kesengajaan atas pilihan; tahu; berpikir bebas Filsafat berfikir mendasar, kritis; makna nilai; berpikir ‘bersusah-susah’. Pencapaian tertinggi, kebahagiaan
Kesulitan etika pada parameter, padahal etika
hendak mencari ukuran baik dan buruk Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya Filsafat ilmu:ontologi,epistemologi,&aksiologi Etika merupakan cabang aksiologi (kegunaan/untuk apa ?), membahas nilai ’benar’ dan ’salah’ dalam arti ’susila’ (moral) dan ’tidak susila’ (immoral). Lingkup etika, ada dua hal yang perlu dipahami: pertama, bagaimana caranya untuk dapat hidup (administrasi publik/birokrasi) secara lebih baik; kedua, pertanyaan lebih lanjut, kita belajar bagaimana cara berbuat yang benar dan menghindari keburukan (birokrasi). Etika Administrasi Publik good governance: sinergis sektor public, privat, civil society. Etika administrasi publik tidak hanya mencakup birokrasi pemerintah
Etika Administrasi Publik dalam pemahaman
yang luas dan mendasar bersubjekkan pada semua pemangku kepentingan Etika dalam praktik pemerintahan modern, good governance Akuntabilitas bisa sebagai nilai (etika); kesadaran bertanggungjawab Partisipasi (bottom-up); Transparansi; Pelayanan publik cepat, tidak diskriminasi, memposisikan publik sebagai pelanggan Masalah etika, moralitas tak terbantahkan penyebab mendasar kegagalan pembangunan Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang dituntut melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik dan buruk Moralitas memberi aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan menghindari perilaku yang tidak baik. Dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Nilai sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok orang dan karena itu orang atau kelompok itu selalu berusaha untuk mencapainya karena pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri serta seluruh hidupnya. Etika menekankan pada pendekatan kritis. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Moralitas: inilah caranya anda harus melangkah (ada hukum, wajib, sunat, mubah; haram/halal) Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis & rasional ajaran moral yang siap pakai. Etika mempersoalkan, apakah saya harus melangkah dengan cara itu ? mengapa dengan cara itu ? ada konsep kajian, ilmu pengetahuan pada bahasan etika. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Etika sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakt dalam merealisasikan moralitas itu. Apa yang dilarang oleh masyarakat kita, memang benar-benar merupakan hal yang buruk ? Apa yang dinilai tinggi oleh masyarakat kita benar2 baik ? Mengapa saya/organisasi harus bertindak transparan, jujur, tidak diskriminatif dalam pelayanan ? Apakah saya selalu harus jujur dalam segala situasi ? Pertanyaan yang menuntut sikap kritis dan rasional dalam mewujudkan norma moral, dan itulah etika. Etika, sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya bertindak seperti itu. 1. Hukum moral sangat vital bagi Manusia A pinjam uang pada B dalm jumlah yang tak terlalu besar dan sepertinya B tidak mempersoalkan jika utang tersebut tak dikembalikan. Waktu berjalan dan B sudah melupakan soal utang tersebut. A tahu betul kalaupun utang tersebut tak dibayar, B tidak akan marah. Namun A, sebagai orang yang bermoral tetap merasa berkewajiban membayar, melunasi utang tersebut.
2. Hukum Moral bersifat Rasional dan Objektif
3. Moralitas terdiri dari Hukum-hukum Universal
Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah terinternalisasi dalam diri individu –nilai yang ditanam keluarga, pertama dan utama Produk dari sosialisasi nilai masa lalu Moralitas pribadi adalah hati nurani yang hidup dalam jiwa dan menuntun perilaku individu Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian individu Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial dan organisasi Manusia dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Baik-buruk dilakukan dengan sadar atas pilihan, sengaja –faktor sengaja penilaian baik-buruk, itu etis. Tahu dan memilih, dua hal yang dalam penilaian moral selalu dituntut adanya. Kalau tak ada kesengajaan, pada prinsipnya tak ada penilaian baik-buruk; ada makna kesadaran dalam hal ini. Kesadaran etis (moral) Manusia umumnya, tahu akan adanya baik dan buruk. Namun, bukan selalu ia mengetahui dalam tindakan tertentu, menjalankan sesuatu yg baik atau buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan buruk itu disebut kesadaran etis atau kesadaran moral. Kesadaran moral (pengetahuan) ini tidak selalu ada pada manusia. Daya sebagai potensi, itu ada sejak dilahirkan. Agar berkembang memerlukan orang lain, berupa ketauladanan, pengajaran. Kesadaran moral akan berfungsi dlm tindakan konkrit utk keputusan terhadap tindakan tertentu tentang baik-buruknya. Kesadarn moral yg sudah timbul dan berkembang, disebut kata hati Kata hati merupakan penerapan kesadaran moral tindakan tertentu –bertindak sbg hakim. Tindakan kata hati mungkin keliru mengatakan baik-buruknya tindakan tertentu, karena situasi yg runyam atau karena pendidikan yg keliru. Kata hati memberi penilaian pada tindakannya etis. Ada yg mengatakan kata hati itu adalah petunjuk atas baik-buruk Tiap kali tindakan etis, tiap kali pula kata hati berfungsi dan bertindak sebagai penerangan dan atau hakim. Kekeliruan kata-hati
Kata hati mungkin keliru. Oleh karena itu,
kata hati dalam keputusannya mengikuti penerangan, maka jika penerangan itu salah, keputusannyapun salah. Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan pekerjaan profesional Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip- prinsip profesionalisme (kapabilitas teknis, kualitas kerja, komitmen pada profesi) Dapat dirumuskan ke dalam kode etik Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi (pencabutan lisensi)
Mengapa Etika Profesi dilanggar ?
Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait dengan kehidupan organisasi Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi modern (efisiensi, efektivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas, demokrasi) Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh kepentingan sempit organisasi, kepentingan birokrat, atau kepentingan politik dari politisi yang membawahi birokrat Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi
Mengapa Etika Organisasi dilanggar ?
Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan hubungan-hubungan sosial Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika sosial Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi hidup dalam memori publik, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di masyarakat Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang, tidak boleh merepotkan orang lain] Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika sosial, yaitu melalui penerapan sanksi-sanksi sosial [tambahan hukuman sanksi sosial] Mengapa Etika Sosial dilanggar ? Mencapai kebahagiaan dan terpercaya menuju sukses karier. Meredam kecenderungan kepentingan pribadi - kerja organisasi, team work, sinergis. Banyak kasus bersifat dilematis, karena itu diperlukan bisa memberikan kepastian tentang mana yang benar dan salah, baik dan buruk. Penerapan peraturan etika dapat membuat perilaku etis menimbulkan efek reputasi. Organisasi publik sekarang banyak dicemooh karena kinerjanya dinilai buruk, karena itu perlu etika –ada rasa malu. Inti good governance: sinergis public, privat, civil society Jantung good governance : Akuntabilitas Akuntabilitas tatann pemrintah demokratis Mencerminkankan komitmen pemerintah melayani publik, kesejahteraan rakyat Muncul kepercayaan masyarakat karena berorientasi pada publik Muncul dukungan, partisipasi masyarakat dan swasta United Nation (2002), mndefinisikan akuntabilitas sebagai sebuah norma dalam hubungan antara pengambil keputusan dan stakeholders dan para pengambil keputusan bertanggungjawab terhadap konsekuensi yang timbul dari keputusan mereka.
Pollit secara sederhana mengatakan akuntabilitas
hubungan dimana sebuah pihak tertentu diharuskan untuk melaporkan tindakan-tindakan terhadap pihak lain (Pollit, Birchall & Putman, 1988). J.B. Ghartey (dalam LAN & BPKP, 2000) menyatakan akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana dan bagaimana. Pertanyaan, apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban diserahkan, siapa yang bertanggungjawb terhadap berbagai kegiatan dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban seiring dengan kewenangan yang memadai dan lain sebagainya.
Nisjar (1997) mengartikan akuntabilitas sebagai kewajiban
bagi aparatur pemerintahan untuk bertindak selaku penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang diterapkannya.
Finner (dalam Joko Widodo, 2001) menjelaskan akuntabilitas
merupakan konsep yang berkenaan dengan standar eksternal yang menentukan kebenaran suatu tindakan oleh administrasi negara. Oleh karena itu akuntabilitas sering disamakan tanggungjawab yang bersifat objektif. Akuntabilitas publik merupakan alat demokrasi partisipatif rakyat untuk mempertanggunggugatkan peran pemerintah dan mitranya dalam fungsi pemerintahan, pembangunan & pelayanan publik.
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberi
pertanggungjawaban atau menerangkan kinerja atas tindakan seseorang/ badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Terselenggaranya pemerintahan yang akuntabel
memotivasi sekaligus menjadi komitmen pemerintah bertanggungjawab terhadap apa yang direncanakan dan dilakukan kemudian siap untuk digugat atas tugas pokok dan fungsi (tupoksi) aparatur pemerintah (daerah). Transparansi (sudahkah organisasi terbuka dengan fakta-fakta kinerjanya); Akuntabilitas tidak akan terwujud dalam penyelenggaraan pemerintahan (daerah) jika tidak memiliki prasyarat transparansi.
Liabiliti (sudahkah organisasi memperhati
konsekuensi dari kinerjanya); Pemerintah daerah seharusnya cerdas dan tajam mengkaji segala yang menjadi konsekuensi dan dampak kebijakan Pengontrolan (sudahkah organisasi melaksanakan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan, digariskan); apakah prinsip pengawasan atasan, internal dan eksternal, publik sudah diberi ruang lebar dan dilaksanakan ?
