TUGAS I
DI SUSUN OLEH
NAMA : BARKATI
NIM : 018288145
NO HP : 085305260046
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui birokrasi merupakan suatu wadah kelembagaan yang
menentukan efektifitas dari suatu pembangunan, maka yang menjadi tinjauan disini adalah
sifat-sifat daripada budaya birokrasi itu sendiri. Apa yang dilakukan oleh birokrasi terhadap
masyarakat hanya akan di patuhi jika pegawai birokrasi itu dapat memberikan contoh yang
baikpada masyarakatnya yakni dengan tindakannya sebagai penyelenggaran negara yang
bermartabat. Secara garis besar peraturan pegawai pemerintah sudah ditetapkan sebagai
manamestinya yang mana seyogyanya harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap pegawai
pemerntah baik di pusat maupun di daerah karena itu sudah merupakan peraturan baku.
Namun, pada kenyataannya peraturan tersebut hanya sebagai formaslitas belaka yang
dipandang sebelah mata oleh kebanyakan pegawai pemerintahan daerah.
Usaha dalam mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh
kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945, negara dan
pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna,
berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan tanggung jawabnya sebagai
aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Kelancaran pelaksanaan pemerintahan
dan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan
kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri.
Pegawai negeri yang sempurna adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada
Pancasila, Undang–Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik,
berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung
jawab sebagai unsur pertama aparatur negara. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang
sempurna. Disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan baik. Ada
sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia, permasalahan tersebut antara
lain besarnya jumlah PNS Daerah dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun,
rendahnya kualitas dan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan
ketidakjelasan jalur karier yang dapat ditempuh.
Pegawai negeri sipil/aparatur sipil negara harus memiliki yang namanya etika dan
moralitas. Ini sudah semestinya dijunjung tinggi dalam menjalankan tugas sehari-hari baik
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara umum maupun ketika memberikan
pelayanan antar sesama aparatur sipil negara apakah itu antara bawahan dengan atasan atau
sebaliknya atasan dengan bawahan.
Aparatur sipil negara juga harus memiliki akuntabilitas dan penghormatan yang tinggi
terhadap tuntutan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Pemahaman
mengenai etika dan moralitas dalam pemerintahan merupakan kompetensi dasar yang penting
dan strategis yang harus dimiliki dan dipraktetkkan secara konsisten oleh setiap individu
aparatur sipil negara sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, dalam praktek
penyelenggaraan pemerintah. ASN harus memiliki etika yang diterapkan dengan perilaku
yang baik diinstansinya, dan etika ini diatur dengan kode etik, sehingga setiap instansi
menetapkan kode etik yang dilihat berdasarkan karakteristik masing-masing instansi dan
organisasi profesi.
Selain itu, kita selaku aparatur sipil negara dalam menjalan tugas harus mengetahui
Kode Etik sebagai seorang PNS/ASN. Kode Etik sendiri merupakan nilai – nilai yang
diyakini akan kebaikan dan kebenarannya serta kebaikannya yang ditimbulkan apabila
diwujudkan dalam sikap dan perilaku seorang PNS, baik dalam kedinasan maupun dalam
kesehariannya. Kode Etik mencerminkan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS
didalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari, dan Kode etik juga
mencakup seluruh aspek kehidupan kedinasan maupun dalam kehidupan kesehariannya, yaitu
kode etik bernegara, kode etik berorganisasi, kode etik bermasyarakat, kode etik sesama PNS,
dan kode etik terhadap diri sendiri. Butir-butir kode etik tersebut akan bermakna jika dapat
teraplikasikan dalam sikap dan perilaku dan menjadi internalisasi dalam diri seorang PNS.
B. PERMASALAHAN
1. Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana penerapan kode etik aparatur sipil negara
dan tantangan apa saja yang dihadapi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi para anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota
profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam masyarakat.
➢ Menurut pasal 43 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa kode etik berisi
norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
➢ Menurut Sonny Keraf, kode etik merupakan kaidah moral yang berlaku khusus untuk
orang-orang profesional dibidang tersebut.
