Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM MENINGKATKAN BADAN USAHA MILIK

DESA( BUMDES ) DI KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

ASRUDI
14111004

Proposal

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

2017
DAFTAR ISI Halaman
COVER
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang Penelitian ........................................................................................ 4
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................................. 10
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................. 11
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 11
1.5 Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sumber Daya Manusia .......................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia .............................................................. 13
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ......................................... 13
2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ................................................ 15
2.1.4 Pengembangan Sumber Daya Manusia (People Development) ................. 18
2.2 Pemerintahan Desa………………………………………………………….…...24

2.3 Badan Usaha Milik Desa ....................................................................................... 25


2.3.1 Definisi Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) ............................................ 25
2.3.2 Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes) ................................ 26
2.3.3 Tujuan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) ........................................... 27
2.3.3 Prinsip Pengembangan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) ................. 28
2.4 Kerangka Pemikiran ( roadmap )......................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 37


3.2 Fokus Penelitian................................................................................................... 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 38
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................................ 39

2
3.5 Subyek Penelitian ................................................................................................. 42
3.6 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 42
3.7 Teknik Keabsahan Data ....................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 45

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Penelitian

Kehadiran Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmgirasi

( PDT ) mempunyai mandat untuk menjalankan NAWACITA Jokowi,JK,Khususnya

NAWACITA ketiga yaitu “ membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat

daerah di desa”.Pemerintahan Jokowi-JK berkomitmen mengawal implementasi UU

Desa secara sis-tematis, konsisten dan berkelanjutan, untuk mencapai Desa yang

maju, kuat, mandiri dan demokratis. UU N0 6 tahun 2014 tentang desa merupakan

sebuah instrumen kebijakan formal pembangunan bangsa yang meletakan desa

sebagai sebuah komunitas masyarakat indonesia yang mesti diberdayakan guna

mencapai kemandirian dan kesejateraan masyarakat.dengan demikian UU tersebut

merupakan sebuah ruang kebijakan yang memberikan otoritas kepada desa untuk

mengeksplorasi potensi lokalnya untuk pembangunan masyarakat baik secara pribadi

maupun kolektif.

Bertitik tolak pada pembangunan tersebut, maka pemerintah dan rakyat Indonesia

mempunyai kewajiban untuk menggali, mengolah dan membina potensi yang ada

tersebut guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Undang

Undang Dasar 1945.

4
Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis bagi bangsa Indonesia yang memang

sebagian besar penduduknya hidup di daerah pedesaan dari keseluruhan penduduk di

Indonesia. Sehingga titik sentral pembangunan adalah daerah pedesaan. Arti penting

pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan menempatkan desa sebagai sasaran

pembangunan, usaha untuk mengurangi berbagai kesenjangan pendapatan,

kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota akan dapat diminimalisir.

Desa sebagai bagian wilayah dari sebuah kabupaten, memiliki otonomi asli.

Walaupun dalam batasan otonomi asli, desa dapat membangun kemampuan sumber

daya ekonomi dan keuangannya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan mengelola sumber daya

lokal berupa sumber daya manusia (penduduk), sumber daya modal (uang), sumber

daya alam (tanah, air, hutan), dan sumber daya sosial.

Pemerintahan desa dilaksanakan oleh kepala desa sebagai Badan Eksekutif dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai Badan Legislatif. Pemerintahan desa

inilah yang selanjutnya mengayomi masyarakat serta mengurus kepentingan desa

dalam bidang pemerintahan, dan pembangunan. Walaupun seyogyanya desa memiliki

Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten, namun diperlukan juga suatu badan yang mengurus

kekayaan asli desa demi terjadinya keseimbangan dana pembangunan.

Untuk itulah perlu suatu lembaga yang dapat mengelola potensi desa dengan

maksimal maka didirikanlah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang seluruh

5
modalnya berasal dari kekayaan desa seperti industri berbasis masyarakat, pertanian,

pertambangan, perkebunan, perdagangan, pariwisata, dan lain-lain.

Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi berkomitmen mewujudkan harapan UU

Desa dan NAWACITA. Dalam konteks demikian, pendirian BUM Desa diposisikan

sebagai salah satu kebijakan untuk mewujudkan Nawa Cita Pertama,Ketiga, Kelima

dan Ketujuh.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh

masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan

dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes sebagai salah satu

lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan harus memiliki perbedaan dengan

lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja

BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan

kesejahteraan warga desa. Disamping itu, agar tidak berkembang sistem usaha

kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai

kehidupan bermasyarakat.

Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang

mengiringi pendirian BUM Desa. Tradisi Berdesa paralel dengan kekayaan modal

sosial danmodal politik serta berpengaruh terhadap daya tahan dan keberlanjutan

BUM Desa.

6
Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen merupakan modal sosial (social

capital) yang diharapkan mampu menjembatani upaya penguatan ekonomi di

pedesaan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya integrasi sistem dan struktur

pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga. Pada saat ini pengaturan

mengenai BUMDes diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pasal 72 ayat (1) huruf a yang menyatakan pendapatan asli desa terdiri atas hasil

usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi,gotong royong, dan lain-lain pendapatan

asli desa. Berdasarakan penjelasan dari Pasal 72 ayat (1) huruf a yang dimaksud

dengan pendapatan asli desa adalah pendapatan yang berasal dari kewenangan desa

berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan skala desa. Kemudian maksud dari hasil

usaha adalah termasuk hasil dari BUMDes. Selanjutnya BUMDes diatur dalam Pasal

87 yang menyatakan desa dapat mendirikan BUMDes yang dikelola dengan semangat

kekeluargaan dan kegotong-royongan. BUMDes dapat menjalankan usaha di bidang

ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes diatur dalam Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan,

Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. BUMDes pada dasarnya merupakan

bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa dan

merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis

potensi, yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa

7
melalui pengembangan usaha ekonomi mereka, serta memberikan sumbangan bagi

pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara optimal. Tujuan pendirian

BUMDes antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa.

BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang

berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan

demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk

ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumber daya yang dimiliki masing-

masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan

Daerah (Perda).

Upaya dalam mendorong pendirian BUMDes juga dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Tanggamus. Bambang Kurniawan selaku Bupati Kabupaten Tanggamus

yang mengharuskan setiap desa atau pada wilayah Kabupaten Tanggamus

penyebutannya menggunakan pekon, untuk memiliki BUMDes. Pendirian BUMDes

disadari oleh Bupati Tanggamus sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian warga

di dalam pekon dan mendorong kemajuan pekon. Keharusan tersebut dilakukan

karena melihat masih minimnya pembentukan BUMDes di Kabupaten

Tanggamus."Saya minta kakon (kepala pekon) bantu pengembangan perekonomian,

Nanti, kami akan buatkan juknisnya, tinggal sesuaikan potensi yang ada di pekon

masing-masing," ujar Bambang, Rabu (14/9/2014).

8
( Sumber : http://lampung.tribunnews.com/2016/09/14/bambang-wajibkan-setiap-

pekon-miliki-bumdes Diakses Pada 4 september 2017 Pukul 17:35 WIB )

Kabupaten tanggamus adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi

Lampung, Secara geografis Kabupaten tanggamus terletak pada posisi 104°18’ –

105°12’ Bujur Timur dan 5°05’ – 5°56’ Lintang Selatan. Luas wilayah 3.356,61 km2

yang meliputi wilayah daratan maupun perairan. Satu dari dua teluk besar yang ada di

Propinsi Lampung terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu teluk Semaka dengan

panjang daerah pantai 200 km dan sebagai tempat bermuaranya 2 (dua) sungai besar

yaitu Way Sekampung dan Way Semaka. Berdasarkan data statistik pada tahun 2015

kabupaten tanggamus terdiri dari 20 kecamatan dan 299 desa/pekon, Pemerintah

Kabupaten Tanggamus menginginkan adanya pengelolaan dan Pembentukan

BUMDes Di setiap kecamatan dan pekon, Namun pada kenyataannya belum bisa

sesuai dengan apa yang diharapkan, Hal ini dikarenakan sosialisasi dan pelatihan

pengelolaan BUMDes di Kabupaten Tanggamus belum cukup merata, meski sudah

terdapat beberapa BUMDes di pekon tiap kecamatan,namun tidak semua berjalan dan

berkembang seperti BUMDes mandiri bersatu di pekon gisting bawah kecamatan

gisting. Oleh sebab itu diperlukan aparat desa ( Sumber daya Manusia ) yang benar-

benar mampu dan dapat bekerjasama dalam pelaksanaan tugas pengelolaan BUMDes.

Berangkat dari permasalahan tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara,

kemampuan Sumber Daya Manusia di beberapa Kecamatan di kabupaten Tanggamus

dalam pelaksanaan tugasnya dalam pengelolaan dan pengembangan BUMDes masih

9
kurang optimal terutama dalam pengembangan Sumber daya manusianya. Dengan

mengelola sumber daya yang dimaksud, selain diperuntukkan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan yang terpenting adalah untuk meningkatkan Badan

usaha milik desa ( BUMDes ) yang nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli

Desa. Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang BUMDes

dengan mengambil Judul Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam

meningkatkan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes) di Kapubaten Tanggamus.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah yang telah penulis jabarkan, maka dapat di

identifikasi permasalahan sebagai berikut ;

1. Tidak semua pekon tiap kecamatan di Kabupaten Tanggamus memiliki Badan

usaha Milik Desa ( BUMDes )

2. kemampuan Sumber Daya Manusia ( SDM ) beberapa Kecamatan di

kabupaten Tanggamus dalam pelaksanaan tugasnya terutama pengelolaan dan

pengembangan BUMDes masih kurang optimal .

3. masih kurangnya sosialisasi dan pelatihan pengembangan Sumber daya

manusia dalam mengelola BUMDes dikabupaten tanggamus.

10
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut , maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah ;

1. Bagaimanakah pendidikan dan pelatihan Sumber Daya manusia dalam

meningkatkan BUMDes di kabupaten tanggamus?

2. Faktor – faktor apa saja yang menghambat pengembngan SDM dalam

meningkatkan BUMDes Di Kabupaten Tanggamus?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan

mendeskripsikanpendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia ( SDM ) dalam

meningkatkan Badan Usaha Milik desa BUMDes di Kabupaten Tanggamus.

1.5 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan diatas maka, diharapakan penelitian ini

mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu administrasi Publik dan

dapat menjadi referensi bagi penelitian akademisi dan mahasiswa lainnya

11
yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan tata kelola dan

pengembangan Sumberdaya Manusia badan usaha publik.

