat memandang bahwa tidak ada hal yang

di anggap menarik dari lembaga ini dan tidak ada yang bisa di jual dari lembaga

pendidikan yang bercorak seperti ini. Berbeda halnya dengan pesantri khalafi
117

yang memiliki sesuatu yang bisa mereka jual dari lembaga tersebut sehingga

sebagai daya tarik minat masyarakat untuk belajar di pesantren.

Bagi penulis penelitian ini sangat berguna dan bermanfaat sekali untuk

keberlangsungan penyusunan skripsi, mendapatkan wawasan keilmuan, serta

penulis dapat memahami dan mendalami mengenai pembelajaran kitab kuning

yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa itu sendiri. Selain dari pada

itu penulis dapat mengetahui perbedaan antara budaya pesantren salafi serta

khalafi.

Bagi masyarakat dilihat dari mutu lulusan pondok pesantren salafiyah ini

yang tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang diajarkan oleh kyai di pondok

pesantren. Sama halnya dengan manajemen pembelajaran kitab kuning dan

pembelajaran ulumul Qur’an yang ada di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

tentunya memiliki dampak bagi santri terutama setelah mereka lulus dari

pesantren lalu mengamalkan ilmunya sehingga dapat berguna bagi masyarakat

setelah mereka kembali dan menjadi ulama di lingkungannya masing-masing.

Berbicara mengenai lulusan pesantren salafi jauh di atas mereka yang khalafi.

Karena jika melihat bahwasannya banyak para kyai yang lahir dan tokoh

masyarakat yang lahir dari corak pendidikan salafiyah tersebut.

Dalam meningkatkan kualitas Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung diharapkan agar

lebih ditingkatkan kembali untuk pendekatan pondok pesantren kepada

masyarakat agar para orang tua ada keinginan untuk mendidik anaknya di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa serta mampu menunjukan kepada masyarakat luas
118

bahwa pembelajaran kitab kuning di pesantren tradisional pun tidak kuno atau

ketinggalan zaman.
119

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan Terminal


Induk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas
Gadjah Mada.

Arifin Mochamad (2014) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


(Studi Komparasi Sdit Assalamah Dengan Sdi Istiqomah Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/ 2014).
Tesis. Tidak Diterbitkan

Arifin, Zainal (2012) Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-
Maliki Press.

Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam, Rineka Cipta :


Jakarta
Departemen Agama, (2003) Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta:
Departemen Agama RI

Departemen Agama, (2008) Hubungan Antar Manusia: Tafsir Al-Qur’an Tematik.


Jakarta: Departemen Agama RI

Dhofier, Zamakhsyari (2011) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup


Kiyai Jakarta: LP3ES

Fattah, Nanang (2004) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Gazali, Hatim. (2008). Revitalisasi Peran dan Fungsi Pesantren. Diakses dari
http://gazali.wordpress.com/2008/04/24/revitalisasi-peran-dan-
fungsipesantren/ diakses 28 Oktober 2016

Haerana, (2016) Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan


Teori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Media Akademi.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007) Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah,


Jakarta: PT Bumi Aksara

Ismail, Faisal, (2003) Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi


Press.

James A.F. Stoner dan R. Edwar Preman, (1989) Management, (New Jersey:
Prentice-Hall International,Inc,
120

Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan


Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

L. Hakim, (2003) Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen Agama


Ditpekanpontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam

Maghfurin, Ahmad (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar & IAIN Walisongo

Mansur, Muslich, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Konstekstual, Jakarta: Bumi Aksara

Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.


Masyhud, Sulthon dkk, (2003) Manajemen Pondok Pesantren, Diva Pustaka :
Jakarta.

Moleong, J Lexy,(2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Rahman, Musthofa dkk., (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Rusman, (2011) Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada


Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Scriven, M. (1991). Evaluation thesaurus (4th ed.). Newbury Park, CA: Sage.
(www.hfrp.org. diakses 1 April 2016)

Sisk, Hanry L. (1969) Principles of Management a System Appoach toThe


Management Proces, Chicago: Publishing Company

Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren Studi Transformasi


Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta : LKiS

Sudijono, 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrapindo


Persada

Sudrajat, Akhmad Diakses dari


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-pelaksanaan-
proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41). (http://artikel-
az.com/pengertian-metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017:
21;16).
121

Syafaruddin, (2005) Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cet.1. Jakarta:


Ciputat Press.

Syaifuddien, Zuhriy (2011) Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter Pada


Pondok Pesantren Salaf. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta .Walisongo,
Volume 19, Nomor 2, November 2011

Tabroni, Dkk (2006) Pengembangan Pendidikan Berbasis Umat. Bandung:


Sekertariat Pemerintah Jawa Barat

Tafsir, Ahmad, (2010) Ilmu Pendidikan Islam. Rosda : Bandung


Tayibnafis, Farida Yusuf, 2000. Evaluasi Program. Jakrta: Rineka Cipta
Terry, (1996) Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grafika Off set,
Terry, George R. (1997) Principal of Management (Illinois: Homewood: Richard
D. Irwin Inc.

Thoha, Miftah (1995) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Triwiyanto, Teguh (2015) Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi


Aksara: Jakarta

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.


Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara

Wahid, Abdurrahman (1999) Bunga Rampai Pesantren Jakarta: Dharma Bhakti


Wayne K. Hoy and Cecil G. Misckel, (2015) Educational Administration. (New
York: Random House.
1

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Muhammad. 2007. Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan Terminal


Induk Km. 6 Banjarmasin. (Tesis). Yogyakarta: MPKD Universitas
Gadjah Mada.

Arifin Mochamad (2014) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


(Studi Komparasi Sdit Assalamah Dengan Sdi Istiqomah Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/ 2014).
Tesis. Tidak Diterbitkan

Arifin, Zainal (2012) Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Baharuddin dan Moh. Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-
Maliki Press.

Daulay, Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam, Rineka Cipta :


Jakarta
Departemen Agama, (2003) Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta:
Departemen Agama RI

Departemen Agama, (2008) Hubungan Antar Manusia: Tafsir Al-Qur’an Tematik.


Jakarta: Departemen Agama RI

Dhofier, Zamakhsyari (2011) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup


Kiyai Jakarta: LP3ES

Fattah, Nanang (2004) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Gazali, Hatim. (2008). Revitalisasi Peran dan Fungsi Pesantren. Diakses dari
http://gazali.wordpress.com/2008/04/24/revitalisasi-peran-dan-
fungsipesantren/ diakses 28 Oktober 2016

Haerana, (2016) Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan


Teori Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Media Akademi.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007) Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah,


Jakarta: PT Bumi Aksara

Ismail, Faisal, (2003) Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi


Press.

