Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENGALAMAN GURU, MOTIVASI GURU DAN KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU (Studi Kasus Di SD Nurul


Anwar, Kota Surabaya).

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan berbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
manajemen sekolah.

Pendapat Mulyasa (2004:120) “Para pegawai (guru) akan bekerja dengan sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila memiliki motivasi yang positif,
ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu
tugas atau kegiatan”. Sesuai dengan pendapat tersebut, guru yang masih kurang berhasil
dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga
berdampak terhadap menurunnya produktivitas atau kinerja guru.Untuk itu diperlukan
peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.

Mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan dapat ditunjukkan dengan adanya


fenomena sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan dan kompetitif. Salah satu indikasi
sekolah yang memiliki keunggulan dan kompetitif adalah adanya tampilan sikap dan
perilaku para siswanya sesuai dengan norma yang berlaku dan adanya peningkatan
prestasi belajar siswa yang salah satunya dapat dilihat dari persentase kelulusan di atas
standar nasional. Guru merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral
dan sangat strategi dalam sistem pendidikan.

Guru merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral dan sangat strategi
dalam sistem pendidikan. Guru merupakan faktor yang dominan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas pendidikan, karena guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan. secara keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar, gurulah yang berperan langsung dalam mengajar dan mendidik. Sehubungan
dengan itu, perlu dilakukan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kinerja guru
dalam mengembangkan aspek-aspek pendidikan dan pembelajaran.
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga
pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai
tujuan pendidikan (Asf & Mustofa, 2013:155-156). Keberhasilan seorang guru harus
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, apabila guru telah memenuhi kriteria tersebut
berarti seorang guru dapat dikatakan berhasil dan memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya
apabila seorang guru belum memenuhi kriteria yang baik maka guru belum dapat
dikatakan berhasil.Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru. Faktor
tersebut bisa dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri seseorang (eksternal).

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru salah satunya adalah
kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan
kepatuhan dalam mematuhi peraturan yang ada disekolah, menstimulus guru untuk
bekerja lebih giat, pengawasan terhadap guru dan stakeholder sekolah lainnya, pemberian
peringtn bahkan sanksi kepada guru yang melanggar aturan. Kenyataannya, masih banyak
guru yang belum secara optimal mematuhi peraturan, pengawasan kepala sekolah belum
optimal dilihat dari banyaknya guru yang belum memenuhi ketentuan yang telah dibuat.
Selama ini masih banyak guru yang melalaikan tugas mereka sebagai guru contohnya
masih ada guru yang tidak memakai seragam yang telah ditentukan sekolah, membolos
saat jam kerja, tidak mengajar penuh dikelas, pulang sebelum waktunya. Hal-hal tersebut
diatas dapat menurunkan kinerja guru dalam proses pendidikan.

Faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru yaitu Pengalaman Guru dan motivasi
kerja. Faktor internal yang pertama adalah pengalaman guru. Pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor yang menunjang dan menambah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya. pengalaman mengajar dapat membantu seorang guru
dalam meningkatkan kecakapan dan kemampuannya menghadapi kegiatan edukatif dan
dapat menambah pengetahuan bagi seorang guru.

Faktor internal yang kedua adalah Motivasi Kerja guru. Seorang guru diharapkan
memiliki semangat kerja dan motivasi yang tinggi, untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Motivasi yang baik dapat diartikan dengan timbulnya keinginan dan
kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar tanpa adanya unsur-
unsur lain yang mengakibatkan guru menjadi terpaksa melaksanakan tugas mengajarnya.
Motivasi kerja guru dapat meningkat apabila guru mendapatkan rasa aman dan nyaman
dalam bekerja. Selain itu mendapat penghargaan atas prestasi yang diperoleh seorang
guru juga akan memotivasi guru untuk lebih giat bekerja. Guru juga perlu diberikan
kesempatan untuk mennyampaikan atau mengeluarkan pendapat nya agar guru bisa ikut
berpartisipasi dalam mencapai tujuan pendidikan.Namun kenyataannya, motivasi kerja
guru belum ditingkatkan. Hal ini dikarenakan masih ada guru yang belum merasa nyaman
dan aman dalam bertugas sehingga membuat motivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan menurun. Selain itu, masih ada guru yang belum diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya dan diberikan penghargaan oleh kepala sekolah atas prestasi
kerjanya. Hal ini menyebabkan semangat kerja dari guru tersebut menurun. Disini saya
akan memamparkan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman, Motivasi Guru, Kepemimpinan Guru
terhadap Kinerja pada Guru SD Nurul Anwar Surabaya”.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
b. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara parsial
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
c. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara dominan
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja guru SD Nurul Anwar di Surabaya dan
secara khusus bertujuan untuk :
a. Untuk Mengetahui apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
b. Untuk Mengetahui Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
c. Untuk Mengetahui Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara dominan berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?