2. Secara praktis

a. Untuk BUMDes di kabupaten Tanggamus penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan terutama mengenai Pengembangan Sumber

Daya manusia dalam peningkatan BUMDes.

b. Penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan bagi

Pemerintah Desa untuk membentuk BUMDes sebagai sarana memajukan

desa.

c. Bagi Universitas Bandar lampung ( UBL ) penelitian ini diharapkan dapat

menambah koleksi pustaka dan bahan bacaan bagi mahasiswa program

Studi Administrasi Publik pada khususnya dan mahasiswa UBL pada

umunya.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia

Pada dasarnya yang dimaksud sumber daya manusia adalah setiap orang pada

satu oraganisasi ( O’reilly, 2004 ). Dalam suatu organisasi , sumber daya manusia

merupakan salah satu sumber daya yang meliputi semua orang yang melakukan

aktivitas ( MCKenna & Beech, 2000 ). Secara umum , sumber daya yang

terdapat dalam suatu organisasi bisa dikelompokan atas dua macam yaitu (1)

Sumber daya manusia dan sumber daya non manusia ( Gomes, 2003 ). Dengan

kata lain sumber daya manusia adalah setiap individu yang bekerja di setiap

organisasi yang dikelola untuk mencapai tujuan organisasi ( Rowley, 2003 ).

2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber daya manusia ( MSDM ) merupakan salah satu bidang dari

manajemen umum yang meliputi segi-segi POAC. Manajemen sumber daya

manusia merupakan system yang terdiri banyak akativitas interdependen ( saking

terkait satu sama lain ). Aktivitas ini tidak berlangsung menurut isolasi, yang

jelas setiap aktivitas merupakan SDM lain. Misalnya keputusan buruk

menyangkut kebutuha Staffing bisa menyebabkan persoalan ketenaga kerjaan,

13
penempatan, kepatuhan sosial dan lain-lain. Bila aktivitas SDM dilibatkan secara

keseluruhan, maka aktivitas tersebut membantu system manajemen SDM

perusahaan. Perusahaan dan orang merupakan sistem terbuka karena mereka

dipengaruhi oleh lingkungannya. Manajemen sumber daya manusia juga

merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh lingkungan luar.

Menurut Rachmawati ( 2008 : 3 ), Manajemen Sumber daya manusia adalah

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

kegiatan, pengembangan, pemberian konpensasi, pengintegrasian agar tercapai

tujuan individu, masyarakat dan organisasi.

Menurut hasibuan ( 2006 :111 ), manajemen sumber daya manusia merupakan

penyiapan pelaksanaan suatu rencana yang terkoordinasi untuk menjamin bahwa

Sumber daya manusia yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaaik-baiknya

untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen sumber daya manusia adalah

utilisasi dari individu-individu untuk mencapai tujuan dari organisasi ( Mondy ,

2010, p4 ). Menurut Mathis dan Jackson ( 2006, p3 ). Manajemen sumber daya

manusia –SDM ( Human resource – HR management ) adalah rancangan system-

sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan kegunaan bakat

manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional.

Sedangkan menurut Rue dan Byars ( 2006, p4 ). Manajememen Sumber Daya

Manusia adalah aktivitas-aktivitas yang didesain untuk menyediakan dan

mengkoordinasikan sumber daya manusia dalam suatu organisasi. ( wahyudi,

2002 ). Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni atau proses

14
memproleh , memajukan, meningkatkan atau mengembangkan tenaga kerja yang

kompeten sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efisien. Jadi

dapat disimpulkan bahwa Manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan

potensi di dalam suatu organisasi secara optimal yang bertujuan untuk dapat

mencapai tujuan organisasi tersebut.

2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Adapun fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Cherrington

(dalam Yakub, 2012: 10) yaitu:

a. Staffing/Employment Fungsi ini terdiri dari tiga aktivitas penting, yaitu

perencanaan, penarikan dan seleksi sumber daya manusia. Sebenarnya para

manajer bertanggung jawab untuk mengantisipasi kebutuhan sumber daya

manusia. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, para manajer

menjadi lebih tergantung pada departemen sumber daya manusia untuk

mengumpulkan informasi mengenai komposisi dan keterampilantenaga kerja

saat ini.

b. Performance Evaluation

Para manajer menanggung tanggung jawab utama untuk mengevaluasi

bawahannya dan departemen sumber daya manusia bertanggung jawab

untuk mengembangkan bentuk penilaian kinerja tersebut dilakukan oleh

seluruh bagian perusahaan.

15
c. Compensation

Dalam hal kompensasi/reward dibutuhkan suatu koordinasi yang baik

antara departemen sumber daya manusia dengan para manajer. Para

manajer bertanggungjawab dalam hal kenaikan gaji, sedangkan

departemen sumber daya manusia bertanggungjawab untuk

mengembangkan struktur gaji yang baik. Sistem kompensasi yang

memerlukan keseimbangan antara pembayaran dan manfaat yang

diberikan kepada tenaga kerja. Pembayaran meliputi gaji, bonus, insentif

dan pembagian keuntungan yang diterima oleh karyawan. Manfaat

meliputi asuransi kesehatan, asuransi jiwa, cuti dan

sebagainya.Departemen sumber daya manusia bertanggungjawab untuk

memastikan bahwa kompensasi yang diberikan bersifat kompetitif

diantara perusahaan yang sejenis, adil sesuai dengan hukum yang berlaku

(misalnya: UMR) dan memberikan motivasi.