James A.F. Stoner dan R. Edwar Preman, (1989) Management, (New Jersey:
Prentice-Hall International,Inc,
2

Kartono, Kartini. 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan, dan


Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

L. Hakim, (2003) Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Departemen Agama


Ditpekanpontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam

Maghfurin, Ahmad (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar & IAIN Walisongo

Mansur, Muslich, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Konstekstual, Jakarta: Bumi Aksara

Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.


Masyhud, Sulthon dkk, (2003) Manajemen Pondok Pesantren, Diva Pustaka :
Jakarta.

Moleong, J Lexy,(2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.

Rahman, Musthofa dkk., (2002) Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Rusman, (2011) Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada


Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, terj. Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Scriven, M. (1991). Evaluation thesaurus (4th ed.). Newbury Park, CA: Sage.
(www.hfrp.org. diakses 1 April 2016)

Sisk, Hanry L. (1969) Principles of Management a System Appoach toThe


Management Proces, Chicago: Publishing Company

Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren Studi Transformasi


Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta : LKiS

Sudijono, 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrapindo


Persada

Sudrajat, Akhmad Diakses dari


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-pelaksanaan-
proses-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017, 21;41). (http://artikel-
az.com/pengertian-metode-pembelajaran/, diakses 03 Februari 2017:
21;16).
3

Syafaruddin, (2005) Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cet.1. Jakarta:


Ciputat Press.

Syaifuddien, Zuhriy (2011) Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter Pada


Pondok Pesantren Salaf. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta .Walisongo,
Volume 19, Nomor 2, November 2011

Tabroni, Dkk (2006) Pengembangan Pendidikan Berbasis Umat. Bandung:


Sekertariat Pemerintah Jawa Barat

Tafsir, Ahmad, (2010) Ilmu Pendidikan Islam. Rosda : Bandung


Tayibnafis, Farida Yusuf, 2000. Evaluasi Program. Jakrta: Rineka Cipta
Terry, (1996) Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grafika Off set,
Terry, George R. (1997) Principal of Management (Illinois: Homewood: Richard
D. Irwin Inc.

Thoha, Miftah (1995) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Triwiyanto, Teguh (2015) Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi


Aksara: Jakarta

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.


Uno, Hamzah B. (2006) Orientasi dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara

Wahid, Abdurrahman (1999) Bunga Rampai Pesantren Jakarta: Dharma Bhakti


Wayne K. Hoy and Cecil G. Misckel, (2015) Educational Administration. (New
York: Random House.
KISI-KISI PENELITIAN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)

No POKOK MASALAH TPD POKOK SUMBER DATA KET/


WAKTU
1 Latar Alamiah Dan Kondisi  Observasi  Lokasi
Objektif Pondok Pesantren Al-
Pesantren
Qur’an Asy Syifa Cicalengka
Bandung.  Wawancara  Kyai

1. Letak Geografis  Ustadz/Us


2. Sejarah Pondok Pesantren
tadzah
Al-Qur’an Asy Syifa
a. Awal Mula Tahun  Santri
Berdirinya Pondok  Alumni
Pesantren Al-Qur’an
 Masyarak
Asy Syifa
b. Tujuan (Visi, Misi dan at
Strategi Pendirian
Pondok Pesantren Al-
 Studi  Profil
Qur’an Asy Syifa)
c. Pendiri pertama Pondok Dokumenta Pesantren(
Pesantren Al-Qur’an
si dokumen)
Asy Syifa
3. Kondisi Fisik Sarana
a. Jumlah
Gedung/Bangunan
b. Jumlah Kelas/Ruang
Belajar
c. Luas Tanah Pondok
Pesantren Al-Qur’an
Asy Syifa
d. Fasilitas
Penujang/Pendukung
1. Mesjid
2. Asrama Santri
Putra/Putri
3. Madrasah/Aula
4. Dapur
5. Kamar Mandi
6. Tempat Penjemuran
Pakaian
2 Perencanaan Pembelajaran  Observasi Pesantren
Kitab Kuning di Pondok
 Wawancara  Kyai
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung  Ustadz/Us

1. Kitab-kitab yang dipelajari tadzah


di pondok pesantren Al-
Qur’an Asy Syifa
2. Tujuan pembelajaran  Studi Dokumen

pondok pesantren Al- Dokumenta


Qur’an Asy Syifa
si
3. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah
4. Kompetensi yang
diharapkan dan
pembelajaran
3 Pelaksanaan Pembelajararan  Observasi  Pesantren
Kitab Kuning di Pondok
 Wawancara  Kyai
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung  Ustadz/Us

a. Proses Pembelajaran tadzah


1. Pendidik/Ustadz/
 Santri
Ustadzah
2. Peserta Didik/ Santri  Studi Dokumentasi
3. Waktu Pembelajaran Dokumenta
4. Metode
si
5. Kurikulum
6. Lingkungan
7. Sarana Prasrana
8. Strategi Manajemen
9. Orientasi MataPelajaran
4 Evaluasi Dari Pembelajaran  Observasi  Lokasi
Kitab Kuning di Pondok
pesantren
Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung  Wawancara  Kyai

a. Output Santri  Ustadz/Us


 Tingkat Pemahaman
tadzah
Materi
 Santri

 Alumni

 Studi  Dokumen

Dokumenta

si
INSTRUMEN PENELITIAN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung)

No Pokok Masalah Teknik Sumber Data Koding


Pengumpulan
Data
1 Latar Alamiah Dan Kondisi Objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
Cicalengka Bandung.
1. Letak Geografis Observasi Mengamati
a. Lokasi fisik tentang
lokasi pondok
pesantren

Wawancara Ustadz Rijal W.ASY.U


Mushaffa RM.1

2. Sejarah Pondok Pesantren Al-


Qur’an Asy Syifa
a. Awal Mula Tahun Berdirinya
Wawancara Kiyai/ W.ASY.
Pondok Pesantren Al-Qur’an
pimpinan KUH.1.
Asy Syifa
pondok
b. Tujuan (Visi, Misi dan
pesantren
Strategi Pendirian Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa)
c. Pendiri pertama Pondok
Pesantren Al-Qur’an Asy
Wawancara Ustadz
Syifa
3. Kondisi Fisik Sarana
a. Jumlah Gedung/Bangunan
b. Jumlah Kelas/Ruang Belajar
Studi Profil SD.ASY.
c. Luas Tanah Pondok Pesantren
Dokumentasi Pesantren FMPKK.1
Al-Qur’an Asy Syifa
(dokumen)
d. Fasilitas Penujang/Pendukung Wawancara Ustadz
1. Mesjid
2. Asrama Santri Putra/Putri
3. Madrasah/Aula
4. Dapur
5. Kamar Mandi
6. Tempat Penjemuran
Pakaian

2 Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy


Syifa Cicalengka Bandung.

