Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekstrakurikuler merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah

lembaga pendidikan formal di era saat ini. Dengan kegiatan ini maka bakat

dan minat anak untuk mengasah kemampuan di luar kemampuan akademik

bisa tersalurkan. Setiap peserta didik diberi kebebasan untuk mengikuti salah

satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Dalam pendahuluan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

81 a Tahun 2013 dijelaskan bahwa:

Kegiatan ekstrakulikuler adalah program kurikuler yang alokasi


waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan
ekstrakulikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan
complements) kurikulum, yaitu perlu disusun dan dituangkan dalam
rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Pengertian di atas menjelaskan bahwa ektrakurikuler adalah program

kurikuler yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum, hal ini

menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan kegiatan ditentukan sesuai dengan

kesepakatan bersama, sehingga waktu yang tersedia pun lebih banyak.

Kegiatan ektrakurikuler merupakan sebuah upaya untuk melengkapi

kegiatan kurikuler yang berada diluar jam pelajaran yang dilakukan dalam

lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Kegiatan

ekstrakurikuler dilakukan dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan dan


2

mengasah siswa, mengenai hubungan antarmata pelajaran, menyalurkan

minat dan bakat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya dalam hal

pembentukan skil dan kepribadian siswa. Kegiatan ekstrakurikuler tentunya

tidak hanya terdapat satu jenis ektrakurikuler saja, tetapi biasanya pihak

satuan pendidikan mengakomodir beberapa jenis kegiatan ektrakurikuler agar

para siswa lebih leluasa memilih kegiatan yang sesuai dengan bakat dan

minatnya. Beberapa macam kegiatan menurut Suryo Subroto (2009, hlm.

387) :

Beberapa macam kegiatan ekstrakurikuler yakni Organisasi murid


seluruh sekolah, Organisasi kelas dan organisasi tingkat-tingkat kelas,
Kesenian: Tari-tarian, band, karawitan, vokal grup, Klub-klub hoby:
Fotografi, jurnalistik, pidato dan drama, Klub-klub yang berpusat pada
mata pelajaran (klub IPA, Klub IPS dan seterusnya, Publikasi sekolah
(koran sekolah, buku tahunan dan sebagainya), Organisasi yang
disponsori secara kerja sama (pramuka dan seterusnya).

Pada pembahasan kali ini, kegiatan ekstrakurikuler yang penulis ambil

adalah Rebana. Kegiatan ekstrakurikuler rebana merupakan kesenian yang

berasal dari daerah Timur Tengah kemudian diadopsi oleh masyarakat

pribumi kita dan disesuaikan dengan keadaan serta fenomena yang sedang

popular terjadi. Alat yang digunakan dalam rebana adalah alat musik pukul,

sedangkan lagu-lagu yang dilantunkan dalam kesenian rebana adalah syair-

syair yang bernuansa dan bernafaskan ajaran Agama Islam. Kesenian ini

khususnya di Kabupaten Jepara sudah sangat familiar digunakan oleh

lembaga pendidikan formal dalam kegiatan ekstrakurikuler.

SMP Negeri 2 Batealit menjadikan kesenian rebana sebagai salah satu

kegiatan ekstrakurikuler, sekolah ini sudah lama menerapkan pembelajaran


3

kesenian rebana dengan cara mengenalkan kepada peserta didiknya sampai

tahap mengajarkan bagaimana memainkan rebana tersebut sesuai dengan tata

cara memainkan rebana yang baik dan benar. Kesenian rebana di sekolah ini

sudah menjadi kegiatan rutin setiap pekannya. Selain itu dari segi prestasi,

SMP Negeri 2 Batealit memiliki prestasi yang cukup baik dalam bidang

kesenian khususnya kesenian rebana. Beberapa prestasi yang telah diraihnya

seperti berikut, tahun 2014 juara 1 tingkat kabupaten pada perlombaan yang

diselenggarakan oleh MA Al-Ma’arif Saripan Jepara dan juara 1 tingkat

kabupaten pada perlombaan yang diselenggarakan oleh SMK Bhakti Praja

Jepara, pada tahun 2015 juara 3 tingkat kabupaten pada perlombaan yang

diselenggarakan oleh SMK Walisongo Pecangaan Jepara, tahun 2016 juara 1

tingkat kabupaten pada perlombaan yang diselenggarakan oleh SMK Bhakti

Praja Jepara. Menariknya, dibalik prestasi-prestasi yang telah disampaikan,

diketahui bahwa pelatih kesenian rebana tersebut ternyata bukan merupakan

guru bidang studi seni musik, tetapi dalam kancah dunia shalawatan sudah

sangat popular karena beliau merupakan vokal dalam grup rebana di

kampung-kampung maupun perkumpulan para habaib (keturunan Rasulullah

SAW). Namun dengan keterampilan yang dimilikinya pelatih tersebut dapat

mencetak prestasi yang cukup baik. Hal ini yang membuat penulis tertarik

untuk membahas proses pembelajaran yang dilakukan pelatih dalam kesenian

rebana yang di dalamnya tidak hanya mengandung unsur seni, melainkan di

dalamnya terdapat nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari syair-

syair lagunya yang menggunakan bahasa arab dan terkadang dengan


4

gendhing-gendhing jawa yang karangan para wali bagian dari walisongo yang

sudah populer dengan potongan-potongan ayat suci Al-Qur’an dan shalawat

yang memiliki makna puji-pujian kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sehingga, melalui kesenian rebana ini dapat membentuk kepribadian siswa

yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

Alasan-alasan di atas yang membuat penulis merasa tertarik untuk

menulis lebih lanjut mengenai proses pembelajaran kesenian rebana yang

dilakukan di SMP Negeri 2 Batealit dengan mengambil judul

“Ekstrakurikuler Rebana sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa SMP

