BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI............................................................................. 3
2.2 KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL..................................................3
2.3 KONSEP DAYA SAING..................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................. 7
3.1 REVIEW JURNAL............................................................................................ 7
3.2 CRITICAL REVIEW JURNAL............................................................................. 8
KESIMPULAN........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan
sasaran
yang
ingin
dicapai
adalah
tumbuh
dan
berkembangnya usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat
sehingga berkurangnya kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan
perkotaan serta mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan.
Dalam proses implementasi perencanaan dan penerapan PEL ini
menggunakan prinsip pendekatan ekonomi, kemitraan, dan kelembagaan.
a. Prinsip Ekonomi
Mulai dengan kebutuhan pasar
Menfokuskan pada kluster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang
produksinya dijual ke daerah luar (economic base) dan multiplier
effect di daerahnya kuat
Menhubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada
perusahaan ekspor.
b. Prinsip Kemitraan
Adanya tanggung jawab dari masing-masing stakeholders
(pemerintah, swasta, dan masyarakat) sebagai aktor pengembang
dan pengelola ekonomi lokal.
Masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat)
berperan aktif dalam bekerjasama
Kemitraan mengandalakan sumber daya lokal, bukan bantuan dari
luar atau asing
Inisiatif digerakkan oleh pembeli, pasar, dan permintaan bukan
produksi atau supply
c. Prinsip Kelembagaan
Fasilitas dialog diantara stakeholders (pemerintah, swasta, dan
masyarakat) untuk menghasilkan ide dan inisiatif
Mobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang inisiatif yang
diusulkan
Pengembangan kelembagaan didasarkan atas kebutuhan dari
kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung
Ketiga prinsip tersebut dapat dijadikan sebagai strategi pendekatan dan
proses perencanaan mengembangkan ekonomi lokal yang dilakukan atas dasar
partisipasi dan kemitraan dalam kerangka pengembangan kelembagaan.
Partisipasi dalam konteks pemerintah diartikan sebagai forum yang
terorganisasikan guna menfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarakat
dan stakeholders dan berbagi kelompok yang berkepentingan terhadap
penanganan masalah atau pengambilan keputusan. Partisipasi dan kemitraan
Pengembangan Ekonomi Lokal
prinsip
keterbukaan,
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 REVIEW JURNAL
Pada jurnal ini membahas bagaimana peringkat daya saing sektor usaha
dan rekomendasi kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal dengan studi kasus di
Kota Semarang. Jurnal ini menjelaskan bagaimana hubungan peringkat daya
saing sub-sektor perdagangan dan jasa serta penerapan kebijakan PEL di Kota
Semarang sebagai konsep pembangunan ekonomi yang memiliki kemandirian
dan ketahanan ekonomi secara mendasar. Adapun metodologi yang digunakan
pada jurnal ini adalah pendekatan positivistik. Pendekatan positivistik adalah
salah satu pendekatan penelitian yang secara dominan menyandarkan diri pada
teori-teori relevan yang telah berkembang. Dengan pendekatan ini maka
dilakukanlah proses analisis yang terbagi dalam dua item analisis utama yaitu
analisis mengenai kondisi internal dan kondisi eksternal. Analisis mengenai
kondisi eksternal dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dalam peningkatan
daya saing dan kebijakan mengenai kebijakan pengembangan ekonomi lokal.
Analisis kondisi internal terdiri dari analisis mengenai peringkat daya saing dan
analisis mengenai pengembangan ekonomi lokal.
Jurnal ini pada dasarnya mencoba untuk menganalisis peringkat daya
saing sektor usaha untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kota Semarang. Dalam jurnal ini menjelaskan
penilaian karakteristik sub-sektor perdagangan dan jasa di kota Semarang
didasarkan pada kompilasi keseluruhan variabel penilaian kondisi sub-sektor
perdagangan dan jasa yaitu dinamika usaha, lingkungan usaha, inovasi serta
keefektifan pemerintah.
Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal
Berdasarkan jurnal diatas, kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota
Semarang yang terdiri dari 10 kebijakan yaitu, kebijakan pemangkasan proses
perijinan investasi pada kenyataannya masih belum efektif, kedua, kebijakan
peningkatan keterpaduan antar lembaga pembina, dunia usaha, dan masyarakat
kenyataannya belum terjalin komunikasi yang baik dan saling mendukung, ketiga
dan keempat, kebijakan pengembangan SDM sektor industri dan perdagangan
secara intensif melalui transformasi teknologi serta kebijakan peningkatan daya
saing produk UKM menunjukkan pengembangan SDM yang belum tepat sasaran
menyebabkan kegiatan untuk meningkatkan daya saing produk menjadi sia-sia.
Kelima, kebijakan pengembangan kawasan Joglosemar (Yogyakarta, Solo, dan
Semarang masih belum mampu mendukung untuk mengembangkan potensi
Pengembangan Ekonomi Lokal
lokal Kota Semarang. Keenam, penciptaan iklim investasi yang kondusif di Kota
Semarang ternyata cukup bagus hanya saja belum efektif. Ketujuh, kebijakan
pembangunan kemitraan telah dilakukan dengan baik antara pemerintah dan
swasta maupun antara swasta dan pemerintah. Kedelapan, kebijakan penggalian
potensi wisata di Kota Semarang telah dilakukan akan tetapi kurang didukung
oleh proses perijinan dan infrastruktur kota. Kesembilan dan kesepuluh,
kebijakan dalam pemberian bantuan modal dan kebijakan bantuan pemasaran
kenyataanya telah dilakukan oleh Kota Semarang tetapi kedua kebijakan ini
masih belum berjalan dengan baik.
Lingkungan Usaha
Berdasarkan jurnal, lingkungan usaha sub-sektor perdagangan dan jasa di
Kota Semarang memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan
kedepannya. Hal tersebut dapat terindikasi dari persentase jumlah usaha yang
memiliki lingkungan usaha sedang dan baik cukup banyak. Sub-sektor
perdagangan dan jasa yang termasuk lingkungan usaha buruk diantaranya jasa
penyedia angkutan, kerajinan tangan dan perdagangan kaleng. Pemeringkatan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa usaha yang memiliki lingkungan
usaha yang baik untuk sektor jasa adalah jasa hiburan game online dan taman
hiburan, fotokopi, restoran serta perhotelan.
Dinamika Usaha
Berdasarkan jurnal, kondisi dinamika usaha sub-sektor perdagangan dan
jasa di Kota Semarang sudah relatif baik. Dapat disimpulkan bahwa jasa yang
memiliki dinamika usaha yang baik adalah jasa restoran baik lokal maupun
franchise dan jasa perhotelan. Pemeringkatan dinamika usaha untuk sektor
perdagangan, perdagangan barang kerajinan batik lokal dan kaligrafi menempati
peringkat teratas. Ini disebabkan oleh promosi yang dilakukan, distribusi usaha
dan adanya kegiatan memperbesar usaha melalui penambahan modal.
Inovasi Usaha
Kondisi inovasi usaha sub-sektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang
relatif cukup baik. Kondisi inovasi yang baik tersebut dipengaruhi adanya upaya
konsultasi usaha dalam bidang manajerial, pemasaran serta adanya inovasi
dalam peningkatan SDM. Berdasarkan pemeringkatan kondisi inovasi usaha
dapat disimpulkan untuk sektor jasa, komoditas yang memiliki peringkat tinggi
antara lain jasa perhotelan, game online, warnet dan fotokopi. Pemeringkatan
inovasi usaha untuk sektor perdagangan, perdagangan consumer goods (grosir)
menempati peringkat teratas.
Efektifitas Pemerintah
Berdasarkan
simpulan
mengenai
efektivitas
pemerintah
dalam
mendukung perkembangan sub-sektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang
adalah buruk. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesulitan dalam perizinan yang
cenderung berbelit belit serta kurang adanya kebijakan yang mendukung
pengembangan subsektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang. Namun,
dapat disimpulkan beberapa usaha dalam subsektor perdagangan dan jasa yang
Pengembangan Ekonomi Lokal
KESIMPULAN
Pemeringkatan daya saing ekonomi lokal sebagai berikut : pemeringkatan
daya saing sektor perdagangan dengan sub-sektor
perdagangan barang
kerajinan batik lokal, kaligrafi dan handycraft
sangat baik ini menunjukkan
penerapan kebijakan PEL mendukung aktivitas perdagangan barang kerajinan
batik, kaligrafi dan handycraft. Kedua, pemeringkatan daya saing sektor jasa
dengan sub-sektor jasa hiburan game online dan taman hiburan, fotokopi,
restoran serta perhotelan juga sangat baik. Ini berarti penerapan kebijakan PEL
sangat mendukung aktivitas jasa tersebut.
Penerapan kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Semarang
melalui 10 kebijakan masih belum mampu menjawab kebutuhan PEL dan daya
saing usaha sub-sektor perdagangan dan jasa. Kebijakan ini merepresentasikan
lingkungan yang mendukung. Akan tetapi, masih ada sub-sektor perdagangan
dan jasa yang masih dikategorikan masuk kedalam lingkungan usaha yang buruk
seperti jasa penyedia angkutan, kerajinan tangan dan perdagangan kaleng.
Penulis jurnal berpendapat, bahwa sub-sektor perdagangan dan jasa yang buruk
ini disebabkan oleh peluang pengembangan usaha yang kurang baik sehingga
sub-sektor ini tidak mampu untuk bertahan sebagai potensi ekonomi lokal.
Sedangkan, sub-sektor perdagangan dan jasa yang memiliki lingkungan usaha
yang baik adalah buku, apotik, game online, dan restoran. Ini dipengaruhi karena
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, A. d. (n.d.). ANALISIS PERINGKAT DAYA SAING SEKTOR USAHA DAN
PENERAPAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KOTA SEMARANG.
Pengembangan Ekonomi Lokal .