1. Kitab-kitab yang dipelajari di Wawancara Kiyai/ W.ASY.


pondok pesantren Al-Qur’an Asy Pimpinan KUH.2.
Syifa pondok
2. Tujuan pembelajaran pondok
pesantren Al-Qur’an Asy Syifa
3. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah
4. Kompetensi yang diharapkan dan
pembelajaran
3 Pelaksanaan Pembelajararan Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung
a. Proses Pembelajaran W.ASY.U
1. Pendidik/Ustadz/ Ustadzah Wawancara Ustadzah NA.3
2. Peserta Didik/ Santri
3. Waktu Pembelajaran Studi Dokumen/ SD.ASY.
Dokumentasi arsip FMPKK.3
4. Metode Wawancara Kiyai W.ASY.K
5. Kurikulum UH.3
6. Lingkungan
7. Sarana Prasrana
8. Strategi Manajemen
9. Orientasi MataPelajaran
4 Evaluasi Dari Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy
Syifa Cicalengka Bandung
1. Output Santri Wawancara Ustadz Rijal W.ASY.U
2. Tingkat Pemahaman Materi Mushaffa RM.4
PEDOMAN OBSERVASI

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)

A. Latar Alamiah Dan Kondisi Objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa Cicalengka Bandung

1. Keadaan letak geografis Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung

2. Luas tanah Keseluruhan yang dimiliki Pondok Pesantren, sumber serta

status pesantren

3. Kondisi fisik dan fasilitas pendidikan, Meliputi :

a. Kantor pesantren

b. Asrama Santri Putra/Putri

c. Masjid

d. Aula

e. Dapur

f. Kamar mandi

g. Tempat penjemuran pakaian


PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)

Wawancara dengan Kiyai Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

1. Bagaimana latar alamiah Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung ?

2. Pada tahun berapa Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung Berdiri ?

3. Siapakah Pendiri Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung?

4. Apa Tujuan, Visi dan Misi Pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung ?

5. Bagaimana perencanaan Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

6. Bagaimana pelaskanaan Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

7. Apasaja jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami santri di Pondok pesantren

Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

8. Apa yang melatar belakangi sulitnya manajemen pembelajaran kitab kuning?

9. Apa yang dilakukan untuk mengatasinya ?


10. Bagaimana hasil dari manajemen pembelajaran di Pondok pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

Wawancara dengan Tata Usaha Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung

1. Berapakah jumlah ruang belajar yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy

Syifa Cicalengka Bandung ?

2. Bagaimana status tanah dan berapa luas tanah yang dibangun di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

3. Fasilitas apa saja yang tersedia di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung ?

4. Berapa jumlah bangunan seluruhnya ?

5. Ada berapa jumlah ustadz/ ustadzah yang mengajar di Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?

6. Berapa jumlah peserta didik/ santri di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung ?

7. Bagaimana syarat dan cara penerimaan peserta didik di Pondok Pesantren Al-

Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung ?


Wawancara dengan Ustdaz/Ustadzah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung

1. Bagaimana proses pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?

2. Bagaimana metode pembelajaran di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?

3. Bagaimanalingkungan di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?

4. Bagaimanapenyaringanmurid di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?

5. Bagaimanaevaluasipembelajaran di pondokpesantren Al-Qur’an Asy Syifa ?


PEDOMAN MENYALIN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KITAB KUNING

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Qur’an Ay Syifa Cicalengka Bandung)

A. Kondisi Objektif di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung

1. Data tentang kondisi objektif Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa

Cicalengka Bandung, meliputi : keadaan fasilitas pendidikan, jumlah

kelas, fasilitas lainnya, keadaan pendidik, peserta didik, dan lokasi Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung

2. Data tentang latar alamiah yang meliputi : sejarah berdiri, letak geografis,

tujuan, visi dan misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung.

B. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka

Bandung meliputi :

1. Data tentang system manajemen pembelajaran kitab kuning di Pondok

Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung

C. Data tentang proses dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran kitab

kuning di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung yang

meliputi ;

1. Perencanaan pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran

3. Hasil yang dicapai


Kegiatan pengajian bersama KH.Ujang Hidayat
Ngalogat sebagai salah satu metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren
Asy Syifa kepada santri agar dapat memahami isi dari kitab yang disampaikan oleh
Kiyai/Ustadz dalam memahami materi yang disampaikan.
Masjid Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung
Kegiatan Sholat Berjama’ah Santri Putri

Asrama Santri Putri Pondok PesantrenAl-Qur’an Asy Syifa


CATATAN STUDI DOKUMENTASI

SD.ASY.FMPKK.2

1. Fokus : Perencanaan Pembelajaraan Kitab Kuning


2. Waktu : Hari, Kamis Tgl./bln14/ April th. 2017. Pukul09.00- 14.00 WIB
3. Tempat : Kantor Sekertariat Pesantren dan Asrama Santri
4. Kegiatan : Dokumentasi Data Santri/santriwati dan Jadwal Pengajian
5. JenisDokumen : Buku Induk Santri/Santriwati
6. Cara Kerja : (1) Analisis Isi, (2) Abstraksi

Indikator/Fokus Deskripsi Makna


Perencanaan 1. Dalam studi dokumentasi ini didapati
Pembelajaran Kitab kiab-kitab yang dipelajari di pesantren
Asy Syifa dan menjalaskan bahwa kitab-
Kuning
kitab yang tercantum dalam kurikulum
pesantren benar dipelajari serta
2. Adanya jenjang kitab mencerminkan
bahwa perencanaan pembelajarannya
sudah disipakan karena santri belajar dari
kitab yang mendasar hingga ke yang
lebih tinggi.
CATATAN STUDI DOKUMENTASI

SD.ASY.FMPKK.3

1. Fokus : Pelaksanaan Pembelajaraan Kitab Kuning


2. Waktu : Hari, Kamis Tgl./bln14/ April th. 2017. Pukul09.00- 14.00 WIB
3. Tempat : Kantor Sekertariat Pesantren
4. Kegiatan : Dokumentasi Data Santri/santriwati dan Jadwal Pengajian
5. JenisDokumen : Buku Induk Santri/Santriwati
6. Cara Kerja : (1) Analisis Isi, (2) Abstraksi

