Anda di halaman 1dari 31

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DAN SEKTOR

UNGGULAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU

PROPOSAL TUGAS AKHIR

A.W.C ADVENTA MELLYNIANNA

NIM. B1011181111

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang ………….............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................7
1.2.1 Pernyataan Masalah..........................................................7
1.2.2 Pertanyaan Penelitian.......................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.………………………………………………..7
1.4 Kontribusi Penelitian.....................................................................8
1.4.1 Kontribusi Teoritis............................................................8
1.4.2 Kontribusi Praktis.............................................................8
1.5 Gambaran Kontekstual Penelitian................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................10


2
2.1 Landasan Teori.............................................................................11
2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah.....................11
2.1.2 Teori Sektor Basis Ekonomi.............................................12
2.1.3 Konsep PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi......................14
2.1.4 Teori Perubahan Struktural...............................................15
2.2 Kajian Empiris..............................................................................16
2.3 Kerangka Konseptual...................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................20


3
3.1 Bentuk Penelitian..........................................................................20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................20
3.3 Data...............................................................................................20
3.3.1 Data Sekunder.................................................................20
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................20
3.5 Metode Analisis............................................................................21
3.5.1 Analisis Tipologi Klassen................................................21
3.5.2 Analisis Location Qoutient..............................................22
3.5.2 Analisis Shift-Share.........................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.........................................................................19

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Kapuas Hulu Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha (juta rupiah) 2015-2019................................................................4
Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Kapuas Hulu Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (persen) 2015-2019......................................5
Tabel 3.1 Klasifikasi Tipologi Klassen...................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di daerah merupakan suatu


upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan di daerah, dapat dipastikan bahwa ada sektor ekonomi yang
memiliki perkembangan lebih baik dari sektor ekonomi lainnya. Sektor
ekonomi yang memiliki tingkat perkembangan yang lebih baik ini akan
menjadi sektor ekonomi unggulan dibandingkan dengan sektor ekonomi
lainnya (Arsyad,2010). Sektor ekonomi yang unggul dapat memberikan
kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
memberikan pengaruh positif jika dikembangkan secara bersamaan dengan
sektor ekonomi lainnya terhadap perekonomian daerah secara umum dalam
skala yang cukup luas. Sektor ekonomi unggulan merupakan golongan
lapangan usaha yang mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.

Dalam menganalisis sektor ekonomi unggulan ini, pemerintah di setiap


daerah dianggap mengenal secara baik seluruh potensi ekonomi yang tersedia
di daerahnya. Potensi ekonomi merupakan kemampuan ekonomi yang ada di
daerah dan baik untuk dikembangkan menjadi sumber ekonomi setempat
sehingga mendorong perekonomian daerah. Dengan mengetahui potensi yang
dimiliki daerah tersebut, maka pemerintah daerah dapat menentukan skala
prioritas dari sektor unggulan yang akan dikembangkan secara kawasan
maupun tingkat kontribusi yang bisa diberikan oleh sektor yang bersangkutan
bagi masyarakat di daerah tersebut (Arsyad,1999:298). Pembangunan
ekonomi daerah harus sesuai dengan situasi dan kondisi serta potensi daerah
yang bisa dimaksimalkan atau ditingkatkan untuk pembangunan daerah. Jika
pelaksanaan pembangunan ekonomi suatu daerah mengalami ketidaksesuaian

1
2

dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut, maka penggunaan atau


pemanfaatan sumber daya yang ada akan kurang optimal. Oleh karena itu,
keadaan tersebut dapat mengakibatkan proses pertumbuhan ekonomi di daerah
yang bersangkutan berjalan lambat.

Berkaitan dengan pengembangan sektor unggulan ini, maka arah


perencanaan pembangunan, tata ruang wilayah, dan alokasi sumber daya baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia diharapkan bisa menjadi
faktor yang menentukan untuk mengembangkan sektor unggulan tersebut.
Sektor lainnya, merencanakan berbagai upaya untuk mengenalkan dan
memasarkan sektor unggulan tersebut, sehingga diketahui dan menarik
investor untuk turut serta dalam mengembangkannya.

Setiap daerah memiliki keunggulan dan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang berbeda yang dapat diketahui dengan adanya
pertumbuhan dan peran sektor-sektor yang bersangkutan. Identifikasi dan
klasifikasi sektor diperlukan untuk memberikan gambaran sektor mana yang
aktivitasnya bisa menjadi basis perekonomian atau unggulan, potensial,
sedang berkembang dan dibandingkan dengan yang tertinggal, sehingga dapat
dilakukan penentuan sektor prioritas. Berdasarkan sektor basis, pemerintah
daerah dapat membuat kebijakan dan strategi pembangunan agar
pembangunan sektor perekonomian di daerah dapat berjalan dengan optimal
(Arsyad, 1999).

Untuk mencapai dan menciptakan kondisi seperti diatas, maka titik


berat pembangunan adalah dibidang ekonomi dengan yang menjadi basis
perekonomiannya pada sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian ini
secara jelaskan diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah dan
sekaligus diusahakan membantu pemerataan pembangunan di wilayah
Indonesia dan terciptanya keserasian pembangunan ekonomi daerah dan laju
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika dikaitkan dengan suatu negara tertentu,
maka pendapatan sebagai nilai produksi yang menghasilkan dan pendapatan
3

yang diterima oleh pemilik faktor produksi yang dimiliki oleh berbagai
golongan masyarakat, maka pendapatan tersebut merupakan penjumlahan
pendapatan yang diterima seluruh sektor perekonomian sebagai balas jasa
dalam proses produksi (Robinson, 2005).

