Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN MORAL DALAM ADMINISTRASI

PUBLIK

Mata Kuliah Etika Administrasi Publik

Dosen Pengampu: Drs. Yulius Yohanes, M.Si

Disusun oleh:

Astriningsih (E1011161072)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TANJUNGPURA, PONTIANAK

2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Etiks dan Moral
dalam Administrasi Publik” ini dapat penyusun selesaikan. Makalah ini
penyusun buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Rasa terima kasih yang sedalamnya penyusun sampaikan: Drs. Yulius


Yohanes, M.Si selaku dosen mata kuliah Etika Administrasi Publik serta
rekan-rekan mahasiswa yang menyemangati dalam menyelesaikan makalah
ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh


karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Pontianak, 21 November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………… 2

DAFTAR ISI……………………………………………. 4

BAB I PENDAHULUAN………………………………. 4

A. Latar Belakang…………………………............ 4
B. Rumusan Masalah……………………….. ……. 4
C. Tujuan…………………………………………. . 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………. 5

A. Definisi Etika dan Moral……………………… 5


B. Kegunaan Etika………………………………… 8
C. Karakter dan Jenis-Jenis Moral ………………. 9

BAB III PENUTUP………………………………............. 12

A. Kesimpulan…………………………………….. 12
B. Saran dan Kritik………………………..………. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pada masa kini tidak bisa dijadikan sebagai jaminan atas
kemajuan bidanng moralitas. Persoalan hati manusia yang termuat dalam
moralitas itulah yang sesungguhnya menentukan. Moral adalah hal-hal
yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai
kewajiban atau norma. Moral dapat diartikan juga sebagai sarana untuk
mengukur benar tidaknya manusia. Moral lebih ditujukan pada perbuatan
seseorang secara individual. Moral mempersoalkan kewajiiban manusia
sebagai manusia. Moral ditekankan pada tingkah laku yang bersifat
spontan seperti murah hati, rasa kasih sayang dan kebaikan, jadi lebih
ditkankan pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus yang
kesemuanya tidak ada dalam peraturan-persaturan hokum.
Berbagai masalah dan persoalan administrasi publik di Indonesia
disebabkan salah bertingkah laku yaitu tidak mengenal etika dan moral
dalam pekerjaannya, demi mementingkan kebutuhan pribadi daripada
pelanggan. Munculnya KKN dan masalah lainnya merupakan bukti
bahwa di Indonesia etika dan moralitasnya masih belum dilaksanakan dan
di perhatikan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika dan moral dalam administrasi
publik?
2. Apa kegunaan etika?
3. Apa karakteristik moral dan jenis-jenisnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu etika dan moral dalam lingkup administrasi publik.
2. mengetahui kegunaan etika.
3. Mengetahui jenis-jenis moral dan karakteristiknya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika dan Moral


Istilah etika berasal dari bahasa Latin “Ethica”, yaitu ilmu susila,
ilmu akhlak. Dalam bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti norma-
norma nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran bagi tingkah laku yang
baik. Atau Rathos yang berarti adat kebiasaan. Jadi etika adalah kebiasaan
yang baik dalam masyarakat, yang kemudian mengendap menjadi norma
atau kaidah atau dalam kata lain menjadi normative dalam kehidupan
manusia. Etika adalah ilmu yang menyelediki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia sejauuh yang
dapat diketahui akal dan pikiran.

Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan.
Kata mors ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau
manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak
(basah arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau
tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup. Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang
bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Etika administrasi publik merupakan salah satu wujud control


terhadap admin istrasi Negara dalam melaksanakan apa yang menjadi
tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. Disamping digunakan sebagai
pedoman acuan, referensi administrasi Negara dapat pula digunakan
sebagai standard untuk menentukan sikap, perilaku dan kebijakannya
dapat dikatakan baik atau buruk.

5
Ethic is the rules of standards governing, the mpral conduct of the
members of an organization of management profession. (Chandler and
Plano, The Public Administration Dictionary, 1982)

Etika menurut Bartens (1977) “seperangkat nilai-nilai dan norma-


norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.