Indikator/Fokus Deskripsi Makna


Pelaksanaan 1. Dalam dokumen ini terdapat nama-nama
Pembelajaran Kitab santri/santriwati pondok pesantren Asy
Syifa secar keseluruhan, dan data santri
Kuning
tersebut di klasifikaikan berdasarkan
kobong (asrama tempat tinggal samtri)
untuk jadwal klasifikasi kelas pengajian
tidak terdapat dokumen resminya namun
diperdalam melalui wawancara dengan
Rois/Roisah (ketua santri/santriwati)
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.KUH.1.
1. Fokus Wawancara : Latar Alamiah Pondok Pesantren Asy Syifa
2. Responden : KH. Ujan Hidayat
(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, Kamis Tgl./bln 23/Maret th. 2017. Pukul 09.00-11.00 WIB
4. Tempat Observasi : Rumah KH. Ujang Hidayat
5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,
- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : Tidak Terstruktur

Peneliti : Tahun Berapakah Pondok Pesantren Asy Syifa ini didirikan ?


KH. Ujang Hidayat : Pondok pesantren Al-Qur’an Asy-Syifa pertama kali di dirikan
sekitar tahun 1970-an dengan pendiri pertamanya adalah KH. Hasanuddin bin Alhafi. Pada
awal di dirikannya pesantren ini santrinya hanya berjumlah beberapa orang saja yang di
dominasi oleh santri-santri yang ada di sekitaran pesantren atau yang lebih dikenal dengan
santri kalong.
Peneliti : Bagaimana visi dan misi dari pondok pesantren Asy Syifa ini ?
KH. Ujang Hidayat : Visi pesantren Al-Quran Asy-Syifa adalah menjadi tempat bagi

santri untuk belajar Al-Quran dan menjadi mereka berkahlak Qurani. Sedangkan misi nya

adalah pesantren agar bisa menjadi wadah untuk mempelajari Al-Quran.Memupuk santri

agar berkakhlak karimah dan ini sejalan dengan visi yang terdapat dalam plang pesantren

Al-Quran Asy-Syifa yaitu “lita’limi fi ulumil Quran” memepelajari ilmu Quran.

Peneliti: Apa landasan yang dijadikan pegangan di pesantren ini ?

KH. Ujang Hidayat: Nilai yang selalu dipegang di pesantren ini pada dasarnya tidak

pernah berubah dari awal pesantren ini didirikan. Seperti nilai sopan santun, takdim.

Tanggung jawab, kebersamaan dan sebagai nya. Dan dari sekian banyak nilai yang menjadi

cirri khas pesantren ini ada sebuah nilai yang mungkin menjadi sebuah acuan utama adalah

tercapai nya nilai makarim al akhlak, dan nilai ini juga selaras dengan tujuan ajaran agama

islamterhadap para pemeluknya.


Peneliti :Apa saja nilai-nilai atau prinsip yang dikmbangkan oleh pesantren

terutama untuk santri ?

KH. Ujang Hidayat : Jauh berbicara mengenai prinsip hidup berpesantren


setidaknya ada beberapa prinsip yang melekat pada pendidikan pesantren
1) Teosentrik
2) Ikhlas dan pengabdian
3) Kearifan
4) Kesederhanaan
5) Kebersamaan
6) Mengatur kegiatan bersama
7) Kebebasan terpimpin
8) Kemandirian
9) Tempat menuntut ilmu dan mengabdi
10) Mengamalkan ajaran agama
11) Kepatuhan terhadap kyai.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.URM.1.
1. Fokus Wawancara : Latar Alamiah Pondok Pesantren Asy Syifa
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa
(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, SabtuTgl./bln 25/Maret th. 2017. Pukul 11.00-12.00 WIB
4. Tempat Observasi : Rumah Ustadz Rijal ushaffa
5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,
- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : Tidak Terstruktur

Peneliti : Bagaimana status kelembagaan dan organisasi pesantren ini ?


Ustadz Rijal Mushaffa : Sejak pertama kali di dirikan pondok pesantren ini oleh KH.
Hasanudin sampai sekarang yang dilanjutkan oleh putranya KH. Ujang Hidayat tetap
bercorak salafiyah, dan corak ini akan selamanya dipertahankan karena merupakan amanat
dari pendiri pertama pesantren ini. Di pesantren ini struktur organisasi sangat sederhana
dan tentunya tanpa mengurangi garis koordinasi tugas yang lain, yang mana di lingkungan
santri putra maupun santri putri di pilih seorang ketua atau lebih dikenal Rois yang
merupakan orang yang di pilih langsung oleh kyai
Peneliti : Bagaimana pola interaksi santri dan bagaimana gambaran lingkungan
pesantren ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Salah satu kelebiha system pendidikan pesantren
dibandingkan dengan sistrem pendidikan lainnya adalah adanya hubungan yang akrab
dan bersifat khusus humanis antar kyai atau ustadz dengan orang tua santri dan dengan
para santri itu sendiri. Semua santri berinteraksi dengan baik dengan yang lainnya, dan
mereka melakukan kehidupan berpesantrennya dengan damai dan rukun karena mereka
secara tidak langsung di ikat oleh norma-norma yang mengatur kehidupan mereka, sama
dengan hal nya norma-norma umum yang berlaku di masyarakat
Dari hubungan positif itu maka akan menimbulkan kepribadian yang menjadi
cirri khas dari santri itu sendiri antara lain:
1. Tumbuhnya sikap tawadhu dan ta’dzim terutama dalam hal ilmu dan ibadah
2. Terbentuknya kepribadian yang berpola hidup hemat dan sederhana
3. Terbiasa untuk hidup mandiri, terbiasa melakukan kegiatan yang bersifat mulia
4. Timbulnya kepekaan sosial dan jiwa toleran serat tolong menolong
5. Terbentuknya sikap disiplin
6. Timbulnya kesanggupan hidup prihatin dalam rangka mencapai suatu tujuan mulia

Peneliti: Barangkali Pak Ustadz Rijal mengetahui latar pendidikan para ewan kiai

dan ustad di pesatren ini ?

