Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEUANGAN SEKOR PUBLIK


BINTORO WARDIYANTO

Aset/Barang Milik Daerah


1. Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D atau 2. Berasal dari perolehan lainnya yang sah, seperti : a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis. b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak. c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang. d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

AZAS PENGELOLAAN BARANG


Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masingmasing; Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundangundangan; Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yangbenar;

Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat; Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindah tanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) adalah sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah yang mempunyai wewenang

1. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah. 2. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan. 3. Menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah. 4. Mengajukan usul pemindah-tanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 5. Menyetujui usul pemindah-tanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya. 6. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan.

Perencanaan dan penentuan kebutuhan barang aset daerah


Untuk memenuhi kebutuhan standar akan barang/inventaris bagi setiap personil untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan barang/inventaris guna menunjang pengembangan organisasi dan atau penambahan personil pada satuan kerja yang bersangkutan. Untuk mengganti barang-barang yang rusak, dihapuskan, dijual, hilang, dihibahkan atau sebab lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga memerlukan penggantian. Untuk menjaga tingkat persediaan barang (terutama terhadap barang stok pakai habis) untuk perkiraan pemakaian pada satu tahun mendatang. Pertimbangan perkembangan teknologi; seperti pembelian komputer, scanner dan sebagainya.

Tahapan Penyusunan Perencanaan Pengadaan dan Pemeliharaan barang/aset

a. Pengumpulan usulan kebutuhan b. Penyusunan rencana kebutuhan c. Perhitungan kebutuhan anggaran

Prinsip Pengadaan Barang


Pengadaan/pemborongan dengan pembelian/pembelanjaan, Membuat sendiri (swakelola), Penerimaan dari; hibah, bantuan/ sumbangan, atau kewajiban Pihak Ketiga, Tukar-menukar, dan Guna susun

Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa


1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional. 2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa. 3. Menyederhanakan ketentuan dan tatacara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa. 4. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab pengguna barang/jasa, Pejabat/Panitia pengadaan, dan penyediaan barang/jasa.

5. Meningkatkan penerimaan Negara melalui sektor perpajakan. 6. Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional. 7. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas. 9. Mengumumkan kegiatan pengadaaan barang/jasa pemerintah secara terbuka melalui surat kabar nasional dan/atau surat kabar propinsi

Selesai

Anda mungkin juga menyukai