Demikian juga halnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Kabupaten Kapuas Hulu secara kuantitatif terus mengalami perkembangan
yang cukup baik. Namun, pertumbuhan PDRB pada masing-masing sektor
mengalami perbedaan, ada yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi dan
ada yang relatif rendah. Dimana pertumbuhan pertanian lebih cepat
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, serta sumbangan sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kapus Hulu adalah
cukup besar.

Untuk mengetahui potensi ekonomi dan sektor unggulan daerah


Kabupaten Kapuas Hulu diperlukan suatu metode yang berguna untuk
mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan
dan strategi serta keputusan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju
pertumbuhan yang ada.

Secara administrasi, Kabupaten Kapuas Hulu berada di Provinsi


Kalimantan Barat. Letak geografis Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari
arah Barat ke Timur, dengan jarak tempuh terpanjang ±240 km dan melebar
dari Utara ke Selatan ±126,70 km serta merupakan Kabupaten paling Timur di
Provinsi Kalimantan Barat sehingga berbatasan langsung dan berdekatan
dengan Sarawak, Malaysia Timur dan beberapa daerah lainnya yang dapat
memberikan potensi ekonomi yang strategis untuk perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi kegiatan ekonomi. Perekonomian Kabupaten Kapuas
Hulu semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga mempunyai peluang
besar untuk memiliki potensi unggul guna menghadapi pasar global pada
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
4

Tabel 1.1. PDRB Kapuas Hulu Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha (juta rupiah) 2015-2019

Kategori Sektor 2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan 1.326.109, 1.382.621, 1.444.316, 1.590.613,


A 1.514.195,4
Perikanan 5 0 2 7
Pertambangan dan
B 410.422,2 435.650,2 459.850,6 470.251,1 482.165,3
Penggalian
C Industri Pengolahan 626.419,5 652.683,8 687.644,4 723.724,5 767.757,1

D Pengadaan Listrik dan Gas 434,3 485,7 496,1 503,6 523,7


Pengadaan Air,
E Pengelolaan Sampah, 6.491,3 6.798,2 7.199,0 7.337,5 7.746,1
Limbah dan Daur Ulang
1.057.392, 1.128.817, 1.197.141,
F Konstruksi 982.164,0 1.196.147,3
8 8 2
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil 635.944,4 667.812,9 690.217,7 725.724,1 757.519,6
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 79.982,8 84.399,2 88.273,2 94.168,8 99.876,6
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
I 105.388,6 110.113,3 115.766,7 122.455,3 130.177,8
dan Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 192.022,5 208.168,3 245.111,2 268.955,8 293.098,2
Jasa Keuangan dan
K 99.635,6 105.732,8 110.778,3 116.290,3 118.863,2
Asuransi
L Real Estate 140.279,8 143.572,8 148.922,5 154.969,2 159.514,8

M,N Jasa Perusahaan 29.489,4 30.344,1 31.227,1 32.565,7 33.804,3


Administrasi
O Pemerintahan, Pertahanan 299.405,4 319.479,0 335.282,7 355.382,3 376.961,8
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 219.594,4 223.197,2 228.074,3 237.254,0 243.999,4
Jasa Kesehatan dan
Q 95.539,4 98.478,2 102.181,2 108.386,6 113.587,0
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya 51.786,3 53.817,8 57.664,1 61.044,3 65.477,6

PRODUK DOMESTIK 5.301.109, 5.580.747, 5.881.743, 6.438.807,


Total 6.189.355,7
REGIONAL BRUTO 3 2 2 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu

Di kabupaten Kapuas Hulu yang memberikan kontribusi terbesar dalam


PDRB Kabupaten Kapuas Hulu merupakan sektor pertanian sebesar
1.590.613,7 juta rupiah ditahun 2019. Sektor pertanian merupakan sektor
unggulan dalam perekonomian di Kabupaten Kapuas Hulu. Sektor tersebut
5

memang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten


Kapuas Hulu tetapi persentase distribusinya menurun dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2015 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 31,36
persen, yang kemudian turun sebesar 1,59 persen menjadi 29,77 persen pada
tahun 2019. Distribusi masing-masing sektor dalam persen terhadap PDRB
Kabupaten Kapuas Hulu dari tahun 2015 sampai tahun 2019 dapat dilihat
pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. Distribusi Persentase PDRB Kapuas Hulu Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen) 2015-2019

Sektor 2015 2016 2017 2018 2019


Primer 31,36 30,66 30,46 30,01 29,77
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,39 22,70 22,33 22,11 21,96
Pertambangan dan Penggalian 7,97 7,96 8,13 7,90 7,81
Sekunder 32,1 33,19 33,68 34 33,75
Industri Pengolahan 10,95 11,03 11,09 11,20 11,31
Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09
Konstruksi 21,04 22,06 22,49 22,70 22,34
Tersier 36,56 36,15 35,85 36,02 36,48
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 11,95 11,71 11,27 11,21 11,33
Transportasi dan Pergudangan 1,46 1,47 1,44 1,45 1,50
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 1,92 1,92 1,89 1,91 1,94
Informasi dan Komunikasi 3,06 3,05 3,42 3,61 3,81
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,77 1,72 1,68 1,66 1,61
Real Estate 2,57 2,50 2,43 2,43 2,42
Jasa Perusahaan 0,54 0,52 0,50 0,50 0,50
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 6,67 6,87 7,08 7,15 7,29
Jasa Pendidikan 3,91 3,78 3,60 3,55 3,50
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,81 1,74 1,68 1,68 1,69
Jasa lainnya 0,90 0,87 0,86 0,87 0,89
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu
6

Berdasarkan tabel 1.2 bahwa distribusi pada sektor primer mengalami


penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2015 distribusi sektor primer sebesar
31,36 persen menurun hingga tahun 2017 sebesar 29,77 persen. Pada sektor
sekunder distribusinya mengalami fluktuasi naik turun. Pada tahun 2015
distribusi sektor sekunder sebesar 32,1 persen meningkat hingga tahun 2016
sebesar 34 persen, kemudian berfluktuasi pada tahun 2017 turun menjadi
33,75 persen. Sedangkan distribusi pada sektor tersier mengalami tren naik
pada tahun 2018 dan 2019 walaupun pada tahun 2016 adan 2017 mengalami
penurunan sejak tahun 2015. Secara keseluruhan, struktur perekonomian di
Kabupaten Kapuas Hulu mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor
tersier.