Negeri 2 Batealit Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah proses pembelajaran dalam ekstrakurikuler rebana di SMP

Negeri 2 Batealit?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran ekstrakurikuler rebana dalam

membentuk karakter siswa SMP Negeri 2 Batealit?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran dalam ekstrakurikuler rebana di

SMP Negeri 2 Batealit.


5

2. Menjelaskan karakter yang terdapat dalam pembelajaran ekstrakurikuler

rebana di SMP Negeri 2 Batealit.

3. Mendeskripsikan proses pembelajaran ekstrakurikuler rebana yang dapat

membentuk karakter siswa SMP Negeri 2 Batealit

D. Manfaat

Manfaat dari kajian makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Dapat memberikan manfaat kepada guru, khususnya guru Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti dalam mengimplementasikan nilai-nilai

yang terdapat dalam ekstrakurikuler rebana terhadap penguatan pendidikan

karakter siswa.

2. Dapat memberikan referensi baru dalam membentuk karakter siswa agar

lebih baik.
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ekstrakurikuler Keagamaan

Pengertian ekstra secara umum mengandung pengertian segala sesuatu

yang mempunyai makna berbeda dan mempunyai nilai lebih dari biasa.

Searah dengan pengertian tersebut, ekstrakurikuler di sekolah merupakan

kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran

yang diberikan secara kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan

kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan

pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang. 1 Kegiatan ini

disamping dilaksanakan di sekolah, dapat juga dilaksanakan diluar sekolah

guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan

meningkatkan nilai/sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan

keterampilan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dari

kurikulum sekolah. Dan kegiatan ini juga dimaksudkan untuk lebih

mengkaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan

keadaan dan kebutuhan lingkungan. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler

dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan

kemampuan siswa, selain itu juga untuk menyalurkan bakat dan minat yang

dimiliki.

1
Shaleh, Abdul Rachmad, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta:
PT. Grafinda Persada, 2005), hal.170.
7

Dalam bahasa ilmiah populer, kata ekstrakurikuler memiliki arti

kegiatan tambahan diluar rencana pelajaran. Dengan demikian, kegiatan

ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kelas dan diluar

jam pelajaran untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia

(SDM) yang dimiliki peserta didik, baik yang berkaitan dengan aplikasi ilmu

pengetahuan yang didapatnya maupun dalam pengertian khusus untuk

membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang

ada dalam dirinya melalui dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya

wajib maupun pilihan.2 Menurut Sulistyorini ekstrakurikuler adalah “kegiatan

yang dilakukan di sekolah, namun dalam pelaksanaannya berada diluar jam

pelajaran resmi dikelas”. Artinya diluar jam-jam pelajaran yang tercantum

dalam jadwal pelajaran. "Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat

memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan

nilai dan sikap demi untuk mengembangkan minat dan bakat siswa".3

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan penunjang

dalam ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya terkait

dengan pengembangan bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta didik.

Karena itu kegiatan ekstrakurikuler dijadikan sebagai wadah kegiatan peserta

didik diluar pelajaran atau di luar kegiatan kurikuler. Menurut Piet A.

Sahertian, Kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan diluar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang
dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk
2
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidik, (Jogjakarta: Ar Ruzz,
2008), hal. 187.
3
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya:Elkaf, 2006), hal. 80.
8

memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai


mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya.4

Sedangkan Oemar Hamalik berpendapat bahwa

“Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar


ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat pedagogis dan
menunjang pendidikan dalam rangka ketercapaian tujuan sekolah”.5

Dan menurut pendapat Muhaimin,

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata


pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah atau madrasah.6

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang pelaksanaannya di luar jam

pelajaran dengan maksud mengisi waktu luang siswa dengan hal-hal positif

yang bertujuan agar siswa mampu memperluas wawasannya,

mengembangkan kemampuan dan keterampilannya melalui jenis-jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kegiatan ekstrakurikuler (Ekskul) merupakan suatu kegiatan siswa di

luar kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sangat potensial untuk

menciptakan siswa-siswa yang kreatif, berinovasi, terampil, dan berprestasi.

Kegiatan ekstrakurikuler ini sangat signifikan, karena banyak siswa yang

4
Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), cet. ke-1, hal. 132.
5
Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
Mandar Maju, 1992), cet. ke-1, hal. 128.
6
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pada Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 74-75.
9

pintar merupakan siswa yang pandai membagi waktu dengan banyak aktivitas

yang dilakukannya sehingga membuatnya menjadi anak yang cerdas. 7 Jadi

kegiatan “Ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran

dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai

dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang

secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan disekolah/madrasah”.8 Sedangkan ekstrakurikuler keagamaan

adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta

pengembangan kepribadian, bakat dan minat peserta didik pendidikan agama

yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau

non tatap muka.9

Kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) ikut mewarnai kelangsungan proses

belajar mengajar disekolah. Bahkan dewasa ini kegiatan ekskul cenderung

menjadi ajang atau alat promosi bagi sebuah sekolah dalam rangka

mempubilkasikan seluruh sendi kehidupan disekolah tersebut.