➢ Menurut Kode Etik Guru Indonesia (hasil Kongres PGRI Ke-XX tahun 2008), Kode
Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas dan diterima oleh guru-guru Indonesia,
sebagai pedoman sikap dan peilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat dan warga negara.
➢ Menurut Prof. Dr. R. Soebekti, S.H. dalam tulisannya yang berjudul “Etika Bentuan
Hukum”, kode etik suatu profesi berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
orang-orang yang menjalankan tugas profesi tersebut.
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi .fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson
dan Michel(1945-449)yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
Biggs dan blocher(1986-10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
➢ Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
➢ Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyrakat , dan
pemerintah
➢ Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya
➢ Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas
Pada dasarnya, tujuan mengadakan atau merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah “image” dari pihak luar atau masyarakat agar
jangan sampai “orang luar” memandang rendah atau “remeh” profesi tersebut. Oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk yang dapat
mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga
mendapat nama atau disebut “kode kehormatan”.
Yang dimaksud kesejahteraan disini ialah berupa kesejahteraan berupa materill dan
spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materill para anggota profesi, kode
etik umumnya mengadakan larangan-larangan kepada para anggotanya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
Dalam hal kesejahteraan spiritual atau mental para anggota profesi, kode etik
umumnya meberi petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan tugas
profesinya. Selain itu juga kode etik mengadakan larangan-larangan kepada para
anggotanya untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyangkut hal-hal
yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian generasi tertentu, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma tentang
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para
anggotanya sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Disamping itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dari penjelasaan diatas, jelas bahawa kini tujuan suatau profesi menyusun kode etik
adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatka mutu profesi serta untuk meningkatkan organisasi profesi.
B. Analisis Permasalahan
Implementasi Kode Etik Dalam kaitannya dengan perihal etika birokrasi, Salah satu
implementasi dari pembinaan pegawai adalah dengan pemberian punish andreward kepada
PNS. Salah satu reward dari Kepegawaian daerah yakni Satyalancana Karya Satya.
Satyalancana Karya Satya adalah sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepadaanggota
Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia yang telah berbakti selama 10 atau 20 atau30
tahun lebih secara terus menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetiandan
pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana
Karya Satya dibagi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun, Satyalancana
Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun.
Membina moral etika PNS, Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat
Pegawai Negeri Sipil memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Setiap Pegawai Negeri Sipilwajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
wajib memberikan pelayanan secara adil danmerata kepada masyarakat dengan dilandasi
kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945, Negara, dan
Pemerintah.
Untuk menjamin agar setiap Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus
meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan
perundang – undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri
Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga dalam
bersikap dan bertindak perlu diatur sedemikian rupa agar yang disebut abdi negara dan abdi
masyarakat senantiasan menjadi contoh dan suri tauladan.
Simpulan
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh
parapejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya,
tidakada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar adanya, dibutuhkan sanksi
kerasterhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan, apabila memenuhi unsur
adanyatindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar sumpah dan kode etik itu
harusdiseret ke pengadilan.
Kita memang harus memiliki keberanian untuk lebih bersikap tegas terhadap
penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak boleh bersikap diskrimatif dan
tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik dan sumpah jabatan dengan
sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya tidak memiliki kekebalan di bidang hukum.
Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik kode etik profesi harus diberantas. Kita
harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh manipulatif dari sebagian elite
masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi sebuah Negara dan Bangsa
yang bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt560c894f337d2/inilah-tantangan-tantangan-
terkini-aparatur-sipil-negara/ diakses 20 juni 2020
http://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/pentingnya-penerapan-kode-etik-disiplin-pns-babel
diakses 20 juni 2020
https://www.academia.edu/30712262/IMPLEMENTASI_KODE_ETIK_PADA_PEGAWAI_
NEGERI_SIPIL_STUDI_KASUS_BKD_KOTA_MALANG diakses 20 juni 2020