Tangungjawab (organisasi bertanggungjawab atas
input, proses, output, dan outcome); jika terjadi masalah, apa tanggungjawab pemerintah daerah; kuat berkenaan dengan moralitas tanggungjawab melayani Publik.
Responsif (sudahkan organisasi memenuhi
tuntutan dan kebutuhan dari masyarakat); bagaimana daya tanggap pemerintah ini juga mencerminkan tingkat akuntabilitas pemerintah. Akuntabilitas politik, demokrasi dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh karena itu menjadi penting perencanaan bottom up sebagai bentuk nyata menjaring aspirasi masyarakat. Akuntabilitas birokrasi publik tidak mungkin hanya dapat diperoleh dengan sikap menunggu. Akuntabilitas adalah hak masyarakat dan merupakan sesuatu yang harus dituntut oleh masyarakat sendiri dan diberikan ruang yang lebar dari pemerintah daerah dalam keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah. Akuntabilitas keuangan, berarti pengelolaan keuangan rakyat dimana dalam pengukuran kinerja tidak hanya pada tujuan, tetapi juga outcome. Pengalokasian dana perlu yang cerdas untuk mampu mendapatkan efek tetesan bagi pembangunan dalam upaya menuju kesejahteraan rakyat. Hal yang akuntabel perencanaan pembangunan daerah jika belanja cerdas dan bertujuan mencapai kesejahteraan masyarakat. Akuntabilitas hukum, mengandung arti bahwa rakyat harus memiliki keyakinan bahwa unit-unit pemerintahan dapat bertanggung jawab secara hukum atas segala tindakannya. Perencanaan yang akuntabel jikalau memperhatikan sisi hukum. Bohong kepada publik Melanggar nilai-nilai publik: responsibilitas, akuntabilitas, transparansi, keadilan, dan lain-lain Melanggar sumpah jabatan, janji jabatan Melanggar fakta integritas Mengorbankan, mengabaikan, atau merugikan kepentingan publik … (analisis materi kuliah sebelum utk mengidentifikasi perilaku tak etis). Pengantar Subjek kajian tidak hanya politisi, tetapi juga pejabat birokrasi, penegak hukum, pelaku bisnis, aktivitis LSM, akademisi yang semua peran ini berpeluang memperebutkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan. Adakah etika dalam berpolitik, fatsun ? Fakta, dunia politik penuh intrik-intrik guna memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Rambu-rambu moral sering disebut sebagai acuan, tetapi itu retorika. Kenyataan kelam tsb, membuat orang bersikap sinis terhadap perbincangan tentang etika politik. Berbahaya, menunjukkan sikap keputusasaan. Seolah-olah apa yang terjadi memang semestinya terjadi. Etika menyadarkan, apa yang seharusnya kita upayakan agar terjadi, bukan hanya berhenti pada apa yang senyatanya terjadi. Fakta mobil-mobil mewah parkir di DPR; perbaikan toilet di DPR, mengapa ini dinilai salah melanggar etika. Fakta ini, apa pelanggaran hukum ? Banyak hal dalam keorganisasian (pemerintah, politik, nirlaba, bisnis, sosial) boleh jadi tidak ditemukan pelanggaran hukum -formalitas, tertulis. Namun perbuatan tsb secara nyata merusak. Menjabat lama, rendah kinerja harusnya malu –kendali dari dalam. Etika pejabat. Perbuatannya berimplikasi atas tanggungjawab selaku pejabat publik. Netralitas birokrasi, tapi sistem pilkada membuat proses promosi, mutasi, rekrutmen pejabat birokrasi terkontaminasi politik. Birokrasi tidak boleh diskriminasi pelayanan. Hal yang baik, rumah sakit pemerintah tanpa ada kelas Birokrasi melayani publik, tapi birokrasi didisain melayani birokrasi -atasan. Sistem politik mendorong politisi ‘hanya’ memperhatikan konstituen. Sistem pemilihan legislatif melalui pemilahan daerah pemilihan. Politik berkata: ‘karena itu jadilah cerdik seperti ular’. Namun Moral menambahkan sbg syarat yg membatasi: ‘dan tulus seperti merpati’. Demikianlah kata Kant, yang yakin ular dan merpati dapat hidup berdampingan, dan selnjutnya merpatilah yang menang. Seorang filsuf yang waspada akan mengatakan: ‘Ular dan merpati akan berbaring bersama, tetapi merpati akan sulit tidur. Hati berfungsi. Konflik kekuasaan dengan etika. Mempertentangkan membuat dari masing-masing kubu untuk mengabaikan yang lain. Moralitas menjadi tidak relevan untuk mengejar kekkuasaan. Membahas tentang perlunya memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan keputusan para pejabat negara guna mengurangi tindakan-tindakan politik yang melanggar