Dalam kerangka pembinaan ekskul yang positif dan efektif serta

produktif, potensi yang dimiliki oleh peserta didik seperti domain kognitif,

afektif dan psikomotorik harus menjadi perhatian dan prioritas dalam setiap

kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam konteks ini, berarti bahwa pendekatan

yang digunakan tidak hanya menekankan proses pembinaan pada satu aspek

7
Moh. Uzer Usman, lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 22.
8
Petunjuuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan Diri pada Sekolah Menengah Kejuruan,
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 31.
9
Ahmad Zainie Albanjari, Ekstrakulrikuler Keagamaan Dalam Kurikulum 2013, dalam
https://www.scribd.com/doc/Ekstra-Kurikuler Keagamaan dlm Kurikulum 2013 docx, diakses: 14
Oktober 2019.
10

kemampuan saja, melainkan harus dilakukan secara integrated (menyeluruh)

dan berkesinambungan.

Sesungguhnya kegiatan ekskul ini tidak kalah pentingnya dengan

kegiatan intrakulikuler. Kegiatan ekskul adalah media pembinaan dan

pengembangan bakat, minat dan kemampuan para siswa yang mencangkup

nilai-nilai yang cukup penting bagi pendewasan dan kemajuan dirinya.

Bahkan disinyalir kegiatan ekskul dapat meredam kenakalan remaja.

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat

dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan

peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi

kegiatan ekstrakulikuler yaitu :

1. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik

sesuai dengan kebutuhan potensi, bakat dan minat mereka

2. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik

mengepresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau

kelompok10

Sebagai kegiatan pembelajaran dan pengajaran diluar kelas,

ekstrakulikuler mempunyai fungsi dan tujuan diantaranya sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemapuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan

alam semesta.

2. Menyalurkan dan mengembangkanpotensi dan bakat peserta didik agar

menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh dengan karya.


10
Ibid.,
11

3. Melatih sikap disiplin, kejujuran kepercayaan dan tanggung jawab dalam

menjalankan tugas.

4. Mengembangkan etika dan akhlak yang mengintegrasikan hubungan

dengan Tuhan, Rasul, Manusia, Alam semesta, bahkan diri sendiri.

5. Mengembangkan sensitivitas peserta didik dalam melihat

persoalanpersoalan sosial-keagamaan sehingga menjadi insan yang

proaktif terhadap permasalahan sosial keagamaan.

6. Memberikan arahan dan bimbingan serta pelatihan kepada peserta didik

agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil.

7. Memberikan peluang kepada peserta didik agar memiliki peluang untuk

komunikasi dengan baik; secara verbal maupun non verbal.11

Format kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan nilai yang

dikembangkan dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk atau format

sebagai berikut:

1. Individual; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan seperti qiraah, tartil dll.

2. Kelompok; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik seperti bola voli,

sepak bola hadrah/sholawat dll.

3. Klasikal; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.

4. Gabungan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh peserta didik antarkelas.


11
Mulyono, op cit., hal. 188-189.
12

5. Lapangan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format

yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di

luar sekolah atau kegiatan lapangan Berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, nilai karakter yang

ditanamkan/ditekankan bisa disesuaikan dengan jenis kegiatan

ekstrakurikulernya.12

Dalam setiap program kegiatan yang dilakukan, tidak terlepas dari

aspek tujuan. Begitu pula program ekstrakurikuler keagamaan bertujuan

secara umum adalah menghendaki peserta didik menjadi insan kamil, agar

setiap peserta didiknya memiliki akhlakul karimah dan memiliki keimanan

serta ketaqwaan kepada Allah swt, program ini sebagai penyempurna dari

tujuan pendidikan Islam. Secara khusus program ekstrakurikuler keagamaan

ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan siswa mengenai materi yang

diperoleh di kelas, mengenai hubungan antar mata pelajaran keimanan dan

ketaqwaan, serta sebagai upaya, melengkapi pembinaan manusia seutuhnya.

Sebagian disebutkan dalam Al-Qur’an tentang anjuran kepada manusia untuk

selalu menyeru pada yang kebaikan dan mencegah pada yang mungkar.

Seperti dalam firman Allah swt. Surat Ali Imran ayat 104.

       


       
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.13

12
Ibid.,
13
Al-Qur’an Digital in word by mohammad taufiq.
13

Dengan demikian untuk mencapai tujuan dari pendidikan Islam, maka

guru tidak hanya bisa mengandalkan pada kegiatan proses belajar mengajar di

kelas saja yang minim pertemuannya. Pendidikan Islam setelah dipelajari dan

dipahami dibutuhkan tindak lanjut berupa pengamalan atau praktek dalam

kehidupan sehari-hari. Fungsi dari program ekstrakurikuler keagamaan

sendiri adalah untuk memberikan pengalaman peserta didik dalam

menjalankan agamanya. Dan fungsi tersebut sangat bervariasi antara sekolah

yang satu dengan yang lain tetapi pada umumnya adalah sebagai langkah

pengembangan instusi sekolah, dan wadah pengembangan kecerdasan,

kreatifitas dan keterampilan peserta didik. Untuk itu fungsi dan tujuan dari

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat dirumuskan sebagai berikut:14

1. Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu

mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan

mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan budaya.

2. Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat

dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar.

3. Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik agar

dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh karya.

4. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggungjawab dalam

menjalankan tugas.

14
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal 9-10.
14

5. Menumbuh kembangkan akhlak Islami yang mengintegrasikan hubungan

dengan Allah, Rasul, Manusia, alam semesta bahkan diri sendiri.

6. Mengembangkan sensitifitas peserta didik dalam melihat

persoalanpersoalan social keagamaan sehingga menjadi insan yang

proaktif terhadap permasalahan sosial dan dakwah.

7. Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta didik

agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil.

8. Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk

komunikasi dengan baik, baik verbal maupun non verbal.

9. Melatih kemampuan peserta didik untuk bekerja dengan sebaikbaiknya,

secara mandiri maupun kelompok.

10. Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan

masalah sehari-hari.

B. Rebana

1. Latar Belakang Rebana

Rebana atau yang dalam istilah jawa lebih akrab disebut

"Terbang" atau “Terbangan”, dikenal sebagai salah satu instrumen khas

pengiring alunan musik atau syair-syair arab. Alat musik yang terbuat dari

kulit kambing yang dikeringkan tersebut memiliki sejarah yang demikian

tua.
15

Secara historis, dapat diketahui masyarakat Madinah pada abad

ke-6 telah menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara

penyambutaan atas kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari

Makkah. Masyarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan Nabi

Muhammad SAW dengan qasidah Thaala'al Badru yang diiringi dengan

rebana, sebagai ungkapan rasa bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke

bumi itu. Kemudian rebana digunakan sebagai sarana dakwah para

penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi

rebana, pesan-pesan mulia agama Islam mampu dikemas dan disajikan

lewat sentuhan seni artistik musik Islami yang khas.

Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari

negeri Yaman yang bernama Habib 'Ali bin Muhammad bin Husain Al-

Habsyi datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan agama

Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab

berupa pembacaan qasidah yang diiringi rebana ala Habsyi dengan cara

mendirikan majlis sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai

sarana mahabbah (kecintaan) kepada Rasulullah SAW. Selang beberapa

waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah terutama

Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Jawa. Habib 'Ali bin Muhammad

bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul

Simthu Al-Duror yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan

hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya

juga berisi bacaan sholawat-sholawat dan Madaih (pujian-pujian) kepada


16

Nabi Muhammad SAW. Bahkan sering kali dalam memperingati acara

maulid Nabi Agung Muhammad SAW, kitab itulah yang sering dibaca

dan diiringi dengan alat musik rebana. Sehingga sampai sekarang

kesenian ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para pecinta

sholawat dan maulid Nabi saw, sebagai sebuah eksistensi seni budaya

Islam yang harus selalu dijaga dan dikembangkan.

Kegiatan membaca qasidah-qasidah dan pujian-pujian kepada

Rasulullah (hadlrah) yang diiringi dengan alat musik rebana sangat

diminati oleh masyarakat muslim yang cinta kepada Nabinya. Sudah

menjadi kebiasaan, hampir setiap minggu majlis hadlrah ini diadakan,

seringnya pada malam Jum'at, karena sebagaimana Rasulullah

menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak membaca shalawat

pada malam Jum'at dan ada juga yang malam Senin dikarenakan malam

itu adalah malam kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Menurut Prof. KH. Mustafa Ali Ya'qub, MA, kata Hadlrah itu

secara bahasa berarti “hadapan atau haribaan” Hal ini karena dalam seni

hadlrah itu lazimnya diawali dengan membaca surah al-Fatikhah atau

bacaan-bacan lain yang pahalanya dihadiahkan kepada Rasulullah dan

para tokoh yang sudah wafat yang dinilai telah berjasa bagi dakwah

Islam. Ketika hendak membaca surah al-Fatikhah itu, diawali membaca

Ilaa Hadlrati……..(ke haribaan……). Dari kebiasaan inilah tampaknya

kesenian ini dinamakan "Hadlrah". Tapi yang lebih popular dikalangan

kaum muslimin pecinta sholawat dan ahli thariqah, nama hadlrah berasal
17

dari kata "hadlara" yang berarti hadir, karena setiap ada majlis yang

mengadakan acara pembacaan sholawat dan pujian kepada Rasul, maka

seketika itu juga akan dipenuhi oleh para malaikat rahmat.

Di samping nama hadlrah, juga sebagian masyarakat menamainya

dengan "Duroran" dikarenakan kitab yang dibaca berjudul "Simthu Al-

Duror" yang dikarang oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-

Habsyi, di dalamnya berisi tentang hikayat Rasulullah dari sebelum lahir

sampai beliau wafat dan beberapa shalawat beserta pujian kepada Beliau.

