Anda di halaman 1dari 6

APA PENGERTIAN PEMERINTAH ?

Pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara,
mencakup urusan masyarakat, territorial dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai
tujuan negara (Suradinata)

Jadi dapat dikatakan, pemerintah merupakan sistem untuk menjalankan wewenang dan
kekuasaan dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan pertahanan serta
keamanan suatu negara dan bagian-bagiannya.

MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI

Suatu pemerintahan mengalami perkembangan dari masa ke masa dimana


pemerintahan memiliki permasalahan yang selalu menitik beratkan pada perilaku brirokrasi
yang tidak efektif dan efisien. Berbagai pemikiran muncul untuk menemukan gaya baru
dalam sistem pemerintahan yang bersifat tradisional menuju pemerintahan yang lebih maju
dan modern. Pada era 80-an hingga 90-an tercetuslah pemikiran dari David Osborne dan Ted
Gaebler tentang Reinventing Government atau yang lebih kita kenal dengan mewirausahakan
birokrasi.
David Osborne dan Ted Gaebler membahas pemikiran mewirausahakan birokrasi
yang sesuai dengan jawaban seputaran pertanyaan tentang transformasi dalam semangat
wirausaha dalam sektor pelayanan publik.
Pemikiran tentang mewirausahakan banyak yang menduga bahwa hal ini sangat
berisiko jika dilakukan. Di sisi lain Peter Drucker (The Age of Discontinuity-tokoh teori
manajemen) menjelaskan bahwa seorang innovator dapat menganalisis berbagai peluang
inovasi secara sistematis dengan cara membatasi suatu risiko, dimana risiko mampu dijadikan
sebuah peluang untuk dimanfaatkan menjadi sebuah jalan menuju kesuksesan.
Dari pemikiran itulah, David Osborne dan Ted Gaebler, berpendapat bahwa dalam
melakukan suatu perubahan harus mempertimbangkan peluang yang ada untuk mencapai
kesuksesan tanpa melupakan risiko atau menekan risiko seminimal mungkin. Mereka
berpandangan sesuai dengan Peter Drucker bahwa suatu birokrasi mampu dijalankan sesuai
dengan sistem kewirausahaan.

Istilah Reinventing Government memiliki arti optimalisasi pelayanan publik yang


dilakukan oleh sektor pemerintahan secara entrepreneurial dengan cara yang baru guna
mencapai efektifitas dan efisiensi.
Kemudian, David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya mengemukanan sepuluh
(10) alur berpikir yang dinamai dengan peta dasr dalam melakukan restrukturisasi. Pemikiran
yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Pemerintahan Katalis
Artinya, jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah
seharusnya sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai
pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintah
entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan kebijakan-kebijakan
strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis
pelayanan (mengayuh).Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi sebagai seorang
pembeli yang terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang dapat
mencapai sasaran kebijakannya. Wakil-wakil pemerintah tetap sebagai produsen jasa
dalam banyak hal, meskipun mereka sering harus bersaing dengan produsen swasta
untuk memperoleh hak istimewa. Tetapi para produsen jasa publik ini terpisah dari
organisasi manajemen yang menentukan kebijakan. Upaya mengarahkan
membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh visi dan mampu menyeimbangkan
berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Upaya
mengayuh membutuhkan orang yang secara-sungguh-sungguh memfokuskan pada
satu misi dan melakukannya dengan baik.
2. Pemerintahan milik Masyarakat
Maksudnya adalah dalam hal ini, peran pemerintah adalah memberdayakan
masyarakat dalam penyelenggaraan berbagai kebutuhan publik, sehingga tercipta rasa
memiliki bagi mereka sendiri, sedangkan pemerintah bukan lagi sebagai pelayan
melainkan hanya sekedar memberi petunjuk.
Beberapa hal yang mencakup bidang empowering adalah pergeseran berbagai hak
kepemilikan produk pelayanan publik dari tangan pemerintah kepada masyarakat
umum dimana peran pemerintah hanya sebagai pengarah saja, kemudian pendirian
perumahan umum yang lebih tertib, aman, bersih, harga terjangkau serta pendataan
yang lebih terorganisir.
Selain itu berbagai hal yang dianggap penting dalam penyelenggaraan pelayanan
publik adalah memperbaiki peran profesional service menjadi community service,
sehingga pelayanan bukan ditujukan hanya untuk klien saja tetapi untuk semua, serta
pemberdayaan segenap lapisan masyarakat melaui demokrasi yang partisipatif.
3. Pemerintahan yang Kompetitif
Artinya, bila pemerintah berperan sebagai pelayan tidak hanya menyebabkan
sumberdaya pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan pelayanan