1.4.Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi lembaga


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan referensi mengembangkan dan
meningkatkan kinerja guru SD Nurul Anwar

b. Manfaat bagi peneliti


Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Dr Soetomo.
Selain itu untuk mempraktekkan ilmu yang di dapat selama 4 tahun di bangku
perkuliahan dengan kondisi di lingkungan sebenarnya

c. Manfaat bagi universitas


penelitian ini diharapkan dapat melengkapi literature bagi perpustakaan yang ada
sehingga dapat diharapkan dan bermanfaat bagi pembaca dalam mengambil kebijakan
apa yang akan diambil dimasa yang akan datang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Berikut penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang saya teliti adalah sebagai berikut

1. Jurnal Renita Dwi Astuti (2017),"Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap


Kinerja Guru Akuntansi SMK Di Kota Madiun". Dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa Motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja guru akuntansi di SMK Kota Madiun, sesuai hasil analisis determinasi R2
(R Square). Ini menunjukkan bahwa antara motivasi kerja (X) dengan kinerja guru
akuntansi SMK di Kota Madiun (Y) ada pengaruh positif, dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain. Dalam uji analisis multi variabel korelasi dapat
diketahui bahwa variabel bebas X (motivasi kerja) menunjukkan bahwa motivasi
kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru akuntansi SMK Kota
Madiun. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan
motivasi kerja yang tinggi akan mempengaruhi kinerja guru akuntansi SMK di
kota Madiun

2. Jurnal Nasrun (2016), "Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap


Motivasi Kerja Dan Kinerja guru", Simpulan dari penelitian ini adalah (1)
Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA
Negeri Kota Medan berdasrkan hasil penelitian dapat disimpulkan berada pada
kategori cukup (0,484). Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung
positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri Kota Medan sebesar
0,249 atau 25%; dan (2) Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja
guru di SMA Negeri Kota Medan berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
berada pada kategori cukup berarti yakni sebesar 0,488. Pengaruh langsung
kompetensi kepribadian guru terhadap kinerja guru SMA Negeri Kota Medan
Sebesar 0,156 atau 16%.

3. Jurnal Siti Zuhriyah (2014), "Pengaruh Pengalaman Mengajar Guru Dan


Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul", menyimpulkan bahwa
1) pengalaman mengajar guru berpengaruh terhadap kinerja guru SD
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
2) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SD
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
3) Secara bersama-sama pengalaman mengajar guru, kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SD Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul

Dari ketiga Kajian Terdahulu yang relevan dengan penelitian saya ini
dapatlah diketahui bahwa dependent variabel di sini adalah sama-sama
kinerja guru. Tetapi yang membedakannya di sini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja gurunya dan yang pastinya juga adalah lokasi
penelitian masing-masing penelitian.
2.2. Kajian Teoritis
1. Pengalaman Mengajar
a. Deskripsi Teori Pembahasan Pengalaman Kerja
1) Pengertian pengalaman mengajar
Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi
faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas
hasil pendidikan. Seorang guru tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan dan prestasi dalam mengajar. Pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh
seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang
akan diraih oleh peserta didik sehingga tujuan yang akan diraih
oleh sekolah dapat tercapai. Pengalaman Kerja guru itu sendiri
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat
tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah atau
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). (Mansur
Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik,
hlm. 13))

Dalam melaksanakan proses pembelajaran pengalaman kerja


guru mutlak harus dimiliki bagi setiap guru. Guru yang
mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak cenderung
mutu pembelajarannya menjadi baik, sebaliknya guru yang
pengalaman kerjanya kurang, mutu pembelajannya pun
menjadi rendah. Agar mutu pembelajaran dapat menjadi lebih
tinggi tentu diperlukan adanya dukungan sarana prasarana yang
memadai sesuai dengan standar, tanpa adanya sarana prasarana
yang memadai mustahil mutu pembelajaran dapat menjadi baik.
Dengan peningkatan mutu diharapkan para guru bisa menjadi
lebih profesional.

