Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU


DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Guru SMK Teuku Umar Semarang)
Taufiq Ridho K.A¹, Heru Sri Wulan, SE, MM², Eko Hadi Wahyono, S. Kom, MM³
¹Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pandanaran Semarang
²’³Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pandanaran Semarang
ABSTRAK

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu guru di SMK Teuku Umar
Semarang populasi ini totalnya sebanyak 63 guru. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sensus, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel/responden. Variabel penelitian
ini terdiri dari budaya organisasi, kepemimpinan kepala sekolah, dan kompetensi guru sebagai
variabel bebas, kepuasan kerja sebagai variabel intervening, dan kinerja guru sebagai variabel
terikat. Metode pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan
dengan nilai koefisien regresi 0,316 dan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja
dengan t hitung 2,004 > t tabel 1.669. Ada pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai
koefisien regresi 0,336 dan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja
dengan t hitung 2.272 > t tabel 1.669. Ada pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai
koefisien regresi 0,309 dan antara kompetensi guru dengan kepuasan kerja dengan t hitung
1.689 > t tabel 1.669. Adanya pengaruh secara bersama-sama antara budaya organisasi,
kepemimpinab kepala sekolah, dan kompetensi guru terhadap kepuasan kerja dengan nilai F
hitung 4,429 > F tabel 2,75 dengan nilai signifikansi 0,007. Adanya pengaruh yang positif dan
signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja guru dengan nilai koefisien regresi 0,235
dengan t hitung 1,703 > t tabel 1.669 dengan nilai signifikansi 0,094.
Dari uji analisis pathada pengaruh mediasi kepuasan kerja dalam memediasi
hubungan antara budaya organisai terhadap kinerja guru, hal tersebut dibuktikan dengan nilai
koefisien jalur pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru sebesar 0,323,
sedangkan total pengaruh tidak langsungnya 0,394. ada pengaruh mediasi kepuasan kerja
dalam memediasi hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, hal
tersebut dibuktikan dengan nilai koefisien jalur pengaruh langsung Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,324, sedangkan total pengaruh tidak langsungnya
0,402, ada pengaruh mediasi kepuasan kerja dalam memediasi hubungan antara kompetensi
guru terhadap kinerja guru, hal tersebut dibuktikan dengan nilai koefisien jalur pengaruh
langsung Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru sebesar 0,373, sedangkan total pengaruh
tidak langsungnya 0,445.

Kata Kunci: Budaya Organisasi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru,