Dengan melihat pertumbuhan PDRB Kabupaten Kapuas Hulu pada


masing-masing sektor adalah mengalami peningkatan, namun pertumbuhan
pada setiap sektor dan sumbangnnya terhadap PDRB daerah tersebut beda-
beda. Dapat dikemukakan bahwa sektor pertanianlah yang menjadi sektor
unggulan Kabupaten Kapuas Hulu dan merupakan salah satu sumber untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayakan
pembangunan daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Maka upaya pelaksanaan
pembangunan daerah harus dimulai dengan menumbuhkan kebijakan skala
prioritas dan serta pemilihan sasaran yang tepat dan strategis serta dapat
memberikan dampak yang positif dengan kegiatan pembangunan sektor-
sektor ekonomi yang mempunyai potensi unggulan tanpa harus
mengesampingkan sektor yang lain di Kabupaten Kapuas Hulu yang
kontribusinya menurun dari tahun ke tahun dan mengalami pergeseran
struktur ekonominya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mengambil


topik “Identifikasi Potensi Ekonomi dan Sektor Unggulan Di Kabupaten
Kapuas Hulu tahun 2010-2019”. Dengan diketahuinya informasi tentang
klasifikasi sektor basis dan non basis serta perubahan atau pergeseran posisi
struktur sektor-sektor perekonomian, maka dapat digunakan sebagai bahan
7

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan daerah untuk


menetapkan kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Kapuas Hulu. Hal
ini menjadi penting untuk perencanaan pembangunan daerah ke depannya
dengan adanya perubahan atau pergeseran posisi sektor perekonomian di
daerah Kabupaten Kapuas Hulu serta dalam mengantisipasi terjadinya
perubahan atau pergeseran posisi antara sektor-sektor perekonomian yang ada
di daerah Kabupaten Kapuas Hulu.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Pernyataan Masalah

Dengan melihat pertumbuhan PDRB Kabupaten Kapuas Hulu pada


masing-masing sektor, yaitu sektor pertanian mengalami penurunan, sektor
sekunder berfluktuasi naik turun, dan sektor tersier mengalami peningkatan
serta pertumbuhan pada setiap sektor dan sumbangannya terhadap PDRB
daerah tersebut beda-beda. Dengan kondisi masalah tersebut, perlu
mengidentifikasi penyebab peningkatan dan perencanaan sektor andalan dan
potensi ekonomi serta peran setiap sektor terhadap PDRB Kabupaten
Kapuas Hulu agar terlihat kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam
pembangunan daerah telah sesuai atau tidak dengan kebijakan pemerintah
daerah tersebut. Hal ini mengingat pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
mempunyai skala prioritas pada sektor-sektor tertentu berdasarkan sumber
daya serta kondisi daerah.

1.2.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada pernyataan masalah diatas maka penelitian ini


memiliki pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten


Kapuas Hulu?

2. Apa saja sektor yang menjadi sektor basis dan sektor non basis dalam
perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu?
8

3. Bagaimana perubahan struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh beberapa tujuan
penelitian diantaranya :

1. Untuk mengklasifikasikan sektor perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Untuk mengidentifikasi perekonomian yang jadi sektor basis dan sektor


non basis ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Untuk menentukan perubahan struktur perekonomian Kabupaten Kapuas


Hulu .

1.4. Kontribusi Penelitian


1.4.1. Kontribusi Teoritis

1. Menambah sumber pengetahuan mengenai sektor unggulan perekonomian

2. Menambah wawasan mengenai perbedaan sektor basis dan non basis

3. Sebagai sumber informasi bagi penelitian sejenis pada masa yang akan
datang

1.4.2. Kontribusi Praktis

1. Bagi pemerintah, diharapkan pemerintah dapat menggunakan sebagai bahan


pertimbangan untuk penetapan kebijakan dan strategi serta bahan evaluasi
dalam perencanaaan pembangunan daerah kedepannya.

2. Bagi perusahaan, diharapkan perusahaan dapat menggunakan sebagai acuan


pengambilan keputusan dalam hendak mendirikan ataupun yang telah bediri
tapi belum mengetahui sektor yang menjadi basis dan non basis di daerah
tersebut. Karena ekspor merupakan perluasan pasar yang berarti diharakan
dapat meningkatkan profit perusahaan dan mendukung perkembangan
perusahaan tersebut selanjutnya.
9

3. Hasil penelitian ini, juga diharapkan berguna untuk menambah informasi


dan memberi sedikit gambaran bagi penelitian lain yang mungkin ada
hubungannya dengan penulisan masalah ini.

1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian


Kabupaten Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten dari 14
kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 23 kecamatan, 278
desa, dan 4 (empat) kelurahan/kota. Ibu kota kabupaten Kapuas Hulu terletak
di kota Putussibau yang dapat ditempuh lewat transportasi sungai Kapuas
sejauh 846 km, lewat jalan darat sejauh 814 km dan lewat udara ditempuh
dengan menggunakan pesawat yang berukuran kecil atau yang dikenal
dengan sebutan pesawat ATR (Avions de Transport Regional) dari Pontianak
melalui Bandar Udara Pangsuma. Memiliki luas wilayah 29.842 km² (20%
luas Kalimantan Barat) dan berpenduduk 258.984 jiwa menurut data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2019.
Batas-batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu :

a) Utara berbatasan dengan Sarawak, Malaysia Timur.

b) Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sintang.

c) Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang.

d) Timur berbatasan dengan Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan


Timur dan Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.