yang harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah


(organisasi publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas
pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus
mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara masyarakat, swasta dan organisasi
non pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang
lebih besar, tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang lebih
inovatif. Di antara keuntungan paling nyata dari kompetisi adalah efisiensi yang lebih
besar sehingga mendatangkan lebih banyak uang, kompetisi memaksa monopoli
pemerintah (atau swasta) untuk merespon segala kebutuhan
4. Pemerintahan yang Digerakkan oleh Misi
Maksudnya adalah pemerintahan akan berjalan lebih efisien apabila digerakkan bukan
atas dasar aturan saja, tetapi lebih kepada misi, sehingga penganggaran yang
dibutuhkan juga diarahkan pada pencapaian misi sehingga lebih terkontol.
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari mission-driven government ini adalah lebih
efisien, lebih efektif, lebih inovatif, dan lebih fleksibel jika dibandingkan
dengan ruled-driven organizations. Dengan keadaan ini, maka diyakini bahwa
moralitas sektor publik juga serta-merta akan meningkat.
Kekuatan dari mission-driven government ini adalah peningkatan insentif terhadap
tabungan, menciptakan kebebasan sumber daya dalam menguji ide-ide baru, mengacu
pada autonomy managerial, menciptakan lingkungan yang terprediksi, kemudian
menyederhanakan prosesbudgeting, serta mengurangi pengeluaran auditor dan kantor
pajak, yang pada akhirnya fokus pemerintah lebih leluasa terhadap isu-isu penting
lainnya.
5. Pemerintahan yang Berorientasi Hasil
Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai berdasarkan masukan (income),
maka sedikit sekali alasan mereka untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang
lebih baik. Tetapi jika mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi
obsesif pada prestasi. Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya, seharusnya
didasarkan atas kualitas hasil kerja bukan pada masa kerja, besar anggaran dan tingkat
otoritas. Tanpa orientasi hasil, pemerintahan yang birokratis jarang sekali mencapai
keberhasilan. Mereka lebih banyak mengeluarkan dana untuk pendidikan, namun nilai
tes dan angka putus sekolah nyaris tidak berubah. Mereka mengeluarkan lebih banyak
untuk polisi dan penjara, namun angka kejahatan terus meningkat.
6. Pemerintahan yang Berorientasi Pelanggan
Maksudnya adalah penyelenggaraan pelayanan publik didasarkan pada kebutuhan
masyarakat umum, bukan semata-mata memenuhi program kerja pemerintah saja,
melalui pendekatan terhadap masyarakat, sehingga image arogan pemerintah berikut
program-programnya tidak terjadi lagi.
Keuntungan yang diperoleh adalah lebih accountable, memperluas kesempatan
pemilihan keputusan yang tepat, lebih inovatif, memperluas kesempatan memilih
antara dua jenis pelayanan yang pada dasarnya adalah sama, mengurangi pemborosan,
serta pemberdayaan pelanggan yang pada akhirnya akan menciptakan keadilan.
7. Pemerintahan Wirausaha
Artinya, pemerintah bukan menjadi suatu organisasi yang berorientasi pada laba saja,
melainkan pemerintah lebih mengutamakan efisiensi dalam menghasilkan sesuatu