Kepuasan Kerja, Kinerja Guru
ABSTRACT

The population used in this study is the teacher in the Teuku Umar Vocational School
in Semarang, the total population is 63 teachers. The technique used in this study is census
technique, which is the entire population used as a sample / respondent. The variables of this
study consisted of organizational culture, principal leadership, and teacher competence as
independent variables, job satisfaction as an intervening variable, and teacher performance
as dependent variables. Data collection methods use questionnaires, interviews, and
documentation. Data analysis using multiple regression analysis.
The results of this study indicate that there is a positive and significant influence with
regression coefficient of 0.316 and between organizational culture with job satisfaction with t
count 2.004> t table 1.669. There is a positive and significant influence with regression
coefficient 0.336 and between the principal's leadership and job satisfaction with 2,272 t
count> t table 1,669. There is a positive and significant influence with a regression coefficient
of 0.309 and between teacher competency and job satisfaction with t count 1.689> t table
1.669. There is a joint influence between organizational culture, principals' leadership, and
teacher competency on job satisfaction with an F count of 4.429> F table 2.75 with a
significance value of 0.007. The existence of a positive and significant influence between job
satisfaction and teacher performance with a regression coefficient of 0.235 with t count 1.703>
t table 1.669 with a significance value of 0.094.
From the path analysis test there is a mediating effect of job satisfaction in mediating
the relationship between organizational culture on teacher performance, this is evidenced by
the path coefficient value of the direct influence of Organizational Culture on Teacher
Performance of 0.323, while the total indirect effect is 0.394. there is a mediating effect of job
satisfaction in mediating the relationship between the principal's leadership on teacher
performance, this is evidenced by the path coefficient of direct influence Principal Leadership
on Teacher Performance is 0.324, while the total indirect effect is 0.402, there is a mediating
effect of job satisfaction in mediating the relationship between teacher competency on teacher
performance, this is evidenced by the path coefficient value of the direct influence of Teacher
Competence on Teacher Performance is 0.373, while the total indirect influence is 0.445.
Keywords: Organizational Culture, Principal Leadership, Teacher Competence, Job
Satisfaction, Teacher Performance
PENDAHULUAN pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung
Guru merupakan salah satu faktor oleh guru yang profesional. Dengan kata
penentu tinggi rendahnya mutu hasil lain, perbaikan kualitas pendidikan harus
pendidikan mempunyai posisi strategis berpangkal dari guru dan berujung pada
maka setiap peningkatan mutu pendidikan guru pula.
perlu memberikan perhatian besar kepada Untuk menjalankan tugas dan
peningkatan guru baik dalam segi jumlah fungsinya yang berat itu, guru dituntut
maupun mulutnya. Aprisal, dkk (2013) memiliki segenap kompetensi antara lain
mengemukakan bahwa guru merupakan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,
perencana, pelaksana sekaligus sebagai dan kompetensi profesional, yang satu
evaluator pembelajaran di kelas, maka sama lain terintegrasi dalam
peserta didik merupakan subjek yang kepribadiannya secara utuh. Namun
terlibat langsung dalam proses untuk kenyataannya di lapangan, sering kali
mencapai tujuan pendidikan. pendidik tidak mempunyai kompetensi
Guru di tuntut memiliki kinerja penuh dalam melaksanakan tugas-
yang mampu memberikan dan tugasnya.
merealisasikan harapan dan keinginan Kinerja guru yang maksimal juga di
semua pihak terutama masyarakat umum harapkan oleh semua pihak sekolah agar
yang telah mempercayai sekolah dan guru mampu memberikan kontribusi yang
dalam membina anak didik tersebut. Dalam maksimal, sehingga hasil yang akan di
meraih mutu pendidikan yang baik sangat capai dapat memuaskan. Ketika guru
di pengaruhi oleh kinerja guru dalam mampu melaksanakan tugas dengan baik
melaksanakan tugasnya sehingga kinerja dan di laksanakan secara tepat waktu dapat
guru menjadi tuntutan penting untuk berpengaruh pada keberlangsungan proses
mencapai keberhasilan pendidikan. belajar mengajar. Dalam proses
Masalah kinerja menjadi sorotan berbagai pembelajaran sebaiknya guru tidak
pihak, kinerja guru akan dirasakan oleh monoton dalam memberikan materi, karena
siswa atau orang tua siswa. Permasalahan hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir
yang sering kita dengar rendahnya mutu siswa yang mengikuti pembelajaran. Saat
hasil pendidikan yang dihasilkan oleh pembelajaran di laksanakan secara
lembaga pendidikan merupakan cermin monoton atau tidak bervariasi siswa akan
rendahnya kinerja yang dihasilkan oleh merasa bosan kemudian malas untuk
guru dalam proses pelaksanaan pendidikan menerima materi yang disampaikan.
anak didik, baik secara kualitas maupun Kinerja guru juga dipengaruhi oleh
secara kuantitas. Berbagai usaha dilakukan berbagai faktor, baik intern maupun
untuk mencapai kinerja yang baik. ekstern. Pengaruh intern tersebut dapat
Guru memegang peran penting dan berupa kemungkinan guru memiliki
strategis dalam pendidikan. Sebagai masalah dengan keluarga atau memang
pengajar, pendidik, dan pelatih para siswa, sedang tidak dalam kondisi yang baik.
guru merupakan agen perubahan sosial Pengaruh ekstern dapat berupa bagaimana
yang mengubah pola pikir, sikap, dan kondisi lingkungan sekolah, pelaksanaan
perilaku umat manusia menuju kehidupan organisasi sekolah, budaya sekolah, peran
yang lebih baik, lebih bermartabat, dan kepala sekolah, budaya kerja dan hubungan
lebih mandiri. Selain itu, guru merupakan dengan warga sekolah lainnya.
komponen yang paling berpengaruh
terhadap terciptanya proses dan hasil Selain dipengaruhi oleh faktor-
pendidikan yang berkualitas. Oleh karena fakor di atas kinerja guru juga dapat
itu, upaya perbaikan apapun yang dipengaruhi oleh budaya organisasi
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sekolah. Budaya atau kultur organisasi
merupakan kesepakatan bersama tentang berdampak pada ketercapaian pokok
nilai yang dianut bersama dalam kehidupan bahasan yang seharusnya disampaiakan
organisasi dan mengikat semua organisasi kepada siswa.
yang bersangkutan. Budaya inilah yang Keberhasilan organisasi dalam
nantinya akan berperan dalam menentukan mencapai tujuannya tidak semata-mata
struktur dan berbagai sistem operasional hanya ditentukan dengan adanya perubahan
yang menghasilkan norma-norma, organisasi saja, namun faktor lain yang
peraturan-peraturan, dan bagaimana dominan di tentukan oleh bagaimana
interaksi didalam sebuah organisasi. kemampuannya mentransformasi budaya
Menurut Susi Suryani (2013), budaya organisasi yang dapat mendukung tujuan
organisasi sesungguhnya tumbuh karena organisasi. Aprisal, dkk (2013) definisi
diciptakan dan dikembangkan oleh budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang
individu-individu yang bekerja dalam suatu menjadi pedoman sumberdaya manusia
organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai untuk menghadapi permasalahan eksternal
yang harus dipertahankan dan diturunkan dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam
kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai organisasi sehingga masing-masing
tersebut digunakan sebagai pedoman bagi anggota organisasi harus memahami nilai-
setiap anggota selama mereka berada dalam nilai yang ada dan bagaimana mereka harus
lingkungan organisasi tersebut, dan bertindak atau berperilaku.
dianggap sebagai cirri khas yang Selain faktor kepemimpinan
membedakan sebuah organisasi dengan sekolah, budaya organisasi, serta
organisasi lainnya. kompetensi guru yang mampu menentukan
Hasil observasi awal di SMK Teuku dan mendukung tercapainya kinerja guru
Umar Semarang terdapat permasalahan secara optimal adalah kepuasan kerja.
bahwa masih terdapat guru yang memiliki Kepuasan kerja guru berkenaan dengan
sikap kaku dan tidak suka humor pada saat kesesuaian antara harapan guru dengan
jam mengajar. Apabila pada saat proses kenyataan yang merkeka dapatkan dalam
pembelajaran guru tidak dapat menciptakan bekerja. Kepuasan kerja adalah suatu
interaksi yang menyenangkan dengan siswa keadaan emosi seseorang yang positif
di kelas, siswa akan merasa bosan dan maupun menyenangkan yang dihasilkan
jenuh yang berakibat pada turunnya dan penilaiaan suatu pekerjaan atau
semangat siswa untuk belajar. Semangat pengalaman kerja.
untuk belajar siswa yang menurun dapat Guru yang puas terhadap
berakibat mengalami penurunan dalam pekerjaannya maka kinerjanya akan
pemahaman materi dapat berimbas pada meningkat, kemungkinan akan berdampak
prestasi yang akan dicapai oleh siswa. positif terhadap peningkatan mutu
Dalam proses belajar mengajar pendidikan. Artinya jika guru puas terhadap
masih terdapat guru yang sebatas pelayanan organisasi sekolah maka mereka
memberikan materi tanpa menjelaskan akan bekerja penuh semangat dan
lebih lanjut materi yang disampaikan. bertanggung jawab . Sebaliknya guru yang
Misalkan guru hanya menuliskan materi di memiliki kepuasan kerja yang rendah , akan
papan tulis kemudian menyuruh siswa melahirkan perilaku kerja dan budaya kerja
untuk mencatat. Tidak hanya permasalahan yang rendah dalam mendukung
tersebut, masih terdapat pula guru yang pelaksanaan pekerjaannya, seperti timbul
meninggalkan jam pelajaran. Guru yang gejala seperti sering tidak hadir, malas
sering meninggalkan kelas akan berakibat mengajar, banyaknya keluhan, rendahnya
pada berkurangnya jam mengajar yang prestasi kerja, rendahnya kualitas mengajar,
seharusnya dapat digunakan untuk yang semuanya itu akan bermuara pada
menambah penjelasan materi yang rendahnya prestasi belajar siswa.
diberikan. Kekurangan jam mengajar dapat
e. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru di
SMK Teuku Umar Semarang?
f. Bagaimanakah pengaruh kompetensi
guru terhadap kinerja guru di SMK
Teuku Umar Semarang?
g. Bagaimanakah pengaruh kepuasan kerja
guru terhadap kinerja guru di SMK
Teuku Umar Semarang?