Ustadz Rijal Mushaffa : Di pondok pesantren Asy-Syifa terdapat 2 Kyai dan 3


ustadz/ustadzah yang mengajar langsung, disamping di bantu juga oleh santri-santri
senior.
1. KH. Ujang Hidayat
Beliau merupakan sesepuh dan juga pimpinan pondok pesantren, beliau juga
sebelumnya pernah menuntut ilmu di pondok pesantren Qiraatus Sab’ah ( kudang,
Garut ), Nurul Abshor ( Cijambe, Limbangan ) dan Cikalama ( Sumedang )
2. KH. Muhammad Syan Abdul Khaliq
Beliau merupakan adik dari KH. Ujang Hidayat, beliau juga pernah menuntut
ilmu di Pondok Pesantren Sukaguru ( Mangkubumi, Tasikmalaya ), Al-Wardayani (
Sukabumi ), dan Buni Kasih ( warungkondang, Cianjur )
3. Ustadz Rijal Mushaffa
Beliau merupakan putra sulung dari KH. Ujang Hidayat. beliau juga
sebelumnya pernah mondok di pesantren Sumur Bandung ( Cililin ), Al-Wardayani (
Sukabumi ), Bunikasih ( Cianjur ), dan masih banyak lagi pondok pesantren yang
beliau singgahi baik sebagai santri yang menetap maupun hanya mengikuti pengajian
pasaran
4. Ustadzah Neli Amelia
Beliau merupakan istri dari ustadz Rijal Mushaffa, beliau juga pernah mondok
di pondok pesantren Miftahul Huda 9 ( cikolotok, cianjur ) dan merupakan alumni
ponpes Asy-Syifa. Selain itu masih banyak lagi pondok pesantren yang beliau
singgahi baik sebagai santriat yang menetap maupun hanya mengikuti pengajian
pasaran
5. Ustadzah Eva Faridah
Beliau merupakan putri KH. Ujang Hidayat, yang sudah khatam Al-Quran 30
juz, beliau pernah mondok di pondok pesantren Baitul Arqam ( Ciparay, Bandung )
dan Alhikamussalafiyah ( Tanjungkerta, Sumedang ).
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.KUH.2.
1. Fokus Wawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat
(1) Gatekeepers, atau (2) Pengkonfirmasi, *)
3. Waktu Wawancara : Hari, Rabu Tgl./bln29/Maret th. 2017. Pukul 11.00-12.00 WIB
4. Tempat Observasi : Rumah KH. Ujang Hidayat
5. Cara Kerja : (Lingkari cara yang digunakan)
- Jenis Wawancara: (1) Wawancara Mendalam,
- Jenis Pertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : Tidak Terstruktur

Peneliti : Bagaimana Perancanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren


Asy Syifa ?
KH. Ujang Hidayat : Perencanaan pembelajaran di pondok pesantren berakar
pada kemampuan santrinya , jika santri tersebut masih awam dengan keilmuan
pesantren apakah itu ilmu qur’an, maupun nahwu dan sharafnya maka santri tersebut
akan diorientasikan mempelajari kitab-kitab pundamental/mendasar agar
pemahamannya dapat tercapai dari kitab yang paling dasar.
Peneliti : Keilmuan apa saja yang di ajarkan di pondok pesantren Asy Syifa
KH. Ujang Hidayat : Pondok Pesantren Asy Syifa mupakan pondok pesantren
Al Qur’an seak dahulu sampai sekarang, meman pembelajaran disini terfokus pada
pembelajaran ulumul qur’an tapi keilmuan yang lain juga di ajarkan karena satu ilmu
akan mendukung ilmu yang lain. Disni juga belajar nahwu, saraf, fiqh, akhlak, tafsir
hinga tauhid juga di ajarkan. Karena santri tentunya memerlukan ilmu-ilmu tersebut.
Peneliti: Salah satu pebelajaran yang diselenggarakan di ponpes Asy Syifa ini

adalam dalam hal ilmu Al-Qur’an, kitab apa saja yang diajarkan serta bagaimana

deskripsi da tujuan masing-masing kitab tersebut ?

KH. Ujang Hidayat : Di pondok pesantren Asysyifa yang merupakan pondok


pesantren Al-Quran , maka setiap santri yang belajar di pesantren ini harus sudah
hatam terkait kaidah-kaidah ilmu Qur’an maupun ilmu tajwidz, untuk menunjang hal
tersebut maka dipondok pesantren AsySyifa ini diajarkan beberapa kitab yang bisa
menunjang pada ketercapaian santrinya untuk bisa fasihat membaca quran dan
menguasai kaidah-kaidah ilmu qur’an dan ilmu tajwidz, kitab itu antara lain kitab
Tuhfatul Athfal, Tibyan, Al Jazariyyah dan Nihayal Qaul Mufidz.

- Tuhfatul Athfal : kitab ini diajarkan di tingkat dasar bagi santri. Santri harus bias
memahami dan mengahafal diluar kepala terkait kitab ini karena ini menjadi
kitadasar sebelum menginjak kekitab selanjutnya. Setelah santri mempelajari dan
memehami kitab ini maka diharapkan santri tersebut bisa memahami hukum
pembacaan al qur’an serta ilmu tajwid serta syair-syair dalam kitab tersebut
yang pada akhirnya santri bisa melapalkan Al-Qur’an dengan fashihat.
- At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an :At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an dikarang oleh
Muhammad Ali As-Shobuni. Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab
sebelumnya, kitab ini berisi tentang hal yang sangat penting diketahui terkait
dengan adab kita menjalin interkasi dengan kitab Allah, Setelah belajar kitab ini
santri selain daripada memahami terkait hokum bacaan Al-quran , santri juga
mengetahui hal-hal lain yang sangat penting berkenaan dengan prosesnya
mempelajari dan mendalam Al-Qur’an.
- Al Jazariyyah : kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab dasar sebelumnya
yaitu kitab Fathul Athfal. Kitab ini memiliki cirri dan spesifikasi
qira'at, Tajwid, Hadits, Sejarah, Fiqh. Setelah belajar kitab ini santri bisa dengan
sangat jelas menjelaskan terkait ilmu pembacaan Qur’an yang ditinjau dari
berbagai pendapat ulama serta kaidah-kaidah lainnya, serta mampu menghafal
bait-bait kaidah yang terdapat dalam kitab Al Jazariyyah ini.
- Nihayah Qaul Muhfidz : Sama halnya dengan kitab Al-Jazariyyah, kitab Nihayah
Qaul Muhfidz merupakan kitab yang secara detail mengupas tentang ilmu Al-
Qur’an, baik dalam segi hukum, pendapat-pendapat para ulama, sejarah, hadist
dan sebagainya Setelah belajar ini, santri diharapkan bisa memehami dengan
sangat dalam terkait ilmu al-Qur’an dan bisa mempraktekanyya hingga akhirnya
santri bisa membaca al-Quran dengan sangat Fashihat.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.MSYA.2
1. FokusWawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. M. Syan Abdul Kholiq
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, SelasaTgl./bln11/April th. 2017. Pukul 15.00-15.30.WIB
4. TempatObservasi : Rumah KH.M. Syan Abdul Kholiq
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di Ponpes Asy Syifa