Hasil hutan di daerah Putussibau (Kesatuan Pamngku Hutan) dan


Semitau menjadi unggulan atau potensi roda perekonomian di Kapuas Hulu.
Hasil hutannya, berupa kayu bulat yang terbagi dalam tiga golongan seperti,
kayu indah, rimba campuran dan meranti. Pada sektor perikanan, Kapuas
Hulu termasuk dalam kelompok atau golongan yang memiliki habitat puluhan
jenis ikan hias, seperti ikan arwana (ikan siluk) dan ulanguli. Jenis habitat
pada golongan ikan ini hanya ada di dalam Danau Sentarum. Di wilayah lain
seperti daerah hulu sungai Kapuas, Sibau, Mendalam dan Sungai
10

Tamambaloh atau daerah Embaloh dengan hasil seperti ikan jelawat, semah,
toman, lais, belidak, tengadak, baung, entokan, seluang dan jenis ikan air
tawar lainnya yang berada di sepanjang aliran Sungai Kapuas.

Secara geografis dan administratif Kabupaten Kapuas Hulu memiliki


potensi pengembangan wilayah. Kapuas Hulu merupakan kawasan konservasi
yang ditetapkan sebagai Heart of Borneo dan Cagar Biosfer. Hal ini
mengindikasikan bahwa keberhasilan pengelolaan Cagar Biosfer Kapuas
Hulu akan ditunjukan dengan adanya keselarasan hubungan antara
pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan
lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya concern pemerintah daerah dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan demi pencapaian Pemerintah
Kapuas Hulu dan Pemerintah Pusat saat ini. Potensi pengembangan kawasan
di Kabupaten Kapuas Hulu dilakukan dengan penetapan kawasan strategis
kabupaten Kapuas Hulu, yaitu :

a) Kawasan Koridor Taman Nasional Danau Sentarum dengan Taman


Nasional Betung Kerihun yang merupakan kawasan strategis kabupaten
dari sudut kepentingan lingkungan;
b) Kawasan Ekowisata Taman Nasional Danau Sentarum yang merupakan
kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan lingkungan dan
ekonomi dan;
c) Kawasan Agropolitan Silat Hilir dan sekitarnya yang merupakan kawasan
strategis kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1. 1 Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana antara
pemerintah daerah dan masyarakat di daerah tersebut mengelola sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola untuk menjalin kerja sama antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan memacu perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah
tersebut (Arsyad, 2010).
Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk jenis peluang
kerja dan meningkatkan jumlah kerja untuk masyarakat daerah. Dalam
upaya untuk mencapai tujuan tersebut, secara bersama-sama baik antara
pemerintah maupun masyarakat harus mengambil inisiatif yang berkaitan
dengan pembangunan daerah. Oleh karena itu, bentuk partisipasi antara
pemerintah dan masyarakatnya harus memanfaatkan segala sumber daya
yang ada dan mampu menerka potensi sumber daya yang dibutuhkan guna
merancang dan membangun perekonomian daerahnya (Syafrijal, 2008:8).
Kemajuan dan perkembangan ekonomi yang ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan mendorong terjadinya suatu
perubahan struktur ekonomi di daerah yang bersangkutan. Berdasarkan teori
perubahan structural, bahwa teori ini menitikberatkan pada mekanisme
perubahan (transformasi) ekonomi yang dialami oleh negara sedang
berkembang, yang semula lebih bersifat substen dan dititikberatkan
perekonomiannya pada sektor pertanian menuju kearah struktur
perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri
dan jasa. (Todaro, dalam Mudrajad Kuncoro, 1997).
Oleh karena itu, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki
hubungan yang sangat erat sebab pertumbuhan adalah proses perkembangan
jangka panjang untuk melakukan pembangunan ekonomi sehingga

11
12

pembangunan ekonomi tidak akan berjalan tanpa adanya pertumbuhan


ekonomi yang terencana dengan baik.
2.1.2 Teori Sektor Basis Ekonomi
Harry W. Ricardson (1973) mengemukakan teori sektor basis ekonomi
bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan dengan adanya
hubungan langsung dengan permintaan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).
Teori ini terbagi dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Sektor basis adalah sektor yang aktivitas ekonominya fokus pada ekspor
keluar batas wilayah perekonomian sehingga memiliki peran pendorong
utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah maka semakin besar pula pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
Sedangkan pada sektor non basis merupakan sektor yang menyediakan
barang dan/atau jasa untuk masyarakat di dalam batas wilayah
perekonomian dan ruang lingkup pemasarannya bersifat lokal. Intinya teori
ini mengemukakan bahwa arah pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
ekspor wilayah tersebut.
Dalam teori basis ekonomi mengupayakan untuk mengenali dan
menemukan kegiatan unggulan dari suatu daerah, kemudian memperkirakan
aktivitas itu dan menganalisis pengaruh tambahan dari kegiatan ekspor
tersebut. Oleh karena itu, kunci dari teori basis ekonomi adalah aktivitas
ekspor merupakan alat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, untuk melihat
tumbuh atau tidaknya suatu daerah ditentukan oleh bagaimana kinerja
daerah tersebut terhadap permintaan suatu barang dan jasa dari luar wilayah.
Kegiatan sektor basis mempunyai peranan sebagai penggerak
utama dalam pertumbuhan suatu daerah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut,
demikian sebaliknya. Jika ada perubahan yang terjadi pada sektor basis
maka akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) terhadap
perekonomian regional setempat (Adisasmita, 2005). Dalam hal ini, yang
sangat penting adalah suatu perekonomian dapat bertambah tidak hanya
dengan peningkatan ekspor dari industri basis tetapi juga dengan mengganti
13