Sedangkan Darwin (1999) mengartikan Etika adalah prinsip-


prinsip moral yang disepakati bersama oleh suautu kesatuan masyarakat,
yang menuntunperilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain
masyarakat. Darwin juga mengartikan Etika Birokrasi (Administrasi
Negara) adalah sebagai seperangkat nilai yang menjadi acuan atau
penuntun bagi tindakan manusia dalam organisasi.
Dari kedua pendapat tersebut etika memiliki dua fungsi yaitu:
Pertama, sebagai pedoman, acuan referensi bagi administrasi Negara,
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji dan tidak tercela. Kedua, etika birokrasi
sebagai standart penilain apakah sifat, perilaku dan tindakan birokrasi
publik dinilai baik. tidak tercela dan terpuji.

Aliran pemikiran etika, yaitu:

1. Teori Empiris: Etika diambil dari pengalaman dan dirumuskan


sebagai kesepakatan.
2. Teori Rasional: Manusia menentukan apa yang baik dan buruk
berdasar penalaran atau logika.
3. Teori Intuitif: Manusia secara naluriah atau otomatis mampu
membedakan hal yang baik dan buruk.
4. Teori Wahyu: Ketentuan baik dan buruk dating dari Yang
Maha Kuasa.

6
Seperangkat nilai dan etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai
acuan, referensi penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya antara lain adalah :
1. Efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan
birokrasi publik dikatakan baik jika mereka efisien.
2. Membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik
kantor tidak digunakan untuk kepentingan pribadi.
3. Impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerja
sama antara orang yang satu dengan lainnya secara kolektif
diwadahi oleh organisasi, dilakukan secara formal, maksudnya
hubungan inpersonal perlu ditegakkan untuk menghindari
urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas
dari tanggung jawab berdasasarkan peraturan yang ada dalam
organisasi.
4. Merytal System, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan
promosi pegawai, artinya dalam penerimaan pegawai, atau
promosi pegawai tidak berdasarkan atas kekerabatan, namun
berdasarkan pengetahuam, keterampilan, sikap, kemampuan
dan pengalaman, sehingga menjadikan yang bersangkutan
cakap dan professional dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dan bukan sebaliknya.
5. Responsible, nilai ini adalah berkaitan dengan
pertanggungjawaban birokrasi publik dalam menjalankan tugas
dan kewenangannya.
6. Accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat
obyektif, sebab birokrasi dikatakan akuntable bilamana mereka
dinilai obyektif oleh masyarakat karena dapat
mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap dan
sepak terjangnya kepada pihak mana kekuasaan dan
kewenangan yang dimiliki itu berasal dan mereka dapat
mewujudkan apa yang menjadi harapan publik.

7
7. Responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya
tnnggap terhhadap keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat
dengan cepat dipahami dan berusaha memenuhi,tidak suka
menunda-nunda waktu atau memperpanjang alur pelayanan.
B. Kegunaan Etika
Etika tidak dimaksudkan untuk secara langsung dapat membuat
manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas. Terdapat empat alasan mengapa etika semakin diperlukan pada
zaman ini.
1. Masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau majemuk, baik dari
suku, daerah, agama yang berbeda-beda; demikian pula dalam bidang
moralitas. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral
yang sering saling bertentangan. Mana yang mau diikuti, apakah yang
diterima dari orang tua kita dahulu, moralitas tradisional desa, atau
moralitas yang ditawarkan melalui media massa?
2. Masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa tanding.
Perubahan yang diakibatkan gelombang modernisasi merupakan
kekuatan yang menghantam semua segi kehidupan manusia.
Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual dan
budaya itu nilai-nilai budaya tradisional ditantang semuanya. Dalam
situasi inilah etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi,
dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang boleh saja
berubah, dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-
sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan.
3. Perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat dipergunakan
oleh berbagai pihak untuk memancing di air keruh. Mereka
menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat penyelamat. Etika
dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi tersebut
secara kritis dan objektif, dan untuk membentuk penilaian kita sendiri,
agar tidak terlalu mudah terpancing. Etika juga membantu kita jangan