ini ?
KH. M. Syan : hampir sama, semua pondok pesantren terutama salaf tentunya memiliki
pembelajaran yang sama, pembelajarannya dimulai dari kitab setingkat ibtida hingga yang
paling tinggi
Peneliti : Ilmu Nahwu dan Sharaf meruakan salah satu kajian yang ajarkan di
pesantren ini, kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
KH. M. Syan : Ilmu nahwu dan sharaf aalah ilmu yang penting dipelajar oleh santri
karena ilmu-ilmu islam kebnayakan berbahasa arab dan ilmu nahwu dan sharaf ini
berperang untuk membantu santri agar bisa bebahasa arab dan bisa menterjemahkan kitab
yang dipelajarinya.
Kitab yang mempelajari ilmu nahwu antara lain :
- Jurumiyyah : KitabinidikarangolehAbu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud
Ash Shinhaji.
Kitabinimenjadikitabrujukanutamadandasarparasantridalammempelajariilmuislam yang
kebanyakanberbahasaarab. Kita inimengkajiterkaitgramatikalbahasaarab/ kaidah-
kaidahbahasaarab.
- Imriti : Kitabinimenjadisalahsatusoroganfavorit fan ilmualatlanjutan.
Umumnyadiberikansetelahtahapankitabjurumiyyahdapatterhapaldanterpahamidenganbai
k. Dengancarapenyampaiannadhomsepertiini,
parapembelajarlebihterbantuingatannyaatashapalannya.
- Alfiyyah Ibn Malik : KitabAlfiyyahIbnu Malik
adalahkitanpopulerdanmelegendadalamilmuGramatika / tatabahasa
arabdanmenjadikitabrujukanpenting di
pondokpesantrenklasikgunamembedahkaidahbahasaarab. Kitabiniberisiseribu bait
nadhamilmunahwu. KelebihanmengkajiIlmuNahwu-
Shorofkhususnyaalfiyahdibandingkandenganilmufiqhdanlainnyaadalahketetapanqoidahn
ya.
Setelahbelajarkitabinisantridiharapkansecarakonferhensipmemehamiilmunahwudengansa
ngatmenadalamdalamhalinipemahamannadhamdanmateriilmunahwubisa di
kuasaidengansangatbaik.
Kitab yang mempelajari ilmu Sharaf antara lain :
- Kitab Kailani : Inimerupakankitab yang membasahtentangilmulinguitsikbahasaarab,
ilmusharaf di orientasikanpadapengetahuanperubahan kata-kata dalambahasaarab.
Perubahan kata-kata dalambahasaarabdiperuntukankarenasetiappenggunaan kata
bahasaarabharus di
sesuaikandengakonteksteksnyaSetelahmempelajadikitabinisantridiharapkanbisamenguas
aiperubahan kata-kata dalambahasaarab yang
gunanyasebagaipelengkapdaripelajaranilmunahwusebelumnya.
- Kitab Yaqulu :
Kitabinimerupakanlanjutandarikitablanjutandariktabselanjutnyatentangpembahasanilmus
haraf, kitabinisangtapentingdipelajari agar
santribisalebihmengusaiaiilmusharafgunamelengkapiilmunahwu agar
santibisamembacakitabkuningdanbahasaarabdenganbenar.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.URM.2.
1. FokusWawancara : Perencanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, KamisTgl./bln30/Maret th. 2017. Pukul 08.00-09.15 WIB
4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa


ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaran di pondok pesantren memeiliki keunikan
tersendiri selain dari pada penggunaan metode khas pesantren juga dikarenakan banyaknya
keilmuan yang diajarkan di pondok pesantren. Orientasi pembelajaran di pndok pesantren
bukan hanya terkait ketuntasan pembelajaran saja tetapi juga didukung oleh kriteri
pemahaman santri dari apa yang dia pelajari.
Begitu pula santri yang sudah senior denganpemahamankitabnya yang
banyaksertakemampuananalisissertahapalannya yang
sudahbagusmakanakandiorientasikanuntukmempelajarikitab-kitabdengantingkatan yang
lebihtinggigunamemperdalamkeilmuannya.
Peneliti : Bagaimana Orientasi atau kompetensi yang hendak dicapai oleh santri
dari belajar tiap-tiap keilmuan di pesantren Asy Syifa ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : meskipun secara garis besar pemerintah berupaya
menghilangkan budaya keseragamaan yang trmasuk dalam hal ini adalah standarisasi,
namun dalam hal ini mastery learning atau ketuntasan blajar, tetapi pondok pesantren
sebaiknya memiliki standar kompetensi yang mesti dikuasai oleh santrinya. standar
kompentensi ini biasanya tercermin pada penggunaan kitab-kitab berurutan dari mulai yang
ringan hingga yang berat dari kitab yang tipis ke kitab yang tebal dan seterusnya.
Peneliti : Ilmu hadist meruakan salah satu kajian yang ajarkan di pesantren ini,
kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaranhadistmenjadisalahsatukajian yang
harusdipelajari di pesantren, termasukjuga di pesantranAsySyifa.
Keberadaanhadistmenjadisangatpentingsebagaipendamping Al-Quran yang
menjadisumberhukumdalaimislam
- RiyadhusShalihin : Dalamkitabinipenulismengambilmaterinyadarikitab-
kitabsunnahterpercayasepertiShohih al-Bukhoriy, Muslim, Abu Daud, An Nasaa’i, At
Tirmidziy, IbnuMajahdan lain-lainnya.
Beliauberjanjitidakmemasukkankedalambukunyainikecualihadits-hadits yang
shohihdanbeliau pun menunaikannyasehinggatidakdidapatkanhadits yang
lemahkecualisedikititu pun
kemungkinanmenurutpandangandanilmubeliauadalahshohihSetelahbelajarkitabini,
parasantribisamengetahuidanmemahamihadist-hadist yang berasaldariperiwayathadist
yang mashurberkenaandenganhukum-hukumkeseharian
- TanqihulQaul :Kitabinijugamerupakankitabhadist yang berisihadist-hadistpilihan yang
berkenaanhukum-
hukumdalamkeseharianSetelahbelajarkitabinisantridiharapkanbisamememahidanmengah
afalhadist-hadistringkasterkaitkejadian-kejadiandanpermasalahandalamkeseharian yang
terdapat di dalamkitabtersebutdankemudianbisamerekaamalkan.
- MusthalaHadist : KitabMushtholah Al-Hadits yang
mempelajariilmumengenaiselukbelukilmuhaditsSetelahmempelajarikitainisantridiharapk
anbisamulaimembadakanhadist-hadistdengan criteria-krtieriatertentu,
sehinggapadaakhrnyasantribisamengklasifikasikanmanahadist yang
bisadijadikansumberhukumdenganhadist yang tidakbisadijadikansumberhukum
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.KUH.3.
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Rabu Tgl./bln26/Maret th. 2017. Pukul 10.00-10.25 WIB
4. TempatObservasi : Rumah KH. Ujang Hidayat
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren


Asy Syifa dan bagimana metode pembelajaran ilmu Al-Qur’an ?
KH. Ujang Hidayat : Perencanaanpembelajaran di pondok pesantren berakar pada
kemampuan santrinya , jika santri tersebu tmasih awam dengan keilmuan pesantren apakah
itu ilmu qur’an, maupun
nahwudansharafnyamakansantritersebutakandiorientasikanmempelajarikitab-
kitabpundamental/mendasar agar pemahamannyadapattercapaidarikitab yang paling dasar
Dalam Pembelajaran Al-Qur'an ditkankan menggunakan metode sorogan, agar tingkat
ke-fashihatan santri dalam melapalkan huruf demi huruf Al-Qur'an bisa secara langsung
didengarkan oleh pengajar dan jika ada kesalahan bisa langsung di koreksi oleh pengajar
Dalam Pembelajaran kitab-kitab ulumul Qur'an seperti Tuhfatul Athfal, Al Jazariyyah,
Nihayah Qaul Mufidz pengajar menggunakan , metode bandongan yaitu santri
mendengarkan apa yang dipaparkan oleh kiai kemudian santri mencatatnya dan disela
pemamaparan materinya itu pengajar juga menggunakan metode demonstrasi.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.UNA.1
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadzah Neli Amelia
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Kamis Tgl./bln6/April th. 2017. Pukul 07.00-09.00 WIB
4. TempatObservasi : Rumah Neli Amelia
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Perencanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa


ini ?
Ustadzah Neli Amelia : Setiap pondok pesantren memeiliki keunikan tersendiri, dan
memili ke khasan dalm pembelajaran. Pondok pesantren Asy Syifa merupakan pesantren
salaf dan tentunya berbeda degan pesantren modern lainnya. Perencaan pembelajaran
berlangsung dengan jelas, setiap kitab diproyeksi untuk siapa dan bagaimana
pembelajarannya, karena setiap kitab memeilki bobot bersbeda dan kedalaman berbeda
Peneliti : Ilmu Akhlaq meruakan salah satu kajian yang ajarkan di pesantren ini,
kitab apa yang di gunakan serta bagaimana orietasi pembelajarannya ?
Ustadzah Neli Amelia : inti dari agama adalah akhlak, maka sudah sewajarnya santri
memahami dan mengentahui etika dan tatacara yang baik. Baik dalam etika menunut ilmu,
etika bergaul, dan etika terhadap guru dan sebagainya. Maka perlu adanya antri
mempelajari kitab yang secara khuus mempelajari akhlak.
Kitab Ta’lim muta’allim KitabinidikarangolehSyaikhBurhanuddinAz-Zarnuji.
Kitabinimerupakankitabrujukandalampembelajaranakhlak, walaupuniniadalahkitab lama
namunisinyamasihsangatrelevandengankeadaanhariini.Kitabinimembedahkajianilmuakhlak
yang seyogyanyabisa di implementasikanolehparasantri
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.UNA.2
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadzah Neli Amelia
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Jum’atTgl./bln21/April th. 2017. Pukul 12.00-13.00 WIB
4. TempatObservasi : Rumah Neli Amelia
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa


ini dan metode apa yang digunakan ?
Ustadzah Neli Amelia :metode pembelajaran di pesantren Asy Syifa kebanyak
mengunakan metide sorogan dan bandongan, karena basic metode dari segala metode
adalah metode terebut
Metode tersebut juga berlaku dalam pembelajaran ilmu Nahwu ( jurumiyyah, imriti dan
Alfiyyah) serta ilmu Sharaf ( Kailani ) santri mendengarkan penjelasan dari pengajar,
mencatat apa yang didengar ( istilah pesantren di sebut nge-logat) kemudian santri
mempraktekan apa yang difahami dari pembelajarannya tersebut.
Dalam pembelajaran ilmu sharaf pengajar mengguakan metode bandongan dengan
tujuan agar sntri mengetahui konsep-konsep ilmu sharaf tersebut dan pengajar juga
menggunakan metode demontrasi
Pembelajaran kitab Hadist, Tafsir, Fiqh serta Akhlak lebih di tekankan pada pengetahun
yang sifatnya kognitif, para santri dituntut mengatahui konsep-konsep serta dalil-dalil dari
kitab-kitab yang diajarkan serta bisa menghafal serta mempraktekannya dalam keseharian
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.URM.4
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Juma’atTgl./bln21/April th. 2017. Pukul 11.00-11.30 WIB
4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa


ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa
secara garis besar terbagi menjadi dua, ada yang berdasarkan sistem klasikal
(Ibtida/Tsanawi) ada juga yang dilaksanakan secara bersama-sama yang disesuaikan
dengan kitab yang dipelajari. Pelaksanaan ini didasarkan pada sebuah kebutuhan serta
kemampuan santri itu sendiri, oleh karena itu ad perbedaan proses pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana pengguaan metode pembelajaran yang dilakukan di Asy Syifa
Ustadz Rijal Mushaffa : Pembelajaran di pondok pesantren Asy Syifa masih
menggunakan metode-metode klasik khas pondok pesantren seperti sorogan, bandongan,
hafalan, dan nadhaman. setiap metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan
orientasi pembeajaran itu sendiri. pada dasarnya pembelajaran di pesantren berlangsung
satu arah teacher centered santri mendengarkan, menulis tanpa bisa melakukan tanya jawab
dengan kiai yang mengajarkannya. pola tersebut menjadi pola yang sangat khas di pondok
pesantren dan begitu pula di pondok pesantren Asy Syifa. KH. Ujang Hidayat, KH. M. Syan,
Ustadz Rijal dan Ustadzah Neli menjadi pusat pembelajaran disana, kitab-kitab yang
diajarkan di pondok pesantren ini diajarkan oleh beliau-beliau.
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.RSPI.3
1. FokusWawancara : Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
2. Responden : Nurhasanah
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Jum’at Tgl./bln14/April/th. 2017. Pukul 10.30-11.30 WIB
4. TempatObservasi : Kantor Sekertariat
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pesantren Asy


