Anda di halaman 1dari 22

RUANG LINGKUP:

ADMINISTRASI PUBLIK
(ENAM DIMENSI PRIMA)

Oleh:
Dr.M.Nur Budiyanto,S.Sos.,MPA

FISIP
Universitas Sriwijaya
Palembang
Hubungan antara Dimensi-dimensi Strategis Administrasi Publik

Dimensi
Dimensi
Moral/Etika
Moral/Etika

Dimensi
Dimensi Dimensi
Dimensi Dimensi
Dimensi Dimensi
Dimensi
Lingkungan
Lingkungan Kebijakan
Kebijakan Manajemen
Manajemen Kinerja
Kinerja

Dimensi
DimensiOrganisasi
Organisasi

(Hubungan bersifat Resiprokal)


• Dimensi Kebijakan = Berkenaan dengan keputusan tentang apa yang
harus dikerjakan Administrasi Publik.

• Dimensi Manajemen = Berkenaan dengan bagaimana menerapkan


prinsip-prinsip manajemen untuk mengimplementasikan kebijakan
publik.

• Dimensi Organisasi = Berkenaan dengan siapa atau kelompok mana


yang harus mengimplementasikan atau mengerjakan apa yang telah
diputuskan. Aspek pertama yang ditekankan adalah pembagian tugas,
fungsi dan tanggungjawab dalam bekerja baik secara vertikal maupun
horizontal.
• Dimensi Etika = dianalogikan dengan “sistem sensor” di dalam
Administrasi Publik.

• Dimensi Lingkungan = Dimensi eksternal Administrasi Publik yang


mempengaruhi dinamika atau perubahan dimensi internal seperti
kebijakan, manajemen, organisasi, moral/etika dankinerja.

• Dimensi Kinerja = Aspek baru yang berkaitan dengan akuntabilitas


kinerja, apakah mereka benar-benar melaksanakan tugasnya secara
profesional?
Pakar yang mengemukakan Sisi Etika dari Administrasi Publik:

• Harold Lasspell, 1930


• Chester J. Bernard, 1938
• Herbert Simon, 1947
• Paul H. Appleby, 1952
• Norton Long, 1962
• Gordon Tullock, 1965
• Henry, 1995: 400-411
Secara logis isu etika menjadi sangat vital di dalam Administrasi
Publik karena adanya KELELUASAAN/DISKRESI yang diberikan
kepada para eksekutif.

John A. Ror (1989 : 60)


Morality and Administration in Democratic Government
by Paul Appleby:
Diskresi Administrasi menjadi “Starting Point” bagi masalah
moral atau etika dalam dunia Administrasi Publik.
Sorotan Tentang Etika
1. Cooper, 1998
2. Amado, 2002
3. Donaue, 2003
4. Berman, 2003 Faktor yang mensukseskan tujuan
kebijakan, struktur organisasi,
manajemen publik
ETIKA

Faktor isi menjadi pemicu dalam


menggagalkan tujuan kebijakan, struktur
organiasi, manajemen publik.

Upaya perbaikan moralitas dalam kebijakan, organisasi dan manajemen sangat


potensial dalam membantu penghematan biaya baik dalam bidang pelayanan
publik maupun pembangunan.
BATASAN DAN RUANG LINGKUP ETIKA

BERTENS (2000):
• Kebiasaan, adat, akhlak, watak
• Ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan
• Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988):


Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:

ETIKA :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak
dan kewajiban moral;

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan


atau masyarakat.
BERTENS:

ETIKA :
1. Sebagai nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, atau disebut dengan “sistem nilai”;

2. Sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering dikenal


dengan “kode etik”;

3. Sebagai ilmu tentang yang baik atau yang buruk -> “filsafat moral”.
Encyclopedia of Philosophy:

ETHICS :
1. Way of life;

2. Moral code atau rules of conduct;

3. Penelitian (1) dan (2) -> lihat Denhardt, 1988: 28


PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET

ETIKA :
1. Lebih menggambarkan norma tentang perbuatan itu sendiri yaitu apakah
suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan.
2. Cenderung berlaku universal dan menggambarkan sungguh-sungguh
sikap batin.
Contoh: Mengambil barang milik orang tanpa izin (mencuri)

ETIKET :
1. Menggambarkan cara suatu perbuatan itu dilakukan manusia dan
berlaku hanya dalam pergaulan atau berinteraksi dengan orang lain dan
cenderung dalam kalangan tertentu saja.
2. Lebih bersikap relatif.
Contoh: Memberi sesuatu dengan tangan kiri, tidak sopan bagi orang
Jawa/Indonesia, tapi di kalangan lain biasa.
Six Great Ideas (Denhardt, 1988) :
1. Kebenaran (truth)
2. Kebaikan (goodness)
3. Keindahan (beauty)
4. Kebebasan (liberty)
5. Kesetaraan (equality)
6. Keadilan (justice)
ETIKA atau MORAL = Dimensi Penting dalam
Administrasi Publik

karena:

• Kegiatan Administrasi Publik berkenaan dengan maksud dan


tujuan publik tertentu.
• Diarahkan untuk memuaskan kepentingan atau kebahagiaan
publik.
• Dijalankan dengan kewajibhan dan motif yang benar.
Chandler & Plano (1988)

4 Aliran tentang Etika:


1. Empirical Theory
2. Rational Theory
3. Intuitive Theory
4. Revelation Theory
Empirical Theory
Etika diturunkan dari pengalaman manusia dan persetujuan
umum.
Misal: Peperangan, penggunaan zat kimia yang berbahaya

Rational Theory
Melihat bahwa baik atau buruk sangat tergantung dari reasoning atau
alasan dan logika yang melatarbelakangi suatu perbuatan, bukan
pengalaman. Dalam konteksi ini, setiap situasi dilihat sebagai suatu
yang unik dan membutuhkan penerapan yang unik dari logika
manusia dan memberikan kesimpulan yang unik pula tentang baik
dan buruk.
Intuitive Theory
Berargumen bahwa etika tidak harus berasal dari pengalaman dan
logika, tetapi dari manusia secara alamiah memiliki pemahaman
tentang apa yang benar dan salah, apa yang baik dan yang buruk.
Teori ini menggunakan hukum moral alamiah atau “natural moral
law”.

Revelation Theory
Berpendapat bahwa yang benar atau salah berasal dari kekuasan di
atas manusia, yaitu dari Tuhan sendiri
Pendekatan Teologis
(Heichelbech, 2003: 1189-1191)

Berkenaan dengan maksud dan tujuan, yang menentukan


apakah sesuatu hebat atau bermanfaat.

Ditentang oleh Scientific Revolution:


Bukan tujuan atau maksud yang menentukan sesuatu itu
hebat/berharga, tetapi lebih ditentukan prinsip-prinsip ilimiah
yang digunakan.
Pendekatan Utilitarianisme (Jeremy Bentham, John Stuart Hill)

Berkaitan dengan akibat yang dirasakan apakah memenuhi kepentingan


atau meningkatkan kepuasan.
Suatu kegiatan itu etis apabila menghasilkan yang lebih besar dan lebih
luas cakupannya.

Dikritik oleh Consequentralists:


Mengapa harus kebahagiaan yang dijadikan ukuran? Apakah tidak
sebaiknya mempertimbangkan juga kepentingan lain seperti hak asasi
manusia.
Deontologi (John Rawls, Immanuel Kant)
= Salah satu cabang etika yang menekankan:
- kewajiban,
- tugas,
- tanggungjawab,
- prinsip-prinsip yang harus diikuti.

Lebih menekankan:
Terhadap suatu kewajiban,
- Compliance (ketaatan) tanggung jawab, aturan, prinsip-
- Enforcement (kesesuaian) prinsip yang berlaku
John Rawls: Etis tidaknya, tergantung pada apakah
prinsip-prinsip utama telah diikuti atau tidak.
Misalnya: Dalam mendistribusikan pelayanan publik atau barang publik, tidak
menerapkan prinsip justice as fairness atau tidak.

Virtue Ethics: Muncul sebagai reaksi terhadap aliran


Utilitarianisme.
TERIMA
KASIH…

Anda mungkin juga menyukai