Tabel 1.1 diatas, menunjukan bahwa Berdasarkan permasalahan yang ada,


jumlah guru SMK Teuku Umar Semarang maka tujuan dan kegunaan penelitian yang
baik laki-laki maupun perempuan ingin dicapai adalah:
berjumlah 63 guru, Guru yang mengajar a. Tujuan Penelitian
mata pelajaran dikelas berjumlah 47 guru, 1. Untuk menganalisa pengaruh budaya
Guru yang menjadi wali kelas murid organisasi terhadap kepuasan kerja guru
berjumlah 26 guru, di bagian TU dan lain- di SMK Teuku Umar Semarang.
lain berjumlah 16 guru, Guru dengan 2. Untuk menganalisa pengaruh
Pendidikan S1 berjumlah 46 guru, Guru kepemipinan kepala sekolah terhadap
dengan pendidikan S2 berjumlah 12, dan kepuasan kerja guru di SMK Teuku
guru yang sedang menempuh S1 berjumlah Umar Semarang.
5 orang. 3. Untuk menganalisa pengaruh
Berdasarkan penjabaran yang telah kompetensi guru terhadap kepuasan
diuraikan di atas, maka penulis tertarik guru di SMK Teuku Umar Semarang.
untuk membahas dan menuangkan masalah 4. Untuk menganalisa pengaruh budaya
ini dalam bentuk skripsi dengan judul organisasi terhadap kinerja guru di SMK
“Pengaruh Budaya Organisasi, Teuku Umar Semarang.
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Dan 5. Untuk menganalisa pengaruh
Kompetensi Guru Terhadap Kinerja kepemimpinan kepala sekolah terhadap
Guru Dengan Kepuasan Kerja Sebagai kinerja guru di SMK Teuku Umar
Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Semarang.
Guru SMK Teukumar Semarang)”. 6. Untuk menganalisa pengaruh
kompetensi guru terhadap kinerja guru
Berdasarkan identifikasi dan di SMK Teuku Umar Semarang.
pembatasan masalah diatas, maka rumusan 7. Untuk menganalisa pengaruh kepuasan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini kerja guru terhadap kinerja guru di SMK
adalah: Teuku Umar Semarang.
a. Bagaimanakah pengaruh budaya b. KegunaanPenelitian
organisasi terhadap kepuasan kerja guru 1. KegunaanTeoretis
di SMK Teuku Umar Semarang? Menambah wawasan penulis tentang
b. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan ruang lingkup pendidikan, khususnya
kepala sekolah terhadap kepuasan kerja yang berhubungan dengan
guru di SMK Teuku Umar Semarang? pendidikan dalam upaya
c. Bagaimanakah pengaruh kompetensi meningkatkan kinerja guru dalam
guru terhadap kepuasan kerja gurudi proses pembelajaran.
SMK Teuku Umar Semarang?
d. Bagaimana pengaruh budaya organisasi 2. Kegunaan Praktis
terhadap kinerja guru di SMK Teuku a.Bagi Guru
Umar Semarang?
Dapat dijadikan bahan referensi budaya organisasi berfungsi sebagai
bagi guru atau calon guru untuk mekanisme pembuat makna dan kendali
lebih termotivasi dalam yang memandu dan membentuk sikap serta
meningkatkan kompetensinya perilaku para karyawan.
serta melaksanakan tugas-
tugasnya agar menjadi guru yang Kepemimpinan Kepala Sekolah
profesional. Kepemimpinan merupakan suatu
b.Bagi Institusi Pendidikan proses yang mengandung unsur
Sebagai bahan masukan dan mempengaruhi,adanya kerjasama dalam
mampu memberikan sumbangan sebuah organisasi. Karena kepemimpinan
pemikiran pada pihak yang terkait mempunyai peranan sentral dalam
dalam dunia pendidikan bahwa dinamika kehidupan organisasi. Dalam hal
mengembangkan kompetensi guru ini, Kepala Sekolah merupakan pemimpin
merupakan salah satu kebutuhan pendidikan yang sangat tergantung pada
untuk meningkatkan kualitas bagaimana kecakapan dan kebijaksanaan
tenaga pendidik itu sendiri. kepala sekolah dalam memimpin suatu
sekolah atau lembaga yang dinaungi.
TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Wahjosumidjo, 2013)
menyatakan bahwa kepemipinan kepala
Budaya Organisasi sekolah yaitu perilaku kepala sekolah yang
mampu memprakarsai pemikiran baru di
Febry Zakharia (2014)
dalam proses interaks di lingkungan
mendefinisikan budaya organisasi
sekolah dengan melakukan perubahan atau
merupakan pola dasar dari nilai dan asumsi
penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi,
organisasi yang mengarahkan pegawai
prosedur, input, proses atau output dari
dalam organisasi untuk berpikir dan
suatu sekolah sesuai dengan tuntutan
bertindak terhadap masalah dan
perkembangan.
kesempatan. Melaksanakan budaya kerja
Kepemimpinan adalah proses
dalam suatu lembaga atau organisasi
pemimpin dalam mengarahkan bawahan
mempunyai arti yang sangat dalam, karena
untuk mencapai tujuan yang telah
akan merubah sikap dan perilaku sumber
diterapkan dengan cara memotivasi,
daya manusia untuk dapat mencapai
mengambil keputusan, mengawasi,
produktivitas kerja yang tinggi.
mengarahkan, mempengaruhi, dan cara lain
Menurut Sunarno dan Lie (2014)
yang dapat dilakukan agar bawahan tetap
budaya menjalankan sejumlah fungsi di
melaksanakan tugas dan tanggung
dalam sebuah organisasi. Pertama, budaya
jawabnny. Sedangkan kepala sekolah
mempunyai peran menetapkan tapal batas;
adalah guru yang diberikan tanggung jawab
artinya budaya menciptakan perbedaan
yang lebih tinggi untuk memimpin sekolah
yang jelas antara satu organisasi dan yang
karena memiliki kemampuan untuk
lain. Kedua, budaya membawa suatu rasa
memimpin dan mengarahkan sumber daya
identitas bagi anggota-anggota
yang ada disekolah untuk mencapai tujuan
organisasi.Ketiga, budaya mempermudah
pendidikan yang telah ada.
timbulnya komitmen pada sesuatu yang
Menurut Suhaemi dan Ruliaty
lebih luas dari pada kepentingan diri pribadi
(2016) Fungsi utama kepala sekolah
seseorang. Keempat, budaya itu
sebagai pemimpin pendidikan adalah
meningkatkan kemantapan sistem sosial.
menciptakan situasi belajar mengajar
Budaya merupakan perekat sosial yang
sehingga guru-guru dapat mengajar dan
membantu mempersatukan organisasi itu
siswa dapat belajar dengan baik.
dengan memberikan standar-standar yang
Kemampuan seorang Kepala Sekolah
tepat untuk apa yang harus dikatakan dan
dalam memimpin sangat berpengaruh
dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya
dalam meningkatkan kerja guru maupun harapan guru dengan imbalan yang
meningkatkan dan menciptakan proses diberikan oleh sekolah. Jumari, dkk (2013)
penciptaan kenyamanan, ketertiban proses menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
pembelajaran, terutama pada kinerja guru. pernyataan sikap yang menunjukkan
ukuran atau tingkat pemikiran setuju-tidak
Kompetensi Guru setuju, perasaan senang-tidak senang, suka-
Kompetensi adalah istilah umum tidak suka maupun perasaan positif-negatif
untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap dari pekerja terhadap pekerjaannya, sebagai
yang diperlukan untuk fungsi yang hasil dari evaluasi terhadap pengalaman
memadai dalam profesi tertentu.Terdapat kerja berdasarkan berbagai aspek
dua jenis kompetensi guru, yakni pekerjaan.
kompetensi umum dan kompetensi khusus Anas (2015) menyebutkan bahwa
yang harus dikuasai.Penentuan tingkat kepuasan kerja merupakan keadaan
kompetensi dibutuhkan agar dapat emosional yang menyenangkan atau tidak
mengetahui tingkat kinerja yang menyenangkan dengan mana seseorang
diharapkan untuk kategori baik atau rata- memandang pekerjaan mereka. Lebih jauh
rata. Penentuan ambang kompetensi yang dikatakan bahwa kepuasan kerja
dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan mencerminkan perasaan seseorang