pelayanan daripada pembelanjaan yang berlebihan sehingga cenderung menjadi


pemborosan. Daripada menaikkan pajak atau memotong program publik, pemerintah
wirausaha harus berinovasi bagaimana menjalankan program publik dengan dengan
sumber daya keuangan yang sedikit tersebut. Dengan melembagakan konsep profit
motif dalam dunia publik, sebagai contoh menetapkan biaya untuk public service dan
dana yang terkumpul digunakan untuk investasi membiayai inoasi-inovasi di bidang
pelayanan publik yang lain. Dengan cara ini, pemerintah mampu menciptakan nilai
tambah dan menjamin hasil, meski dalam situasi keuangan yang sulit.
8. Pemerintahan Antisipatif
Maksudnya adalah hendaknya pemerintah merubah fokus pelayanan yang sebelumnya
bersifat mengobati kerusakan menjadi bersifat pencegahan terhadap kerusakan,
terutama pada bidang pelayanan kesehatan, lingkungan dan polusi, serta pendegahan
terhadap kebakaran melalui pembentukan future commission dengan melandaskan
kegiatannya pada perencanaan stratejik.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyusunan rencana budgeting jangka panjang
dan lintas departemen, membuat semacam dana cadangan guna persiapan beradaptasi
terhadap berbagai perubahan lingkungan, serta budgeting yang disusun dengan
perhitungan jangka panjang pula, dengan mempertimbangkan kebutuhan pemerintah
regional, estimasi ekonomi, serta perubahan sistem politik.
9. Pemerintahan Desentralisasi
Maksudnya adalah pemerintah hendaknya tidak sentralis. Banyak bidang kebutuhan
pelayanan publik yang memungkinkan untuk didesentralisasikan penyelenggaraannya
agar lebih partisipatif dan efisien.
Keuntungan yang diperoleh adalah lebih fleksibel karena lebih cepat merespon
perubahan kebutuhan masyarakat, lebih efektif, lebih inovatif, serta meningkatkan
moralitas, komitmen dan produktifitas.
Kemudian, dengan adanya desentralsasi ini, maka partisipasi dari pihak manajemen
juga akan lebih meningkat dan lebih percaya diri, yang selanjutnya akan menciptakan
organisasi yang bekerja sebagai sebuah tim kerja, sehingga inovasi dari bawah akan
lebih deras mengalir. Pada akhirnya, kondisi ini akan menciptakan invest in the
employee, di mana pada suatu saat bawahan tersebut akan memiliki kemampuan yang
lebih apabila diberi kepercayaan suatu tugas yang lebih berat atau jabatan yang lebih
tinggi dikemudian hari.
10. Pemerintahan Berorientasi Pasar
Artinya, daripada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau jasa tertentu,
pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai fasilitator dan
pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau yang baru tumbuh.
Pemerintahan entrepreneur merespon perubahan lingkungan bukan dengan
pendekatan tradisional lagi, seperti berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih
kepada strategi yang inovatif untuk membentuk lingkungan yang memungkinkan
kekuatan pasar berlaku. Pasar di luar kontrol dari hanya institusi politik, sehingga
strategi yang digunakan adalah membentuk lingkungan sehingga pasar dapat

beroperasi dengan efisien dan menjamin kualitas hidup dan kesempatan ekonomi
yang sama.
IMPLEMENTASI MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI DI INDONESIA
Di kutip dari jurnal IMPLEMENTASI KONSEP REINVENTING GOVERNMENT
DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH oleh Budi Winarno daerah studi
implementasi reinventing government adalah Lamongan. Di bawah kepemimpinan Masfuk,
kini, Kota Lamongan menjadi salah kota di Jawa Timur yang layak dibanggakan. Prestasi ini
setidaknya dapat dilihat dari pendapatan asli daerah Lamongan yang naik mencapai lebih dari
150%, yakni dari 6 milyar rupiah menjadi 19 milyar. Meskipun laporan tersebut tidak
menyebutkan secara jelas dalam rentang berapa tahun kenaikan tersebut dicapai, tetapi
laporan tersebut menegaskan bahwa kenaikan itu dicapai selama Bupati Masfuk belum genap
memimpin kabupaten itu selama dua tahun.
Ada beberapa faktor yang nampaknya menjadi penyebab keberhasilan pembangunan
di Kabupaten Lamongan. Pertama, kemampuan leadership dan semangat wirausaha yang
dimiliki oleh Bupati Lamongan. Sebelum menjabat sebagai Bupati Lamongan, Masfuk adalah
pengusaha dengan jumlah tenaga kerja lebih dari sekitar 16 ribu dengan omzet perusahaan
mencapai 15 milyar rupiah. Sebelum menjadi pengusaha sukses, Masfuk adalah pedagang
perhiasan monel di Sinar Supermarket Surabaya dengan modal awal 65 ribu rupiah. Latar
belakang sebagai pengusaha yang berangkat dari titik nol inilah, nampaknya, yang
memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembangunan di daerah Lamongan. Setidaknya, hal
ini dibuktikan melalui usahanya dalam mengembangkan pupuk lokal dengan merk Maharani
yang dibuat dari enceng gondok. Per kilogram pupuk ini seharga Rp. 600,- kilogram. Dengan
menggunakan pupuk ini, terjadi penghematan sekitar Rp. 385. 000,- per hektar atau sekitar
Rp. 54 milyar per tahun. Oleh karena pupuk ini pula, pada tahun 2002 Lamongan berhasil
memproduksi beras unggul Rajasili yang harganya Rp. 3.500,- per kilo gram. Semangat
kewirausahaan ini juga diterapkan dalam mengembangkan kawasan industri seluas 500
hektar dan tengah dipersiapkan kawasan sebesar 9. 500 hektar. Selanjutnya, untuk
mendukung usaha tersebut pemda juga mempersiapkan infrastruktur, seperti perbaikan jalan
kabupaten. Hal ini ditujukan untuk memperlancar arus transportasi, atau sebagaimana
diungkapkan Bupati Lamongan dalam rangka mendekatkan komoditas dengan pasar. Untuk
itu pula, pemda juga menstimuli perkembangan pasar-pasar desa, sentra-sentra ekonomi, dan
pertanian. Kedua, berbagai program pembangunan daerah di Kabupaten Lamongan tersebut
barangkali tidak akan pernah berhasil jika pemda tidak melibatkan masyarakat. Salah satu
semangat otonomi daerah adalah dalam rangka mendorong keterlibatan masyarakat sehingga
pembangunan yang dilakukan di daerah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara riil.
Nampaknya, ini dipegang teguh oleh Bupati Lamongan sebagaimana dia ungkapkan, Pemda
hanya bertanggung jawab pada pembinaan. Intinya, masyarakat yang melaksanakan, mereka
pula yang akan memetik manfaatnya. Prinsip ini dengan kuat diterapkan Bupati dalam
mengembangkan hutan jati seluas 33. 000 hektar yang dikembangkan dari hutan tidur.
Nantinya, pengelolaan hutan jati ini akan diserahkan kepada warga. Ketiga, faktor ketiga ini
nampaknya yang paling krusial dalam mendorong keberhasilan pembangunan di Lamongan.
Hal ini merupakan langkah yang paling pertama dilakukan bupati, yakni dengan mereformasi
sistem dan sumber daya manusia. Pegawai di Kabupaten Lamongan yang jumlahnya
mencapai 12. 000 ribu orang diminta komitmennya untuk meningkatkan pelayanan publik,
dan bagi mereka atau dinas yang berhasil akan diberikan reward yang menarik. Selanjutnya,
menyangkut pembenahan sistem, pemda menerapkan sistem pelayanan terpadu semua urusan
perijinan bisnis dijadikan satu atap di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Sementara itu, terdapat beberapa kendala tentang kelambanan birokrasi, ketidak


efisienan merupakan kondisi umum birokrasi di banyak Negara termasuk Indonesia. Meski
demikian harus diakui pula bahwa bagaimanapun Pemerintah tidak sama dengan organisasi
bisnis, sehinga reinventing government tidak boleh dimaknai sebagai swastanisasi. Himawan
(1998) menyampaikan bahwa terdapat lima prinsip utama Reinventing Government yakni :
(1) Steering (mengendalikan, memfasilitasi aktivitas masyarakat). (2) Empowering
(memberdayakan anggota masyarakat). (3) Meeting the need of the costumer, not
bureaucracy. (4) Earning (5) Prevention. Kelima prinsip inilah yang membedakan antara
kewirausahaan pemerintah dengan kewirausahaan swasta.
Dilihat dari pengimplementasian reinventing government di Kabupaten Lamongan
sudah sangat baik. Dimana pemerintah sudah bertindak sesuai dengan alur pokok yang
dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler, dimana Bupati Masfuk sudah menjadi
pemerintah yang katalis, menjadi pemerintah yang kompetitif dalam menyuntikkan
persaingan dalam pemberian pelayanan, sudah menjadi pemerintah yang digerakkan oleh
misi sehingga mencapai tujuan dalam pembangunan wilayah, serta menjadi pemerintah yang
berorientasi pada hasil.
Dapat disimpulkan, sebuah perubahan harus dimulai, apapun konsep yang hendak
digunakan, namun paling tidak konsep tersebut harus merepresentasikan juga posisi
kebudayaan Indonesia sehingga ditemukan format kelembagaan birokrasi yang
efisien,efektif, dan adaptif.

Anda mungkin juga menyukai