Dan sebagian masyarakat menamainya juga dengan "Habsyian" yang

dinisbatkan kepada marga atau nama asal daerah si pengarang kitab

tersebut yaitu Al-Habsyi, sebagaimana seringnya masyarakat menamai

kegiatan membaca kitab Al-Barzanji dengan nama "Barzanjian" dan

kegiatan membaca kitab Al-Dziba' dengan nama "Dziba'an".

2. Perkembangan Rebana Di Nusantara

Seiring berjalannya waktu, rebana semakin diminati masyarakat

khususnya setelah ada Habib Syekh bin Abdul Qadir As-Segaf (yang

akrab disebut Habib Syekh) yang manggung hampir setiap hari di

berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya

pengunjung yang mengikuti shalawatan dan berdesak-desakan memadati

jalan serta tempat-tempat di mana Habib Syekh melantunkan shalawatan

bersama Majelis shalawat Ahbabul Musthofa.

Sekitar tahun 2010 merupakan titik awal perkembangan rebana di

Indonesia khususnya di Jepara. Mulai dari anak-anak kecil, remaja hingga


18

orang tua semua hampir hafal lantunan shalawatan, khususnya dari Kitab

Shimtut Dhurar yang dilantunkan oleh Habib Syekh. Masyarakat awam

sekalipun menyukai shalawatan karena di yoube-youtube juga beredar

banyak penampilan Habib Syekh. Hingga saat ini karisma Habib Syekh

masih sangat kental di kepala para penggemarnya.

C. Penguatan Pendidikan Karakter Siswa

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan

Karakter pada Satuan Pendidikan Formal dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan

bahwa :

Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK


adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM).15

Dari pengertian penguatan pendidikan karakter di atas, maka satuan

pendidikan yakni sekolah sangat berkewajiban untuk membentuk karakter

siswa agar revolusi mental dapat terwujud sesuai cita-cita bangsa ini. Di

zaman yang serba bebas akses dan bebas pengetahuan semacam ini perlu

adanya filterisasi karakter dan budaya dalam menyukseskan program

pemerintah tersebut. Untuk itu, sekolah seyogyanya bersungguh-sungguh

15
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal, pasal 1 ayat 1
19

dalam membuat program dan menjalankannya untuk mencapai tujuan yang

mulia ini.

Karakter yang dimaksudkan dari peraturan menteri dalam hal ini

adalah :

PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam


pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur,
toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan bertanggung jawab.16

Ada beberapa nilai karakter yang dimaksudkan dalam peraturan

menteri tersebut, di antaranya :

1. Religius

Nilai religius atau keberagamaan yang dimaksud yaitu nilai-nilai agama

uang dianut oleh peserta didik dapat dilaksanakan dengan penuh

tanggung jawab baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada diri

sendiri. Seseorang akan menjadi bermartabat apabila dia menjalankan

ajaran agama dengan penuh keseriusan dan khidmat.

2. Jujur

Jujur adalah berkata sesuai dengan kenyataan. Karakter ini sudah mulai

langka ditemukan di Indonesia seiring dengan banyaknya kepentingan-

kepentingan yang terjadi di internal seseorang, terlebih lagi hal-hal yang

berkaitan dengan pemerintahan yang kerap kali terdapat suatu tujuan

tertentu memang harus mengorbankan kejujuran. Diharapkan sekolah

16
Ibid., Pasal 2 ayat 1.
20

mampu membentuk sikap jujur peserta didiknya dengan berbagai

program dan pembiasaan serta adanya teladan dari para pendidik.

3. Toleran

Maraknya demo-demo anarkis di media massa dan media elektronik

membuat bangsa ini semakin sulit mencari teladan toleran. Yang

dimaksud toleran yaitu :

bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,


membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri.17

4. Disiplin

Disiplin dapat membetuk sikap seseorang untuk dapat menyelesaikan

tugas dan pekerjaan dengan tepat dan benar. Tepat meliputi tepat waktu,

tepat sasaran serta tepat proses penyelesaian. Dengan adanya disiplin,

para peserta didik diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran

dengan maksimal dengan hasil yang memuaskan.

5. Bekerja keras

Peserta didik yang mampu bekerja keras akan memperoleh prestasi yang

maksimal baik akademik maupun nonakademik.

Kerja keras bisa bermakna seseorang melakukan sesuatu dengan


sungguh-sungguh untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.18

17
Kamus Besar bahasa Indonesia versi KBBI Online, https://kbbi.web.id/, diakses tanggal
4 Oktober 2019 pukul 22.00 WIB.
18
Khanza Safitra, Kerja Keras dalam Islam – Dalil – Hikmah, diakses dari
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/kerja-keras-dalam-islam, tanggal 4 Oktober 2019,
pukul 22.07 WIB.
21

Keberhasilan raihan prestasi pasti akan menjadikan nama baik orang tua,

sekolah maupun guru akan menjulang tinggi dan akan menjadi

kebanggan semua orang di sekelilingnya. Untuk itu karakter kerja keras

sangatlah dibutuhkan peserta didik yang tentunya dimotivasi dan

dibentuk dari pihak sekolah.