dasar bagi proses seleksi, suksesi terhadap pekerjaannya, yang dapat terlihat
perencanaan, evaluasi kinerja dan dari sikap positif pekerja terhadap
pengembangan SDM. pekerjaannya dan segala sesuatu yang
Pratiwi, dkk (2013), dihadapi pada lingkungan kerja.
mengemukakan bahwa kompetensi guru,
yaitu kemampuan seorang guru dalam Kinerja Guru
melaksakan kewajiban-kewajiban secara
Jika mendengar kata kinerja, yang
bertanggung jawab dan layak. Dengan
ada di bayangan pasti adalah cara kerja
demikian, seorang guru yang dapat
seseorang. Menurut Mulyasa (2013: 88)
dikatakan sebagai seseorang yang
“Kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang
berkopetensi adalah seorang guru yang
ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan,
mampu untuk merencanakan, melaksakan,
dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi
dan mengevaluasi hasil pembelajaran
dari Kinerja dari pandangan Mulyasa
sesuai dengan bidang kajian masing-
(2013: 88) ini adalah sesuatu yang bisa
masing.
dilihat mulai dari bentuk fisik, tingkah laku
hingga hasil kerjanya.
Kepuasan Kerja
Ayny Maharani (2015) mengatakan
Kepuasan Adalah cermin dari bahwa “kinerja adalah jawaban atas
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. pertanyaan apa hasil yang dicapai
Anas (2015) mendenifinisikan kepuasan seseorang sesudah mengerjakan sesuatu”.
kerja adalah suatu sikap umum seseorang Dapat diartikan bahwa kinerja menurut
individu dan banyaknya yang mereka Ayny Maharani adalah hasil yang dicapai
yakini yang seharusnya mereka terima. dari kerja seorang pegawai. Kinerja ini
Kepuasan kerja ditentukan oleh beberapa tidak dilihat dari proses kerja yang
faktor yakni kerja yangsecara mental dilakukan. Tidak dilihat pula melalui etika
menantang, kondisi kerja yang kerja, serta penampilan fisik tenaga kerja,
mendukung, rekan kerja yang mendukung, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
serta kesesuaian kepribadian dengan yang telah dimilikinya”.
pekerjaan. Guru merupakan salah satu
Kepuasan kerja adalah perasaan komponen dalam kegiatan belajar mengajar
guru tentang menyenangkan atau tidak, dan memiliki posisi yang sangat
mengenai pekerjaan berdasarkan atas menentukan keberhasilan pembelajaran,
karena fungsi utama guru adalah meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
merancang, mengelola melaksakan dan Oleh karena itu kinerja guru dapat diartikan
mengevaluasi pembelajaran. Sebagaimana sebagai suatu kondisi yang menunjukan
di kemukakan oleh As-Syifa (2013), guru suatu kemamuan seorang guru dalam
yang baik adalah guru yang mampu menjalankan tugasnya di sekolah serta
memilih bahan, menyajikan dan menggambarkan adanya suatu perbuatan
mengevaluasi yang berkemampuan untuk yang ditampilkan guru dalam atau selama
melaksakan tugas dan tanggung jawabnya melakukan aktivitas pembelajaran
denan baik (Supardi, 2016:54).
Menurut Peraturan Mentri KERANGKA PEMIKIRAN
Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun
2010 kinerja guru adalah hasil penilaian
terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai
guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kinerja guru yang terkait dengan
pelaksanaan proses pembelajaran meliputi
kegiatan merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi dan menilai,
menganalisis hasil penilaian, dan
melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian.
Kinerja guru yang terkait dengan
pelaksanaan proses pembelajaran meliputi
kegiatan pembimbingan, mengevaluasi,
dan menilai hasil bimbingan, menganalisis
hasil evaluasi bimbingan, dan
melaksanakan tindak lanjut hasil
bimbingan.
Reza (2016) memberikan
pengertian kinerja guru sebagai hasil kerja
dari seorang guru dalam menjalankan tugas HIPOTESIS
pokoknya sebagai pendidik meliputi
merencanakan pembelajaran, Berdasarkan kajian teori penelitian
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil sebelumnya dan kerangka pikir yang
pembelajaran, membimbing dan melatih diuraikan di atas, maka dapat diajukan
peserta didik, serta melaksanakan tugas hipotesis sebagai berikut:
tambahan yang melekat pada pelaksanaan
H1: Terdapat pengaruh positif dan
tugas pokok. Sedangkan Pujiyanti dkk
signifikan pengaruh budaya organisasi
(2013) memberikan pengertian kinerja guru
terhadap kepuasan kerja guru SMK
sebagai hasil kerja yang telah dicapai oleh
Teuku Umar Semarang.
seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab dan tugas H2: Terdapat pengaruh positif dan
yang diberikan, yaitu menyelenggarakan signifikan kepemimpinan kepala
pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip sekolah terhadap kepuasan kerja guru
profesionalitas serta mencapai tujuan SMK Teuku Umar Semarang.
pendidikan nasional.
Kinerja guru merupakan H3: Terdapat pengaruh positif dan
kemampuan seorang guru dalam signifikan kompetensi guru terhadap
melaksanakan tugas pembelajaran di kepuasan kerja guru SMK Teuku Umar
sekolah dan bertanggung jawab atas peserta Semarang.
didik dibawah bimbingannya dengan
H4: Terdapat pengaruh positif dan Variabel intervening adalah
signifikan pengaruh budaya organisasi variabel yang secara teoritis mempengaruhi
terhadap kinerja guru SMK Teuku hubungan antara variabel independen dan
Umar Semarang. variabel dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
H5: Terdapat pegaruh positif dan signifikan diukur, yaitu Kepuasan Kerja (Y1).
kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMK Teuku METODE PENELITIAN
Umar Semarang.
Populasi yang digunakan dalam
H6: Terdapat pengaruh positif dan penelitian ini yaitu guru di SMK Teuku
signifikan kompetensi guru terhadap Umar Semarang populasi ini totalnya
kepuasan kerja guru SMK Teuku Umar sebanyak 63 guru. Teknik yang digunakan
Semarang. dalam penelitian ini adalah teknik sensus,
yaitu seluruh populasi dijadikan
H7: Terdapat pengaruh positif dan sampel/responden.
signifikan kepuasan kerja guru
terhadap kinerja guru SMK Teuku HASIL PENELITIAN
Umar Semarang.
Koefisien Determinasi
VARIABEL PENELITIAN
Analisis Koefisien Determinasi
Variabel penelitian adalah suatu
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
kemampuan variabel bebas menjelaskan
atau mempunyai variasi tertentu yang
variabel terikat Yuli Suwati (2013).Jika R²
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari
yang diperoleh dari hasil perhitungan
variasi tertentu yang diterapkan oleh
menunjukan semakin besar (mendekati 1),
peneliti untuk dipelajari dan kemudian
maka dapat dikatakan bahwa sumbangan
ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013:38).
dari variabel bebas terhadap variasi variabel
Pada penelitian ini variabel penelitiannya
terikat semakin besar, dimana nilai ini
adalah:
berkisar antara 0≤ R²≤1.
Variabel Dependen Nilai koefisien determinasi adalah
antara 0 dan 1.Nilai R² yang kecil berarti
Variabel dependen adalah variabel mempunyai kemampuan variabel-variabel
yang tidak dapat berdiri sendiri dan bebas dalam menjelaskan variasi variabel
tergantung pada variabel lain. Variabel terikat sangat terbatas. Koefisien ini
independen pada penelitian ini adalah dinyatakan dalam prosentase. Nilai R² iini
Kinerja Guru (Y2) berada dalam kisaran 0<R²<100%.

Variabel Independen
Variabel independen adalah
variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung oleh variabel lain. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Budaya Organisasi (X1),
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2), Nilai adjusted R square (R²) yaitu
Kompetensi Guru (X3) sebesar 0,142 artinya variabel budaya
organisasi, kepemimpinan kepala sekolah,
Variabel Intervening kompetensi guru mampu menjelaskan
variabel kepuasan kerja sebesar 14,2%,
sedangkan sisanya dijelaskan variabel lain Untuk mendeteksi gejala
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. multikolinearitas dilakukan dengan cara
melihat nilai (VIF) Varians Inflation
Factor. Pada perhitungan ini tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki
nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance
kurang dari 0,1, maka data ini bebas
multikolinearitas.

Nilai adjusted R Square (R²) yaitu


sebesar 0,204 artinya setelah memasukkan
variabel kepuasan kerja ke dalam regresi I
mampu menjelaskan kinerja guru sebesar
20,4%, sedangkan sisanya dijelaskan pada
variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

Uji Signifikan Simultan (F)

Uji F digunakan pada dasarnya


menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan
kedalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Berikut adalah hasil
uji anova atau uji F:

Dari hasil uji F diatas dapat disimpulkan Uji Heterokedastisitas


bahwa nilai f hitung 4,429 > dari 2.75
dengan signifikasi 0.007 maka dapat Pengujian ini bertujuan untuk
disimpulkan bahwa budaya organisasi, mendeteksi apakah kesalahan pengganggu
kepemimpinan kepala sekolah, dan dari model yang diamati tidak memiliki
kompetensi guru secara bersama-sama varians yang konstan dari satu observasi ke
berpengaruh positif dan signifikan terhadap observasi lainnya. Untuk mengetahui ada
kepuasan kerja sehingga hipotesis yang tidaknya gejala heterokedastisitas dapat
menyatakan ada pengaruh budaya dilakukan dengan dengan menggunakan
organisasi (X1), kepemimpinan kepala garafik heterokedastisitas untuk
sekolah (X2), dan kompetensi guru (X3) memprediksi nilai variabel dependen
berpengaruh bersama-sama terhadap dengan variabel independen. Dari
kepuasan kerja (Y1) diterima. scatterplot terlihat titik-titik yang menyebar
secara acak serta tersebar diatas maupun
Uji Multikolinearitas dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berikut
adalah hasil uji heterokedastisitas berdistribusi normal. Uji Normalitas dapat
menggunakan SPSS 20.00: menggunakan uji Kolmogrof Smirnov test,
dengan kriteria bahwa nilai signifikan lebih
besar 0,05 berarti dapat disimpulkan data
berdistribusi normal. Analisis grafik dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

Berdasarkan hasil uji kolmogrov-


smirnov pada tabel 4.14 diatas dapat
diketahui bahwa data berdistribusi normal
karena nilai signifikan diatas 0,05 sehingga
data dinyatakan normal.