moral yang seringkali diklaim oleh para pejabat tersebut sebagai terpaksa diambil demi kepentingan bangsa dan negara. Meninjau ulang kebijakan tangan2 kotor, menggariskan panduan dalam kebijakan, melibatkan peran pengawas. Diakui, tidak menghilangkan sama sekali tindakan2 politik yg tergolong tangan-tangan kotor. Tetapi, tangan-tangan kotor demokratik masih lebih baik daripada memberi peluang untuk merajalelanya tindakan-tindakan kotor dari para pejabat negara. Ada kawalan kekuasaan, belum tentu yang mengawal tanpa kepentingan kotor, tetapi ini lebih baik ada kawalan. Memperluas lingkup tanggungjawab pribadi sampai mencakup tanggungjawab pribadi pejabat negara atas struktur dan kebijakan publik yang berlaku pada masa ia menjabat, walaupun keputusan dan pelaksanaannya melibatkan banyak tangan Pejabat bertindak bersama lain di dalam sebuah organisasi, kita sulit meminta pertanggungjawab moral kepada siapapun atas konsekuensi keputusan dan kebijakan pemerintah. Moralitas, pejabat berdiri paling depan menyatakan bertanggungjawab. Penerapan konsep dalam memberlakukan sanksi hukum kriminal dengan menghukum pejabat pemerintah yang dinilai melakukan atau bertanggungjawab atas tindakan kriminal yang terjadi dibahas dalam bab III. Pengarang secara realistik menyadari bahwa dalam praktik, hukum kriminal sering lebih dipakai untuk menjatuhkan hukuman pada individu warganegara yang bersalah daripada menjatuhkan hukuman pada pejabat pemerintah terhadap warganegaranya. Pengarang mau menunjukkan bahwa praktik pengadilan dan penjatuhan hukuman pada pemerintahan yang bersalah, secara hukum akan membantu proses demokratisasi dan merangsang reformasi bagi tuntutan akuntabilitas pejabat publik di masa depaan. Contoh skandal Watergate; hukuman mati di Cina; skandal Century ? Bencana kabut asap. Etika fungsi legislasi ? Bagaimana menghindari bermainnya kepentingan pribadi, kelompok demi rakyat. Fungsi pengawas ? Fungsi anggaran ? Pengalokasian anggaran, terjadi kongkalikong, black box Sejauh mana masyarakat berhak untuk mengetahui kehidupan pribadi para pejabat ? Etiskah mengorek rahasia pribadi pejabat negara ? Samakah hak atas privacy pejabat dengan warga negara biasa ? Pejabat negara melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak kita, dengan alasan untuk kebaikan kita. Program-program pemerintah diwajibkan, bahkan dipaksakan kepada masyarakat dengan alasan pemerintah lebih tahu. Pengarang, tidak bermaksud menghilangkan sama sekali paternalisme, tetapi mau melokasikan batas-batasnya yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat padu dengan tuntutan kebebasan Eksprimen, uji coba kebijakan publik pada sekelompok warga. Orang, masyarakat jadi kelinci percobaan. Masalah etis berkenaan resiko dampak negatif yang harus ditanggung mereka. Etika: Cabang filsafat; nilai Memiliki sifat abstrak dan berkenaan baik dan buruk Administrasi: Keputusan dan tindakan Sesuatu yang konkrit dan diwujudkan Pertanyaan mendasar: 1. Bagaimana gagasan-gagasan administrasi (ketertiban, efisiensi, kemanfaatan, produktivitas) dapat menjelaskan etika dalam praktik ? 2. Bagaimana gagasan dasar etika (mewujudkan yang baik dan menghindari yang buruk) dapat menjelaskan hakekat penyelenggaraan pemerintahan ? Pertanggungjawaban Administrator pemerintahan memikul tanggungjawab penuh dan ikatan kuat dalam pelaksanaan semua tugas pekerjaan Pengabdian Administrator menjalankan semua tugas pekerjaan dengan seluruh tenaga fisik, pikiran, semangat dan perhatian Kesetiaan Administrator pemerintah patuh kepada tujuan bangsa, konstitusi negara, peraturan perundangan, tupoksi demi tercapai cita-cita Kepekaan kemauan dan kemampuan administrator untuk memperhatikan dan siaga terhadap berbagai perkembangan, situasi yang berubah dan kebutuhan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dari waktu kewaktu dengan disertai usaha-usaha menanggapi Persamaan Birokrasi memberikan perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan/diskriminasi/pilih kasih kepada semua pihak Kepantasan Administrator pemerintah memperhatikan persoalan dan kebutuhan dalam masyarakat yang beranekaragam sehingga memerlukan perbedaan perlakuan asalkan berdasarkan pertimbangan yang adil atau alasan yang benar