BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan berbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
manajemen sekolah.
Pendapat Mulyasa (2004:120) “Para pegawai (guru) akan bekerja dengan sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila memiliki motivasi yang positif,
ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu
tugas atau kegiatan”. Sesuai dengan pendapat tersebut, guru yang masih kurang berhasil
dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga
berdampak terhadap menurunnya produktivitas atau kinerja guru.Untuk itu diperlukan
peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.
Guru merupakan salah satu komponen yang menempati posisi sentral dan sangat strategi
dalam sistem pendidikan. Guru merupakan faktor yang dominan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas pendidikan, karena guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan. secara keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar, gurulah yang berperan langsung dalam mengajar dan mendidik. Sehubungan
dengan itu, perlu dilakukan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kinerja guru
dalam mengembangkan aspek-aspek pendidikan dan pembelajaran.
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga
pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dalam mencapai
tujuan pendidikan (Asf & Mustofa, 2013:155-156). Keberhasilan seorang guru harus
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, apabila guru telah memenuhi kriteria tersebut
berarti seorang guru dapat dikatakan berhasil dan memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya
apabila seorang guru belum memenuhi kriteria yang baik maka guru belum dapat
dikatakan berhasil.Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru. Faktor
tersebut bisa dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri seseorang (eksternal).
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru salah satunya adalah
kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan
kepatuhan dalam mematuhi peraturan yang ada disekolah, menstimulus guru untuk
bekerja lebih giat, pengawasan terhadap guru dan stakeholder sekolah lainnya, pemberian
peringtn bahkan sanksi kepada guru yang melanggar aturan. Kenyataannya, masih banyak
guru yang belum secara optimal mematuhi peraturan, pengawasan kepala sekolah belum
optimal dilihat dari banyaknya guru yang belum memenuhi ketentuan yang telah dibuat.
Selama ini masih banyak guru yang melalaikan tugas mereka sebagai guru contohnya
masih ada guru yang tidak memakai seragam yang telah ditentukan sekolah, membolos
saat jam kerja, tidak mengajar penuh dikelas, pulang sebelum waktunya. Hal-hal tersebut
diatas dapat menurunkan kinerja guru dalam proses pendidikan.
Faktor internal yang mempengaruhi kinerja guru yaitu Pengalaman Guru dan motivasi
kerja. Faktor internal yang pertama adalah pengalaman guru. Pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor yang menunjang dan menambah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya. pengalaman mengajar dapat membantu seorang guru
dalam meningkatkan kecakapan dan kemampuannya menghadapi kegiatan edukatif dan
dapat menambah pengetahuan bagi seorang guru.
Faktor internal yang kedua adalah Motivasi Kerja guru. Seorang guru diharapkan
memiliki semangat kerja dan motivasi yang tinggi, untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Motivasi yang baik dapat diartikan dengan timbulnya keinginan dan
kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar tanpa adanya unsur-
unsur lain yang mengakibatkan guru menjadi terpaksa melaksanakan tugas mengajarnya.
Motivasi kerja guru dapat meningkat apabila guru mendapatkan rasa aman dan nyaman
dalam bekerja. Selain itu mendapat penghargaan atas prestasi yang diperoleh seorang
guru juga akan memotivasi guru untuk lebih giat bekerja. Guru juga perlu diberikan
kesempatan untuk mennyampaikan atau mengeluarkan pendapat nya agar guru bisa ikut
berpartisipasi dalam mencapai tujuan pendidikan.Namun kenyataannya, motivasi kerja
guru belum ditingkatkan. Hal ini dikarenakan masih ada guru yang belum merasa nyaman
dan aman dalam bertugas sehingga membuat motivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan menurun. Selain itu, masih ada guru yang belum diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya dan diberikan penghargaan oleh kepala sekolah atas prestasi
kerjanya. Hal ini menyebabkan semangat kerja dari guru tersebut menurun. Disini saya
akan memamparkan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman, Motivasi Guru, Kepemimpinan Guru
terhadap Kinerja pada Guru SD Nurul Anwar Surabaya”.
1.2.Rumusan Masalah
a. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
b. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara parsial
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
c. Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah secara dominan
berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja guru SD Nurul Anwar di Surabaya dan
secara khusus bertujuan untuk :
a. Untuk Mengetahui apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara simultan berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
b. Untuk Mengetahui Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara parsial berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
c. Untuk Mengetahui Apakah Pengalaman, Motivasi guru, Kepemimpinan Kepala
Sekolah secara dominan berpengaruh terhadap kinerja Guru di SD Nurul Anwar?
1.4.Manfaat Penelitian
Dari ketiga Kajian Terdahulu yang relevan dengan penelitian saya ini
dapatlah diketahui bahwa dependent variabel di sini adalah sama-sama
kinerja guru. Tetapi yang membedakannya di sini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja gurunya dan yang pastinya juga adalah lokasi
penelitian masing-masing penelitian.
2.2. Kajian Teoritis
1. Pengalaman Mengajar
a. Deskripsi Teori Pembahasan Pengalaman Kerja
1) Pengertian pengalaman mengajar
Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi
faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas
hasil pendidikan. Seorang guru tidak hanya dituntut memiliki
kemampuan dan prestasi dalam mengajar. Pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh
seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang
akan diraih oleh peserta didik sehingga tujuan yang akan diraih
oleh sekolah dapat tercapai. Pengalaman Kerja guru itu sendiri
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat
tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah atau
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). (Mansur
Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik,
hlm. 13))
Keterangan:
R : Relevan, materi diklat mendukung pelaksanaan tugas
profesional guru
TR : Tidak relevan, materi diklat tidak mendukung
pelaksanaan tugas profesional guru.Skor maksimal
(taksiran) : 2X pelatihan nasional relevan pola 170,
2X provinsi relevan pola 120 jam, 4X kabupaten/
kota relevan pola 20 jam. (Kunandar, Guru
Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru, hlm 100)
c) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja yang dimiliki seorang akan dapat
membuka kesempatan bagi dirinya untuk memperoleh
sesuatu yang belum pernah dimiliki seorang guru.
Kesempatan kerja sangat penting dalam mendukung
diperolehnya pengalaman kerja yang berharga dalam
hidupnya.Kesempatan kerja merupakan aspek yang
sangat mendukung dalam menentukan pengalaman
kerja ara guru. Semaakin lama seorang bekerja akan
menyebabkan guru mengetahui secara lebih mendalam
pengalaman yang dialaminya dalam bekerja dan dapat
menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi saat
bekerja. Jika guru diberikan kesempatan yang luas tanpa
ada hambatan yang akan mempengaruhi kreativitasnya
dalam bekerja, maka guru tersebut akan dengan leluasa
mengembangkan kreativitasnya dalam bekerja. Hal ini
akan berpengaruh positif dalam pengembangan
pengalaman kerja yang dimiliki guru tersebut.
2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku (Uno, 2007).
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2009: 219).
Robbins dalam Riduwan (2010: 147) berpendapat bahwa motivasi kerja guru
diukur dalam dua dimensi, yaitu motivasi eksternal dan motivasi internal.
Motivasi eksternal meliputi: hubungan antarpribadi, penggajian atau honorarium,
supervisi kepala sekolah, dan kondisi kerja. Motivasi internal meliputi: dorongan
untuk bekerja, kemajuan dalam karier, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung
jawab dalam pekerjaan, minat terhadap tugas, dan dorongan untuk berprestasi.
Menurut Moekijat (2002) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu daya
pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu.
a. Motivasi Kerja
(1) Bagi staf yang memiliki motifasi kerja baik, kemampuan juga baik, maka
gaya kepemimpinan yang paling efektif yaitu kepemimpinan
delegatif,artinya kepala sekolah lebih banyak memberikan dukungan dan
mendelegasikan tugas dan wewenang kepada staf.
(2) Untuk staf yang memiliki kemampuan yang paling efektif adalah
kepemimpinan partisipatif, artinya kepala sekolah berpartisipasi aktif
dalam mendorong staf untuk menggunakan kemampuannyasecara
optimal.
(3) Bagi staf yangmemiliki kemampuan yang kurang baik, tetapi memiliki
motifasi kerja baik, maka gaya kepemimpinan konsultatif paling efektif,
artinya kepala sekolah banyak memberikan bimbingan sehingga
kemampuan staf secara bertahap meningkat.
(4) Untuk staf yang memiliki kemampuan kerja kutang baik dan motivasi
kerja juga kurang baik, maka gaya kepemimpinan instruktif yang paling
efektif, artinya kepala sekolah lebih banyak memberi petunjuk yang
spesifik dan secar ketat mengawasi staf dalam mengerjakan tugasnya.
