Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat; Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindah tanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) adalah sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah yang mempunyai wewenang
1. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah. 2. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan. 3. Menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah. 4. Mengajukan usul pemindah-tanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 5. Menyetujui usul pemindah-tanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya. 6. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan.
5. Meningkatkan penerimaan Negara melalui sektor perpajakan. 6. Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional. 7. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas. 9. Mengumumkan kegiatan pengadaaan barang/jasa pemerintah secara terbuka melalui surat kabar nasional dan/atau surat kabar propinsi
Selesai