barang impor dari industri dengan barang-barang hasil produksi wilayah


tersebut.
Teori basis ini dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
menggolongkan jenis pekerjaan atau kegiatan ekonomi yang terdapat di
dalam suatu wilayah atas sektor basis maupun non basis. Kegiatan basis
merupakan kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada
kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri.
Artinya, pada sektor ini sifatnya endogenous (tidak bebas tumbuh).
Sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian di suatu
daerah adalah sektor basis. Hal ini dikarenakan mempunyai keuntungan
kompetitif (competitive advantage) yang cukup tinggi. Menurut Glasson
(1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan
meningkatkan pendapatan wilayah, menambah permintaan terhadap barang
dan jasa di dalamnya, dan menaikkan jumlah sektor non basis. Ia juga
menyarankan untuk menggunakan metode Location Quotient (LQ) dalam
menentukan sektor tersebut basis atau tidak.
Metode Location Quotient (LQ) adalah suatu alat analisis untuk
melihat peranan sektor tertentu dalam suatu wilayah dengan peranan sektor
tertentu pada wilayah yang lebih luas. Richardson (1997) menyatakan
bahwa teknik Location Quotient (LQ) adalah teknik yang paling sering
digunakan dalam studi yang berbasis empiris. Anggapannya adalah jika
suatu daerah berspesialiasi lebih dalam hal memproduksi suatu barang
dan/atau tertentu maka suatu daerah akan dapat mengekspor barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan spesialisasinya dalam memproduksi barang
dan/atau jasa tersebut.
2.1.3. Konsep PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat
dijadikan tolok ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi yang
dicerminkan dari perubahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
14

dalam suatu daerah. PDRB didefinisikan sebagai jumlah seluruh nilai


barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan
semakin baik kegiatan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut ditunjukkan dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan
(Todaro & Smith, 2008). Sumbangan nilai tambah masing-masing sektor di
suatu daerah (Kabupaten/Propinsi) terhadap sumbangan nilai tambah sektor
tersebut dalam skala yang lebih luas, disebut skala nasional
(Propinsi/Negara) bisa dicari dengan Location Quotient (LQ) [(Budiharsono
(2001) dalam Putra (2011:164)].
Menurut Kuznet dalam Jhingan (1995) mendefinisikan bahwa
pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang
ekonomi ke masyarakatnya. Kemampuan ini tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi dan penyesuaian kelemabagaan dan
ideologi yang diperlukan. Berbeda dengan Solow dalam Robinson (2005)
yang mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tenaga
kerja (jumlah penduduk), kemajuan teknologi dan jumlah modal.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia
menunjukkan bahwa antara kedua indikator tersebut memiliki hubungan
yang erat. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat memberikan pengaruh
baik pula bagi pembangunan manusia. Sebaliknya, peningkatan kualitas
pembangunan manusia yang semakin baik dapat menjadikan kinerja
perekonomian yang semakin meningkat. (De Gregorio et al., 2004)
Kuncoro (1999) mengatakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah teknik Klassen Typology dikarenakan alat analisis ini dapat
diperoleh empat karakteristik pertumbuhan masing-masing daerah yaitu
daerah maju dan bertumbuh cepat (rapid growth region), daerah maju tetapi
tertekan (retarded region), daerah sedang bertumbuh (growing region), dan
daerah relatif tertinggal (relatively backward region).
15

Robert mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk bisa


berdampak baik ataupun buruk. Akan tetapi, ia menganggap bahwa hal
tersebut berdampak baik selama memiliki produktivitas berjalan dengan
baik dan tidak melebihi penduduk optimal. Sedangkan Schumpeter dalam
Robinson (2005) mengungkapkan bahwa motor penggerak perkembangan
ekonomi adalah suatu proses yang ia beri nama inovasi. Hal ini
mengakibatkan peningkatan output yang disebabkan oleh inovasi yang
dilakukan oleh para wiraswasta sebagai pelaku inovatornya.
2.1.4. Teori Perubahan Struktural
Struktur ekonomi merupakan sebagai gambaran dari kompisisi peranan
pada masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan
usaha maupun pengklasifikasian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder
dan tersier (Weiss, 1988). Perubahan struktur yang terjadi digambarkan oleh
kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB. Sektor primer mengalami
penurunan yang diimbangi dengan peningkatan pada sektor sekunder
sedangkan sektor tersier. Terjadinya perubahan struktural yang dicirikan
dengan perubahan kontribusi masing sektor yaitu dari sektor primer, sektor
sekunder dan tertier terhadap PDRB berakibat pada corak perekonomian
daerah perkotaan
Menurut Esteban-Marquillas (1972) dalam Makmun dan Irwansyah
(2013), analisis Shift Share meskipun memiliki karakter dasar, namun
sukses di kalangan ekonomi spesialis regional sehingga bisa mengetahui
transformasi yang terjadi dalam struktur ekonomi. Dalam istilah Kuznets,
transformasi struktural sebagai suatu perubahan yang saling terkait satu
sama lain dalam komposisi permintaan agregat dan penawaran agregat yang
diperlukan guna mendukung prosese pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979).
Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme perubahan
ekonomi yang dialami oleh negara yang sedang berkembang yang semula
bersifat subsisten dan menitikberatkan juga pada sektor pertanian menuju ke
struktur perekonomian modern yang didominasi olek sektor-sektor non
16