Uji Regresi linier Berganda Model I


Berdasarkan diatas dapat diketahui
bahwa titik-titik menyebar secara acak baik Analisis regresi linier berganda
diatas maupun dibawah angka 0 pada adalah penggunaan analisis regresi untuk
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa menaksir hubungan kausalitas antar
tidak terjadi heterokedastisitas pada model hubungan variabel yang telah ditetapkan
regresi sehingga model yang diajukan layak berdasarkan teori. Adapun jalur
digunakan untuk memprediksi variabel. menggunakan SPSS versi 16.00 antara lain
sebagai berikut:
Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk


mengetahui apakah data sampel dalam
penelitian ini telah terdistribusi secara
normal. Model yang baik adalah yang
memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Hasil uji normalitas data
dengan menggunakan analisis grafik yaitu
grafik normal plot menunjukan titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal serta
penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, hal ini menunjukan data
Uji Regresi linier Berganda Model II
Dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh langsung antara
budaya organisasi, kepemimpinan kepala
sekolah, kompetensi guru, dan kepuasan
kerja terhadap kinerja guru. Adapun hasil
output adalah sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan rumus


regresi linier berganda dapat diperoleh hasil
sebagai berikut:
Y1= 0,031 + 0,316 X1 + 0,336 X2 + 0,309
X3 + e
Hasil dari persamaan regresi diatas
memberikan pengertian bahwa:
a. Nilai konstanta 0,031 mempunyai arti
bahwa apabila nilai variabel budaya
organisasi, kepemimpinan kepala
sekolah, dan kompetensi guru adalah Dari persamaan rumus regresi linier
nol, maka variabel kepuasan kerja berganda dapat diperoleh hasil sebagi
sebesar 0,031. berikut:
b. b1 (Nilai koefisien regresi X1) 0,316 Y2= -1,097 + 0.323 (X1) – 0.324 (X2) –
mempunyai arti bahwa apabila 0.373 (X3) + 0,235 (Y1) + e
kepemimpinan kepala sekolah Hasil dari persamaan regresi diatas
meningkat maka akan meningkatkan memberikan pengertian bahwa:
kepuasan kerja sebesar 0,316, dimana
variabel lain adalah tetap (konstan). a. Nilai konstanta -1,097 mempunyai arti
bahwa apabila nilai variabel budaya
c. b2 (Nilai koefisien regresi X2) 0,336 organisasi, kepemimpinan kepala
mempunyai arti bahwa apabila budaya sekolah, kompetensi guru dan kepuasan
organisasi meningkat maka akan kerja adalah nol, maka variabel kinerja
meningkatkan kepuasan kerja sebesar guru sebesar -1,097.
0,336, dimana variabel lain adalah tetap
(konstan). b. Nilai koefisien regresi beta pengaruh
langsung antara budaya organisasi
d. b3 (Nilai koefisien regresi X3) 0,309 terhadap kinerja guru adalah 0.323
mempunyai arti bahwa apabila
kompetensi guru meningkat maka akan c. Nilai koefisien regresi beta pengaruh
meningkatkan kepuasan kerja sebesar langsung antara kepemimpinan kepala
0,309, dimana variabel lain adalah tetap sekolah terhadap kinerja guru adalah -
(konstan). 0.324.
d. Nilai koefisien regresi beta pengaruh Kompetensi Guru, dan Kepuasan Kerja
langsung antara kompetensi guru Terhadap Kinerja Guru
terhadap kinerja guru adalah 0,373. a. Nilai t pada variabel budaya organisasi
adalah 1.906 dengan tingkat signifikan
e. Nilai koefisien regresi kepuasan kerja
0.062. Hal ini berarti bahwa nilai t hitung
0.235 mempunyai arti bahwa apabila
1.906 > t tabel 1.669 dengan signifikasi
kepuasan kerja guru meningkat maka
0.062 lebih besar dari pada 0.05 dan
akan meningkatkan kinerja guru sebesar
bertanda positif. Sehingga hipotesis yang
0.235 dimana variabel lain adalah tetap
menyatakan budaya organisasi (X1)
(konstan).
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru (Y2) diterima.
Uji t-Model I b. Nilai t pada variabel kepemimpinan
Pengujian Hipotesis Budaya Organisasi, kepala sekolah adalah 1,984 dengan tingkat
Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan signifikan 0.052. Hal ini berarti bahwa nilai
Kompetensi Guru Terhadap Kepuasan t hitung 1,984 > t tabel 1.669 dengan
Kerja signifikasi 0.052 lebih besar dari pada 0.05
dan bertanda positif. Sehingga hipotesis
a. Nilai t pada variabel budaya organisasi yang menyatakan kepemimpinan kepala
adalah 2.044 dengan tingkat signifikan sekolah (X2) berpengaruh positif dan
0.045. Hal ini berarti bahwa nilai t hitung signifikan terhadap kinerja guru (Y2)
2,004 > t tabel 1.669 dengan signifikasi diterima.
0.045 lebih kecil dari pada 0.05 dan berada c. Nilai t pada variabel kompetensi guru
positif. Sehingga hipotesis yang adalah 1,875 dengan tingkat signifikan
menyatakan budaya organisasi (X1) 0.066. Hal ini berarti bahwa nilai t hitung
berpengaruh positif dan signifikan terhadap 1.875 > t tabel 1.669 dengan signifikasi
kepuasan kerja (Y1) diterima. 0.066 lebih besar dari pada 0.05 dan
b. Nilai t pada variabel kepemimpinan bertanda positif. Sehingga hipotesis yang
kepala sekolah adalah 2.272 dengan tingkat menyatakan kompetensi guru (X3)
signifikan 0.027. Hal ini berarti bahwa nilai berpengaruh positif dan signifikan terhadap
t hitung 2.272 > t tabel 1.669 dengan kinerja guru (Y2) diterima.
signifikasi 0.027 lebih kecil dari pada 0.05 d. Nilai t pada variabel kepuasan kerja
dan bertanda positif. Sehingga hipotesis adalah 1.703 dengan tingkat signifikan
yang menyatakan kepemimpinan kepala 0.094. Hal ini menunjukan bahwa nilai t
sekolah (X2) berpengaruh positif dan hitung 1,703 > t tabel 1.669 dengan
signifikan terhadap kepuasan kerja (Y1) signifikasi 0.094 lebih besar dari pada
diterima. 0.05dan bertanda positif. Sehingga
c. Nilai t pada variabel kompetensi guru kepuasan kerja (Y1) berpengaruh positif
adalah 1.689 dengan tingkat signifikan dan signifikan terhadap kinerja guru (Y2)
0.097. Hal ini berarti bahwa nilai t hitung diterima.
1.689 > t tabel 1.669 dengan signifikasi ANALISIS PATH
0.097 lebih besar dari pada 0.05 dan Analisis jalur merupakan perluasan
bertanda positif. Sehingga hipotesis yang dari analisis regresi linier berganda, atau
menyatakan kompetensi guru (X3) analisis jalur adalah penggunaan analisis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap regresi untuk menaksir hubungan kualitas
kepuasan kerja (Y1) diterima. antar variabel yang diterapkanberdasarkan
teori sebelumnya (soni, 2016). Hubungan
Uji t-Model II langsung terjadi jika satu variabel
Pengujian Hipotesis Budaya Organisasi, mempengaruhi variabel dependen tanpa
Kepemimpinan Kepala Sekolah, ada variabel intervening dan hubungan
tidak langsung terjadi jika ada variabel Pengaruh Kompetensi GuruTerhadap
intervening yang memediasi. Kinerja Guru
Berdasarkan analisis data dalam penelitian
ini, ditemukan hasil uji T yang
menunjukkan bahwa variabel Kompetensi
Guru berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja Guruyaitu 0,925, oleh
karena itu Hipotesis kedua (H3) yang
menyatakan bahwa Kompetensi Guru
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Guru dapat diterima.
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Guru Melalui Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
bahwa Kepuasan Kerja mampu memediasi
pengaruh Budaya Organisasi terhadap
Kepuasan kerja. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai koefisien jalur pengaruh
langsung Budaya Organisasi terhadap
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru sebesar 0,323, sedangkan
Kinerja Guru total pengaruh tidak langsungnya 0,394.
Berdasarkan analisis data dalam penelitian Hal ini berarti total koefisien jalur tidak
yang telah dilakukan diketahui bahwa langsung > koefisien jalur langsung.
budaya Organisasi berpengaruh positif
signifikan terhadap Kinerja Guru. Hasil uji Pengaruh Kepemimpinan Kepala
T yang menunjukkan bahwa variabel Sekolah Terhadap Kinerja Guru Melalui
Budaya Organisasi memiliki nilai sig Kepuasan Kerja
sebesar 0.062, oleh karena itu Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
pertama (H1) yang menyatakan bahwa bahwa Kepuasan Kerja mampu memediasi
Budaya Organisasi berpengaruh psitif dan pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
signifikan terhadap Kinerja Guru dapat terhadap Kinerja Guru. Hal tersebut
diterima. dibuktikan dengan nilai koefisien jalur
pengaruh langsung Kepemimpinan Kepala
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar
Sekolah Terhadap Kinerja Guru 0,324, sedangkan total pengaruh tidak
Berdasarkan analisis data dalam penelitian langsungnya 0,402. Hal ini berarti total
yang telah dilakukan diketahui bahwa koefisien jalur tidak langsung > koefisien
Kepemimpinan Kepala Sekolah jalur langsung.
berpengaruh positif signifikan terhadap Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap
Kinerja Guru. Hasil uji T yang Kinerja Guru Melalui Kepuasan Kerja
menunjukkan bahwa variabel Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
Kepemimpinan Kepala Sekolah bahwa Kepuasan Kerja mampu memediasi
berpengaruh secara positif dan signifikan pengaruh Kompetensi Guru
terhadap Kinerja Guru yaitu 0.890, oleh terhadapKinerja Guru. Hal tersebut
karena itu Hipotesis kedua (H2) yang dibuktikan dengan nilai koefisien jalur
menyatakan bahwa Kepemimpinan Kepala pengaruh langsung Kompetensi Guru
Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru sebesar 0,373,
terhadap Kinerja Guru dapat diterima. sedangkan total pengaruh tidak
langsungnya 0,445. Hal ini berarti total
koefisien jalur tidak langsung > koefisien menyatakan kompetensi guru (X3)
jalur langsung. berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja (Y1)
diterima.
d. Nilai t pada variabel budaya
organisasi adalah 1.906 dengan
tingkat signifikan 0.062. Hal ini
berarti bahwa nilai t hitung 1.906 > t
KESIMPULAN
tabel 1.669 dengan signifikasi 0.062
lebih besar dari pada 0.05 dan
Dari hasil analisis dan bertanda positif. Sehingga hipotesis
pembahasan terhadap pengaruh budaya yang menyatakan budaya organisasi
organisasi, kepemimpinan kepala sekolah, (X1) berpengaruh positif dan
kompetensi guru terhadap kinerja guru signifikan terhadap kinerja guru (Y2)
melalui kepuasan kerja pada guru SMK diterima.
Teuku Umar Semarang sebagai variabel e. Nilai t pada variabel kepemimpinan
intervening, maka dapat diambil kepala sekolah adalah 1,984 dengan
kesimpulan. tingkat signifikan 0.052. Hal ini
1. Bedasarkan uji hipotesis yang telah berarti bahwa nilai t hitung 1,984 > t
dilakukan, maka di dapatkan hasil antara tabel 1.669 dengan signifikasi 0.052
lain: lebih besar dari pada 0.05 dan
a. Nilai t pada variabel budaya bertanda positif. Sehingga hipotesis
organisasi adalah 2.044 dengan yang menyatakan kepemimpinan
tingkat signifikan 0.045. Hal ini kepala sekolah (X2) berpengaruh
berarti bahwa nilai t hitung 2,004 > t positif dan signifikan terhadap
tabel 1.669 dengan signifikasi 0.045 kinerja guru (Y2) diterima.
lebih kecil dari pada 0.05 dan berada f. Nilai t pada variabel kompetensi guru
positif. Sehingga hipotesis yang adalah 1,875 dengan tingkat
menyatakan budaya organisasi (X1) signifikan 0.066. Hal ini berarti
berpengaruh positif dan signifikan bahwa nilai t hitung 1.875 > t tabel
terhadap kepuasan kerja (Y1) 1.669 dengan signifikasi 0.066 lebih
diterima. besar dari pada 0.05 dan bertanda
b. Nilai t pada variabel kepemimpinan positif. Sehingga hipotesis yang
kepala sekolah adalah 2.272 dengan menyatakan kompetensi guru (X3)
tingkat signifikan 0.027. Hal ini berpengaruh positif dan signifikan
berarti bahwa nilai t hitung 2.272 > t terhadap kinerja guru (Y2) diterima.
tabel 1.669 dengan signifikasi 0.027 g. Nilai t pada variabel kepuasan kerja
lebih kecil dari pada 0.05 dan adalah 1.703 dengan tingkat
bertanda positif. Sehingga hipotesis signifikan 0.094. Hal ini menunjukan
yang menyatakan kepemimpinan bahwa nilai t hitung 1,703 > t tabel
kepala sekolah (X2) berpengaruh 1.669 dengan signifikasi 0.094 lebih
positif dan signifikan terhadap besar dari pada 0.05dan bertanda
kepuasan kerja (Y1) diterima. positif. Sehingga kepuasan kerja (Y1)
c. Nilai t pada variabel kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan
adalah 1.689 dengan tingkat terhadap kinerja guru (Y2)
signifikan 0.097. Hal ini berarti 2. Uji F (Anova)
bahwa nilai t hitung 1.689 > t tabel Dari hasil uji F diatas dapat disimpulkan
1.669 dengan signifikasi 0.097 lebih bahwa nilai f hitung 4,429 > dari 2.75
besar dari pada 0.05 dan bertanda dengan signifikasi 0.007 maka dapat
positif. Sehingga hipotesis yang disimpulkan bahwa budaya organisasi,
kepemimpinan kepala sekolah, dan a. Sebaiknya untuk rencana
kompetensi guru secara bersama-sama pembelajaran selalu dibuat baru tanpa
berpengaruh positif dan signifikan menggunakan rencana pembelajaran
terhadap kepuasan kerja sehingga tahun lalu.
hipotesis yang menyatakan ada b. Sebaiknya menambah metode
pengaruh budaya organisasi (X1), mengajar yang komunikatif dan
kepemimpinan kepala sekolah (X2), dan kreatif sehingga siswa tidak mudah
kompetensi guru (X3) berpengaruh bosan untuk belajar dikelas.
bersama-sama terhadap kepuasan kerja c. Sebaiknya guru lebih aktif untuk
(Y1) diterima. menyampaikan pendapat terhadap
3. Nilai adjusted R square (R²) yaitu sebesar kepala sekolah mengenai kebutuhan
0,142 artinya variabel budaya yang dibutuhkan guna menunjang
organisasi, kepemimpinan kepala kinerjanya.
sekolah, kompetensi guru mampu
menjelaskan variabel kepuasan kerja DAFTAR PUSTAKA
sebesar 14,2%, sedangkan sisanya
dijelaskan variabel lain yang tidak Aprisal, Dwi Ditri Puspa, dan Ice Kemala.
diteliti dalam penelitian ini. Nilai
adjusted R Square (R²) yaitu sebesar 2013, Pengaruh Budaya
0,204 artinya setelah memasukkan organisasi, Ketrampilan
variabel kepuasan kerja ke dalam regresi
I mampu menjelaskan kinerja guru Manajerial Kepala Sekolah Dan
sebesar 20,4%, sedangkan sisanya Kepuasan Kerja Terhadap
dijelaskan pada variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Kinerja Guru SMA N Di
SARAN Kabupaten Kerinci. Universitas
Berdasarkan permasalahan yang Bung Hatta
terjadi pada SMK Teuku Umar Semarang,
ada beberapa saran yang diajukan oleh Susi Suryani. 2013, Pengaruh Budaya
penulis, antara lain: Kerja Terhadap Kinerja Guru
1. Bagi kepala sekolah:
a. Sebaiknya perlu ditingkatkan Dalam Proses Belajar Mengajar
pengarahan guru dalam mengelola Sekolah Menengah Atas Dan
kelas baik dalam pemilihan metode
mengajar ataupun dalam mengatasi Kejuruan Di Kecamatan
perbedaan kemampuan antar peserta Prambanan, Universitas Negeri
didik.
b. Sebaiknya perlu ditingkatkan Yogyakarta.
kegiatan yang mampu menumbuhkan Febry Zakharia. 2014, Pengaruh Budaya
rasa bangga menjadi guru, sehingga
motivasi kerja guru semakin Organisasi Dan Kepuasan Kerja
meningkat. Terhadap Kinerja Guru
c. Sebaiknya, perlu ditingkatkan
kegiatan yang diadakan oleh sekolah SmpYadika 3 Tangerang, Jakarta
denganmelibatkan masyarakat Sunarno dan Lie Liana. 2014, Pengaruh
sekitar.
d. Sebaiknya diadakan pelatihan karya Komitmen Organisasional Dan
ilmiah guna menambah wawasan Budaya Organisasi Terhadap
guru sesuai dengan bidangnya.
2. Bagi guru: Kinerja Guru Dimediasi
Kepuasan Kerja (Studi Kasus Mulyasa. 2013. Menjadi Kepala Sekolah
Pada Guru Sma Kesatrian Dalam Profesional dalam Konteks
Yayasan Pendidikan Kesatrian Menyukseskan MBS dan KBK.
67), Universitas Stikubank Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Semarang. As-Syifa. 2014. Hubungan Antara Stres
Wahjosumidjo. 2013. Kepemimpinan Kerja dan Motivasi Kerja Dengan
Kepala Sekolah. Jakarta: Kinerja Guru
Rajawali Pers. Ayny Maharrayni Fatmawati. 2015.
Suhaemi Suleman dan Ruliaty. 2016, “Peran Kepemimpinan Kepala
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Sekolah Terhadap Kinerja Guru
Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Di SMK Klaten”. Universitas
Dan Disiplin Guru Terhadap Yogyakarta
Kinerja Guru Pada Sekolah Pujiyanti & Isroah. 2013. Pengaruh
Menengah Kejuruan (Smk) Negeri motivasi kerja dan disiplin kerja
I Jeneponto, Makassar terhadap kinerja guru SMA Negeri
Pratiwi, Yuia, dan Susi. 2013. Pengaruh 1 Ciamis. Journal UNY, Kajian
Kepemimpinan Kepala Sekolah Pendidikan Akuntansi Indonesia,
dan Kompetensi Guru Terhadap 2(1), 184 – 207.
Kinerja Guru Bidang Produktif Reza Ahmadiansah. 2016. Pengaruh
Jurusan Manajemen Bisinis Di Motivasi Kerja Dan Kepuasan
SMK Kota Jambi. Kerja Terhadap Kinerja Guru Smk
Anas Canggih Pamungkas. 2015. Pengaruh Muhammadiyah Salatiga.
Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Reza Ahmadiansah. 2016. Pengaruh
Terhadap Motivasi Kerja Dan Kepuasan
Kinerja Guru Sd Muhammadiyah Kerja Terhadap Kinerja Guru Smk
Sapen Yogyakarta. Muhammadiyah Salatiga.
Jumari, Md. Yudana,dan IGK. A. Sunu.
2013.Pengaruh Budaya
Organisasi, Efikasi Diri Dan
Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Mengajar Guru Smk
Negeri Kecamatan Denpasar
Selata. Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai