Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 PENGASIH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :
Dian Purnomo
NIM. 14802241035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).

Jadi, tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik.

Pendidikan membutuhkan sumber daya yang mendukung dan menunjang

pelaksanaannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru adalah sosok yang

menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Guru

merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

Sehingga, guru dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan

tugasnya agar memiliki kinerja yang tinggi.

1
Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil

kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004: 136). Kinerja dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor internal yaitu dorongan untuk bekerja,

tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas. Sedangkan faktor

eksternal yaitu penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian

dari kepala sekolah, hubungan interpersonal sesama guru, adanya pelatihan,

kelompok diskusi terbimbing, dan layanan perpustakaan (Mulyasa, 2007: 227).

Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana

guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan

menilai serta mengevaluasi pembelajaran.

Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,

merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan

peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan

tanggung jawab guru sebagai pengajar, pendidik dan fasilator belajar siswa.

Jadi, kinerja guru berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas.

Guru harus memiliki penguasaan tehadap materi pelajaran, penguasaan

profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri

dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus

merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis.

2
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan


suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,
dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga
nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.

SMK Negeri 1 Pengasih merupakan salah satu sekolah kejuruan terbaik

di Kabupaten Kulon Progo, sehingga dituntut untuk meningkatkan kualitasnya

baik dari segi input, proses, maupun output. Guru di SMK Negeri 1 Pengasih

dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi agar dapat menunjang berjalannya

proses pendidikan.

Peneliti telah melakukan observasi di SMK Negeri 1 Pengasih.

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri 1 Pengasih

diperoleh informasi bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya ada yang

memiliki kinerja tinggi, namun ada juga yang belum memiliki kinerja yang

tinggi.

Peneliti juga mendapatkan informasi berdasarkan wawancara dengan

siswa SMK Negeri 1 Pengasih bahwa guru hanya menggunakan metode

ceramah dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran di

dalam kelas juga kurang dimanfaatkan dengan baik, sebagian besar guru hanya

fokus pada LKS maupun buku paket saja. Berdasarkan hasil observasi, dapat

disimpulkan bahwa terdapat fenomena gap kinerja guru di SMK N 1 Pengasih.

3
Kepemimpinan kepala sekolah dapat juga mempengaruhi kinerja guru

karena kepala sekolah adalah seorang manager di sekolah yang bertugas

membimbing dan mengarahkan guru untuk mencapai tujuan sekolah. Kepala

sekolah adalah guru yang diangkat dan memiliki tugas tambahan untuk

memimpin sekolah. Tugas kepala sekolah dalam proses kegiatan belajar

mengajar lebih sedikit namun kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas

proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan

menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi,

memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan

peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga

kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian

atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk

memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang

pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan

orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

Depdiknas dalam Sudrajat (2010) menyatakan bahwa terdapat tujuh

peran utama kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yaitu

(1)educator (pendidik), (2)manager, (3)administrator, (4)supervisor,

(5)leader, (6)pencipta iklim kerja, (7) wirausahawan.

4
Hal ini dapat diwujudkan jika seorang kepala sekolah dapat atau bisa

memberikan sikap keteladanan yang baik dalam berperilaku, perhatian

terhadap respon guru dan pemberian kesempatan untuk pengambilan

keputusan di organisasi dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Jika hal ini

diperhatikan dengan baik maka akan memberikan hal yang positif dalam

peningkatan semangat kerja guru.

Salah satu penelitian lain yang mendukung pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah sebagai berikut: Vela Miarri

Nurma Arimbi (2011) yang mengkaji pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru sekolah menegah kejuruan (SMK) Di Temanggung,

memperoleh hasil bahwa ada pengaruh positif kepemimpinan sekolah dengan

kinerja guru di SMK Negeri 1 Temanggung.

Berdasarkan latar belakang di atas maka kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi merupakan faktor yang diduga sebagai penentu kinerja guru dan

diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti tertarik untuk

mengajukan judul skripsi “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru SMK Negeri 1 Pengasih”

5
2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

identifikasi permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Kualitas pendidikan di sekolah seringkali dipandang dari sejauhmana

prestasi siswa, guru atau kepala sekolah, sehingga kinerja guru menjadi

salah satu sorotan.

b. Guru sebagai pendidik wajib memiliki kriteria-kriteria, yaitu: kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional sehingga terciptanya kualitas kinerja guru yang profesional.

c. Kinerja guru dituntut dengan indikasi kemampuan merancang program

pembelajaran, menata, mengelola kelas, mendidik, mengajar, dan

melatih para peserta didik dalam proses pembelajaran.

d. Adanya perbedaan motivasi yang dimiliki tiap-tiap guru dan lingkungan

kerja sehingga kualitas kinerja guru di sekolah akan berbeda-beda pula.

e. Siswa untuk pengembangan dan kemajuan sekolah berkaitan dengan

peran kepala sekolah sebagai leader dan manager sehingga perlu

dicermati mengenai kepemimpinan kepala sekolah lebih lanjut.

f. Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut mampu mewujudkan visi,

misi, tujuan dan sasaran melalui berbagai program yang direncanakan

sehingga diharapkan kemampuan manajemen dan kepemimpinan

terlaksana dengan baik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

6
g. Kepala sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif sehingga berdampak pada kinerja atau prestasi kerja guru baik

dan keefektifan kepemimpinan kepala sekolah.

h. Sering ditemui kepala sekolah dalam memimpin mengalami beberapa

kendala diantaranya dalam mengorganisasikan kegiatan guru sehingga

terdapat guru yang tidak disiplin. Hal ini mengidentifikasikan bahwa

kepala sekolah dituntut mampu melaksanakan tugas sebagai

administrator, sekaligus sebagai pemimpin (leader), manager, dan

supervisor.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan. Pada Penelitian ini akan lebih ditekankan pada kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru, yang pada hakikatnya merupakan salah

satu kunci keberhasilan proses pelaksanaan atau peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, tidak semua

dijadikan masalah penelitian, karena keterbatasan peneliti sehingga peneliti

membatasi masalah pada pelaksanaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah,

kinerja guru, serta hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih.

7
4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas maka

permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Adakah pengaruh kempemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

baik secara parsial maupun simultan?

b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru baik secara parsial maupun simultan?

5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah sehingga rumusan masalah seperti

diatas, dapat dirumuskan tujuannya yaitu untuk mengetahui hal-hal berikut:

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 1

Pengasih.

b. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)

Negeri 1 Pengasih terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun

simultan.

c. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah

Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih terhadap kinerja guru baik secara

parsial maupun simultan.

8
6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan

yang secara teoritis dipelajari dan secara khusus pengetahuan

tentang peningkatan kinerja guru.

2) Bagi dunia pendidikan, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana

untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang serupa

dimasa yang akan datang berkaitan dengan pengetahuan untuk

meningkatkan kinerja sumber daya pendidikan yaitu guru.

3) Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan lebih

baik lagi dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kinerja guru.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan nanti

dalam melaksanakan tugas keseharian sebagai guru untuk bekerja

dengan sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang tinggi, sehingga

akan mencapai hasil yang optimal.

9
2) Bagi Guru SMK Negeri 1 Pengasih

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih efisien dan

kondusif agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta

membantu guru untuk meningkatkan kinerjanya lebih professional

sebagai staf pendidik.

3) Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pengasih

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik

pada sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas siswa

pada khususnya dan kualitas sekolah.

4) Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka untuk bahan

bacaan dan kajian ilmu khususnya bagi para mahasiswa pendidikan

administrasi perkantoran dan mahasiswa universitas negeri

Yogyakarta pada umumnya.

10
B. KAJIAN TOERI DAN FORMULA HIPOTESIS

1. Kajian Teori

a. Definisi Kinerja

Menurut Mangkunegara (2007: 67) istilah kinerja berasal dari Job

Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,

hasil kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004: 136). Kamus Besar Bahasa

Indonesia mendefinisikan kinerja sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi

yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah hasil kerja

yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan

kepadanya.

b. Kinerja Guru

Kinerja guru dapat dilihat pada saat guru melaksanakan proses

pembelajaran termasuk persiapannya dalam bentuk perangkat

pembelajaran. UU No.14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 a tentang Guru dan

Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesional guru berkewajiban:

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta

menilai dan evaluasi hasil pembelajaran.

11
Kinerja guru merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh

seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar yang

profesional. Kinerja yang dimaksud adalah kinerja dalam proses

pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Muhlisin (2008) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja guru adalah:

1) Kepribadian dan dedikasi

Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan

akan mempengaruhi interaksi antara guru dan anak didik. Oleh

karena itu kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi

rendahnya martabat guru. Kepribadian guru akan tercermin dalam

sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak

didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru,

ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

12
Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan

kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang

memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Guru

yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan

kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan

dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat

dikatakan guru tersebut memiliki akuntabilitas yang baik.

2) Pengembangan profesi

Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk

diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan

terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru

menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan

manajemen beserta strategi penerapannya.

Pengembangan profesional guru harus memenuhi beberapa

standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley dalam

Muhlisin (2008) bahwa ada empat standar pengembangan profesi

guru, yaitu:

a) Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan

profesi untuk para guru memerlukan pembelajaran isi sains

yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-

metode inquiri;

13
b) Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan

profesi untuk guru memerlukan pengintegrasian pengetahuan

sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan

pengetahuan tersebut ke pengajaran sains;

c) Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan

profesi untuk para gurumemerlukan pembentukan pemahaman

dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa;

d) Standar pengembangan profesi D adalah program-program

profesi untuk guru harus koheren (berkaitan) dan terpadu.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk

meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga

mampu menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang

diinginkan, disamping itu pembinaan harus sesuai arah dan

tugas/fungsi yang bersangkutan dalam sekolah. Semakin sering

profesi guru dikembangkan melalui berbagai kegiatan maka semakin

mendekatkan guru pada pencapaian predikat guru yang profesional

dalam menjalankan tugasnya sehingga harapan kinerja guru yang

lebih baik akan tercapai.

3) Kemampuan mengajar

Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan

standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang

ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa,

keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin

meningkat, sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki

14
guru sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi

belajar siswa tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri.

Kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan

menjadi keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan

tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat

tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari

materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya memberikan

rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk menjalankan tugas dan

fungsi masing-masing.

4) Hubungan dan komunikasi

Komunikasi memegang pera penting dalam organisasi, adanya

komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar

dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya Kepala Sekolah

tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah

dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan

datang mengajar.

Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu

memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan

Kepala Sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, dan guru

dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi

yang baik membawa konsekuensi terjalinnya interaksi seluruh

komponen yang ada dalam sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan guru akan berhasil jika ada hubungan dan

komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang diajar.

15
Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan

dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab

dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik

mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik.

5) Hubungan dengan masyarakat

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat

pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki

kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi

mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda

bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan

pengguna jasa pendidikan itu.

Hubungan dengan masyarakat harus terjamin baik dan

berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru

dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu

melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga

diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan

dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas

masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya,

mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa

berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka.

16
Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku

dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat,

sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan

struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan

pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang

dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan

masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat

memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam

mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

6) Kedisiplinan

Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa.

Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang

profesional sebab pemahaman disiplin yang baik guru mampu

mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam

melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru

dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik

dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah maupun dalam

proses belajar mengajar di kelas sangat membantu upaya

membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi

para guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

17
Kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat

penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan

kinerja dan disisi lain akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa

disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses.

7) Kesejahteraan

Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh

terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab

semakin sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk

meningkatkan kerjanya. Mulyasa (2004) menegaskan bahwa

terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia, akan

menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya.

Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru

dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik

kepada peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh pemerintah

dengan cara memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila

kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh

pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos karena

mencari tambahan diluar.

Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang akan

diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru masih rendah maka

besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang

maksimal.

18
Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki kualitas

tinggi dan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru

sangat tinggi. Adanya jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat

memotivasi untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas

sehingga kinerja selalu meningkat tiap waktu.

8) Iklim kerja

Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai

unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah

terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari

sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan

tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan

individu dengan individu maupun dengan lingkungannya.

Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi

adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan

juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.

Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan

yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk

bekerja diperlukan iklim kerja yang baik.

Iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor

penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam

bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan terkosentrasi

hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan.

19
d. Indikator Kinerja Guru

Seorang guru yang memiliki kinerja yang tinggi ditunjukkan dengan

keprofesionalannya dalam menjalankan profesinya. Menurut Suyud dalam

Sugiyono (2010: 153) kinerja profesional guru diukur melalui:

1) Penguasaan bahan ajar,

2) Pemahaman karakteristik siswa,

3) Penguasaan pengelolaan kelas,

4) Penguasaan metode dan strategi pembelajaran,

5) Penguasaan evaluasi pembelajaran,

6) Kepribadian.

Kinerja guru dibuktikan dengan kompetensi yang dimiliki guru

dalam menunjang tugas dan perannya dalam meningkatkan pendidikan.

Standar kompetensi guru terdapat dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun

2007 yang terdiri dari:

1) Kompetensi pedagogik,

2) Kompetensi kepribadian,

3) Kompetensi profesional,

4) Kompetensi sosial.

20
Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kompetensi yang

sudah di sebutkan diatas, yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

yang diampu.

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

peserta didik.

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar.

i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian

a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

21
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

teladan, mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa bagi peserta

didik dan masyarakat.

c) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

d) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3) Kompetensi Profesional

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang diampu.

c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara

kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

4) Kompetensi Sosial

a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan

masyarakat.

22
c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi

lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur

kinerja guru adalah (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi

kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial, karena

lebih mencakup semua aspek dan tidak terbatas pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar saja.

e. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Soepardi dalam Mulyasa (2004) mendefinisikan

kepemimpinan untuk menyelenggarakan, mempengaruhi, memotivasi,

melarang, dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar

manusia sebagai media manajemen mau bekerja sama dalam rangka tujuan

administratif secara efektif dan efisien.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi

tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses

belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo,

2007).

23
kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan

kepala sekolah untuk menggerakkan, mengarahkan, membimbing,

melindungi, membina, member teladan, memberi dorongan dan memberi

bantuan terhadap semua sumber daya yang ada di suatu sekolah agar dapat

mencapai tujuan sekolah.

f. Pendekatan Kepemimpinan

Ngalim Purwanto (2005) mengatakan bahwa dalam hubungannya

dengan kepemimpinan pendidikan ada 3 macam pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan sifat

Pendekatan sifat sangat diperlukan dalam kepemimpinan

pendidikan, mengingat bahwa kepala sekolah dan guru atau

pendidik lainnya perlu memiliki sifat-sifat yang baik dan sesuai.

Kepala sekolah dituntut memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat

memberikan bimbingan dan sekaligus member contoh kepada guru

dan para siswanya.

2) Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku merupakan konsep kepemimpinan yang sesuai

dengan prinsip-prinsip mendidik. Salah satu fungsi pendidikan

adalah mengubah tingkah laku subyek didik lainnya, baik perilaku

sebagai individu maupun kelompok.

24
3) Pendekatan situasi

Pendekatan situasional dalam kepemimpinan pendidikan tidak pula

kalah pentingnya. Para pemimpin pendidikan, termasuk kepala

sekolah dan guru-guru bahkan setiap lembaga pendidikan memiki

situasi yang berbeda-beda sehingga memerlukan kepemimpinan

berbeda pula.

g. Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Standar kompetensi tentang Standar Kepala Sekolah atau Madrasah

terdapat dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Kompetensi yang

harus dimiliki kepala sekolah adalah:

5) Kompetensi kepribadian,

6) Kompetensi manajerial,

7) Kompetensi kewirausahaan,

8) Kompetensi supervisi

9) Kompetensi sosial.

25
Berikut ini adalah penjabaran dari kompetensi-kompetensi tersebut,

yaitu:

1) Kompetensi Kepribadian

a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak

mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas

disekolah/madrasah.

b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai

kepala sekolah/madrasah.

d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam

pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah.

f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

2) Kompetensi Manajerial

a) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai

tingkat perencanaan.

b) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai denga n

kebutuhan.

c) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan

sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal.

d) Mengelola perubahan danpengembangan sekolah/madrasah

menuju organisasi pembelajar yang efektif.

26
e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang

kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan

sumberdaya manusia secara optimal.

g) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam

rangka pendayagunaan secara optimal.

h) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam

rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan

pembiayaan sekolah/ madrasah.

i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik

baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta

didik.

j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan

nasional.

k) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip

pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

l) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung

pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

m) Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam

mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik

disekolah/madrasah.

n) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam

mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

27
o) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

p) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang

tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

3) Kompetensi Kewirausahaan

a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah/madrasah.

b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah

sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin

sekolah/madrasah.

d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta

didik.

4) Kompetensi Supervisi

a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

28
c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam

rangka peningkatan profesionalisme guru.

5) Kompetensi Sosial

a) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan

sekolah/madrasah.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

h. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi

jenis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang kompeten

bukanlah sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan

kompetensi guru diperlukan upaya sunggug-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya tersebut adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah

(Sudrajat: 2007).

Tujuh peran utama kepala sekolah dalam perspektif kebijakan

Depdiknas (2006) yaitu:

1) Educator (pendidik),

2) Manager,

3) Administrator,

4) Supervisor,

5) Leader,

6) Pencipta iklim kerja,

7) wirausahawan.

29
Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kompetensi

tersebut:

1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi

yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di

sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan

nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada

seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran

yang menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan,

memajukan dan meningkatkan sedikit 4 macam nilai, yaitu

pembinaan mental, moral, fisik dan artistik.

2) Kepala sekolah sebagai manager

Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan,

mengatur, mengkoordinasikan, dan mengendalikan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajer adalah orang yang

melakukan sesuatu secara benar (people who do things right).Oleh

karena itu, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan

mengatur serta mengendalikan semua program yang telah disepakati

bersama.

30
Tugas penting yang harus dilakaukan kepala sekolah adalah

melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembanan profesi para

guru. Kepala sekolah sebaiknya dapat memfasilitasi dan

memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk

melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melaui kegiatan

pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah seperti

MGMP, workshop, diskusi professional dan sebagainya.

3) Kepala sekolah sebagai administrator

Kepala sebagai administrator sangat diperlukan karena

kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang

bersifat pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah.

Kepala sekolah dituntut memahami dan mengelola kurikulum,

administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan

administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara

efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan

baik.

Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator harus

diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi

pembelajaran, bimbingan dan konseling, kegiatan praktikum,

kegiatan di perpustakaan, data administrasi peserta didik, guru,

pegawai TU, penjaga sekolah, teknisi dan pustakawan, kegiatan

ekstrakurikuler, data administrasi hubungan sekolah dengan orang

tua murid, data administrasi gedung dan ruang surat menyurat.

31
4) Kepala sekolah sebagai supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk

membimbing, membantu, dan mengarahkan tenaga pendidik untuk

mneghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna

menunjang kemajuan pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu

melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk

meningkatkan kinerja tenaga pendidik.

Pengawasan dilakukan sebagai tindakan preventif untuk

mencegah agar para tenaga pendidik tidak melakukan

penyimpangan dan lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya.

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu memaksakan

kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan meliputi kegiatan

kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara

langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media

yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Dari hasil supervisi ini ,dapat diketahui kelemahan sekaligus

keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat

penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya

diupayakan solusi pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga

guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus

mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan

pembelajaran.

32
5) Kepala sekolah sebagai leader

Teori kepemimpinan menyebutkan bahwa ada dua gaya

kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas

dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka

meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat

menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan

fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan

setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara

unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.

Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja

yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

a) Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

dilakukannya menarik dan menyenangkan,

b) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan

diinformasikan kepada para guru sehingga mereka

mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat

dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut,

c) Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap

pekerjaannya,

d) Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-

waktu hukuman juga diperlukan,

33
e) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru

sehingga memperoleh kepuasan.

7) Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan

peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah sebaiknya dapat

menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta

memanfaatkan berbagi peluang, kepala sekolah dengan sikap

kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-

perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam

hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta

kompetensi gurunya

Kepala sekolah sebagai wirusahawan harus mampu mencari,

menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan yang inovatif

dengan menggunakan strategi yang tepat, sehingga terjalin

hubungan yang harmonis antara keepala sekolah, staf, tenaga

pendidik dan peserta didik, disamping itu juga agar pendidikan yang

ada menjadi semakin baik.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat

berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi seringkali

sebagian besar bergantung pada faktor pemimpin. Jadi , untuk dapat

mendorong kinerja guru dibutuhkan pemimpin yang mampu

mengarahkan, memotivasi dan mengawasi agar tujuan tersebut dapat

tercapai.

34
2. Kajian Penelitian yang Relevan

a. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Vela Miarro Nurma

Arimbi (2011) dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di

Temanggung”, Penelitian ini berkesimpulan bahwa Kepemimpinan

kepala sekolah berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja

guru SMK Negeri di Temanggung sehingga tinggi rendahnya kualitas

kepemimpinan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya kinerja guru SMK Negeri di Temanggung. Hal tersebut

ditunjukkan dengan uji regresi yang lebih kecil dari taraf signifikansi,

yaitu < 0,05 dan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu 65,222 > 3,92.

Koefisien R2 sebesar 0,306 berarti variabel kepemimpinan kepala

sekolah mampu menjelaskan variabel kinerja guru sebesar 30,6%.

Kebermaknaan 69,4% yang lainnya diperkirakan dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini seperti

pengetahuan guru, kepribadian guru, dedikasi, pengembangan profesi,

dan lain sebagainya. Tempat penelitian ini di SMK Negeri di daerah

Temanggung.

b. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ari Sapta Nawang

Pawikan (2011) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama se

Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon”, Penelitian ini berkesimpulan

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan kinerja guru, hal

35
tersebut ditunjukkan dengan harga rxy dari perhitungan koefisien korelasi

regresi yang diperoleh sebesar 0,497 yang bernilai positif. Harga

koefisien determinan (R2) sebesar 0,300. Hal ini berarti 30 % variansi

yang terjadi pada kinerja guru dijelaskan oleh gaya kepemimpinan

partisipatif, sedangkan 70% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini seperti pengetahuan guru seperti faktor

kepribadian guru, dedikasi, pengembangan profesi.

c. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Adlan Adam (2014)

dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa

Yogyakarta”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh peneliti tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa

Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai sig 0,002 < 0.05. Selain

itu dapat juga melihat nilai t, yaitu nilai t hitung sebesar 3,130 lebih besar

jika dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 1,655. Adapun besarnya

pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di

SD Negeri Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah sebesar 6,4%. Sedangkan sisanya yaitu 93,6% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang bukan menjadi fokus pembahasan dalam

penelitian ini. Tempat penelitian ini di SD Negeri Kecamatan

Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta.

36
d. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Citra Pratiwi (2014)

dengan judul “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepala

Sekolah Terhadap Kinerja uru SD Se-Kecamatan Cangkringan

Kabupaten Sleman”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara tipe kepemimpinan

demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru SD seKecamatan

Cangkringan Kabupaten Sleman. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai

Thitung sebesar 5,848 pada taraf signifikansi 5% (Thitung> Ttabel) yaitu 5,848

> 1,980. Sedangkan koefisien korelasi sebesar 0,519 dan koefisien

determinasi sebesar 0,269. Dengan demikian dapat diartikan kinerja guru

SD se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman 26,9% ditentukan

oleh tipe kepemimpinan demokratis kepala sekolah. Selanjutnya 73,1%

sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam

penelitian ini.

e. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ayny Maharrayni

Fatmawati (2015) dengan judul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru di SMK N 4 Klaten”. Penelitian ini

berkesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berperan terhadap

kinerja guru di SMK N 4 Klaten. Hal ini ditinjau dari setiap kompetensi

kinerja guru, pada kompetensi pedagogik jumlah persentase yang

didapatkan sebesar 45,33% dan jumlah responden sebesar 34 orang.

Kompetensi kepribadian dengan jumlah persentase yang didapatkan

sebesar 42,67% dan jumlah responden sebanyak 32 orang. Berdasarkan

37
data tersebut ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan berperan terhadap

kompetensi pedagogik dan kepribadian.

3. Kerangka Pikir

Sistem pendidikan membutuhkan sumber daya yang bekualitas agar

mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Guru memegang peranan

penting dalam dunia pendidikan, karena guru adalah “lakon” di dalam kelas

yang langsung berinteraksi dengan siswa. Oleh karena itu guru dituntut

memiliki kinerja tinggi agar dapat “mengolah” siswa menjadi output yang

berkualitas.

Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan evaluasi

hasil pembelajaran. Namun di era sekarang ini, kemampuan tersebut tidaklah

cukup, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi untuk menunjang

tugas dan perannya.

Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor yaitu:

a. Kepribadian dan dedikasi,

b. Pengembangan profesi,

c. Kemampuan mengajar,

d. Hubungan dan komunikasi,

e. Hubungan dengan masyarakat,

f. Kedisiplinan,

g. Kesejahteraan,

h. Iklim kerja.

38
Peneliti mengambil salah satu dari faktor-faktor tersebut. kinerja guru

dipengaruhi oleh iklim kerja dimana kepala sekolah merupakan salah satu

komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.

Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004: 25).

Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya

tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang

semakin efektif dan efisien.

Salah satu upaya untuk menciptakan guru yang berkompeten adalah

melalui optimalisasi peran kepala sekolah (Sudrajat: 2010). Dalam perspektif

kebijakan Depdiknas terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu:

a. educator (pendidik),

b. manager,

c. administrator,

d. supervisor,

e. leader,

f. pencipta iklim kerja,

g. wirausahawan.

39
Kepemimpinan Kepala Sekolah Kinerja Guru

1. Educator (pendidik) 1. Kompetensi kepribadian


2. Manager 2. Kompetensi pedagogik
3. Administrator 3. Kompetensi profesional
4. Supervisor 4. Kompetensi sosial
5. Leader
6. Pencipta iklim kerja
7. Wirausahawan

Gambar 1 Kerangka Berpikir

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

(Suharsimi Arikunto, 2005: 67). Suatu hipotesis akan diterima apabila data

yang dikumpulkan mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Hipotesis

merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih

harus diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di

atas maka dapat diajukan suatu hipotesis dalam penelitian ini hipotesis tersebut

adalah: ”Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru”.

40
2. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data yang

diperoleh berupa angka-angka dan pengolahannya menggunakan metode

statistik yang digunakan lalu diinterpretasikan. Tujuan dipilihnya pendekatan

kuantitatif mengacu pada pendapat F.X. Sudarsono (1989:9) yaitu

menggambarkan suatu gejala secara kuantitatif dengan sajian skor rerata,

penyimpangan, grafik dan lainlain, serta membuat prediksi dan estimasi

berdasarkan hasil analisis dan model yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut penelitian ini bersifat ex-post facto karena hanya

mengungkapkan data peristiwa yang sudah berlangsung dan telah ada pada

responden tanpa memberikan perlakukan atau manipulasi terhadap variabel

yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007: 3) yang

menyatakan bahwa penelitian ex-post facto dilakukan untuk meneliti peristiwa

yang terjadi dan kemudian meruntut ke belakang melalui data tersebut untuk

menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Jenis

penelitian ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mengungkapkan

seberapa besar pengaruh variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah)

terhadap variabel terikat (kinerja guru)

2. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Negeri 1 Pengasih. Sekolah yang

berlokasi di jalan Kawijo No.11, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Studi ini akan dilakukan pada bulan Desember 2017.

41
3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru SMK N 1 Pengasih.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah guru ada 72, mengingat bahwa

penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku

yang ada dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang terdapat

dalam populasi, maka penentuan sampel dengan memberlakukan semua

populasi menjadi sampel adalah dengan metode sensus (Arikunto, 2006).

4. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional

a. Variabel Penelitian

Menurut Aswarni Sudjud (1989: 3) variabel penelitian merupakan

suatu konsep atau konstruksi logis yang mendeskripsikan sebuah ciri

khusus yang terdapat pada seluruh anggota tetapi ciri khusus ini

bervariasi. Selain itu Sutrisno Hadi (2004: 224) menyatakan variabel

penelitian juga dapat diartikan sebagai objek menjadi sasaran penelitian

yang menunjukkan variasi nilai baik dalam jenis maupun tingkatnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel penelitian adalah gejala yang dimiliki, ciri khusus dan bervariasi

yang menjadi objek penelitian dan dapat diobservasikan atau diukur.

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah

kepemimpinan kepala sekolah sedangkan kinerja guru sebagai variabel

terikat (Y).

42
b. Definisi Variabel Operasional

Untuk menghindari pengertian yang berbeda terhadap istilah yang

ada dalam judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan definisi

operasional pada masing-masing variabel baik variabel bebas maupun

variabel terikat.

1) Variabel 𝑿

Variabel 𝑋 dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala

sekolah yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut

Depdiknas dalam Sudrajat (2010):

1. Educator (pendidik)

2. Manager

3. Administrator

4. Supervisor

5. Leader

6. Pencipta iklim kerja

7. Wirausahawan

43
2) Variabel Y

Variabel Y atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel yang

bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel Y dalam penelitian ini adalah

kinerja guru. Kinerja guru yang diukur dengan indikator dibawah

ini menurut UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10:

a) Kompetensi profesional

b) Kompetensi kepribadian

c) Kompetensi pedagogik

d) Kompetensi sosial

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

studi dokumentasi dan angket. Angket disini sebagai teknik utama penelitian

dan teknik pendukung penelitian berupa studi dokumentasi. Metode

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang identitas guru dan

jumlah guru. Kemudian untuk metode angket yang digunakan adalah bentuk

angket (kuesioner) tertutup, kuesioner tertutup yaitu responden sudah diberi

jawaban alternatif. Responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan

dirinya. Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

semua variabel yang bersangkutan.

44
Alasan digunakan angket sebagai metode utama dalam penelitian ini

yaitu biaya relatif murah, waktu untuk mendapatkan data singkat, dan dapat

dilakukan terhadap subjek dengan jumlah besar. Seperti yang dikemukakan

oleh Sumadi Suryabrata (2003: 17-18) beberapa kelebihan dengan metode

angket yaitu biaya murah, waktu untuk mendapatkan data relatif singkat, tidak

dibutuhkan keahlian lapangan yang diselidiki, dan dilakukan sekaligus

terhadap subjek yang jumlahnya besar.

6. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006: 126). Sesuai

dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan studi dokumentasi.

Pedoman studi dokumentasi merupakan instrumen penelitian yang

mempelajari dokumen–dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian

yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi guna membantu

dalam proses analisa data. Pedoman dokumentasi ini dijadikan sebagai

data penunjang atau melengkapi data yang sudah diperoleh. Hal ini bisa

melihat atau mengetahui identitas guru dan jumlah guru di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih yang dijadikan sebagai

pedoman dalam mengukur pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Pengasih.

45
Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket

tertutup karena responden tinggal memilih jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Riduwan (2007:

27) yang menyatakan bahwa angket tertutup (angket terstruktur) adalah

angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik

dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checlist (√).

Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan telaah pustaka

untuk mendukung variabel yang diungkap. Dalam pengembangan

instrumen ini ditempuh langkah-langkah penyusunan instrumen

mengacu pada pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ibrahim

(2001: 98) sebagai berikut:

1) Analisis variabel penelitian dan membuat indikator variabel

berdasarkan teori atau konsep ilmiah.

2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel.

3) Menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen.

4) Melakukan uji coba instrumen kemudian menguji validitas dan

reliabilitasnya.

46
Berdasarkan teori yang telah disajikan dalam bab sebelumnya

maka dapat dikemukakan indikator-indikator dari variabel penelitian

sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Kepemimpinan Kepala Sekolah

No.
No Sub Variabel Indikator
Item

a) Kepala sekolah merupakan 1, 2

panutan/keteladanan

b) Kepala sekolah dapat dipercaya 3

c) Kepala sekolah mampu mengemban 4


Karisma
amanah
1. (Charisma)
d) Kepala sekolah dihormati oleh sesama 5–7
kepala sekolah
warga sekolah

e) Kepala sekolah mampu mengambil 8 – 10

keputusan yang terbaik untuk kepentingan

sekolah

a) Kepala sekolah mengawal ketercapaian


11, 12
visi organisasi yang jelas
Idealisme
b) Kepala sekolah mampu
(idealized 13
2. mengkomunikasikan visi organisasi yang
Influence)
jelas
kepala sekolah
c) Kepala sekolah mampu
14
mengkomunikasikan misi sekolah.

47
d) Kepala sekolah mampu

mengkomunikasikan tujuan sekolah. 15

a) Kepala sekolah selalu memberi motivasi 16, 17

b) Kepala sekolah memberikan dukungan 18, 19


Motivasi
terhadap gagasan guru
inspirasi
c) Kepala sekolah memberikan dorongan 20, 21
3. (inspirational
semangat
motivation)
d) Kepala sekolah memberikan inspirasi 22 – 24
Kepala sekolah
kepada guru, karyawan, dan siswa

a) Kepala sekolah memberikan hak yang 25

sama

b) Kepala sekolah menumbuhkan semangat 26


intelektual
inovasi
(intellectual
c) Kepala sekolah mendukung cara-cara kerja 27, 28
4. stimulation)
guru
kepala
d) Kepala sekolah melibatkan partisipasi guru 29, 30
sekolah
dalam menyelesaikan masalah

e) Kepala sekolah memiliki 31, 32,

kecerdasan/intelektual 33

Consideration/ 34 – 37
a) Kepala sekolah memberikan bimbingan
5. kepedulian
kepada guru, karyawan, dan siswa.
terhadap 38 – 40

48
individu guru b) Kepala sekolah memberikan nasehat

(individual kepada guru, karyawan, dan siswa

consideration)

kepala sekolah

Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Kinerja Guru

No.
No. Sub Variabel Indikator
Item

a) Perumusan tujuan pembelajaran 1, 2, 3

b) Pemilihan dan pengorganisasian bahan 4–8

Kinerja guru belajar/materi pelajaran

dalam c) Pemilihan media/alat pembelajaran 9 – 13


1.
Perencanaan d) Skenario atau kegiatan pembelajaran 14 – 18

Pembelajaran e) Pemilihan sumber belajar 19 – 21

f) Penilaian hasil belajar 22 – 25

a) Kemampuan membuka pelajaran 26 – 29

b) Penguasaan bahan belajar (materi pelajaran) 30 – 33

Kinerja guru c) Interaksi pembelajaran/skenario 34 – 41

dalam pembelajaran
2.
Pelaksanaan d) Sikap guru dalam proses pembelajaran 42 – 45

Pembelajaran e) Evaluasi pembelajaran 46 – 48

f) Kemampuan menutup kegiatan 49 – 52

pembelajaran

49
a) Memberikan test atau ulangan akhir pokok 53
Kinerja guru
bahasan
dalam
3. b) Memberikan penilaian hasil belajar 54
Pelaksanaan
c) Memeriksa hasil tugas atau test siswa 55
Penilaian
d) Daftar hasil pelaksanaan penilaian 56

Kinerja guru a) Mengolah dan menginformasikan hasil 57, 58

dalam Tindak penilaian


4.
lanjut hasil b) Melaksanakan program perbaikan 59

penilaian c) Melaksanakan program pengayaan 60

Berdasarkan tabel kisi-kisi tersebut kemudian disusun butir-butir

instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data untuk

penelitian ini dalam bentuk angket dengan pengukuran jenis data

berskala interval yaitu skala yang menunjukkan jarak yang sama antara

satu data dengan data yang lain. Butirbutir instrumen ini bersifat non-test

dan dirancang menurut skala likert dengan alternatif jawaban diberi skor

1, 2, 3, dan 4. Analisis akan dilakukan secara kuantitatif.

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam hal ini

kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru, disusun dalam bentuk

skala likert dengan empat pilihan alternatif yakni:

 Skor 4 = Sangat Sesuai (SS)

 Skor 3 = Sesuai (S)

 Skor 2 = Tidak Sesuai (TS)

 Skor 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS)

50
b. Analisis Uji Kualitas Instrumen

1) Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat

kevalidan suatu instrumen (Suharsimi, 2006: 168). Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Cara mengukur validitas

pada penelitian ini adalah dengan membandingkan antara kriteria

yang ada pada instrumen dengan indikator masing-masing

variabel. Cara menghitung validitas intrumen dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir pertanyaan

dengan skor total variabel dengan menggunakan alat bantu SPSS

19.

Kemudian membandingkan nilai Correlated Item – Total

Correlation pada tampilan output Cronbach Alpha dengan nilai r

tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka

butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali,

2011:53).

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen sudah baik (Suharsimi 2006:

86). Ghozali (2011: 47) menyatakan bahwa suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

51
Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan alat

bantu SPSS 19. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur

reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Nunnally dalam

Ghozali (2011: 48) menyatakan bahwa suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70.

7. Analisis Data

a. Metode Analisis Data

Metode analisis data digunakan untuk mengetahui bagaimana

hubungan atau pegaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMK Negeri 1 Pengasih.

1) Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 208). Perhitungan yang

digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari

masing-masing pertanyaan:
𝑛
Persentase skor (%) = 𝑁 × 100%

n = jumlah skor jawaban responden

N = jumlah skor jawaban ideal

52
a) Menentukan angka persentase tertinggi

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

5
× 100% = 100%
5

b) Menentukan angka persentase terendah

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
1
× 100% = 20%
5

c) Rentang persentase = 100% -20% = 80%

d) Interval kelas persentase = 80% : 5 = 16%

Skor yang diperoleh dalam bentuk persentase dengan analisis

deskriptif persentase kemudian dikonsultasikan dalam bentuk tabel

kriteria.

Tabel 3

Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

No. Interval Persentase Skor Kriteria

1. 85 < %skor ≤ 100 Sangat Tinggi

2. 69 < %skor ≤ 84 Tinggi

3. 53 < %skor ≤ 68 Cukup

4. 37 < %skor ≤ 52 Rendah

5. 21 < %skor ≤ 36 Sangat Rendah

53
2) Statistik Inferensial

a) Uji Asumsi klasik

(1) Uji multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara

variabel-variabel independen yang diikutsertakan

dalam pembentukan model.

(2) Uji heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji

apakah dalam model regresi liner kesalahan

pengganggu (e) mempunyai varians yang sama atau

tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari

nilai signifikan korelasi Rank Spearman antara masing-

masing variabel independen dengan residualnya. Jika

nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak

terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih

kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas.

(3) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal karena dalam uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal (Ghozali, 2011:160).

54
Jadi, dalam uji normalitas akan diketahui apakah

data berdisribusi normal atau tidak. Dalam penelitian

ini digunakan bantuan alat uji dengan bantuan software

SPSS 19 dengan menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05.

Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka data

berdistribusi normal dan sebaliknya jika lebih kecil

dari α (5%) data tidak berdistribusi normal.

b) Analisis regresi berganda

(1) Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa

jauh kemampuan model regresi dalam menjelaskan

variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka

semakin besar pula kemampuan variabel dependen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R2

yang digunakan adalah Adjusted R2.

(2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F menunjukkan semua variabel independen

atau bebas yang dimaksukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2011: 98)

55
Variabel independen dinyatakan berpengaruh

terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat diketahui juga

dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.

Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka

variabel dependen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen.

(3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2011:98)

Variabel independen dinyatakan berpengaruh

terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat diketahui juga

dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.

Apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel, maka variabel

independen mempengaruhi variabel dependen.

56
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Adlan. 2014. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa

Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arimbi, Nurma, M. V, . 2011. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di

Temanggung”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Fatmawati, Maharrayni, A,. 2015. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru di SMK N 4 Klaten”. Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

F.X. Sudarsono. (1989). Beberapa dalam penelitian. Yogyakarta: Gadjahmada

Press.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi research. Jilid 1, cetakan ke-IV. Yogyakarta:

Yayasan Penerbitan, Fakultas Psikologi UGM.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

57
Muhlisin. 2008. Profesionalisme Kinerja Guru Masa Depan. Diakses pada tanggal

07 Juni 2017, pukul 20.14 WIB melalui: https://muhlis.files.wordpress.

com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc.

Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Mensukseskan

MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Pawikan, Nawang, S. A, . 2011. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama se Kecamatan

Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Pendidikan UNY.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Tentang Kepala Sekolah/Madrasah.

Pratiwi, Citra. 2014. “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru SD se-Kecamatan Cangkringan kabupaten

Sleman”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Purwanto, Ngalim. (2005). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2007). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung:

Alfabeta.

58
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan penilaian pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjud, Aswarni. (1989). Metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta : AP FIP

IKIP Yogyakarta.

Sudrajat, Akhmat. 2010. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. Jurnal

Equilibrium Vol 3. 5-8.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta.

Suryasubrata, Sumadi. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta: Garafindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan

Dosen.

Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

59
L
A
M
P
I
R
A
N
60
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK) NEGERI 1 PENGASIH

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Guru SMK Negeri 1 Pengasih
Di Pengasih.
Dengan hormat,
Untuk mendapatkan data bagi penelitian kami, kami mohon kesedian
Bapak/Ibu guru mengisi angket penelitian ini dalam rangka kami menyelesaikan
tugas akhir pada program Pendidikan Administrasi Perkantoran guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Angket ini semata-mata
digunakan untuk kepentingan ilmiah, tidak ada sangkut pautnya dengan politik
maupun posisi dan kondisi Bapak/Ibu dalam pekerjaan. Jawaban yang Bapak/Ibu
berikan tidak akan ada nilai benar atau salah, oleh karena itu kami mohon untuk
dapat memberikan jawaban yang sejujurnya dan sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini merupakan sumbangan
yang sangat berguna bagi peneliti, peneliti lain, akademisi, serta bagi Dinas
Pendidikan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolun Progo sendiri.
Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya.
Pengasih, ..................... 2017
Hormat saya,

Dian Purnomo
NIM. 14802241035

61
A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sebelum Bapak/ Ibu mengisi
pertanyaan-pertanyaan berikut.
2. Tulislah identitas Bapak/Ibu jika tidak keberatan pada tempat yang sudah
di sediakan.
3. Jawablah pertanyaan yang ada dengan memberikan tanda check list (√)
pada tempat yang telah disediakan.
4. Terdapat emapat alternalif jawaban dengan angka 1, 2, 3, dan 4 yang
dapat Bapak/Ibu pilih yaitu:
Skor 4 = Sangat Sesuai (SS)
Skor 3 = Sesuai (S)
Skor 2 = Tidak Sesuai (TS)
Skor 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS)
5. Jawaban yang diberikan hendaknya sesuai dengan peandapat Bapak/Ibu
dan keadaan yang sebenarnya.
6. Kepemimpinan yang dimaksud dalam angket ini adalah atasan langsung
Bapak/Ibu.
7. Sebelum angket ini dikumpulkan, Mohon diperiksa kembali apakah
sudah dijawab seluruhnya.
8. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang
terlewatkan.
9. Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan skripsi. Identitas dari
Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil
penilaian ini tidak ada pengaruhnya dengan hubungan kerja selanjutnya.
Ini semata-mata hanya untuk memberikan kontribusi dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA

62
B. BIODATA RESPONDEN

Nama Responden : ..........................................................................

NIP : ..........................................................................

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)

Umur : ............................................................. Tahun

Pangkat/Golongan : .........................................................................

Masa Kerja : ............................................................. Tahun

Pendidikan Terakhir : SPG/DII/DIII/DIV/SI/SII/SIII *)

Mata Pelajaran yang diampu : ...........................................................................

Asal Prodi : ...........................................................................

*) coret yang tidak perlu

C. ANGKET

1. Instrumen Pengumpulan data Kepemimpinan Kepala Sekolah

Jawaban

No. Pertanyaan Alternatif

4 3 2 1

Kharisma

Bapak/Ibu menjadikan Kepala sekolah sebagai


1.
panutan/keteladanan bagi seluruh warga sekolah.

Bapak/Ibu menjadikan kepala sekolah sebagai cerminan perilaku


2.
tauladan bagi guru dan karyawan di sekolah.

63
Bapak/Ibu memberikan kepercayaan kepada kepala sekolah
3.
terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala sekolah.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh kepala sekolah dapat


4.
dipertanggungjawabkan.

Pimpinan dalam keseharian mampu menciptakan hubungan baik

5. dengan pimpinan yang lain sehingga menimbulkan

keharmonisan dalam bekerja

Pimpinan dalam keseharian mampu menciptakan hubungan baik

6. dengan bawahan sehingga menimbulkan keharmonisan dalam

bekerja

Sesama guru dan karyawan (bawahan) dalam keseharian

7. mampu menciptakan hubungan baik sehingga menimbulkan

keharmonisan dalam bekerja

Setiap keputusan yang diambil oleh kepala sekolah merupakan


8.
hasil pemikiran yang matang.

Kepala sekolah mampu menganalisis faktor-faktor kekuatan,


9.
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sekolah.

Kepala sekolah memiliki ketegasan sikap dalam memecahkan


10.
masalah dan mengambil keputusan.

Pengaruh Idealisme

Kepala sekolah mengajak guru untuk memiliki visi yang sama


11.
dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kepala sekolah dapat menentukan langkah-langkah strategis


12.
untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.

64
Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan visi sekolah
13.
kepada guru dan warga sekolah lainnya.

Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan misi yang sama

14. dalam mencapai visi sekolah kepada guru dan warga sekolah

lainnya.

Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan tujuan sekolah


15.
kepada guru dan warga sekolah lainnya.

Motivasi yang inspiratif bagi guru

Bapak/Ibu mendapatkan motivasi dari kepala sekolah untuk


16.
untuk meningkatkan kualitas kerjanya.

Bapak/Ibu mendapatkan motivasi dari kepalas ekolah dalam


17.
meningkatkan kreatifitas guru dalam pendidikan.

Bapak/Ibu mendapatkan kesempatan dari kepala sekolah dalam


18.
mengajukan gagasan-gagasan baru.

Bapak/Ibu mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah atas


19.
gagasan-gagasan yang cemerlang.

Bapak/Ibu mendapatkan semangat dari kepala sekolah dalam


20.
membangun team work yang kompak dan berdedikasi tinggi.

Bapak/Ibu dan seluruh personil sekolah mendapatkan


21.
bimbingan dan arahan secar baik dari kepala sekolah.

Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada Bapak/Ibu dalam


22.
disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah.

65
Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada Karyawan dalam
23.
disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah

Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada siswa dalam


24.
disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah.

Rangsangan intelektual kepada guru

Kepala sekolah memberikan hak yang sama antar guru dan

25. karyawan untuk mengemukakan pemikiran-pemikiran yang

membangun.

Kepala sekolah menyampaikan berbagai inovasi dan kebijakan

baru dalam pendidikan kepada seluruh warga sekolah, misalnya


26.
tentang life skill, Manajemen Pendidikan Mutu Bersasis

Sekolah, dan sebagainya.

Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada setiap guru

27. yang memiliki kreativitas dalam meningkatkan kualitas

instruksional.

Kepala sekolah memiliki keberanian untuk melakukan

28. perubahan-perubahan dalam organisasi menuju ke arah yang

lebih baik.

Kepala sekolah memacu guru untuk memberikan gagasan


29.
gagasan inovatif untuk kemajuan sekolah.

Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk

30. mengerjakan tugas sesuai kemauan tanpa paksaan, namun sesuai

peraturan yang berlaku di sekolah.

66
Kepala sekolah memberikan apersepsi kepada guru yang bekerja
31.
dengan kreativitas yang tinggi.

Kepala sekolah mengajak guru untuk membahas setiap


32.
permasalahan yang muncul.

Kepala sekolah memiliki kemampuan dalam mengambil


33.
keputusan dengan cepat, tegas dan tepat sasaran.

Kepedulian terhadap individu guru

Kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru yang


34.
belum memahami tugas.

Kepala sekolah memberikan petunjuk teknis terhadap masalah


35.
masalah di lapangan.

Kepala sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru secara

36. baik, dan memberikan nasehat bagi guru yang melanggar untuk

memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.

Kepala sekolah memberikan penghargaan yang layak kepada


37.
guru yang berprestasi.

Kepala sekolah memberikan nasehat bagi guru yang melanggar


38.
aturan.

Kepala sekolah mendorong pengembangan karir para guru


39.
melalui pelatihan-pelatihan atau diklat.

Kepala sekolah mendorong pengembangan karir melalui studi


40.
lanjut kepada guru.

Jumlah Nilai

67
2. Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Guru

Jawaban

No. Pertanyaan alternative

4 3 2 1

Perencanaan Pembelajaran

1. a. Perumusan tujuan pembelajaran.

1) Tujuan pembelajaran yang Bapak/Ibu rumuskan mampu

menjelaskan tujuan pembelajaran yang sebenarnya.

2) Cakupan rumusan yang Bapak/Ibu lengkapi di dasarkan

pada tujuan pembelajaran.

3) Tujuan pembelajaran yang Bapak/Ibu rumuskan

disesuaikan dengan kompetensi dasar.

b. Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar

4) Materi pelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran.

5) Penyusunan bahan belajar yang Bapak/Ibu

organisasikan, disusun secara sistematis.

6) Materi ajar yang Bapak/Ibu pilih dan diorganisasikan

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

7) Bahan belajar yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan

dengan kurikulum yang berlaku.

8) Materi ajar yang Bapak/Ibu organisasikan disesuaikan

dengan alokasi waktu pembelajaran.

68
c. Pemilihan media/ alat pembelajaran.

9) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

10) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih

disesuaikan dengan materi pembelajaran.

11) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

12) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih

disesuaikan dengan kemampuan guru yang dimiliki.

13) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelas.

d. Skenario/kegiatan pembelajaran.

14) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu

gunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

15) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu

gunakan disesuaikan dengan materi pembelajaran.

16) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu

gunakan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

17) Langkah-langkah proses pembelajaran yang Bapak/Ibu

tentukan berdasarkan metode pembelajaran yang

digunakan.

18) Penataan alokasi waktu proses pembelajaran yang

Bapak/Ibu susun disesuaikan dengan proporsi yang

telah ditentukan.

69
e. Pemilihan sumber belajar.

19) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

20) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan

disesuaikan dengan materi pembelajaran.

21) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

f. Penilaian hasil belajar.

22) Teknik penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

23) Teknik penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan

disesuaikan dengan materi pembelajaran

24) Prosedur penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu

gunakan mampu menjelaskan penilaian hasil belajar

yang sebenarnya.

25) Instrumen penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu

gunakan memiliki kelengkapan kriteria penilaian hasil

belajar.

Pelaksanaan Pembelajaran

2. a. Kemampuan membuka pelajaran

26) Ruang, alat dan media pembelajaran yang Bapak/Ibu

siapkan dalam proses Kegiatan belajar mengajar (KBM)

mampu mengawali pelaksanaan pembelajaran.

70
27) Bapak/Ibu mampu memberikan motivasi awal tentang

materi yang akan diajarkan kepada peserta didik/siswa.

28) Bapak/Ibu mampu memberikan apersepsi (kaitan materi

sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan)

kepada peserta didik/siswa.

29) Bapak/Ibu menyampaikan kompetensi dasar atau tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai kepada peserta

didik/siswa.

b. Penguasaan materi pelajaran (bahan belajar)

30) Bapak/Ibu mampu menguasai materi pembelajaran

(memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan

bahan belajar) dalam pelaksanaan pembelajaran.

31) Bahan belajar yang Bapak/Ibu jelaskan memiliki

kejelasan sesuai materi pelajaran.

32) Kejelasan dalam memberikan contoh yang Bapak/Ibu

berikan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin

dicapai.

33) Bapak/Ibu dalam menyampaikan materi pembelajaran

dilakukan secara sistematis.

c. Interaksi pembelajaran/skenario pembelajaran.

34) Bapak/Ibu dalam menyajikan bahan belajar sesuai

dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP.

71
35) Bapak/Ibu mampu mengelola kelas dan menguasai

kelas dengan baik, sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan tertib.

36) Bapak/Ibu mampu menggunakan teknik tanya jawab

dalam meningkatkan partisipasi siswa dikelas.

37) Bapak/Ibu mampu membagi waktu dengan tepat,

sehingga proses pembelajaran berlangsung sesuai

dengan waktu yang direncanakan

38) Bapak/Ibu menggunakan variasi berbagai metode

pembelajaran dalam mengajar, sehingga pembelajaran

tidak monoton yang disesuaikan dengan materi atau

kompetensi dasar.

39) Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang

disesuaikan dengan materi atau kompetensi dasar.

40) Bapak/Ibu memiliki keterampilan dalam pemanfaatan

atau penggunaan media pembelajaran.

41) Bapak/Ibu membantu meningkatkan perhatian siswa

dalam kegiatan pembelajaran dengan pemanfaatan

sumber belajar.

d. Sikap guru dalam proses pembelajaran.

42) Bapak/Ibu memiliki kejelasan dalam artikulasi suara,

kelancaran berbicara dan variasi intonasi dalam proses

pembelajaran.

72
43) Bapak/Ibu mampu meningkatkan efektifitas variasi

gerakan badan dalam proses pembelajaran.

44) Bapak/Ibu memiliki ketepatan dalam penggunaan

bahasa dan isyarat dalam proses pembelajaran.

45) Bapak/Ibu mampu memanfaatkan ecukupan dan

proporsi alokasi waktu yang tersedia.

e. Evaluasi pembelajaran.

46) Bapak/Ibu dalam mengevaluasi pembelajaran

menggunakan penilaian relevan dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

47) Bapak/Ibu menggunakan bentuk dan jenis penilaian

yang telah ditentukan.

48) Bapak/Ibu dalam memberikan penilaian disesuaikan

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

f. Kemampuan menutup pembelajaran.

49) Bapak/Ibu mampu membuat kesimpulan kegiatan

pembelajaran.

50) Bapak/Ibu mampu mengulang secara ringkas atau

meninjau kembali materi yang telah diberikan.

51) Bapak/Ibu menginformasikan materi yang akan

dipelajari pada pertemuan berikutnya.

52) Bapak/Ibu memberikan tugas atau pekerjaan rumah

kepada para siswa.

Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar

73
Bapak/Ibu memberikan test setelah mengakhiri satu kompetensi
53.
dasar atau satu standar kompetensi.

Bapak/Ibu melakukan penilaian selama proses pembelajaran di


54.
kelas.

Bapak/Ibu memeriksa hasil test siswa atau memberi skor test


55.
hasil belajar siswa secara objektif.

Bapak/Ibu memiliki daftar hasil penilaian berdasarkan tugas


56.
tugas dan tes yang diberikan.

Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil penilaian

Bapak/Ibu mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian


57.
pembelajaran siswa.

Bapak/Ibu menginformasikan hasil penilaian pembelajaran


58.
kepada siswa.

Bapak/Ibu mengadakan perbaikan kepada siswa yang hasil


59.
evaluasinya di bawah rata-rata.

Bapak/Ibu mengadakan pengayaan kepada siswa yang hasil


60.
evaluasinya di atas rata-rata.

Jumlah Nilai

74

Anda mungkin juga menyukai