d. Training and Development

Departemen sumber daya manusia bertanggungjawab untuk membantu

para manajer menjadi pelatih dan penasehat yang baik bagi bawahannya,

menciptakan program pelatihan dan pengembangan yang efektif, baik

bagi karyawan baru (orientasi), maupun yang sudah ada (pengembangan

keterampilan), terlibat dalam program pelatihan dan pengembangan

tersebut; memperkirakan kebutuhan perusahaan akan program pelatihan

16
dan pengembangan serta mengevaluasi efektifitas program pelatihan dan

pengembangan.

e. Employe Relations

Dalam perusahaan / organisasi yang memiliki serikat pekerja,

departemen sumber daya manusia berperan aktif dalam melakukan

negosiasi dan mengurus masalah persetujuan dengan pihak serikat

pekerja.

f. Safety and Health

Setiap perusahaan wajib untuk memiliki dan melaksanakan program

keselamatan untuk mengurangi kejadian yang tidak diinginkan dan

menciptakan kondisi yang sehat.

g. Personnal Research

Dalam usahanya untuk meningkatkan efektifitas perusahaan, departemen

sumber daya manusia melakukan analisis terhadap masalah individu dan

perusahaan sertamembuat perubahan yang sesuai. Masalah yang sering

diperhatikan departemen sumber daya manusia adalah penyebab

terjadinya ketidakhadiran dan keterlambatan karyawan, bagaimana

prosedur penarikan dan seleksi yang baik dan penyebab ketidakpuasan

tenaga kerja.

Sedangkan menurut Menurut Dessler (2004:4-5) adapun fungsi- fungsi

manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan;

17
b. Pengorganisasian;

c. Penyusunan staf;

d. Kepemimpinan;

e. Pengendalian.

2.1.4 Pengembangan Sumber Daya Manusia (People Development)

Menurut Schuler dan Youngblood dalam Rivai (2008:245) menekankan

bahwa mempelajari pengembangan sumber dayamanusia dari organisasi,

manusia sebagai bagian dari organisasi sehingga diungkapkan bahwa

pengembangan sumber daya manusia pada suatu organisasi akan melibatkan

berbagai faktor yaitu pendidikan dan pelatihan. Pengembangan mengarah

pada kesempatan-kesempatan belajar yang didesain untuk mengembangkan

kemampuan para karyawan. Pengembangan SDM bagi karyawan adalah

suatu proses belajar dan berlatih secara sistematis untuk meningkatkan

kompetensi dan kinerja mereka dalam pekerjaannya sekarang dan

menyiapkan diri untuk peran dan tanggung jawab yang akan datang.

Menurut Hasibuan dalam Tilon (2013) berpendapat bahwa pengembangan

adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan

melalui pendidikan dan latihan.Menurut Effendi (2002) pengembangan dapat

18
didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari perusahaan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan.

2.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Tujuan pengembangan SDM berkaitan erat dengan tujuan organisasi, maka

program-program yang dirancang harus selalu berkaitan erat dengan berbagai

perubahan yang melingkupi organisasi, termasuk kemungkinan adanya

perubahan-perubahan dalam hal pekerjaan serta yang lebih penting berkaitan

erat dengan rencana strategis organisasi sehingga sumber-sumber daya

organisasi yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Tujuan

pengembangan SDM adalah untuk meningkatkan kualitas kerja, keterampilan,

produktivitas kerja dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan

keinginan perusahaan (Triyono, 2012:88).

2.1.4.2 Perlunya pengembangan Sumber Daya Manusia

Perubahan pada lingkungan internal dan eksternal, menuntut perusahaan

/organisasi untuk melakukan usaha- usaha pengembangan kompetensi SDM

yang diarahkan pada tiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ada

beberapa cara yang dilakukan perusahaan untuk mengembangkan SDM yaitu

melalui: (1) pendidikan; (2) pelatihan; (3) pengalaman kerja. Menurut Gaol

(2014:212) menjelaskan beberapa alasan mengapa pengembangan sumber

daya manusia diperlukan:

19
a. Program orientasi belum cukup bagi penyelesaian tugas- tugas

meskipun program orientasi dilakukan secara lengkap.

Orientasi saja tidak dapat membuat orang yang tidak bisa

menjadi bisa, orientasi hanya bersifat pengenalan agar orang

tersebut tidak kaget dalam pekerjaannya kelak;

b. Adanya perubahan- perubahan dalam teknik penyelesaian

tugas.Cara penyelesaian tugas baru, ketidakmampuan kita akan

meningkat sehingga orang perlu dilatih dan dikembangkan;

c. Adanya jabatan-jabatan yang baru, memerlukan keterampilan-

keterampilan baru.

d. Refresh / Penyegeran kembali,sering kali orang yang sudah

bosan menjadi tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya tidak

baik lagi. Pengembangan dapat memperbaiki skill dan

kebiasaan kerja yang buruk.

2.1.4.3 Manfaat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dikutip dari (Simamora, 2006:278)”Program pelatihan yang efektif

adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering

dianggap sebagai penyembuh penyakit organisasional”, Simamora

mengemukakan bahwa pelatihan mempunyai andil besar dalam

menentukan efektivitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata

20
yang dihasilkan dari program pengembangan (people development)

adalah:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas;

2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk

mencapai standar kinerja yang dapat diterima;

3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih

menguntungkan.;

4. Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia;

5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja;

6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan

pribadi mereka.

2.1.4.4 Tahapan Manajemen Pengembangan SDM

Menurut Dessler (2004:217) terdapat lima tahapan dalam manajemen

pelatihan dan pengembangan karyawan, yaitu :

1) Analisis kebutuhan;

2) Merancang instruksi;

3) Validasi;

4) Menerapkan program;

5) Evaluasi.

21
Menurut Mangkunegara (2001:44) ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dan juga dipertimbangkan dalam melakukan pelatihan dan

pengembangan sumber daya manusia, yaitu :

a. Perbedaan individu setiap sumber daya manusia, setiap sumber daya

manusia tentu memiliki kemampuan yang berbeda, kepandaian yang

berbeda dan juga motivasi yang berbeda dalam mengikuti pelatihan.

Hal ini bisa menjadi penghambat dalam penyampaian materi latihan,

sehingga pelatih perlu mendesain materi latihan yang bisa mencakup

semua sumber daya manusia yang menjadi subjek pelatihan;

b. Hubungan dengan analisa jabatan, materi dan metode pelatihan yang

dilakukan harus berguna bagi sumber daya manusia tersebut agar

pelatihan yang diterima bisa menunjang pekerjaan yang

dilakukan;Motivasi, sumber daya manusia harus mempunyai motivasi

yang cukup dalam mengikuti pelatihan, sehingga penerimaan materi

latihan bisa maksimal;

c. Partisipasi aktif, sumber daya manusia harus ikut berpatisipasi

sehingga ada pelatihan dua arah dengan pelatih, dengan partisipasi

semisal bertanya apabila materi belum jelas, maka akan membantu

sumber daya manusia itu sendiri dalam proses pengertian dan

pemahaman akan materi latihan;

d. Seleksi peserta pelatihan, tentu tak semua sumber daya manusia bisa

mengikuti program pelatihan, harus ada seleksi sumber daya manusia.

22
Sehingga sumber daya manusia yang telah memenuhi kualifikasi yang

bisa mengikuti pelatihan;

e. Metode pelatihan dan pengembangan, harus sesuai dengan tujuan

pelatihan dan juga selaras dengan visi misi organisasi.

2.2 Pemerintahan Desa

Menurut Silahuddin (2015:12), kewenangan merupakan elemen penting sebagai

hak yang dimiliki oleh sebuah desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

Dari pemahaman ini jelas bahwa dalam membahas kewenangan tidak hanya

semata-mata memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa namun

harus juga memperhatikan subjek yang menjalankan dan yang menerima

kekuasaan. Kewenangan harus memperhatikan apakah kewenangan itu dapat

diterima oleh subjek yang menjalankan atau tidak.

Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa,

pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penyelengaraan pemerintahan desa, desa memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi sosial budaya

dan potensi yang dimiliki. Desa dipimpin oleh Kepala Desa yang akan

bertanggung jawab kepada Badan Perwakilan Desa dan menyampaikan laporan

tugas ke bupati. Untuk mewujudkan demokrasi, maka desa memiliki Badan

23
Perwakilan Desa atau memiliki sebutan lain sesuai dengan daerahnya masing-

masing.Selain itu juga dibentuk Badan Permusyawaratan yang sesuai dengan

kebutuhan desa dalam menyelenggarakan pemerintahan dan

mensejahterakanmasyarakatnya. Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan

desa ditetapkan melalui Peraturan Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa Pasal 1 Ayat (7), Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-

undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati

bersama Badan Permusyawaratan Desa.

Menurut Widjaja (2003:14), tujuan pemerintahan desa adalah:

a. Penyeragaman pemerintahan desa Belum terlaksana sepenuhnya, masih

berkisar pada sumbangan-sumbangan desa.

b. Memperkuat pemerintahan desa Dengan berbagai undang-undang

pemerintahan desa diperlemah, karena diambil berbagai sumber-sumber

penghasilannya dan hak ulayatnya sebagai sumber penghasilan

masyarakat pertanian.

c. Mampu menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya dalam

pembangunan. Pembangunan digerakkan dari “atas” tidak berasal dari

“bawah” sehingga pembangunan dianggap sebagai “proyek pemerintah”

masyarakat tidak merasa memiliki.

24
d. Masyarakat digerakkan secara mobilisasi, bukan partisipasi.

Penyelenggaraan administrasi desa yang makin meluas dan efektif masih

jauh dari yang diharapkan khususnya sumber daya manusia (SDM).

e. Memberikan arah perkembangan dan kemajuan masyarakat (ketahanan

masyarakat desa).

2.3 Badan Usaha Milik Desa

2.3.1 Definisi Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes )

Menurut Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha

yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna

mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya

kesejahteraan masyarakat desa. Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem

Pembangunan dalam Panduan Pendirian dan Pengelolaan BUMDes (2007: 4-5),

terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga

ekonomi komersial pada umumnya:

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama.

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat,

Disebarluaskan oleh Pimpinan Pusat Relawan Pemberdayaan Desa

25
Nusantara atau PP RPDN (49%) melalui penyertaan modal (saham atau

andil).

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari

budaya lokal (local wisdom).

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi

pasar.

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village

policy).

6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten

dan Pemerintah Desa.

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemerintah Desa,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), anggota).

2.3.2 Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes)

Pengaturan mengenai pendirian BUMDes diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 213 Ayat (1).

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 87 sampai

Pasal 90.

26
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 132

sampai Pasal 142.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan

Usaha Milik Desa.

e. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman

Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa

Pasal 88 dan Pasal 89.

f. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang

pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha

Milik Desa.

2.2.1 Tujuan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes )

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,

Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa,

BUMDes didirikan dengan tujuan:

a. Meningkatkan perekonomian desa.

b. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa.

c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi

desa.

27
d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/ atau dengan

pihak ketiga.

e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga.

f. Membuka lapangan kerja.

g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan

umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.

h. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan dalam Panduan

Pendirian dan Pengelolaan BUMDes (2007:5), terdapat 4 (empat) tujuan

utama pendirian BUMDes, yaitu:

a. Meningkatkan perekonomian desa.

b. Meningkatkan pendapatan asli desa.

c. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

d. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

pedesaan.

2.2.2 Prinsip Pengembangan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes )

2.2.2.1 Prinsip umum pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

28
a. harus diljalankan dengan menggunakan prinsipkooperatif, partisipatif,

emansipatif, transparansi, akuntable, dansustainable, dengan

mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara

profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk

membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat

tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya

masyarakatnya dan peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang

dihasilkan.

b. BUMDes sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif

masyarakat danmenganut asas mandiri, harus mengutamakan

perolehan modalnya berasaldari masyarakat dan Pemdes. Meskipun

demikian, tidak menutupkemungkinan BUMDes dapat memperoleh

modal dari pihak luar, sepertidari Pemerintah Kabupaten atau pihak

lain, bahkan dapat pula melakukanpinjaman kepada pihak ke tiga,

sesuai peraturan perundang-undangan.Pengaturan lebih lanjut

mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah

(Perda).

c. BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan

direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan

untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan,

mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan

pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan

29
masyarakat desa. Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu

mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian

akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa

secara mandiri.

d. yang tidak saja berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi

juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh

sebab itu, pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus

tetap mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang

mendukung, pembayaran pajak di desa, dan kepatuhan masyarakat

desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan

pemerintah kabupaten.

e. Diprediksi bahwa karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat

pelayanan utama BUMDes adalah: (a) masyarakat desa yang dalam

mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan, sandang dan papan,

sebagian besar memiliki matapencaharian disektor pertanian dan

melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha informal; (b)

masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan

sulit menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal

pengembangan usaha selanjutnya; (c) masyarakat desa yang dalam hal

tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga banyak

jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal lebih kuat; dan yang

terpenting adalah (d) masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya

30
cenderung diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan

kesempatan kepada pemilik modal untuk dapat menekan harga,

sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian besar

dari hasil kerja masyarakat desa. Atas dasar prediksi tersebut, maka

karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang

mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya.

f. Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan

minimal), agar berkembang usaha masyarakat di desa

2. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan

dengan usaha-usaha produktif bagi upaya pengentasan

kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADes.

3. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat

dalam melakukan penguatan ekonomi di desa.

2.2.2.2 Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau

diuraikanagar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh

pemerintah desa,anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan

masyarakat. Terdapat 6 (enam)prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

31
1) Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes

harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi

pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

2) Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes

harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan

dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha

BUMDes.

3) Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes

harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan

agama.

4) Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan

masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan

masyarakat denganmudah dan terbuka.

5) Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung

jawabkan secara teknis maupun administrative

6) Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan

dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses

penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya.

Hal ini disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin

besar. Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk

pendirian BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan

32
PADesa yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa.

Hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah

memperkuat kerjasama (cooperatif), membangun kebersamaan/menjalin

kerekatan disemua lapisan masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya

dorong (steam engine) dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran,

dan membuka akses pasar.

2.3 Kerangka Pemikiran ( roadmap )

Investasi terpenting yang mungkin dilakukan oleh organisasi/ perusahaan

adalah investasi insani (human investment) dengan penyisihan dan

penyediaan dana untuk kepentingan pengembangan. Pengembangan yang

dimaksud adalah sebuah Pelatihan yang merupakan suatu kekuatan yang

diharapkan dapat mempercepat pembinaan sumber daya manusia dengan

kompetensi, kemampuan dan tingkat profesionalisme yang sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja dan pembangunan.

Pelatihan dimaksudkan untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan kinerja

yang berkenan dengan ketidakcocokan antara perilaku aktual dengan perilaku

yang diharapkan. Perilaku aktual yang dimiliki karywan/ pekerja seperti

pengetahuan, keterampilan, atau sikap dan semangat kerja yang ada pada

karyawan (motivasi) yang dibutuhkan untuk menangani suatu pekerjaan yang

ada.

33
Mondy dan Noe mendefinisikan Pelatihan yaitu ;“provides learners with the

knowledge and skills needed for their present job” menurut desseler

pelatihan sebagai proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan oleh

seorang/individu/ karyawan, untuk melakukan pekerjaan/ tanggung

jawabnya. Dalam melaksanakan pelatihan perlu perencanaan yang

maksimalagar hasilnya nanti bisa lebih efektif untuk para pegawai dan

organisasi seperti yang dikatakan oleh fisher Scoenfeld dan shaw ( 1990 )

yakni.

“ Training is planned effort by the organizations to facilitated the

learning or job related knowladges and skills by employees. Training

is a planned activity. It does not just happen, there is a need to

analyze, design, develop and evaluate training program in a

systematic way”

34
Tahap Penilaian Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi

 Analisis
Organisasi
 Analisis
Individual
 Analisis tugas
Pengukuran dan
Perbandingan
outcome Dengan
Pengembangan SDM Kriteria
Identifikasi Objektif
Jenis pelatihan  Pendidikan
 Pelatihan

Pengembangan
Pemilihan Metode
Kriteria
Pelatihan/ Pendidikan

Pelaksanaan

( Sumber: Cythia D. Fisher, Lyle F. Schoenfeldt dan James B. Shaw., Human


Resource Management., (Boston:Houghton mifflin Company, 1990), hal. 319 )

Berbagai model analisis dan desain dalam mengembangkan proses pelaksanaan

pelatihan banyak dikemukakan oleh para ahli. Seperti yang dijelaskan oleh

Goldstein dalam buku fisher, schoetfeld dan shaw membagi model system

pelatihan dalam tiga tahap. Tahap yang pertama merupakan tahap penilaian

terhadap berbagai unsur yang terlibat dalam proses pelatihan seperti analisis

organisasi, analisis tugas dan analisis individual. Analisis organisasi berkaitan

35
dengan strategi organisasi seperti sasaran, fungsi, dan tujuan. Selanjutnya analisis

tugas berkaitan dengan kebutuhan akan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap

untuk melaksanakan berbagai tugas yang berkaitan dengan suatu jenis pekerjaan.

Sedangkan analisis individu berkaitan dengan siapa dan jenis pelatihan apa yang

diperlukan. Dari tiga analisis tersebut kemudian diidentifikasi secara objektif

jenis pelatihan yang cocok bagi organisasi tersebut dan selanjutnya

dikembangkanlah kriteria–kriteria yang ada dalam jenis pelatihan yang sesuai

dengan tiga analisis tadi. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan, dipilihlah metode

pelatihan yang akan dijalankan dan kemudianmelaksanakan pelatihan tersebut.

Tahap terakhir, yaitu tahap evaluasi, evaluasi pelatihan bertujuan untuk

mengukur dampak atau outcome. Evaluasi ini berkaitan dengan dampak bagi

organisasi. Di tingkat inilah dapat dilihat bagaimana pelatihan secara signifikan

memiliki keterkaitan erat dengan rencana bisnis perusahaan serta tujuan-tujuan

strategis organisai. Dapat dilihat pula dampak apa saja yang dihasilkan oleh

pelatihan bagi kemajuan organisasi. pelatihan diukur dan dibandingkan dengan

melihat hasil–hasil yang didapat oleh organisasi serta melihat kriteria–kriteria

apa saja yang sifatnya tidak sesuai atau berlawanan dengan kriteria organisasi,

tugas dan individual sehingga dapat diganti dengan kriteria yang lain.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan tertentu. Metode penelitian sangat diperlukan dalam

prsoses penelitian untuk dapat mempermudah proses peenelitian

dilakukan.Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang

menguraikan data deskriptif berupakata-kata tertulis dan lisan dari orang-

orang dan prilaku yang dapat diamati” (Uhar Suharsaputra,2012:181). Model

penelitian yang digunakan adalah study kasus, yaitu model penelitian yang

mengkaji permaslahan yang terjadi di masyarakat kemudian dicari solusi.

3.2 Fokus Penelitian

Moleong (2013:12), tujuan dari penetapan fokus dalam penelitian ini adalah

untuk menjawab rumusan masalah dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu:

Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus itu

berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar

suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Berdasarkan teori tersebut,

maka fokus penelitian ini adalah ;

37
1. Menganalisa bagaimana Pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia

Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Tanggamus.

2. Menganalisa faktor-faktor apa saja yang menghambat Pengembangan

SDM Dalam Meningkatkan BUMDes Di Kabupaten Tanggamus.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011:308), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan. Untuk menjawab permasalahan penelitian yang tepat dan

akurat, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Library research ( Penelitian Kepustakaan )

Digunakan untuk mendapatkan teori, konsep-konsep, dan keteragan

yang diproleh dari berbagai sumber refrensi seperti buku , artikel

ilmiah yang sesuai dengan penelitian ini.

2. Field Research ( Penelitian Lapangan )

Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung ke tempat objek penelitian dengan cara;

a. Observasi

38
Digunakan untuk mengetahui secara langsung tentang kondisi di

lapangan/ lokasi penelitian.

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan dengan tujuan bahwa peneliti ingin

mengetahui secara mendalam hal-hal dari responden. Dalam

penelitian ini, peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan

ditanyakan kepada informan. Selain itu juga peneliti menggunakan

instrumen berupa catatan kecil, serta handphone yang berfungsi

untuk merekam dan memotret.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2011:326), dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dalam penelitian ini, data-data yang

dapat dijadikan informasi yaitu data-data yang ada kaitannya

dengan BUMDes di Kabupaten Tanggamus.

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan, maka tahap

selanjutnya adalah menganalisisnya. dalam penelitian ini dipergunakan metode

analisis kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan cara

menggambarkan kenyataan atau keadaan terhadap suatu subyek dalam bentuk

kalimat, berdasarkan keterangan, penjelasan dan jawaban-jawaban dari para

responden yang berhubungan langsung dengan penelitian ini dengan

39
menguraikan data secara sistematis, sehingga dapat diperoleh arti dan kesimpulan.

Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu:

1. Reduksi Data (reduction data)

Reduksi data berarti memilah hal-hal yang pokok, memberikan fokus pada

hal-hal penting, dengan mencari pola beserta tema dari apa yang peneliti

dapatkan dilapangan. Karena jumlah data yang didapat peneliti cukup banyak,

reduksi data akan membantu untuk lebih merincinya. Reduksi data akan

memudahkan peneliti untuk melanjutkan ketahap selanjutnya dengan

gambaran yang lebih jelas.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat berupa uraian singkat, bagan,

grafik, matrik, maupun teks naratif. Penyajian data merupakan sekumpulan

informasi tersusun yang dimiliki peneliti berguna untuk memudahkan peneliti

memahami suatu gambaran dan memberikan kemungkinan untuk melakukan

penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan. Penyajian data dalam

penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tabel, foto, dan uraian dengan teks

naratif yang dapat menjelaskan tentang Pengembangan SDM dalam

mengelola BUMDes dikabupaten Tanggamus.

40
3. Tahap Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah terakhir dalam penelitian ini menarik kesimpulan dari analisis data,

kesimpulan menjurus pada jawaban atas pentanyaan penelitian berdasarkan

aspek, faktor, domensi, sentral fenomena penelitian dengan berdasarkan

hasil temuan yang diperoleh, secara esensial berisi uraian tentang sub

kategori dan pengodean yang sudah teselesaikan disertai dengan kuota

verbatin wawancara, sub tersebut di urutkan satu persatu secara umum

disertai dengan uraian sub kategori tema dan pengodean berupa kuota

verbatin wawancara yang kemudian disimpulkan secara spesifik.

Pengumpulan Penyajian data

Reduksi Data Penarikan


Kesimpulan

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:335)

Gambar Analisis data Model Interaktif Miles dan Huberman

41
3.5 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah ;

a. Badan Usaha Milik Desa di Kecamatan Gisting

b. Badan Usaha Milik Desa di Kecamatan Semaka

Sementara yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah ;

a. kepala pekon Gisting bawah Kecamatan gisting

b. Kepala Pekon sukaraja Kecamatan semaka

c. ketua pengurus Badan Usaha Milik Desa.

d. pengurus BUMDes

e. masyarakat pekon Gisting, dan Gunung alip

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kecamatan gisting dan kecamatan semaka

Kabupaten Tanggamus.

3.7 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang di kumpulkan ada dua macam,yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diproleh dengan cara menggali secara langsung dari

narasumber yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan data melalui wawancara

42
dan survey. Data yang bersumber dari informasi yang berhubungan dengan

penelitian, data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari studi

lapangan atau langsung dari sumber pertama.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber pendukung selain

lokasi penelitian, yang dapat dilihat dari literatur-literatur, serta dokumen-dokumen

lain yang mendukung dalam penelitian. Data skunder ini merupakan data yang

diperoleh untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Menurut

Moleong (2013:324), Teknik keabsahan data atau tringulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam

penelitian ini penelitian menggunakan teknik keabsahan data sebagai berikut :

1. Tringulasi Dengan Sumber

Tringulasi sumber berarti membandigkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda dengan dalam

penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan jalan :

43
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dilakukan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan persefektip seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan seorang seperti rakyat biasa, orang-orang

berpendidikan menegah atau tinggi dan orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

2. Tringulasi Dengan Metode

Dalam hal ini terdapat dua strategi sebagaimana terungkap sebagai berikut

a. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama.

44
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Marnis Priyono,2014, Manajemen sumber Daya Manusia. Sidoarjo : Zifatma


Publisher.
Moleong, Lexy.J.2011.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
RosdakaryaAplikasi. Yogyakarta: Gava Media.
Najib, Mohammad. Kumpulan 9 Artikel BUMDes terbaik Indonesia. Yogyakarta: PT
Usaha Desa Sejahtera.
Kementerian PDT, Buku Saku Desa 7, Badan Usaha Milik Desa.

SKRIPSI DAN JURNAL :

Arik Prasetya Diva Terry Anona. ANALISIS IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA (Studi pada Departemen Human Capital PT
Surya Artha Nusantara Finance) , Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
Gazhali Enggoa Mochammad,“Strategi Pengembangan Pegawai Baru Departemen
Perindustrian dengan studi kasus Kegiatan Wajib Magang di Perusahaan
Industri”,FISIP Universitas Indonesia
Saputri Muflikhati, Analisis Pengembangan Karyawan Dalam Meningkatkan
Kualitas Kerja Pada Bmt Taruna Sejahtera,2015.Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga.
Benny Ferdianto, “ Eksistensi Badan Usaha Milik Desa Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Desa Di Tiyuh Candra Kencana Kecamatan tulang Bawang
Tengah Kabupaten tulang Bawang Barat, 2016,www.digilib.unila.ac.id
Septya Andri Astuti, Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) Di Era Otonomi Desa
Pekon Gisting Bawah Kabupaten Tanggamus, 2017, www.digilib.unila.ac.id

45
UNDANG-UNDANG / PERATURAN PEMERINTAH :

Kementrian PDT, Buku 7 Buku saku Desa, Badan Usaha Milik Desa,Republik
Indonesia

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik
Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan
pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.
Peraturan Pekon Gisting Bawah Nomor 1 Tahun 2015 tentang pembentukan dan
Pengelolaan Badan Usaha Milik Pekon (BUM-Pekon).
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 72 ayat (1) huruf a.

ITERNET :

http://gistingbawahtanggamus.desa.kemendesa.go.id/index.php/blog/63BUMPBUMD
diakses pada 13 September 2017pukul 14:37 WIB
http://lampung.tribunnews.com/2016/09/14/bambang-wajibkan-setiap-pekon-miliki
bumdesDiakses Pada 4 september 2017 Pukul 17:35 WIB )

46

Anda mungkin juga menyukai