Sebagai contoh :
pada saat membagi tugas maka kepala sekolah harus menggunakan gaya
kepemimpinan delegatif, pada saat merumuskan tujuan maka kepala
sekolah harus menggunakan gaya partisipatif, pada saat menerima
keluhan para guru maka kepala sekolah harus menggunakan gaya
konsultatif, dan saat menjelaskan tugas-tugas maka kepala sekolah harus
menggunakan gaya instruktif. Dalam penelitian ini gaya kepemi pinan
tersebut di atas dijadikan tolok ukur dalam mengungkap kualitas
kepemimpinan kepala sekolah menurut persepsi bawahan yaitu guru.
4. Kinerja Guru
a. Pengertian tentang kinerja guru
Kinerja guru adalah hasil kerja hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang
guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan (Asf &
Mustofa, 2013:6). (Fahmy, 2013:37), menyatakan bahwa Kinerja guru adalah
kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil
yang memuaskan , guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. maka akan menghasilkan anak didik yang mampu berkompeten dan
dapat memanfaatkan waktu (Fahmy, 2013:44).
b. Kompetensi Kepribadian
Guru harus memiliki peran dan kepribadian yang unik, baik, mantap, stabil
dewasa, arif, berwibawa, serta dapat menjadi teladan yang baik untuk anak
didiknya. Pada dasarnya guru harus memiliki kepribadian ganda, dimana guru
harus bersikap empati terhadap anak didiknya dan juga dapat bersikap kritis.
Guru harus menjadi seorang yang sabar dalam mneghadapi anak didiknya
dengan berbagai keinginan (Fahmy, 2013:44).
c. Kompetensi Profesional.
Guru merupakan suatu profesi yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
dibuktikan dengan sertifkasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru memiliki 4
prinsip yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru & Dosen No. 14 Tahun
2005 sebagai berikut.
1) Program Pengawasan
a) Sekolah/madrasah menyusun program pengawasan secara obyektif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
b) Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah didasarkan
pada standar Nasional Pendidikan.
c) Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan
tenaga kependidikan.
d) Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
e) Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite
sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-
pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk
menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan.
f) Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah/madrasah dan pengawas
sekolah/madrasah.
g) Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya
setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala
sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta didik.
h) Tenaga kependidikan melaporkan pelakasanaan teknis dari tugas
masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang
ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah. Kepala
sekolah/madrasah terus menerus melakukan pengawasan
pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
i) Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
j) Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada
bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab dibidang pendidikan dan sekolah yang
bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.
k) Pengawas madrasah melaporkan pengawasan madrasah kepada
kantor Departemen Agama Kabuapten/Kota dan pada madrasah
yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah yang
terkait.
l) Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan
menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah/madrasah, termasuk memberikan
sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.
m) Sekolah/madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil
pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak
lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/madrasah.
2) Evaluasi Diri
a) Sekolah/madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja
sekolah/madrasah
b) Sekolah/madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur,
menilai kerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka
pelakasanaan Standar Nasional Pendidikan.
c) Sekolah/madrasah melakukan evaluasi proses pembelajaran secara
periodik dan evaluasi program kerja tahunan secara periodik.
d) Evaluasi dan Pendayagunaan pendidik dan Tenaga Kependidikan
o Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir
semester dengan mengacu pada Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan.
o Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian,
keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan dalam pelaksanan tugas.
o Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian
dan perubahan-perubahan peserta didik.
e) Evaluasi Akreditasi Sekolah/Madrasah
o Sekolah/madrasah menyiapkan bahan-bahan yang
dipergunakan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o Sekolah/madrasah meningkatkan status akreditasi dengan
menggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki
legitimasi.
o Sekolah/madrasah harus meningkatkan kualitas
kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti
saran-saran hasil akreditasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara administratif dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan hubungan seorang guru terhadap murid. Dalam simpulan
di atas maka diperoleh indikator sebagai berikut. Kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Semua perusahaan pasti menginginkan kinerja karyawan yang tinggi salah satu di
sekolah ini. Dengan teori yang telah dikemukakan mengenai Pengalaman Guru,
Motivasi Guru, kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di atas. Maka
akan sangat memungkinkan untuk memberikan kinerja Guru yang tinggi.
X1
Pengalaman Guru
Y
X2
X3
Kepemimpinan Kepala
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Sekolah
2.4. Hipotesis