6. Kreatif

Menurut KBBI,

Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta,


kreativitas juga dapat bermakna sebagai kreasi terbaru dan orisinil
yang tercipta, sebab kreativitas suatu proses mental yang unik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil.19

Daya saing yang sangat ketat di era Revolusi Industri 4.0 saat ini dituntut

kreatifitas yang sangt tinggi. Terlebih lagi dunia kerja yang beragam

menuntut seseorang mampu mengeluarkan daya saing agar mampu

bertahan hidup dan mapu memajukan bangsa Indonesia. Sekolah haruslah

memfasilitasi peserta didik dengan program pembelajaran yang mampu

menumbuhkan kreatifitas peserta didik.

7. Mandiri

Kemandirian seseorang yang tidak bergantung sepenuhnya dengan

bantuan orang lain mampu menjadikan peserta didik mengeluarkan

kemampuan pribadinya dalam keberhasilan pembelajaran. Sekolah

haruslah menjadi sarana pertama dalam menumbuhkan kemandirian

siswa.

8. Demokratis
19
Kamus Besar bahasa Indonesia versi KBBI Online, https://kbbi.web.id/, diakses tanggal
4 Oktober 2019 pukul 22.13 WIB.
22

Pembelajaran yang dapat menumbuhkan karakter demokratis akan

menunjang proses demokrasi bangsa ini yang memanglah bangsa ini

berjalan dengan sistem demokrasi. Dengan karakter demokratis seseorang

tidak akan mengambil langkah yang salah dalam menentukan tujuan.

9. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu yang tinggi akan membuat siswa semakin mengasah

otaknya untuk mecari tahu hal-hal yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan dan menjadikannya sebagai insan yang penuh dengan

kearifan karena banyaknya referensi pengetahuan dalam menjalankan

roda kehidupan.

10. Semangat kebangsaan

Semangat kebangsaan yang dijunjung tinggi seseorang akan menjadikan

orientasi dalam berperilaku mengutamakan kepentingan bersama

daripada kepentingan pribadi. Hal ini sangat penting untuk generasi saat

ini yang nantinya merupakan penerus perjuangan orang-orang di masa

yang akan dating.

11. Cinta tanah air

Istilah “hubbul wathan” saat ini sangat menggaung di dunia Indonesia.

Istilah tersebut memiliki makna yang sama dengan cinta tanah air. Cinta

tanah air merupakan sebuah sikap mencintai tanah air dengan

menunjukkan sikap dan perbuatan yang selalu member manfaat untuk

tanah air, yaitu Indonesia. Sehingga diharapkan generasi saat ini yang
23

masih dalam proses belajar nantinya menjadi generasi mendatang dengan

generasi terbaik untuk menjadi pemimpin.

12. Menghargai prestasi

Kemampuan yang berbeda-beda dalam belajar tentunya menjadi

keniscayaan. Hasil yang diraih dalam belajarpun pasti berbeda pula.

Maka menghargai prestasi sangatlah penting. Yang mendapat prestasi

baik dan membanggakan tidak perlu sombong dan menghina serta

mencemooh kepada yang belum berprestasi seperti dia. Bagi yang

prestasinya masih belum membanggakan tidak perlu merasa rendah diri

dan putus asa serta berlapang dada menerima kenyataan. Maka karakter

menghargai prestasi sangtlah penting untuk dimiliki seorang peserta

didik.

13. Komunikatif

Kita tidak mungkin mampu hidup sendiri, karena manusia adalah

makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Untuk itu

karakter komunikatif sangatlah penting untuk dimiliki.

14. Cinta damai

Sudah pasti dengan karakter cinta damai diharapkan negara ini menjadi

negara yang hidup rukun, damai, sentosa serta mampu bersama-sama

berdampingan dalam berkehidupan.

15. Gemar membaca


24

Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca seseorang akan

memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam. Peserta didik yang

tugas utamanya adalah belajar haruslah memiliki karakter ini dalam

proses pembelajaran. Sekolah harusnya mampu memfasilitasi peserta

didik dengan menyediakan berbagai sarana bacaan maupun perlengkapan

lainnya semisal gedung perpustakaan. Namun itu semua haruslah disertai

dengan peserta didik harus gemar membaca.

16. Peduli lingkungan

Kepedulian dengan lingkungan akan menjadikan kenyamanan dalan

berkehidupan. Peserta didik harus dibentuk karakternya untuk mampu

peduli lingkungan. Sekolah memberikan program yang sesuai dengan

tujuan karakter ini semisal dengan penanaman pohon atau yang lainnya

serta pengetahuan-pengetahuan yang baru dalam hal ini.

17. Peduli sosial

Kepedulian sosial harus dipupuk sedini mungkin agar nantinya setelah

dewasa peserta didik mampu mengarungi kehidupan dengan damai serta

menjalin kerukunan dalam masyarakat.

18. Bertanggung jawab

Semua perbuatan pastilah ada akibatnya. Peserta didik harus mampu dan

berani mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Hal ini akan

terjadi bila sekolah mampu memberikan pembelajaran yang mampu

membentuk karakter bertanggung jawab.