Apabila tingkat pendidikan, frekuensi pelatihan dan


pengalaman kerja semakin meningkat, seyogyanya ada
peningkatan pula dalam profesionalisme guru. Berdasarkan
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, guru berkewajiban untuk meningkatkan
profesionalismenya, namun beban guru yang semakin berat
disebabkan oleh semakin banyaknya peserta didik yang
melanggar aturan dan tayangan televisi yang tidak baik bagi
berkembangan mental peserta didik, merupakan suatu faktor
kendala pada profesionalisme guru disamping beberapa faktor
lainnya. Namun apapun alasannya guru harus meningkatkan
profesionalnya, karena dipundak beliau-beliaulah masa depan
peserta didik dan masa depan bangsa ini disandarkan. ( E.
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 38)

2) Indikator Pengalaman Kerja


Kerja pada hakikatnya merupakan rangkuman pemahaman dari
seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar,
sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasainya, baik
mengenai pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang
menyatu pada dirinya. Apabila dalam mengajar guru
menemukan hal-hal yang baru, dan hal-hal baru dipahaminya,
maka guru tersebut akan banyak mendapatkan tambahan
pengetahuan dan ketrampilan tentang bidang kerjanya. Ada
beberapa indikator pengalaman mengajar yaitu pendidikan dan
pelatihan, serta masa mengajar/ lama mengajar.(Mansur
Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme pendidik,
hlm. 14)

a) Pendidikan dan latihan


Agar tugas-tugas guru semakin mantap dan informasi-
informasi baru serta metode-metode mengajar baru cepat
diterima oleh guru, setiap guru harus mengikuti
pengembangan atau pelatihan penataran. Melalui
pelatihanpelatihan, guru diharapkan memperoleh
penyegaran peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja.
Pendidikan dan latihan yang dimiliki oleh guru menentukan
hasil yang dicapai dalam mengajar akan semakin baik.
Pendidikan dan latihan yang baik dimiliki oleh para guru
akan dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam
mengajar. Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman
dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam
rangka pengembangan atau peningkatan kompetensi dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa
sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga
penyelenggara diklat. (Kunandar, Guru Profesional
implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
(Jakarta: Rajawali, 2011) hlm 93)

Keterangan:
R : Relevan, materi diklat mendukung pelaksanaan tugas
profesional guru
TR : Tidak relevan, materi diklat tidak mendukung
pelaksanaan tugas profesional guru.Skor maksimal
(taksiran) : 2X pelatihan nasional relevan pola 170,
2X provinsi relevan pola 120 jam, 4X kabupaten/
kota relevan pola 20 jam. (Kunandar, Guru
Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, hlm 100)

Dalam kaitan ini, para guru yang mengikuti pendidikan dan


latihan digembleng secara maksimal, agar mampu
meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan aspek
profesionalitas. Dengan demikian output dari diklat ini para
guru mampu meningkatkan kualitasnya dan bersikap
profesional. Selain itu para guru akan dididik agar mampu
menelurkan karya ilmiah yang layak, karena salah satu
tolok ukur seorang guru yang profesional diantaranya
adalah mampu menciptakan karya ilmiah yang berkualitas,
dan para guru yang dinyatakan lulus berarti berhak
menyandang predikat guru profesional.(Muhammad Zen,
Kiat Sukses Mengikuti Sertifikasi Guru, (Malang:
Cakrawala Media Publisher, 2010) hlm. 93-94)

b) Masa mengajar/ lama mengajar

Di dalam menekuni bidangnya guru selalu bertambah


pengalamannya. Semakin bertambah masa kerjanya
diharapkan guru semakin banyak pengalaman. Pengalaman
ini erat kaitannya dengan peningkatan profesionalisme
pekerjaan. Guru yang sudah lama mengabdi di dunia
pendidikan harus lebih professional dibandingkan guru
yang beberapa tahun mengabdi. (Muhammad Zen, Kiat
sukses Mengikuti Sertifikasi Guru,(Malang: Cakrawala
Media Publisher,2010) hlm.53)

Masa mengajar merupakan faktor yang mendukung proses


mengajar seorang guru, seorang guru akan dapat mengukur
kemampuannya dalam mengajar secara lebih baik. Masa
mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu
sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang
berwenang.(Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju
Profesionalisme Pendidik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 14)

Masa mengajar dihitung sejak yang bersangkutan pertama


kali diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan
pendidikan. Dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007,
sertifikasi guru dalam jabatan dapat diikuti oleh guru dalam
jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana
(S1) atau (D-IV). Guru Non-PNS yang dapat disertifikasi
adalah guru Non-PNS yang berstatus sebagai guru tetap
pada satuan pendidikan tempat yang bersangkutan bertugas.
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru ini, sebetulnya
amat kuat karena sesuai amanat undang-undang. Dasar
utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal yang
terkait langsung yaitu pasal 8 yang berbunyi “ guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal lainnya adalah pasal 11, ayat 1 menyebutkan bahwa
sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.Penentuan
guru calon peserta sertifikasi dalam jabatan menggunakan
sistem ranking bukan berdasarkan seleksi melalui tes.
Kriteria penyusunan ranking (setelah memenuhi
persyaratan S1/D-IV) adalah sebagai berikut:

a) Masa mengajar/ pengalaman mengajar, dihitung sejak


guru yang bersangkutan diangkat menjadi PNS sebagai
guru, hingga yang bersangkutan dinominasikan sebagai
calon peserta sertifikasi guru melalui SK penetapan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. Bagi guru PNS yang
sebelumnya pernah menjadi guru tetap yayasan (non-PNS),
masa mengajar dihitung sejak yang bersangkutan pertama
kali diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan
pendidikan.

Catatan : tugas mengajar diperhitungkan dalam pengalaman


mengajar, skor maksimal 160.

b) Usia, yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci


sampai dengan bulan.
c) Pangkat/golongan, adalah pangkat/golongan guru PNS
yang diusulkan untuk disertifikasi.
d) Beban mengajar, dihitung berdasarkan jumlah jam
mengajar per minggu.
e) Jabatan atau tugas tambahan adalah jabatan yang
disandang oleh guru yang diusulkan untuk disertifikasi.
f) Prestasi kerja adalah prestasi yang pernah diraih guru
yang dinominasikan untuk disertifikasi. (Kunandar, Guru
Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, hlm 90-9)

c) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja yang dimiliki seorang akan dapat
membuka kesempatan bagi dirinya untuk memperoleh
sesuatu yang belum pernah dimiliki seorang guru.
Kesempatan kerja sangat penting dalam mendukung
diperolehnya pengalaman kerja yang berharga dalam
hidupnya.Kesempatan kerja merupakan aspek yang
sangat mendukung dalam menentukan pengalaman
kerja ara guru. Semaakin lama seorang bekerja akan
menyebabkan guru mengetahui secara lebih mendalam
pengalaman yang dialaminya dalam bekerja dan dapat
menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi saat
bekerja. Jika guru diberikan kesempatan yang luas tanpa
ada hambatan yang akan mempengaruhi kreativitasnya
dalam bekerja, maka guru tersebut akan dengan leluasa
mengembangkan kreativitasnya dalam bekerja. Hal ini
akan berpengaruh positif dalam pengembangan
pengalaman kerja yang dimiliki guru tersebut.

2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku (Uno, 2007).
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2009: 219).

Robbins dalam Riduwan (2010: 147) berpendapat bahwa motivasi kerja guru
diukur dalam dua dimensi, yaitu motivasi eksternal dan motivasi internal.
Motivasi eksternal meliputi: hubungan antarpribadi, penggajian atau honorarium,
supervisi kepala sekolah, dan kondisi kerja. Motivasi internal meliputi: dorongan
untuk bekerja, kemajuan dalam karier, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung
jawab dalam pekerjaan, minat terhadap tugas, dan dorongan untuk berprestasi.
Menurut Moekijat (2002) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu daya
pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu.

a. Motivasi Kerja

Pandangan kerja dan bekerja dewasa ini, bukanlah seperti pandangan


konservatif yang menyatakan bahwa kerja jasmaniah adalah bentuk hukuman
sehingga tidak disukai orang. Akan tetapi dewasa ini, kerja dan bekerja sudah
menjadi kebutuhan. Menurut Mangkunegara (2011: 93) motivasi merupakan
dorongan yang timbul pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan
setantiasa bekerja keras untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang
dihadapi dengan harapan mencapai hasil yang lebih baik.
Menurut Steyn (2002: 251-254) “argues that effective principals are able to
create an ethos that generates motivated and successful teachers and
stimulated and inspired learners in an effective school setting” (kepala
sekolah yang efektif mampu menciptakan etos, menghasilkan guru untuk
termotivasi dan sukses serta peserta didik yang dirangsang agar terinspirasi
dalam pengaturan sekolah yang efektif).

b. Hakikat Motivasi Kerja Guru


Motivasi kerja tidak hanya berwujud kepentingan ekonomis saja, tetapi
biasanya juga berbentuk kebutuhan psikis untuk lebih melakukan pekerjaan
secara aktif. Menurut Dimyati (2006) “motivasi adalah dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia”. Motivasi sering kali
dikatakan menjadi kunci bagi kreativitas kerja. Kreativitas kerja dapat
ditingkatkan dengan motivasi kerja yang tinggi, pengetahuan dan keahlian
dalam melakukan tugas dan peran positif yang dimiliki seseorang.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan menurut yukl dalam Husaini Usman (2006 : 250) adalah


kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Lunenburg dan Ornstein (2000 : 151) menyatakan
“Leadership is the process of influencing followers through the use of power using
different bases of power result in different reaction from followers”. Menurut
pendapat ini kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi tingkah laku
orang lain secara keseluruhan dengan menggunakan kekuasaan.

Menurut Veithzal Rivai (2004: 3) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota kelompok. Menurut teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard dalam Nurkolis (2003: 168) ada empat gaya kepemimpinan yaitu:
Otoriter, Konsultatif, Partisipatif, dan Delegatif. Keempat gaya tersebut memiliki
ciri-ciri tersendiri, yaitu:

a. Kepemimpinan Otoriter. Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin


membuat keputusan sendiri tanpa meminta saran dari orang lain. Orang lain
tidak berpartisipasi dan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap
keputusan
.
b. Kepemimpinan Konsultatif. Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin
menanyakan saran dan gagasan orang lain kemudian mengambil keputusan
sendiri setelah mempertimbangkan saran-saran orang lain

c. Kepemimpinan Partisipatif. Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin


bertemu dengan orang lain untuk mendiskusikan masalah yang akan
diputuskan, kemudian mengambil keputusan secara bersama-sama

d. Kepemimpinan Delegatif. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin


mendiskusikan masalahmasalah yang dihadapi dengan bawahan, kemudian
mendelegasikan kepada bawahan suatu kekuasaan serta tanggung jawab untuk
membuat keputusan. Bawahan diberi wewenang untuk melaksanakan
keputusankeputusannya sendiri dalam melaksanakan tugas sesuai dengan garis
kebijakan pimpinan.

Berdasarkan teori-teori gaya kepemimpinan tersebut, maka dalam


penerapannya kepala sekolah dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada
pada saat itu, juga harus mempertimbangkan kondisi staf yang dipimpinnya:

(1) Bagi staf yang memiliki motifasi kerja baik, kemampuan juga baik, maka
gaya kepemimpinan yang paling efektif yaitu kepemimpinan
delegatif,artinya kepala sekolah lebih banyak memberikan dukungan dan
mendelegasikan tugas dan wewenang kepada staf.
(2) Untuk staf yang memiliki kemampuan yang paling efektif adalah
kepemimpinan partisipatif, artinya kepala sekolah berpartisipasi aktif
dalam mendorong staf untuk menggunakan kemampuannyasecara
optimal.
(3) Bagi staf yangmemiliki kemampuan yang kurang baik, tetapi memiliki
motifasi kerja baik, maka gaya kepemimpinan konsultatif paling efektif,
artinya kepala sekolah banyak memberikan bimbingan sehingga
kemampuan staf secara bertahap meningkat.
(4) Untuk staf yang memiliki kemampuan kerja kutang baik dan motivasi
kerja juga kurang baik, maka gaya kepemimpinan instruktif yang paling
efektif, artinya kepala sekolah lebih banyak memberi petunjuk yang
spesifik dan secar ketat mengawasi staf dalam mengerjakan tugasnya.
Sebagai contoh :
pada saat membagi tugas maka kepala sekolah harus menggunakan gaya
kepemimpinan delegatif, pada saat merumuskan tujuan maka kepala
sekolah harus menggunakan gaya partisipatif, pada saat menerima
keluhan para guru maka kepala sekolah harus menggunakan gaya
konsultatif, dan saat menjelaskan tugas-tugas maka kepala sekolah harus
menggunakan gaya instruktif. Dalam penelitian ini gaya kepemi pinan
tersebut di atas dijadikan tolok ukur dalam mengungkap kualitas
kepemimpinan kepala sekolah menurut persepsi bawahan yaitu guru.

Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang paling utama adalah sebagai


manajer dan sebagai pemimpin (Mulyasa, 2005: 103). Kepala sekolah
sebagai manajer mampu merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha para anggota serta
mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam rangka melakukan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah


harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama dengan tenaga kependidikan, masyarakat
dan dunia usaha, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya secara optimal melalui berbagai penataran
sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan mendorong kerterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah.
Fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin harus memberikan petunjuk dan
wawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegsikan tugas. Kepala sekolah sebagai
leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasannya.

Kepala sekolah dalam implementasinya sebagai pemimpin dapat


menggunakan empat gaya kepemimpinan yaitu otoriter, konsultatif,
partisipatif, dan delegatif. Keempat gaya kepemimpinan tersebut sering
dimiliki secara bersamaan oleh seorang pemimpin sehingga dalam
melaksanakan kepemimpinannya, gaya kepemimpinan tersebut muncul
secara situasional

4. Kinerja Guru
a. Pengertian tentang kinerja guru

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010


tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya tanggal 1 Desember 2010, guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kinerja guru
adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam
melakasanakan tugasnya.

Kinerja guru adalah hasil kerja hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang
guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan (Asf &
Mustofa, 2013:6). (Fahmy, 2013:37), menyatakan bahwa Kinerja guru adalah
kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil
yang memuaskan , guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. maka akan menghasilkan anak didik yang mampu berkompeten dan
dapat memanfaatkan waktu (Fahmy, 2013:44).

b. Kompetensi Kepribadian

Guru harus memiliki peran dan kepribadian yang unik, baik, mantap, stabil
dewasa, arif, berwibawa, serta dapat menjadi teladan yang baik untuk anak
didiknya. Pada dasarnya guru harus memiliki kepribadian ganda, dimana guru
harus bersikap empati terhadap anak didiknya dan juga dapat bersikap kritis.
Guru harus menjadi seorang yang sabar dalam mneghadapi anak didiknya
dengan berbagai keinginan (Fahmy, 2013:44).
c. Kompetensi Profesional.

Guru merupakan suatu profesi yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
dibuktikan dengan sertifkasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru memiliki 4
prinsip yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru & Dosen No. 14 Tahun
2005 sebagai berikut.

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism


2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
d. Kompetensi Sosial.

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan diri terhadap hubungan


dengan orang lain. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua peserta pendidikan, dan masyarakat sekitar.

e. Faktor- faktor yang memengaruhi kinerja guru

Dalam sebuah organisasi sekolah/madrasah setiap guru memiliki karakter dan


kinerja yang berbeda-beda, untuk itu kepala sekolah harus dapat memahami
setiap perbedaan-perbedaan tersebut dan mengupayakan agar kinerja guru
dapat maksimal. Menurut Malthis & Jackson (2006), ada tiga faktor yang
memengaruhi kinerja karyawan yaitu faktro kemampuan yang berkaitan
dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh seseorang. Faktor usaha yang
dilakukan seseorang dikontribusi oleh masalah sumber daya manusia, seperti
motivasi, insensif, dan rancangan pekerjaan. Selanjutnya faktor dukungan
organisasi meliputi pelatihan, peralatan yang disediakan, mengetahui tingkat
harapan, dan kedaan tim yang produktif. Kinerja individu akan berjalan
dengan lancar apabila ketiga komponen tersebut dimiliki oleh seseorang,
namun apabila salah satu di antaranya ada yang hilang maka kinerja tidak akan
berjalan dengan baik (Asf & Mustofa, 2013:159- 160).

f. Indikator Kinerja Guru

Ada beberapa indikator untuk meingkatkan kemampuan dalam proses belajar


mengajar. Moch. Uzer Usman (2003:10), menjelaskan tentang imdikator
kinerja guru adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan merencanakan belajar mengajar, meliputi:


a) Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan.
b) Menyesuaikan analisa materi pelajaran.
c) Menyusun program semester.
d) Menyusun program atau pembelajaran.
2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi:
a) Tahap pra instruksional.
b) Tahap instruksional.
c) Tahap evaluasi dan tidak lanjut.
3) Kemampuan mengevaluasi, meliputi:
a) Evaluasi normatif.
b) Evaluasi formatif.
c) Laporan hasil evaluasi.
d) Pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
g. Evaluasi Kinerja Guru

Evaluasi kinerja guru merupakan pengukuran ketercapaian seorang guru


dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai pendidik di dalam kelas maupun
penyelesaian administrasi yang berupa perencanaan, pelaksanaan, dan hasil
kerja. Menurut Yamin, dalam pengawasan/evaluasi ada yang perlu
diperhatikan yaitu:

1) Program Pengawasan
a) Sekolah/madrasah menyusun program pengawasan secara obyektif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b) Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah didasarkan
pada standar Nasional Pendidikan.
c) Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan.
d) Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
e) Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite
sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-
pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk
menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan.
f) Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah.
g) Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya
setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala
sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.
h) Tenaga kependidikan melaporkan pelakasanaan teknis dari tugas
masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang
ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah. Kepala
sekolah/madrasah terus menerus melakukan pengawasan
pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i) Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
j) Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada
bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab dibidang pendidikan dan sekolah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k) Pengawas madrasah melaporkan pengawasan madrasah kepada
kantor Departemen Agama Kabuapten/Kota dan pada madrasah
yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah yang
terkait.
l) Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah/madrasah, termasuk memberikan
sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.
m) Sekolah/madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak
lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah.
2) Evaluasi Diri
a) Sekolah/madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah
b) Sekolah/madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur,
menilai kerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka
pelakasanaan Standar Nasional Pendidikan.
c) Sekolah/madrasah melakukan evaluasi proses pembelajaran secara
periodik dan evaluasi program kerja tahunan secara periodik.
d) Evaluasi dan Pendayagunaan pendidik dan Tenaga Kependidikan
o Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir
semester dengan mengacu pada Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan.
o Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian,
keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan dalam pelaksanan tugas.
o Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian
dan perubahan-perubahan peserta didik.
e) Evaluasi Akreditasi Sekolah/Madrasah
o Sekolah/madrasah menyiapkan bahan-bahan yang
dipergunakan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o Sekolah/madrasah meningkatkan status akreditasi dengan
menggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki
legitimasi.
o Sekolah/madrasah harus meningkatkan kualitas
kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti
saran-saran hasil akreditasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara administratif dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan hubungan seorang guru terhadap murid. Dalam simpulan
di atas maka diperoleh indikator sebagai berikut. Kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

2.3. Kerangka Konseptual

Semua perusahaan pasti menginginkan kinerja karyawan yang tinggi salah satu di
sekolah ini. Dengan teori yang telah dikemukakan mengenai Pengalaman Guru,
Motivasi Guru, kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di atas. Maka
akan sangat memungkinkan untuk memberikan kinerja Guru yang tinggi.

X1

Pengalaman Guru

Y
X2

Motivasi Guru Kinerja Guru

X3

Kepemimpinan Kepala
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Sekolah
2.4. Hipotesis

Menurut sugiyono pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan


penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan.
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, perumusan masalah serta penelitian
terdahulu, maka penulis mengajukan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara
bagaimana pengaruh tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat penulisan hipotesis
penelitian ini sebagai berikut :

a. Diduga Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara


simultan berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar Surabaya
b. Diduga Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara parsial
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar Surabaya
c. Diduga Pengalaman Guru secara dominan berpengaruh terhadap kinerja Guru di
SD Nurul Anwar Surabaya

Anda mungkin juga menyukai