Syifa ?
Nurhasanah : pembelajaran disini sama dengan kebanyakan pesantren, dan disini ada
penggologan kelas penajian. Namun secara keseluruhan pengajian disini dilaksanakan
dengan sangat baik dan langsung di ampu oleh para dewan kiai dan ustadz
Peneliti : Bagaimana penggolongan kelas pengajian di pesantren Asy Syifa ?
Nurhasanah : Pengajian di putri ama dengan di putra, ada pengolongan berdasarkan
tingkat kompetensi masing-masing santrinya. Ada kelas 1 yang merupakan kelas yan
kebanyakan diisi oleh santri yang masih baru dan masih beljar kitab-kitab mendasar kelas
ini selain di metori oleh santriwati yang sudah senior juga langsung oleh ustadzah Neli
amelia. Kemudia ada kelas 2 yang isinya santri yang sudah lama dan memiliki kemampuan
diatas kelas 1, kitab yang dipalajari berbeda dengan kelas sebelumnya. Kelas ini langsung di
ampu oleh Ustadzah Neli Amelia
Selain epngajian kelas-kelas ini, ada juga pengajian yang dilakukan bersama tanpa ada
pengkelasan, seperti pengajian nahwu, sharaf, pengajian kitab umum dengan ustadz rijal,
KH. M. Syan dan dengan sesepuh pesantren
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.KUH.4.
1. FokusWawancara : Evaluasi Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : KH. Ujang Hidayat
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, KamisTgl./bln4/Meith. 2017. Pukul 11.00-11.25 WIB
4. TempatObservasi : Rumah KH. Ujang Hidayat
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana Evaluasi pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Asy


Syifa?
KH. Ujang Hidayat : Pembelajaran Al-Qur’an di
asysyifaberlangsungsecaralangsungyaitudengansistemsoroganyaitudengansistem face to
face, jadidengansisteminipengajarbisamengetahuisecaralangsungkelebihan da
kekurangandarisantridalampembacaan Al-Quran apakahitupelafalan,
makharijuhurufnyahinggasifatulhurufny.
Kriteriaseorangsantribisamelanjutkanjenjangpengajian Al-Qur’an ketingkat yang
lebihtinggiadalahpemahamansntritersebutterhadapisidarikitabyanmengulastentangilmu
Qur’an itusendiri.Seperticontohsantriharussudahhafalkaidah-kaidah, hukumbacaan,
waqafibtida, sertapendapat-pendapatparaulamaahliQuraterkaitilmu al Qur’an
sertasantrijugahafaldanmemahamisetiapnadham-nadham yang terdapatdarikitab-kitabulumul
Qur’an yang diajarkansepertituhfatulathfal, tibyan, al jazariyyahingganihayahqaulmufidz
HASIL WAWANCARA PENELITIAN

W.ASY.URM.5
1. FokusWawancara : Evaluasi Pembelajaran kitab kuning
2. Responden : Ustadz Rijal Mushaffa
(1) Gatekeepers, atau(2) Pengkonfirmasi, *)
3. WaktuWawancara : Hari, Sabtu Tgl./bln6 meith. 2017. Pukul 09.00-09.30 WIB
4. TempatObservasi : Rumah Ustadz Rijal Mushaffa
5. Cara Kerja : (Lingkaricara yang digunakan)
- JenisWawancara : (1) WawancaraMendalam,
- JenisPertanyaan : (1) Deskriptif, (2) Struktural,
- Proses : TidakTerstruktur

Peneliti : Bagaimana evaluai Pembelajaran kitab kuning di ponpes Asy Syfa ini ?
Ustadz Rijal Mushaffa : BerbedadenganpembelajarankeilmuanlainnyasepertiNahwu,
sharafFiqh, Tauhid, Akhlak, danHadistmaupuntafsir, pembelajaran yang
diajarkanberorientasipadatingkatketuntasansaja, tidakada test
evaluasisecaraformaifmaupunsumatif. Namuncorakpembalajaranpesantren yang
berlangsungsecaraterusmenerus, berulangulang, semakin lama
semakinmendalamsecaralangsungakanmenggiringparasantrinyauntukbisamemahamisetiapb
abataupasal yang diajarkan. Setiapharisantribertemudenganustadz yang sama, kitab yang
sama, metode yang
samaterussajasepertiituhinggapadaakhirnyasantribisamemahamiisidarikitab yang
pelajarikarenaseringnyasantritersebutberinteraksidengankitabtersebut.
Padasatusisimemangtidakadasebuah test untukmengukurdalamranahkognitif
,namunsemuapembelajaran di
pesantrendiorientasikanuntukbisamerubahberdampakpadaranahafektifdanpsikomotorikselur
uhsantrinya yang padaakhirnyasantribisamengamalkanapayagdiapelajariselamabelajar di
pondokpesantrendankemudianbisamengarahkanmerekamenjadsosok-sosok yang
shalih/shalihah.
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Shelvia Rabiatul Adawiyyah dilahirkan di


Bandung, 21 Juni 1995, merupakan anak pertaa dari pasangan
Bapak Atang Suhana dan Ibu Siti Sholeha. Alamat penulis
adalah di Komplek Griya Bandung Indah (GBI) Blok. G 10
No.19 Rt 05/09, Ds. Buah Batu Kecamatan Bojongsoang
Kabupaten Bandung.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Raudhatul Atfhal Al-Ijtihad tahun 2000-


2001, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Margasari 01 tahun 2001-2007,
kemudiaan melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ar-Raudloh Cileunyi
tahun 2007-2010, kemudian di Madrasah Aliyah Al-Istiqomah Cijerah tahun
2010-2013. Pendidikan Tinggi ditempuh di Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.

Penulis menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada tahun akademik
2013-2017. Selama mengikuti pendidikan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
penulis aktif di beberapa organisasi ke mahasiswaan diantaranya Senat
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (2014-2015), Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang Kabupaten Bandung, Kohati Komisariat Tarbiyah. Penulis
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka
dengan judul: Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Al-Qur’an Asy Syifa Cicalengka Bandung). Di bawah
bimbingan bapak Prof. Dr. H. Supiana, M.Ag dan Nandang Abdurrohim, M.Ag.

Anda mungkin juga menyukai