25
26

BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran dalam Ekstrakurikuler Rebana di SMP Negeri 2

Batealit

Ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Batealit sangat banyak dengan

berbagai karakteristik dan semuanya dilaksanakan dalam latihan rutin yang

diselenggarakan sekali dalam seminggu selama 2 jam. Rebana untuk tahun

2019 dilaksanakan pada setiap Hari Selasa pukul 14.00 sampai 16.00 dalam

jadwal. Adapun pelaksanaanya berjalan sesuai dengan jadwal dan

menyesuaikan kondisi sesuai dengan kalender pendidikan SMP Negeri 2

Batealit. Artinya, jika dalam kondisi tertentu semisal ada penilaian tengah

semester atau penilaian akhir semester maka ekstrakurikuler rebana

ditiadakan.

Pembina ekstrakurikuler rebana diampu oleh penulis sendiri yang

kebetulan juga guru pengampu matapelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti. Pembina disini dibantu oleh seorang pelatih yang bernama

Ahmad Rifai yang diperbantukan dari luar sekolah. Keanggotaan ekskul ini

bebas, artinya siapa saja siswa yang dengan rela mengikuti kegiatan ini sangat

dipersilakan. Anggota yang aktif pada tahun 2019 berasal dari kelas 7, 8 dan

9 yang berjumlah 16 orang.

Setiap kali latihan disediakan daftar hadir yang ditandatangani oleh

semua anggota dan diawali dengan membaca surat al-Fatihah sebagai


27

mukaddimah atau pembuka. Setelah itu ada sedikit pengarahan dan motivasi

dari pembina dilanjutkan oleh pelatih dan langsung berlatih secara bersama-

sama.

Dalam satu grup rebana terdiri atas berbagai posisi. Posisi yang

dibentuk oleh SMP Negeri 2 Batealit sesuai dengan model alatnya. Ada yang

berposisi penabuh jidur besar (bas) yang jumlahnya 2 yaitu jidur besar dan

kecil dengan 2 alat pukul. Ada juga pemukul ketipung yang jumlahnya 3

ketipung masing-masing dimainkan oleh 1 orang. Ada juga yang berposisi

sebagai pemukul terbang yang berbunyi dung tak tak disertai bunyi ecrek-

ecrek setiap kali dipukul, ini jumlahnya sebanyak 4. Ada lagi yang berposisi

pemain kecrek tamborin ada 2 orang. Kemudian 4 orang berposisi vokal atau

penyanyi.

Di awal tahun pelajaran biasanya diadakan seleksi bagi semua

anggota yang mendaftarkan diri untuk diposisikan sesuai dengan kemampuan

dan potensi yang dimiliki. Dari sekian pendaftar nantinya terpilih 1 grup

utama yang nantinya akan digunakan pada kegiatan yang sifatnya show atau

pertunjukan secara terbuka.

Setiap kali latihan akan dimainkan beberapa lantunan shalawat yang

bernuansa islam dan berlirik arab, semisal shalawat dengan judul raqqat

‘aina, ya habibi ya Muhammad, ya habibal qalbi, ahmad ya habibiy, ya

asyiqal musthafa, dan lain sebagainya. Lirik ini diambil dari kitab-kitab

shalawat yang populer yang beredar di masyarakat luas. Satu lantunan

shalawat bisa dipelajari dalam kurun waktu 3 minggu atau lebih, tergantung
28

dari tingkat kesulitan dan karakter masing-masing judul. Semua judul

shalawat tersebut rata-rata menunjukkan arti pujian-pujian kepada baginda

Rasulullah Muhammad SAW baik saat berdakwah maupun dalam menjalani

kehidupan biasa. Pujian-pujian dalam lantunan shalawat ini sangat menyentuh

hati seseorang dan mampu menjadikan seseorang semakin cinta kepada Nabi

walaupun kebanyakan belum tahu arti dan maknanya.

Setelah menguasai berbagai lagu dan lirik shalawatan maka nantinya

bias diaplikasikan untuk even-even tertentu semisal lomba dan perpisahan

kelas 9 di sekolah setiap tahunnya. Para pemian rebana sangat senang dengan

kegiatan ini karena sejarah rebana di SMP Negeri 2 Batealit cukup indah

dengan berbagai prestasi dalam lomb-lomba, diantaranya pernah juara 1 dan 3

di tahun 2016 dan 2015. Tetapi ada juga anggota grup yang terkadang malas

mengikuti latihan karena memang pembawaan setiap orang berbeda-beda.

Jika terdapat kekosongan pemain karena absennya anggota maka diisi

permainannya oleh pembian dan pelatih untuk melengkapi agar bias berjalan

dengan sempurna.

Setiap ada lantunan azan dari lingkungan sekitar maka kegiatan

rebana dihentikan sejenak untuk menghormati panggilan sholat tersebut

walaupun terkadang sebagian peserta ada yang berisik sendiri dan selalu

diingatkan. Setelah azan selesai maka dilanjutkan lagi dengan lantunan

sholawat-sholawat dalam latihan.

Judul shalawat yang selalu dimainkan tidaklah selalu bernuansa

Bahasa Arab semua, kadang menggunakan Bahasa Indonesia atuapun Bahasa


29

Jawa, misalnya yang berjudul aku cinta Nabi, padang bulan dan sebagainya,

tergantung dari masyarakat yang menjadi kegemarannya. Demikian berjalan

seterusnya selama 1 semester dan diakhiri dengan penilaian pribadi dari

kegiatan ekskul ini yang tertuang dalam laporan hasil penilaian akhir

semester oleh pembina.