8
naif atau ekstrem, yaitu jangan cepat-cepat memeluk segala pandangan
yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai hanya karena baru
dan belum biasa.
4. Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu
pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan
mereka, dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-
takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi kehidupan
masyarakat yang sedang berubah itu.
C. Karakter dan Jenis-Jenis Moral
Moralitas merupakan penentu sampai seberapa jauh seseorang
memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan-tindakannya seseuai
dengan prinsip-prinsip etika dan moral. Karakteristik nilai-nilai moral,
yaitu:
1. Primer: Moral melibatkan suatu komitmen untuk bertindak dan
merupakan landasan hasrat yang paling utama.
2. Rill: Nilai moral bukan sekedar semu. Orang yang berwatak
hipokrit sesungguhnya tidak mempercayai nilai moral yang
bersangkutan.
3. Terbuka: Ciri universalitas dari moral mengharuskan adanya
lingkup yang terbuka sebab sekali nilai moral tertutup maka ia
akan kehilangan universalitasnya.
4. Negatif dan Positif: Secara historis kita dapat menyaksikan
perubahan-perubahan penekanan dari nilai negative menjadi
positif ataupun sebaliknya.
5. Orde tinggi atau Arsitektonik: Nilai-nilai yang ordenya rendah
tidak memiliki cirri intrinsic yang mengatur nilai-nilai yang
lainnya,
6. Absolut: Moralitas pada manusia mestinya bebas dari sifat-sifat
mementingkan diri sendiri yang terdapat pada kehendak-
kehendak relative.

9
Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya
perilaku manusia, yaitu:

Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap
yang mau diambil.

Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap


dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral
normatif memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Pertimbangan moral:

1. Penilaian Sunderesis: Akal manusia memiliki keterbatasan


dalam menilai kebenaran dan kebaikan . Sebagai makhluk
ciptaan manusia tak mampu meneliti setiap aspek yang ada
dibelakang sesuatu permasalahan.
2. Penilaian tentang ilmu moral: Dari proses belajar dan proses
interaksi dengan individu yang lain, seseorang kemudian
mendapatkan kaidah-kaidah moral yang berlaku dalam
masyarakat secara umum.
3. Penilaian khusus Non-PRIBADI: Tahap penilaian ini
berlangsung jika seseorang telah berhadapan dengan suatu
persoalan tipiksi, kemudian melakukan telaah kognitif dalam
pikirannya.
4. Penilaian khusus pribadi: Penilaian khusus merujuk pada
pribadi baik itu menyangkut diri sendiri maupun orang lain jika

10
penilaian terhadap tahap sebelumnya hanya terungkap bahwa
orang yang miskin harus dibantu, tahap ini lebih spesifik lagi.
5. Penilaian atas pilihan tindakan: Tahap terakhir pertimbangan
individu sebbelum bertindak ialah melakukan pilihan tas
tindakan-tindakan yang harus diambil.

Moralitas Pribadi:

1. Konsep baik-buruk, benar-salah, yang telah terinternalisasi


dalam diri individu.
2. Moralitas pribadi merupakan produkdari nilai social dari masa
lalu.
3. Moralitas pribadi adlah super ego atau hati nurani yang hidup
dalam jiwa dan menuntun perilaku individu.
4. Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan
social merupakan penentu dari organisasi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah etika berasal dari bahasa Latin “Ethica”, yaitu ilmu susila,
ilmu akhlak. Dalam bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti norma-
norma nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran bagi tingkah laku yang
baik. Atau Rathos yang berarti adat kebiasaan. Jadi etika adalah kebiasaan
yang baik dalam masyarakat, yang kemudian mengendap menjadi norma
atau kaidah atau dalam kata lain menjadi normative dalam kehidupan
manusia. Etika adalah ilmu yang menyelediki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia sejauuh yang
dapat diketahui akal dan pikiran.
Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan.
Kata mors ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau
manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak
(basah arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau
tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam
hidup. Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang
bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Etika administrasi publik merupakan salah satu wujud control
terhadap admin istrasi Negara dalam melaksanakan apa yang menjadi
tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. Disamping digunakan sebagai
pedoman acuan, referensi administrasi Negara dapat pula digunakan
sebagai standard untuk menentukan sikap, perilaku dan kebijakannya
dapat dikatakan baik atau buruk.

12
B. Saran dan Kritik
Dengan membaca makalah ini penyusun berharap semoga pembaca
dapat mengetahui pentingya etika dan moralitas. Setidaknya dengan
makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam menyuguhkan
motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari etika administrasi
publik. Sehingga kita dapat mengimplementasikanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Tentunya, dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-
kelemahan ataubahkan kekeliruan. Dengan itu, penyusun sangat berharap
adanya masukan dari pembaca dan kritik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Kumorotomo, Wahyudi. 2007. Etika Administrasi Negara. Jakarta:
Rajawali Press.
Keban, Yeremias T. 2001. Etika Pelayanan Publik: Pergeseran Paradigma,
Dilema Implikasinya bagi Pelayanan Publik di Indonesia. Majalah
Perencanaan Pembangunan Edisi IV.

14

Anda mungkin juga menyukai