primer, seperti industri dan jasa. Analisis Shift Share dapat digunakan lebih
jauh untuk memetakan komoditas pertanian yang memiliki kontribusi utama
serta spesialisasi dan daya ungkit yang kuat dalam mendorong pertumbuhan
output wilayah. Namun demikian analisis ini juga perlu ditopang oleh
analisis lainnya yang berkaitan dengan pengembangan wilayah seperti
mengklasifikasikan sektor perekenomian dengan analisis Tipologi Klassen
dan mengidentifikasikan sektor basis dan non basisnya menggunakan
analisis Location Quotien (LQ) (Zainal, 2015).
Seperti halnya yang dikemukan teori Chenery yang dikenal sebagai
teori Pattern of Development bahwa memfokuskan pada perubahan atau
transformasi struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs
(Least Developed Countries) yang mengalami transformasi dari subsisten ke
sektor industri sebagai alat utama pertumbuhan ekonomi. Perubahan
struktural ataupun pergeseran akan mudah diamati jika tahun pengamatan
berbeda secara signifikan misalnya lima atau sepuluh tahun. Untuk
menganalisisnya dikerjakan dengan Analisis Shift-Share (Putra,2011:165).
Chenery dan Syrquin (1975) dalam Tambunan (2003:72) menjelaskan
hasil penelitian mereka yang mengidentifikasikan bahwa beriringan dengan
peningkatan pada pendapatan masyarakat per kapita membawa perubahan
dalam permintaan konsumen terhadap makanan dan barang kebutuhan
pokok lainnya ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa,
perkembangan pada kota dan industri di urban bersamaan dengan proses
migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, meningkatnya sumber daya
manusia dan kapital fisik, laju pertumbuhan penduduk terjadi penurunan,
serta perubahan struktur perkonomian yang semula didominasi sektor
pertanian menuju ke sektor non primer, seperti industri dan jasa.
2.2. Kajian Empiris
Beberapa Penelitian terdahulu yang menjadi bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini yaitu :
Violeta Trilaksmi Aswuriyani (2020), penelitannya menunjukkan
bahwa data yang digunakan adalah berupa data sekunder dan data time
17

series dan dalam periode 3 tahun selama tahun 2016-2018. Dta bersumber
dari data BPS Provinsi Jawa Timur dan dianalisa menggunakan alat analisis
Location Quotient (LQ) untuk mengetahui sektor basis, Shift Share untuk
mengetahui daerah yang menghambat/mendorong, memiliki pertumbuhan
cepat/lambat, dam memiliki pertumbuhan yang cepat serta keuntungan
lokasional dan Tipologi Klassen untuk dapat membandingkan tingkat
kemajuan suatu wilayah/daerah.
Hajeri, Erlinda Yurisinthae, Eva Dolorosa (2015), menunjukkan bahwa
sektor unggulan dapat ditentukan dengan menggabungkan beberapa alat
analisis, seperti: Tipologi Klassen, digabungkan dengan Location Quotient
dan Dynamic Location Quotient, Shift Share. Data deret waktu digunakan
dalam hal ini penelitian, seperti PDRB Kabupaten Kubu Raya dan Provinsi
Kalimantan Barat dari tahun 2008 hingga 2013 berdasarkan harga dasar
konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan
perekonomian di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan analisis gabungan dari
tiga alat analisis yaitu transportasi dan sektor komunikasi. Sektor potensial
untuk dikembangkan menjadi sektor unggulan di masa depan adalah sektor
industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih. Sementara itu, dari lima sub
sektor pertanian di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan analisis gabungan
dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa subsektor peternakan memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi unggulan sektor ekonomi di
Kabupaten Kubu Raya.
Mahmud Basuki dan Febri Nugroho Mujiraharjo (2017), dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan daerah yang semakin
kompleks di era otonomi daerah sekarang ini, mengakibatkan persaingan
antar daerah menjadi semakin ketat. Supaya kesejahteraan masyarakat tetap
stabil dan bahkan semakin meningkat, pemerintah daerah harus
meningkatkan daya saing wilayahnya. Agar pembangunan daerah lebih
terfokus, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mendeteksi sektor
unggulan daerah tersebut. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Sleman supaya pemerintah
18

daerah terfokus dalam mengembangkan daerahnya. Pendekatan shift share


(SS) dan location quotient (LQ) digunakan dalam menganalisa sektor
ungulan Kabupaten Sleman. Sehingga didapat kesimpulan, sektor unggulan
Kabupaten Sleman adalah sektor kontruksi, sektor transportasi dan
pergudangan, sektor real estate, dan sektor jasa perusahaan.
Adi Lumadya (2017), dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
menganalisis sektor PDRB Jawa Timur dengan PDRB untuk menentukan
sektor basis; Menganalisis sektor PDRB Jawa Timur dengan PDRB untuk
menentukan nilai National Share, Proportional Shift dan Differential Shift;
Untuk memperkirakan PDRB Jawa Timur berdasarkan proyeksi PDRB
menggunakan Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift-share
Makmun dan Irwansyah (2013), penelitian dilakukan di Kabupaten
Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan Location Quotient, Classical Shift Share dan Esteban
Marquillas Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun
waktu 2004-2010, sementara pergeseran struktur ekonomi belum terlihat di
wilayah pembangunan I, sudah terjadi di wilayah pembangunan II, III dan
IV. Berdasarkan analisis gabungan ditemukan bahwa sektor-sektor ekonomi
potensial yang memiliki daya saing tinggi, memiliki keunggulan kompetitif,
mampu berspesialisasi, serta memiliki keunggulan komparatif di setiap
wilayah pembangunan Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut: untuk
pertanian dan transportasi. sektor, pengembangan wilayah I, II dan IV
memiliki potensi; sektor pertambangan hanya potensial di wilayah I; sektor
industri hanya potensial di wilayah II; sektor pembangunan gedung hanya
terdapat di wilayah pembangunan II dan IV, untuk sektor perdagangan,
wilayah IV terbukti potensial; sektor keuangan hanya potensial dalam
pengembangan wilayah II.
Imam Santoso (2016), bahwa hasil analisis Location Quotient
menunjukkan bahwa pada tahun 2014 sektor utama di Kubu Raya adalah
Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Sektor Manufaktur, dan Sektor
Transportasi dan Pergudangan. Berdasarkan Analisis Shift Share, komposisi
19