B. Proses Pembelajaran Ekstrakurikuler Rebana Dapat Membentuk

Karakter Siswa SMP Negeri 2 Batealit

Dari semua proses latihan yang sudah dijelaskan pada pembahasan

sebelumnya, dapat diuraikan beberapa penguatan karakter yang ditekankan

pada saat pembelajaran rebana di SMP Negeri 2 Batealit di antaranya adalah :

1. Religius

Setiap shalawat yang dilantunkan secara tidak langsung membentuk

kecintaan (mahabbah) kepada junjungan kita Nabi Muhammd SAW

sehingga dengan modal kecintaan tersebut diharapkan peserta didik dapat

meneladani akhlak mulia beliau. Di samping itu setiap awal latihan

dibuka dengan bacaan surat al-Fatihah membuat peserta didik terbiasa

dengan berdoa di setiap mengawali kegiatan baik di sekolah maupun di

rumah.

2. Toleran

Setiap perbedaan yang ada pada kemampuan anggota dalam menyerap

ilmu baru, membuat para peserta didik seakan mau tidak mau harus

menerima kenyataan bahwa dalam 1 grup saling menyadari karena


30

aransemen yang dihasilkan adalah satu kesatuan dari berbagai suara yang

dipadukan. Ketidakmampuan dalam menerima kenyataan dan saling

mencemooh dalam 1 grup justru akan semakin menghambat dalam

menghasilkan sebuah karya lagu yang baru.

3. Disiplin

Disiplin dalam berlatih harus diterapkan agar dalam 1 semester program

yang direncanakan dapat berjalan sesuai rencana. Semua anggota tidak

boleh mencampuri urusan anggota lain dalammemainkan peran. Misalnya

seorang vocal tidak boleh mengintervensi pemain terbang, akan tetapi

hanya boleh sekedar mengingatkan demi kelancaran. Maka disiplin setiap

anggota dengan peran yang berbeda dituntut dan akan terlatih dengan

sendirinya seiring dengan berjalannya waktu selama latihan.

4. Komunikatif

Setiap latihan dengan peran berbeda harus tetap terjaga komunikasi

sehingga hasil latihan dapat tercipta dengan baik. Pemain vokal harus

komunikasi kapan waktunya berhenti dan kapan waktunya mulai. Agar

para pemain alat musik lainnya bias kompak maka dibutuhkan dan

dibiasakan dengan komunikasi. Biasanya ada kode khusus dari pemain

vokal jika lantunan sholawat akan berhenti, dengan memberi kode jari

telunjuk dan ibu jari disatukan dan diarahkan ke punggung vokal

sehingga dapat dilihat dari belakang oleh pemain lainnya tanpa diketahui

oleh penonton seandainya bermain di tempat terbuka.


31

5. Bertanggung jawab

Semua pemain bertanggungjawab terhadap posisinya masing-masing agar

hasil dari penampilan tidak saling menyalahkan.


32

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dari beberapa bab yang sudah ada dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran dalam ekskul rebana di SMP Negeri 2 Batealit berdampak

dalam penguatan karakter yang tercakup 5 karakter, diantaranya : religius,

toleran, disiplin, komunikatif dan bertanggungjawab. Semua karakter

tersebut akan berdampak pada sikap keseharian peserta didik walaupun

terkadang belum maksimal dan pasti ada yang terlewatkan karena

namanya usia sekolah pastinya masih proses mencari jati diri.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis sampaikan saran sebagai berikut.

1. Penguatan pendidikan karakter siswa sebaiknya dilakukan sejak usia

dini agar siswa menjadi terbiasa sehingga terbentuk karakter yang

mulia.

2. Pembelajaran rebana sebaiknya dikemas sebagai pembelajaran yang

Aktif, Kreatif, Inovatif, dan menyenangkan sehingga mampu

mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang diamanatkan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun

2018.
33

DAFTAR PUSTAKA

-----------------. Kamus Besar bahasa Indonesia versi KBBI Online,


https://kbbi.web.id/, diakses tanggal 4 Oktober 2019 pukul 22.00 WIB.

Al-Qur’an Digital in word by mohammad taufiq.

Albanjari, Ahmad Zainie. 2013. Ekstrakulrikuler Keagamaan Dalam Kurikulum


2013, https://www.scribd.com/doc/Ekstra-Kurikuler Keagamaan dlm
Kurikulum 2013 docx, diakses: 14 Oktober 2019.

Departemen Agama RI. 2005. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan


Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan


Pengembangan Diri pada Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.


Bandung: Mandar Maju.

Muhaimin, et. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidik. Jogjakarta:


Ar Ruzz.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20


tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan
Formal.

Safitra, Khanza. 2017. Kerja Keras dalam Islam – Dalil – Hikmah,


https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/kerja-keras-dalam-islam,
diakses tanggal 4 Oktober 2019.

Sahertian, Piet A. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah.


Surabaya: Usaha Nasional.

Shaleh, Abdul Rachmad. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak


Bangsa. Jakarta: PT. Grafinda Persada.

Sulistyorini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya:Elkaf, 2006.


34

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

Usman, Moh. Uzer, et, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai