Tujuan utama buku ini adalah untuk menjawab tentang peran teori terkait
permasalahan administrasi publik. Sebagaimana diketahui, tujuan utama dari teori
adalah untuk mengumpulkan fakta menjadi gambaran dan penjelasan yang
komprehensif
dalam
menggunakan
pemahaman
ini
agar
berguna
untuk
empiris
mengacu
pada
keberhasilan
relatif
dari
teori
dalam
bentuk politik yang kuat dan bahwa setiap upaya untuk memisahkan keduanya akan
gagal.
Berbagai upaya telah dibangun untuk menggambarkan dan menjelaskan
unsur-unsur
hubungan
bervariasi
antara
fungsi
administrasi
dan
politik
komprehensif untuk memenuhi kebutuhan itu. Dalam pengertian ilmiah, maka, teori
perwakilan birokrasi masih belum menghasilkan.
Dalam prakteknya, administrasi bukan tentang efisiensi, atau bahkan
efektivitas. Tetapi tentang politik, dan faktanya, terjadi kebingungan dalam lembaga
termasuk terkait peran mereka. Namun ini justru berimbas pada kejelasan hubungan
antar bidang pemerintahan sehingga menjadi jauh lebih mudah dipahami. Artinya,
teori-teori politik birokrasi telah melayani disiplin dengan baik dalam menyoroti peran
politik birokrasi, mereka telah menjalin pemahaman yang lebih besar tentang
mengapa badan publik melakukan apa yang mereka lakukan.
Institutional Theory
Teori kelembagaan dalam administrasi publik berkaitan dengan organisasi
dan manajemen institusi publik, mencakup hubungan antara struktur organisasi,
peraturan terkait serta norma-norma, dan proses organisasi, perilaku, hasil, dan
akuntabilitas lembaga publik. Dalam administrasi publik, istilah "lembaga" biasanya
mengacu pada sebuah organisasi publik yang dapat memanggil otoritas negara
untuk menegakkan keputusannya. Dalam konteks ini, lembaga-lembaga umum
didefinisikan sebagai konstruksi sosial, aturan dan norma-norma yang membatasi
perilaku individu dan kelompok.
Teori kelembagaan didasarkan pada asumsi bahwa hasil kolektif dan perilaku
individu yang terstruktur oleh lembaga. Teori kelembagaan mencakup literatur lintas
disiplin, termasuk cabang di ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik. Teori kelembagaan
dalam administrasi publik bisa dilihat dalam konsep Birokrasi klasik Wilson: Apa
yang Pemerintah Lakukan dan Mengapa Mereka Melakukannya.
Meskipun teori kelembagaan menyediakan konsep yang detail dan kaya
dengan deskripsi perilaku organisasi, ternyata pluralisme yang sangat besar bisa
menimbulkan permasalahan terkait upaya penghematan dan sehingga sulit untuk
menilai kapasitas secara jelas, replikasi, dan prediktif. Karena teori kelembagaan
(tunggal) tidak memiliki inti konseptual, mungkin lebih akurat untuk menggunakan,
teori institusional yang jamak. Secara keseluruhan, teori kelembagaan memiliki lebih
banyak tinjauan/perspektif yang beragam.
Public Management Theory
murni untuk
akan pilihannya, dan mengerti pilihan yang terbaik bagi mereka dengan memilih opsi
pilihan yang menggunakan biaya yang sedikit ( pengaruh dari neoclasical
ekononomi), (2) mengasumsikan bahwa semua keputusan yang dihasilkan adalah
perwujudan dari tindakan dan keputusan individu yang kolectif. Persepsi rasional jika
dikaitkan dengan birokrasi, adalah dimana pemerintah menjadi actor utama dalam
penyediaan barang-barang publik. Reformasi yang berkembang yang diberikan teori
pilihan rasional adalah pemerintah tidak lagi menjadi actor utama dalam penyediaan
pelayanan publik, dimana adanya keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sebagai
bagaian terciptanya demokrasi. Ketika pemerintah tidak lagi dapat memberikan
sebuah pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, dalam teori ini swasta dapat
mengambil alih untuk memberikannya guna mencapai pelayanan yang efektif dan
efisien. Teori pilihan rasional ini pada dasarnya menekankan pada demokrasi dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik.
Governance Theory
Perubahan dari sebuah pemerintahan pada berbagai negara dari sebuah
birokrasi yang berbasis weberian ke arah birokrasi yang kurang hierarki, kurang
terpusat dan
lebih
bersedia
untuk bekerja
sama
dengan
sektor swasta
pemahaman
yang
lazimnya,
tetapi
pemerintahan
pada
saat
ini