sektor di Kubu Raya bergerak lebih lambat dibandingkan dengan komposisi


rata-rata sektor dalam PDRB Provinsi Kalimantan Barat. Hasil Model
Analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa Sektor Listrik dan Gas,
Sektor Manufaktur, dan Sektor Transportasi dan Pergudangan termasuk
dalam kategori sektor ekonomi maju dan dapat tumbuh dengan cepat.
Menurut Analisis Model Gravitasi, kekuatan interaksi terbesar yang terjadi
antara Kubu Raya hingga Pontianak..
2.3. Kerangka Konseptual

Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kapuas Hulu

Analisis Tipologi Analisis Location Analisis Shift Share


Klassen Quotient (LQ) (SS)

Klasifikasi Penggolongan Pergeseran dan


Pertumbuhan Sektor Sektor Unggulan Perubahan Struktur

Mengidentifikasi Potensi Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Kapuas Hulu

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui pandangan pemerintah


terhadap semua perekonomian di Kabupaten Kapuas Hulu jika dilihat dari
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kapuas Hulu
yang terdiri dari klasifikasi pertumbuhan ekonomi setiap sektor,
penggolongan sektor unggulan dan pergeseran atau perubahan terstruktur
yang terjadi di Kabupaten Kapuas Hulu dengan melihat dari tingkat
spesialisasinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah sebuah gambaran yang sistematis serta
akurat dan fakta mengenai masalah yang diselidiki (Arikunto, 2010). Nazir
(2014) mengemukan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu situasi kondisi, objek,
sistem pemikiran ataupun suatu golongan peristiwa pada masa sekarang.
Dalam penelitian ini memberikan gambaran potensi ekonomi dan sektor
unggulan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2015-2019.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Kapuas Hulu dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2020.
3.3. Data
3.3.1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari subjek
penelitian yang diperoleh melalui data-data berbagai literatur yang berkaitan
baik berupa laporan atau bentuk dokumen, arsip, maupun artikel. Jenis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
menggunakan data runtut waktu (time series) atau disebut sebagai data
tahunan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan
usaha atas harga konstan dalam periode penelitian tahun 2015-2019. Data
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat dan
Kabupaten Kapuas Hulu serta lembaga-lembaga lain yang terkait
didalamnya.
3.4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen
dan variabel dependen. Berdasarkan penelitian :
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

20
21

Variabel bebas yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat dalam


penelitian ini adalah Sektor Unggulan ( X 1), dan Pergeseran atau
Perubahan Struktur Sektor Perekonomian ( X 2 ).
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2015-2019 (Y)
3.5. Metode Analisis
Dalam menganalisis hasil penelitian ini untuk menjawab atas
permasalahan yang telah disebutkan, maka digunakan beberapa metode
analisis data, yaitu analisis Tipologi Klassen digunakan untuk
mengklasifikasikan sektor pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kapuas Hulu,
analisis Location Quotient (LQ) gunakan untuk menentukan sektor unggulan
baik sektor basis dan non basis dalam perekonomian di Kabupaten Kapuas
Hulu, serta analisis Shift-Share (SS) yang digunakan untuk mengetahui
pergeseran atau perubahan pada sektor perekonomian di Kabupaten Kapuas
Hulu.
3.5.3. Analisis Tipologi Klassen
Menurut Imelia (2006), analisis tipologi Klassen yang digunakan untuk
melihat deskripsi tentang struktur dan pola pertumbuhan masing-masing
sektor eknomi.
Tabel 3.1. Klasifikasi Tipologi Klassen

Rata-rata kontribusi
sektoral(%)

Y i ,1 >Y i,2 Y i,1 <Y i,2


Rata-rata laju
Pertumbuhan sectoral
(%)
r i ,1 >r i ,2 Sektor Unggulan Sektor Berkembang
r i ,1 <r i ,2 Sektor Potensial Sektor Terbelakang
Keterangan :
22

Yi,j : persentase kontribusi rata-rata sektor I di wilayah j ; i=1,..,9, j=1,2

Ri,j : persentase laju pertumbuhan rata-rata sektor I di wilayah j;

Persentase kontribusi dapat dinyatakan dalam rumus :

Ei
Kontribusi =
Ej
x 100

Dengan :

Ei : Pendapatan sektor i; i=1,…,9

Ej : PDRB wilayah j; j=1,2

Sedangkan untuk persentase laju pertumbuhan dapat dinyatakan dalam rumus :

( Ei , j , t−Ei , j , t −1)
Laju Pertumbuhan = X 100
( Ei , j ,t−1)

Dengan :

Ei, j, t : pendapatan sektor i di wilayah j pada tahun t

3.5.2 Analisis Location Qoutient (LQ)


Analisis LQ merupakan suatu alat analisis untuk menunjukkan sektor
unggulan baik sektor basis dan non basis ekonomi suatu wilayah terutama
dari segi kriteria kontribusi (Hendaya, 2003).
Rumus menghitung Location Qoutient (LQ) adalah :
V i/ V
LQ =
t

Y i /Y t

Dimana :
Vi : Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang rendah
Vt : Niliai PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Yi : Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas
Yt : Total PDRB pada tingkat PDRB yang lebih atas
LQ > 1 : Sektor Basis
23

LQ < 1 : Sektor Non Basis


LQ = 1 : Sama dengan daerah lain
Terdapat tiga kategori hasil perhitungan LQ dalam perekonomian
daerah, yaitu:
a. Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi
lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.
b. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi
kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.
c. Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut cukup untuk memenuhi
wilayahnya sendiri namun tidak mampu untuk mengekspor ke daerah
lain.
3.5.3. Analisis Shift Share
Analisis ini menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah di
bandingkan dengan kinerja perekonomian nasional/regional. Tujuan dalam
analisis yaitu untuk menentukan kinerja atau produktivitas perekonomian
suatu daerah dengan daerah atasnya yang menjadi acuan sektor
perekonomiannya sehingga mengetahui perubahan struktur ekonomi
daerah (Kabupaten/Provinsi) dan membandingkannya dengan regional
(Provinsi/Negara). Dari perbandingan tersebut dapat diketahui seberapa
besar kinerja perekonomian daerah didasarkan pada keunggulan kompetitif
sektoral dalam suatu regional (Widodo, 2006).
Rumus yang digunakan untuk analisis Shift Share adalah :
1. Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah :
Dij = Nij + Mij + Cij atau Eij* - Eij
2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi
Nij = Eij x r n
3. Pergeseran proportional (proportional shift) / pengaruh bauran
industri
Mij = Eij (rin – rn)
4. Pengaruh keunggulan kompetitif (differeintial shift)
Cij = Eij (rij – rin)
24

Keterangan :
Eij = PDRB sektor i daerah j
Ein = PDRB sektor i provinisi/nasional
rij = laju pertumbuhan di sektor i daerah j
rin = laju pertumbuhan di sektor i provinsi/nasional
r n = laju pertumbuhan ekonomi provinsi/nasional
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2015). Aplikasi Analisis Shift Share pada Transformasi Sektor


Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Informatika
pertanian, 24(2), 165-178.

Adi, L. (2017). Analisis Lq, Shift Share, Dan Proyeksi Produk Domestik Regional
Bruto Jawa Timur 2017. Jurnal Akuntansi & Ekonomi FE. Un PGRI
Kediri, 2(1).

Adisasmita, H. R. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Jakarta

Amalia, F. (2012). Penentuan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten


Bone Bolango dengan pendekatan sektor pembentuk PDRB. Etikonomi,
11(2).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arsyad. L. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UUP STIM YKPN.

Arsyad. L. 1999. Pengantar dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi


Daerah.BPFE. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu, Tahun 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu dalam Angka 2021.

Basuki, M., & Mujiraharjo, F. N. (2017). Analisis Sektor Unggulan Kabupaten


Sleman dengan Metode Shift Share dan Location Quotient. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri, 15(1), 52-60.

Chenery, Hollis B. Structural Change and Development Policy, Johns Hopkins


University Press, Baltimore, 1979.

Glasson, Jhon. 1990, Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohan.


LPFE-UI; Jakarta

25
26

Hajeri, H., Yurisinthae, E., & Dolorosa, E. (2015). Analisis Penentuan Sektor
Unggulan Perekonomian di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Bisnis
dan Kewirausahaan (JEBIK), 4(2), 253-269.

Hidayat, R. (2013). Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan di


Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Social
Economic of Agriculture, 2(1).

Jhingan, M. L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta:PT. Raja


Grafindo Persada

Makmun, D. dan S. Irwansyah. 2013. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan


Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan. Jurnal Social
Economic Of Agriculture 2 (1): 7-28.

Mangilaleng, E. J., Rotinsulu, D., & Rompas, W. (2015). Analisis Sektor


Unggulan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 15(4).

Panca Kurniasih, E. (2015). Ketimpangan Wilayah di Provinsi Kalimantan Barat


Suatu Kajian terhadap Hipotesis Kuznet.

Putra, M. F. (2011). Studi Kebijakan Publik dan Pemerintahan dalam Perspektif


Kuantitatif. Universitas Brawijaya (UB) Press, Cetakan Pertama.

Rahajeng, Anggi. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah. Modul Praktikum.


Diploma Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ranis, Gustav. 2004. Human Development and Economic Growth. Center


Discussion Paper No. 887. Amerika Serikat: Yale University.

Richardson, Harry. 1997. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Jakarta:Penerbit FEUI

Romadhoni, P., Faizah, D. Z., & Afifah, N. (2018). Pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
27

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal


Matematika Integratif, 14(2), 113-120.

Santoso, I. Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan


Barat. Jurnal Curvanomic, 5(4).

Sjfrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori, dan Aplikasi. Padang : Baduose Media

Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah


Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma LP3ES, 3: 27-38.

Soleh, A., & Maryoni, H. S. (2017). Analisis Sektor Ekonomi Unggulan dan
Hubungannya dengan Kesempatan Kerja dan Investasi di Kabupaten
Batanghari. Jurnal Ekonomi-Qu, 7(1).

Tambunan, Tulus. 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta : PT Ghalia Indonesia.

Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia. Jakarta : PT Ghalia Indonesia

Tarigan, R. 2005. Teori Ekonomi Regional Edisi Revisil. Jakarta: PT Bumi Aksara

Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wahyuningtyas, R., Rusgiyono, A., & Wilandari, Y. (2013). Analisis sektor


unggulan menggunakan data PDRB (Studi kasus BPS Kabupaten Kendal
tahun 2006-2010). Jurnal Gaussian, 2(3), 219-228.

Weiss, J. Industry in Developing Countries: Theory, Policy and Evidence,


London: Roudledge, 1998.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan; Aplikasi Komputer (Era Otonomi


Daerah).UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai