Anda di halaman 1dari 87

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN
EKONOMI,PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP
ALOKASI BELANJA MODAL DENGAN DAPIL
SEBAGAI VARIBEL MODERASI PADA PROVINSI
ACEH TAHUN 2016-2020

Disusun Oleh:
NURUL A`LA

NIM. 210410143

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
ABSTRAK

Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum dalam


meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kota Provinsi Aceh.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah daerah Kabupaten Kota di
Provinsi Aceh harus mengoptimalkan pendapatan dan penerimaan yang
berupa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum agar mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan dana
alokasi umum terhadap pertumbuhan ekonomi. Menggunakan data dari
23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama periode 2016-2020, panel
regresi dengan metode fixed effect model dioperasionalkan untuk menguji
hubungan antar variabel tersebut. Penelitian menemukan bahwa
pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Aceh. Sebaliknya, penelitian ini menemukan
bahwa hubungan antara dana alokasi umum terhadap pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan


Pertumbuhan Ekonomi.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................viii
ABSTRAK.....................................................................................xv
DAFTAR ISI................................................................................xvi
DAFTAR TABEL........................................................................xix
DAFTAR GAMBAR....................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................12
1.3 Tujuan penelitian...................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian................................................................13
1.4.1 Manfaat Praktis (Operasional)...................................13
1.4.2 Manfaat Teoritis (Akademis)....................................14
1.5 Sistematika Pembahasan.......................................................14

BAB II KAJIAN TEORI..............................................................17


2.1 Pertumbuhan Ekonomi..........................................................17
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi............................17
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi dalam Islam.........................18
2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Islam..............19
2.1.4 Indikator Pertumbuhan Ekonomi..............................21
2.2 Pendapatan Asli Daerah........................................................22
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah..........................22
2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD)........................................................................24
2.2.3 Pendapatan Asli Daerah dalam Perspektif
Islam..........................................................................29
2.2.4 Fungsi Pendapatan Asli Daerah................................31
2.2.5 Indikator Pendapatan Asli Daerah.............................32

2.3 Dana Alokasi Umum.............................................................33


2.3.1 Pengertian Dana Alokasi Umum (DAU)...................33
2.3.2 Peran Dana Alokasi Umum (DAU)..........................34
2.3.3 Indikator Dana Alokasi Umum (DAU).....................34
2.3.4 Ketentuan Perhitungan Dana Alokasi Umum

iii
(DAU)........................................................................35
2.4 Penelitian terkait....................................................................36
2.5 Kerangka Berfikir..................................................................48
2.5.1 Keterkaitan Antara Pendapatan Asli Daerah
dan Pertumbuhan Ekonomi dalam
Perspektif
Ekonomi Islam..........................................................48
2.5.2 Keterkaitan Antara Dana Alokasi Umum dan
Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif
Ekonomi Islam..........................................................50
2.5.3 Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Menurut Perspektif Islam ...................... 53
2.6 Pengujian Hipotesis........................................................... 55

BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................... 56


3.1 Jenis dan Pendekatan......................................................... 56
3.2 Sumber Data...................................................................... 56
3.3 Teknik pengumpulan data ................................................. 57
3.4 Operasional Variabel Penelitian........................................ 57
3.4.1 Variabel Dependen................................................ 57
3.4.2 Variabel Independen.............................................. 58
3.5 Metode Analisis Data........................................................ 64
3.5.1 Estimasi Model Regresi ........................................ 66
3.5.2 Pemilihan Model Regresi Data Panel.................... 68
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ................................................. 69
3.6 Uji Hipotesis...................................................................... 71
3.6.1 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t) ......... 71
3.6.2 Uji Hipotesis Secara Simultan atau Bersama-
Sama (Uji Statistic F) ............................................ 71
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R²) ............................. 72

iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................108

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data PDRB ADHK Kabupaten/Kota Provinsi


Aceh Tahun 2018-2019 ........................................... 3
Tabel 1.2 Data PAD Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2018-2019..................................................... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terkait..................................................... 41
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian .............................. 62

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir..........................................55

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu asas pembangunan daerah dalam Undang-
Undang No. 32 pada Tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah
yaitu desentralisasi. Desentralisasi merupakan penyerahan
kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
mengatur dan memimpin pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Tercapainya desentralisasi ketika
suatu wilayah atau daerah mampu melaksanakan otonomi daerah
yang dapat mengatur dan mengontrol penyelenggaraan
pemerintahan di luar kendali pemerintah pusat dengan sebaik
mungkin (Ulfi & Endrawati, 2010).
Desentralisasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan serta memelihara
hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Penthury (2011) menyatakan bahwa dalam melaksanakan
desentralisasi, pemerintah daerah harus mampu memberikan
pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakatnya.
Infrastruktur adalah kunci pertumbuhan ekonomi, karena
mempersiapkan infrastruktur yang baik akan meningkatkan
produktivitas (Modebe et al., 2012).
Pelaksanaan otonomi daerah di provinsi, kabupaten, dan
kota memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk

1
menggunakan segala potensi sumber pendanaan di daerahnya.
Semakin banyak sumber dana yang diteliti dan digunakan pada
suatu daerah, maka akan berdampak pada semakin tinggi
pendapatan daerah tersebut. Hingga akhirnya, pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut dapat meningkat (Dwirandra, 2013).
Pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan sebagai
peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-
barang ekonomi kepada rakyatnya. Peningkatan kapasitas ini di
dorong oleh kemajuan teknologi, kelembagaan, dan penyesuaian
yang diperlukan terhadap idealisme (Todaro & Smith, 2011).
Pertumbuhan ekonomi merupakan landasan dari pembangunan
berkelanjutan. Pemerintah dapat mewujudkan kesejahteraan
manusia melalui pertumbuhan ekonomi, termasuk memprioritaskan
pembangunan infrastruktur, meningkatkan pendidikan dan
perawatan kesehatan, membangun fasilitas untuk mendorong
investasi dalam dan luar negeri, membangun kembali lingkungan,
dan memperkuat sektor pertanian. (Saad & Kamel, 2009).
Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh
yang diukur dalam produk domestik regioal bruto (PDRB) atas
dasar harga berlaku sebesar Rp. 164,21 triliun, dengan produk
tergional domestik bruto sejumlah 30,7 juta per kapita. Namun, laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada tahun 2019 sebesar
4,15%, turun lebih lambat sebesar 4,61% pada tahun 2018. (Badan
Pusat Statistik Aceh, 2020).

2
Pertumbuhan ekonomi di wilayah tertentu tercermin dari
produk domestik regional bruto (PDRB) wilayah tersebut. Produk
domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah barang dan
jasa yang dihasilkan sebagai akibat dari semua jenis kegiatan
ekonomi di semua wilayah pada tahun atau periode tertentu.
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dinyatakan sebagai
PDRB atas dasar harga konstan, dengan menggunakan harga tahun
tertentu sebagai tahun dasar untuk menghilangkan inflasi
(Dwirandra, 2013).
Tabel 1.1
Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten/Kota Provinsi Aceh tahun 2018-2019 (Triliun
Rupiah)
Kabupaten/Kota 2018 2019
Simeulue 1,53 1,60
Aceh Singkil 1,66 1,73
Aceh Selatan 4,06 4,24
Aceh Tenggara 3,30 3,44
Aceh Timur 7,80 8,14
Aceh Tengah 5,63 5,83
Aceh Barat 6,62 6,95
Aceh Besar 9,56 9,97
Pidie 7,45 7,78
Bireun 9,58 10,06
Aceh Utara 16,28 16,85
Aceh Barat Daya 2,86 3,00
Gayo Lues 1,89 1,92

3
Tabel 1.1 -
Aceh Tamiang 5,72 5,98
Nagan Raya 6,11 6,53
Aceh Jaya 1,92 1,99
Bener Meriah 3,47 3,62
Pidie Jaya 2,50 2,60
Banda Aceh 14,55 15,16
Sabang 1,07 1,13
Langsa 3,69 3,85
Lhokseumawe 6,84 7,11
Subulussalam 1,30 1,35
Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh (2020)
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukkan perubahan
tahunan pertumbuhan PDRB untuk seluruh kabupaten/kota di
provinsi Aceh. Pertumbuhan PDRB tertinggi pada tahun 2018
terjadi di Kabupaten Aceh Utara sebesar 16,28 triliun rupiah dan
pertumbuhan PDRB terendah pada tahun 2018 terjadi di Kabupaten
Sabang sebesar 1,07 triliun rupiah. Selanjutnya pada tahun 2019
Pertumbuhan PDRB tertinggi dan terendah masih sama dengan
tahun sebelumnya yaitu pertumbuhan tertinggi pada Kabupaten
Aceh Utara sebesar 16,85 triliun rupiah dan pertumbuhan terendah
pada Kabupaten Sabang sebesar 1,13 triliun rupiah.
Setiap tahunnya pertumbuhan ekonomi di Aceh mengalami
penurunan dan peningkatan. Ini mencakup area seluas 5.677.081
km dan terdiri dari 18 kabupaten, 5 kota, 289 kecamatan, 761
Mukim, dan 6.464 Gampong. Keadaan ini mengarah pada
kenyataan bahwa proses pembangunan daerah kabupaten/kota di
Provinsi Aceh relatif berbeda antar daerah, sehingga nilai produk

4
domestik regional bruto yang diperoleh di setiap daerah/kota
berbeda. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung menggunakan
data produk domestik regional bruto atas harga konstan. Tingkat
pertumbuhan riil selama periode waktu biasanya dihitung
menggunakan tahun dasar yang sama tidak termasuk minyak dan
gas (Badan Pusat Statistik, 2019).
Beberapa manfaat desentralisasi fiskal dalam tata kelola
sektor publik, diantaranya akuntabilitas, transparanasi,
pertumbuhan dan daya tanggap pejabat pemerintah atas kebutuhan
lokal (Amagoh & Amin, 2012). Dalam hal ini, penerimaan dan
pendapatan daerah dapat dijadikan sebagai alat dalam mewujudkan
desentralisasi pada suatu wilayah, terutama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan asli daerah (PAD) dan
Dana alokasi umum (DAU) merupakan bagian dari instrumen
pendapatan daerah yang diharapkan mampu mendorong tingkat
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang di
peroleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah (Mardiasmo, 2011:1). Di beberapa negara, pajak
telah menjadi salah satu alat yang signifikan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Faktanya kebijakan perpajakan itu sendiri
adalah elemen fundamental untuk kebijakan ekonomi, memastikan
bahwa negara-negara dapat mempertahankan dan meningkatkan
daya saing globalnya dan berkembang (Taha & Loganathan, 2008).

5
Dalam pasal 3 Undang-Undang No 33 tahun 2004
mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
bertujuan memberdayakan pemerintah daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai potensi daerah sebagai tanda
desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah dapat digunakan sebagai
salah satu indikator keberhasilan desentralisasi fiskal. Dikarenakan
PAD merupakan penerimaan daerah yang menunjukkan bahwa
daerah tersebut mampu secara mandiri dalam mengelola
penerimaan daerah yang bersumber dari daerahnya.
Sedangkan Dana alokasi umum (DAU) dalam PERPU Pasal
1 ayat 23 No. 55 tahun 2005 mengenai Dana Perimbangan
merupakan dana dari penerimaan APBN yang dialokasikan untuk
tujuan pemerataan kemampuan keuangan kepada daerah untuk
menutupi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Pemanfaatan sumber daya umum ditentukan oleh
pemerintah darah dan wajib dipertahankan dalam rangka mencapai
tujuan otonomi daerah, misalnya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di bidang kesehatan dan
pendidikan (Djaenuri, 2012:103).
Menurut statistik keuangan daerah Provinsi Aceh, PAD
menyumbang sumber pendapatan daerah yang relatif kecil
dibandingkan dengan DAU, yang mana seharusnya PAD
merupakan salah satu bentuk cerminan kemandirian diri dari
Provinsi Aceh. Total PAD yang diterima Pemerintah Daerah

6
Provinsi Aceh selama tahun 2018 berjumlah Rp 2,78 triliun rupiah,
dan pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan sebesar Rp 3,01
triliun. Sedangkan DAU yang diterima Pemerintah Daerah Provinsi
Aceh selama tahun 2018 berjumlah 12,61 triliun rupiah, dan pada
tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 13,01 triliun rupiah
(Badan Pusat Statistik Aceh, 2020).

Tabel 1.2
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2018-2019 (miliar rupiah)
Pendapatan Asli Dana Alokasi
Kabupaten/Kota Daerah Umum
2018 2019 2018 2019
Simeulue 63,14 65,55 444,55 465,33
Aceh Singkil 45,28 58,26 440,49 454,07
Aceh Selatan 152,07 148,61 634,65 660,08
Aceh Tenggara 80,26 99,93 580,43 602,16
Aceh Timur 169,45 195,25 785,90 819,43
Aceh Tengah 150,81 162,45 603,73 623,70
Aceh Barat 150,49 168,69 570,76 588,20
Aceh Besar 159,48 134,39 713,34 751,39
Pidie 237,20 280,53 788,32 825,28
Bireun 179,47 175,64 781,88 817,98
Aceh Utara 299,54 244,75 835,91 895,22
Aceh Barat Daya 83,46 88,28 451,30 460,98
Gayo Lues 48,75 64,35 462,94 472,23
Aceh Tamiang 139,26 134,31 534,64 547,97

7
Tabel 1.2 -
Nagan Raya 97,11 139,48 501,61 522,18
Aceh Jaya 58,62 64,54 421,31 437,09
Bener Meriah 85,11 92,64 448,98 458,75
Pidie Jaya 57,43 69,16 420,63 441,95
Banda Aceh 246,26 287,34 591,71 605,01
Sabang 57,18 54,29 350,86 370,14
Langsa 121,35 154,45 444,01 456,70
Lhokseumawe 65,61 69,44 459,62 469,47
Subulussalam 38,95 57,54 345,24 353,73
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa penignkatan
Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Kabupaten/Kota Provinsi
Aceh mengalami perkembangan fluktuasi. Pemasukan PAD
Pemerintah Kota Subulussalam terbilang rendah hanya 38,95 miliar
rupiah dan Kabupaten Aceh Utara terbilang tinggi sebesar 299,54
miliar rupiah selama tahun 2018. Pada tahun 2019, pemasukan
PAD Kota terendah diterima oleh Pemerintah Kota Sabang yaitu
sebesar 54,29 miliar rupiah dan pemasukan PAD tertinggi terjadi
pada Kota Banda Aceh sebesar 287,34 miliar rupiah selama tahun
2019.
Sedangkan pada penerimaan dana perimbangan berupa
Dana Alokasi Umum penerimaan terendah diterima oleh
Pemerintah Kota Subulussalam yaitu sebesar 345,24 miliar rupiah
selama tahun 2018. Pada tahun 2019, penerimaan DAU terendah
juga terjadi pada Kota Subulussalam yaitu 353,73 miliar rupiah.
Sebaliknya, DAU Kabupaten/Kota tertinggi diperoleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara 835,91 miliar rupiah pada tahun 2018. Pada

8
tahun 2019, penerimaan DAU tertinggi masih terjadi pada
Kabupaten Aceh Utara sebesar 895,22 miliar rupiah.
Berdasarkan keadaan saat ini setiap wilayah memiliki
keahlian yang berbeda dalam memenuhi dana setiap kegiatannya,
yang menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antar daerah.
Oleh sebab itu, dalam mengatasi ketidakseimbangan tersebut,
pemerintah mengalokasikan dana dari APBN untuk memenuhi
kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi. Menurut
undang undang No. 32 Tahun 2004 salah satu dana perimbangan
tersebut yaitu DAU menekankan pada aspek keadilan dan
pemerataan, dimana penyaluran dana sejalan dengan pengelolaan
urusan pemerintahan. Alokasi dana APBN dari pemerintah pusat
diharapkan dapat membantu pemerintah daerah agar lebih fokus
pada alokasi PAD yang diterimanya untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah.
Pemerintah pusat dengan ini memberikan suntikan dana dan
dana ini bersumber dari Dana Alokasi Umum Nasional (DAUN).
Dalam hal ini upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
yang mana di anggap agar Aceh tidak ketinggalan dalam hal
pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan insfrakstuktur dengan
daerah lainnya. Dana yang diberikan oleh pemerintah pusat ini atas
perjanjian perdamaian MoU Helsinki tahun 2005. Pengucuran dana
otsus untuk 20 tahun kedepan, dimulai dari tahun 2008 dan
berakhir di 2027 serta pemberian bagi hasil atas pengelolaan migas.
Pemberian dana otsus ini oleh pemerintah pusat sangat jelas

9
tujuannya yaitu mempercepat laju pembangunan Aceh yang sempat
vakum akibat konflik bersenjata yang menimpa Aceh. Dimana
besaran anggaran 15 tahun pertama 2% dari dana alokasi umum
nasional (DAUN) dan 5 tahun terakhir menjadi 1 persen dari
DAUN. Jika di total, prediksi untuk sampai dengan 2027 Aceh
akan menerima dana otsus sebesar Rp 163 triliun. Sayangnya
kucuran dana ini menemui banyak permasalahan dan kritikan dari
berbagai pihak. Hingga saat ini Aceh masih menjadi provinsi
paling miskin di Pulau Sumatera (BAKN, 2020).
Berdasarkan kajian oleh Kementerian Keuangan, pengaruh
dana otonomi khusus terhadap tingkat kesejahteraan dan
perekonomian di Aceh masih belum bisa dijelaskan lebih lanjut.
Selain itu kajian ini menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai
persoalan penggunaan dana otsus oleh Pemprov Aceh termasuk
kurangnya transparansi, seringnya perubahan peraturan daerah, dan
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap dana otonomi khusus
sebagai sumber pendapatan daerah. Dana itu sendiri hanya
digunakan untuk keperluan konsumtif saja bukan dalam bentuk
peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Permasalahan yang muncul adalah ketika otonomi khusus
berakhir pemprov tidak dapat mengendalikan keberlangsungan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan sampai saat ini Aceh
masih sangat ketergantungan terhadap dana Otsus. Dana PAD dan
DAU diharapkan dapat menjadi penopang Aceh ketika otsus
berakhir. Namun jika di lihat dari data yang terdapat, PAD dan

1
DAU Aceh masih sangat rendah, sehingga diperlukan adanya
tindakan lebih lanjut dari pemerintah guna meningkatkan
pendapatan Aceh dari kedua dana tersebut.
Secara khusus, upaya pemerintah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah dan mengoptimalkan dana alokasi umum
melalui kebijakan dan pembagian tugas inti dengan jajaran
pemerintahan dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan janji yang
diberikan dalam mengoptimalkan PAD dan DAU sesuai dengan
tujuan yang telah dirancang. Pelaksanaan tugas bagi pemerintah
dalam ekonomi Islam harus dilaksanakan sesuai dengan ajaran
Syari’at Islam, pelaksanaan tugas tersebut harus adil dan
bertanggung jawab serta mencapai kebaikan dan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat.
Sejumlah peneliti telah melakukan studi tentang hubungan
antara pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun, temuan mereka tidak mengarah
pada kesimpulan yang sama. Penelitian yang telah dilakukan
Maryati & Endrawati (2010) di Sumatera Barat menemukan bahwa
PAD dan DAU berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berbeda dengan temuan tersebut, hasil penelitian Putri
(2015) di Jawa Tengah menyimpulkan bahwa pendapatan asli
daerah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
sedangkan DAU tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Namun bertolak belakang dengan kedua penelitian
tersebut, penelitian Prakarsa & Noor (2013) di Jawa Timur

1
menyatakan bawah PAD tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Terdapat hasil yang berbeda dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh sejumlah peneliti di atas, selain itu juga belum
adanya penelitian tentang pendapatan asli daerah dan dana alokasi
umum terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten dan
kota di Aceh, melainkan hanya dilakukan di kabupaten atau kota
tertentu saja di Aceh.
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang yang telah
dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian skripsi dengan judul : “Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Provinsi Aceh
Tahun 2016-2020”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdaarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka
dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengaruh secara simultan antara Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dalam perspektif ekonomi Islam di Provinsi Aceh.
2. Apakah pengaruh Pendapatan Asli Daerah secara parsial
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dalam perspektif ekonomi
Islam di Provinsi Aceh.

1
3. Apakah pengaruh Dana Alokasi Umum secara parsial
terhadap Pertumbuhan Ekonomi dalam perspektif ekonomi
Islam di provinsi aceh.

1.3 Tujuan penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini untuk menganalisis:
1. Pengaruh secara simultan anatara Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah secara parsial terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.
3. Pengaruh Dana Alokasi Umum secara parsial terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Praktis (Operasional)
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi,
terutama dalam hal pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Aceh

1
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah daerah mengenai pentingnya mengoptimalkan
potensi lokal yang dimiliki daerah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik demi kemajuan daerah.
1.4.2 Manfaat Teoritis (Akademis)
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan
ilmu pengetahuan dalam menulis karya ilmiah dan
memperdalam wawasan yang berhubungan dengan
pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Aceh.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap
bagi penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dan data tambahan bagi penelitian
selanjutnya yang tertarik pada bidang kajian ini.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi masyarakat tentang pembangunan yang ada di daerah,
sehingga masyarakat dapat ikut serta mengawasi jalannya
pemerintahan.

1.5 Sistematika Pembahasan


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah
penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, dikemukakan pula
rumusan masalah penelitian ini. Peneliti juga memberikan

1
gambaran tentang tujuan dan manfaat yang diharapkan
dapat dicapai sebagai bentuk hasil dari penelitian yang
dilakukan ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis memaparkan mengenai teori-teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti, baik variabel
independen maupun variabel dependen. Peneliti juga
melampirkan temuan dari peneliti terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini agar memperkuat penelitian. Selain itu
juga peneliti memaparkan kerangka pemikiran dan hipotesis
yang menajadi patokan dasar dalam melakukan penelitian
ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian. Metode penelitian
tersebut meliputi jenis data, teknik pengumpulan data,
operasinal variabel penelitian, metode analisis dan uji
hipotesis yang akan di jelaskan pada bab ini.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pertumbuhan Ekonomi


2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk memberikan manfaat
ekonomi yang lebih nyata bagi penduduknya dan berkembang
sebagai suatu respon terhadap kemajuan teknologi dan perubahan
kelembagaan dan ideologi yang diharapakan (Jinghan 2012: 57).
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran yang
mendeskripsikan perkembangan perekonomian pada suatu periode
tertentu yang dibandingkan dengan periode sebelumnya (Sukirno,
2014). Todaro (2004) mendefisikan bahwa pertumbuhan ekonomi
adalah peningkatan kemampuan jangka panjang suatu negara untuk
menyediakan penduduknya dengan berbagai barang ekonomi.
Peningkatan kapasitas itu sendiri disebabkan oleh kemajuan atau
perubahan teknologi dan berbagai kebutuhan lainnya.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output
per kapita dalam jangka panjang. Penekanannya ada pada tiga
aspek yaitu proses, output per kapita dan perspektif jangka panjang.
Hal tersebut dapat melihat bagaimana perekonomian dapat
berkembang atau berubah dari tahun ke tahun, dengan menyoroti
aspek dinamis dari perekonomian, yaitu perubahan atau
perkembangan itu sendiri (Adisasmita, 2013:1). Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan peningkatan dalam produksi barang
maupun jasa dalam suatu perekonomian, sehingga pertumbuhan

1
ekonomi ini merupakan salah satu faktor penting di dalam
melakukan suatu analisis pembangunan ekonomi (Nuraini, 2017).
\Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah proses
peningkatan output per kapita selama periode waktu tertentu, yang
dapat meningkatkan kemampuan suatu negara untuk memberikan
berbagai manfaat ekonomi kepada penduduknya. Pertumbuhan
ekonomi dapat diukur dengan menggunakan produk domestik bruto
(PDB) dalam skala negara dan dengan menggunakan produk
domestik regional bruto (PDRB) untuk skala regional. PDB dan
PDRB bertujuan untuk meringkas kegiatan ekonomi dalam bentuk
mata uang tertentu untuk periode tertentu dalam setahun.
Pertumbuhan ekonomi memiliki karakter yang dapat berkembang
dan berubah dari tahun ke tahun.
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi dalam Islam
Pertumbuhan ekonomi merupakan aktivitas produktif yang
kompleks dan erat kaitannya dengan pemerataan distributif.
Pertumbuhan bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi aktivitas
manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
aspek material dan spiritual (Huda, 2017:124). Pada dasarnya
pertumbuhan ekonomi dalam Islam telah lebih dulu berkembang
jika dibandingkan dengan konsep konvensional. Dalam kitab Al-
Kharaj karangan Abu Yusuf yang mengemukakan diskusi tentang
pertumbuhan ekonomi. dalam pembahasan tersebut beliau

1
menyarankan khalifah Harun al-Rasyid agar menerapkan dan
mengatur sistem perpajakan.
Dalam perspektif Islam pertumbuhan ekonomi harus
memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan karakteristik
pertumbuhan ekonomi Islam. Al-Tariqi (2004) memaparkan bahwa
karakteristik dalam ekonomi Islam harus memenuhi aspek
keadilan, bertanggung jawab, mencukupi dan realistis.
Terpenuhinya Karakteristik pertumbuhan ekonomi dalam Islam
mencerminkan keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dari segala aspek secara merata. Dalam kaidah
ekonomi Islam pertumbuhan ekonomi sama hal nya dengan
pendapatan dan penerimaan, yang mana tujuan akhir dari kedua hal
tersebut ialah mewujudkan Maslahah demi terciptanya Falah atau
kesejahteraan dalam masyakarat. Dilihat dari tujuan pokoknya,
Islam melihat pertumbuhan kekayaan sebagai suatu yang sejalan
dengan cara distribusinya dan tuntutan realisasi keadilan sosial.
Dalam kaidah ekonomi Islam dapat dilihat bahwa pertumbuhan
ekonomi memiliki tujuan akhir untuk mewujudkan Maslahah demi
terciptanya Falah atau kesejahteraan dalam masyakarat (Huda,
2017:125).
2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Islam
Al-Tariqi memaparkan perihal pertumbuhan ekonomi dalam
silam yang mengandung karakteristik sebagai berikut (Huda,
2017:126). :

1
1. Keadilan (‘Adalah)
Islam didasarkan pada keadilan di antara orang-orang dalam
menegakkan hukum. Allah telah memerintahkan pelaksanaan
keadilan dalam banyak ayat Al-Qur'an. Salah satu firman Allah
dalam QS. An-Nahl (16) ayat 90 :
ِ ‫ِ بِ ل ˚ ِ ِ ل ِ ˜ ح‬
ِ ‫ر‬ ِ ‫ا ِ ’ ِ ان ا ه ' ’لل ِِا‬
ِ ‫ِع‬ ِ
‫ِِل اسا‬ ‫ا وا‬ ‫ا‬
‫د‬ ‫˜ِاي ˚ِ م‬
‫ن‬
ِ
ِ
ِ ِ ِ ِ ˜ ’ِ ِ
‫ن ال ِح اش‬ .‫ذى ال ِ ِ ِ ن‬ ‫تا ا‬.‫ي‬ ِ‫اوا‬
‫ِا ف‬ ‫رهِب ههى‬ ِ ‫ئ‬
‫ اع‬. ‫ق وي‬
‫ا ا‬
ِ
‫ا ِ ِ’ ء‬
‫ِو‬
ِ ‫ِر اوال ˚ِ ِ ي ياع ِ ِ ِم ِ م‬ ِ ِِ ِ˚ ‫اوال‬
‫ان‬ ِ
‫ت‬ ‫ا‬ ’ ‫ن‬
‫ر‬ ‫ا‬ ‫ِ ظ ˚ ِ ك لاا عل ك‬ ِ˚ ‫غ‬.‫با‬
‫م اك‬
‫اذا ك‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku


adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl[16]: 90).
2. Bertanggung jawab (Mas’uliyyah)

1
Dasar keberadaan tanggung jawab sebagai salah satu
landasan terpenting dijelaskan secara jelas dalam Islam. Tanggung
jawab memiliki dua aspek penting. Yang pertama adalah tanggung
jawab antara masyarakat dengan masyarakat lainnya, dan yang
kedua adalah tanggung jawab negara terhadap warganya (Huda,
2017:127).
3. Mencukupi (Kifayah)
Islam tidak hanya mendefinisikan sifat tanggung jawab,
akan tetapi tanggung jawab ini harus mutlak dan harus mencakup

2
realisasi kecukupan untuk semua. Islam dengan demikian membagi
tanggung jawab ini sebagai kewajiban antara orang kaya, atau

2
orang yang memiliki kemudahan ekonomi dan negara sehingga
semua peluang ini dapat mengatasi masalah kemiskinan sampai
semua aspek masyarakat terwujud.
4. Realistis (Waqi’iyyah)
Realistis adalah cara pandang memandang suatu masalah
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sifat pertumbuhan ekonomi
yang realistis menjelaskan bahwa Islam menyamakan masalah
ekonomi dengan realitas masyarakat (Huda, 2017:127).
5. Komprehensif (Al-Syumul)
Islam melihat pertumbuhan lebih dari sekedar persoalan
materi. Tetapi harus beorientasi pada tujuan dan nilai yang tidak
dapat dipisahkan, berupa segi materi, ekonomi, tingkah laku,
agama dan kebijakan. Kemakmuran dan kesejahteraan yang dituju
ialah kebahagian didunia maupun akhirat.
2.1.4 Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Indikator suatu Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan
untuk membandingkan tingkat perkembangan sosial atau
kesejahteraan antar wilayah atau negara dan untuk menemukan
pola pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2015:31). Terdapat beberapa
indikator dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi
diantaranya sebagai berikut:
1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan besaran pendapatan rata-
rata penduduk dalam suatu negara selama periode tertentu, dan
pendapatan per kapita bersumber dari pendapatan nasional, dengan

2
memperhitungkan jumlah keseluruhan penduduk dalam suatu
negara yang memiliki jumlah besaran pendapatan per kapita yang
meningkat jika dibandingkan periode-periode sebelumnya.
2. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Tenaga kerja adalah orang yang mampu menghasilkan
barang atau jasa untuk kebutuhan sendiri dan masyarakat.
Pengangguran merupakan kebalikan dari angkatan kerja, tetapi
jumlah tenaga kerja yang melebihi jumlah pengangguran dianggap
mengalami pertumbuhan ekonomi.
3. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Kesejahteraan suatu
masyarakat dapat dinilai dengan melihat tingkat kemiskinan pada
suatu wilayah dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat juga tercermin dari kemampuan
masyarakat itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari dan tercemin dari tingkat pendapatan per kapita yang
tinggi pada suatu wilayah tertentu.

2.2 Pendapatan Asli Daerah


2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan daerah
yang berkontribusi dalam pemberian pendanaan kepada daerah
dalam mengkaji pembiayaan guna mewujudkan otonomi daerah
sebagai implementasi prinsip desentralisasi dengan menekankan

2
pada kinerja pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil penglolaan
kekayaan daerah, dan pendapatan lain-lain yang sah. (Badrudin,
2011).
Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-Undang No.
33 tahun 2004 merupakan penerimaan yang didapatkan secara
mandiri oleh pemerintah daerah, didasarkan pada peraturan
perundang-undangan dan tunduk pada peraturan daerah itu sendiri.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diterima dari
sumber potensi yang terdapat dalam wilayah itu sendiri. Tingginya
tingkat PAD dalam struktur keuangan daerah menandakan bahwa
daerah tersebut mampu dan mandiri dalam melaksanakan kegiatan
perekonomian dengan menggunakan hasil pendapatan dari wilayah
nya sendiri (Firdausy, 2018: 119).
Aries (2012) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah
adalah pendapatan yang diterima suatu daerah dari sumber potensi
kekayaan lokal dan ditetapkan melalui peraturan daerah yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang digunakan pada daerah tersebut. Berdasarkan
peraturan UU Republik Indonesia No.28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah, mengemukakan bahwa pendapatan asli
daerah merupakan sumber keuangan daerah yang didapatkan dari
daerah yang bersangkutan. Sumber keuangan tersebut berasal dari
hasil pajak daerah, retrebusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain yang sah.

2
Salah satu usaha untuk mengetahui kemampuan suatu
daerah dalam hal keuangan daerah untuk mengurangi
ketergantungan kepada pemerintah pusat adalah dengan melihat
struktur pendapatan daerah yang ada. Semakin luas komposisi
PAD, semakin besar kapasitas pemerintah daerah untuk memikul
tanggung jawab yang lebih besar. Namun, semakin kecil komposisi
pendapatan daerah relatif terhadap pendapatan daerah, semakin
besar ketergantungan pada pusat. Dampak masyarakat terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah adalah pembangunan yang
lancar, pembangunan meliputi berbagai sektor antara lain
pembangunan jalan, pembangunan umum dan fasilitas lainnya.
2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 Pendapatan
Asli Daerah (PAD) bersumber dari:
1. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh daerah
seperti Provinsi, kabupaten maupun kota berdasarkan peraturan
daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerahnya (Mardiasmo, 2007). Oleh
sebab itu, pajak daerah adalah iuran wajib yang dipungut kepada
orang pribadi atau perusahaan tanpa kompensasi langsung yang
seimbang yang dapat dibebankan berdasarkan undang-undang yang
ditetapkan, dan hasil dari iuran pajak tersebut dapat membantu
pemerintah daerah dalam melaksanakan kagiatan pembangunan
daerah.

2
Jenis-jenis pajak daerah berdasarkan Undang-Undang pajak
daerah dan retribsui daerah Nomor 28 Tahun 2009 sebagai berikut:
a. Jenis Pajak Provinsi:
1) Pajak kendaraan bermotor
2) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
3) Pajak balik nama kendaraan bermotor
4) Pajak rokok
5) Pajak air permukaan
b. Jenis Pajak Kabupaten:
1) Pajak restoran
2) Pajak hiburan
3) Pajak hotel
4) Pajak iklan
5) Pajak penerangan Jalan
6) Pajak mineral non logam dan batuan
7) Pajak parkir
8) Pajak pendapatan
9) Pajak tanah dan air
10) Pajak budidaya sangkar burung walet
11) Pajak PBB perdesaan maupun perkotaan
12) Bea hak tanah dan bangunan (BPHTB).
Pemerintah daerah penting diberikan hak otonomi dan
kewenangan daerah untuk mengurangi ketergantungan mereka
pada pendanaan pemerintah pusat. Hal yang perlu dilakukan oleh

2
pemerintah daerah dalam menambah pendapatan daerah berupa
pajak adalah dengan menggali potensi dari daerah tersebut yang
dapat dijadikan sumber pendapatan yang berupa pajak agar dapat
melihat tingkat penerimaan pajak daerah (Mardiasmo, 2007).
Tujuan utama dari meningkatkan pajak daerah adalah untuk
mengoptimalkan pendapatan asli daerah tersebut.
2. Retribusi Daerah
Sumber Pendapatan Asli daerah yang juga memiliki peran
penting yaitu retribusi daerah. Retribusi daerah berdasarkan
Undang-Undang No.28 Tahun 2009 merupakan pendapatan daerah
yang bersumber dari melegalkan izin tertentu yang diterbitkan dan
dikeluarkan oleh pemerintah daerah bagi keperrluan suatu badan
usha maupun keperluan orang pribadi. Atau dapat dikatakan
retribusi daerah merupakan tarif yang dikenakan terhadap orang
pribadi untuk secara langsung menggunakan layanan dari
pemberian izin yang telah di terbitkan oleh pemerintah daerah.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa karakter yang
menjadi dasar dari retribusi daerah ialah Retribusi yang diterima
oleh pemerintah didasarkan dengan kebijakan daerah tersebut dan
retribusi dipungut bagi setiap orang yang menggunakan jasa
maupun barang yang telah di fasilitasi oleh pemerintah daerah.
Retribusi daerah menurut peraturan UU No.28 Tahun 2009
meliputi tiga hal yaitu jasa kegiatan usaha, jasa umum dan izin
khusus. Retribusi atas jasa umum diklasifikasikan ke dalam
retribusi jasa umum. Retribusi yang dikenakan untuk jasa usaha

2
diklasifikasikan ke dalam retribusi jasa usaha, dan retribusi yang
dikenakan untuk izin khusus diklasifikasikan ke dalam retribusi
izin khusus.
a. Retribusi Jasa Umum
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Objek
retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
b. Retribusi Jasa Usaha
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Retribusi
Jasa Usaha adalah Layanan bisnis pada dasarnya disediakan bagi
sektor swasta dan oleh karena itu dikenakan pajak atas retribusi
yang diberikan oleh pemerintah daerah berdasarkan prinsip
komersial.
c. Retribusi Perizinan Khusus atau Tertentu
Objek retribusi perizinan khusus adalah Pemberian
pelayanan perijinan kepada orang pribadi atau badan oleh
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan yang
menggunakan fasilitas umum. Pemanfaatan sumber daya alam,
komoditas, sarana dan prasarana atau fasilitas tertentu untuk
melindungi kepentingan umum dan melindungi lingkungan.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
merupakan komponen pendapatan daerah yang pengelolaannya di

2
ambil alih oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dalam
kegiatannya, pengelolaan kekayaan daerah dioperasionalkan oleh
badan usaha milik daerah yang sebagian besar bahkan semua
modal usahanya berasal dari daerah. Dalam pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan oleh BUMD terdapat dua aspek penting
yaitu Kekayaan daerah dikelola secara tersendiri oleh pengurus
BUMD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
pada perusahaan tersebut.
Sumber yang termasuk ke dalam hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang di pisahkan antara lain sebagi berikut:
a. Pembagian laba atau keuntungan atas keikutsertaan pada
badan usaha milik negara (BUMN).
b. Pembagian laba atau keuntungan atas keikutsertaan pada
badan usaha milik daerah (BUMD).
c. Pembagian laba atau keuntungan atas keikutsertaan pada
perusahaan milik swasta maupun kelompok usaha
masyarakat.
4. Pendapatan lain-lain yang disahkan
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengenai
pendapatan lain-lain yang sah di maksudkan dalam
mendeskripsikan pemasukan daerah yang bukan tergolong ke
dalam kategori pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemasukan daerah
ini diklasifikasikan berdasarkan objek penerimaan yaitu jasa giro,
penerimaan dari penjualan aset lokal baik secara tunai maupun

2
kredit, pendapatan berupa imbalan, penerimaan dalam bentuk
tuntutan ganti rugi daerah, pengadaan daerah baik dalam bentuk
jasa maupun barang, atau potongan maupun bentuk lain akibat dari
penjualan, pendapatan atas keuntungan nilai tukar mata uang.
Dalam rangka mendukung atau memperkuat kebijakan
pemerintah daerah di daerah tertentu, penerimaan lain-lain yang
sah mampu memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk
melakukan sejumlah kegiatan yang dapat meningkatkan
pendapatan daerah, baik dalam kegiatan materi maupun non materi
dalam hal kegiatan usaha.
2.2.3 Pendapatan Asli Daerah dalam Perspektif Islam
Karim (2010) menyatakan bahwa pemerintah dan
masyarakat merupakan dua institusi yang menjalankan fungsi dasar
yang sama yaitu pemenuhan kewajiban umum maupun sosial
dalam penyelenggaraan mewujudkan Falah. Adapun yang menjadi
sumber pendapatan negara pada masa Rasulullah SAW, dapat
digolongkan menjadi tiga sumber, yaitu:
1. Sumber pendapatan dari kaum muslimin.
Sumber yaang termasuk kedalam sumber pendapatan dari
kaum muslimin diantaranya kharaj (pajak tanah), Zakat (pajak
penghasilan dan harta kekayaan), Ushr (bea impor), Zakat Fitrah,
Wakaf, Infak dan Shadaqah, Amwal fadhal (harta kaum muslim
yang meninggal tanpa ahli waris), Khums.

3
2. Sumber pendapatan dari kaum non-muslim.
Sumber yang termasuk kedalam pendapatan dari kaum non-
muslim diantaranya Jizyah, Kharaj, Ushr.
3. Sumber pendapatan lainnya.
Sumber yang termasuk kedalam pendapatan lainnya
diantaranya Ghanimah (harta rampasan perang), Fay (harta dari
daerah taklukan), uang tebusan tawanan perang, Kaffarah (denda),
Hadiah, Pinjaman dari kaum muslim dan non-muslim.
Aktivitas negara Islam telah berkembang pesat di sebabkan
oleh perubahan sosial ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan
industri dan kemajuan ilmu dan teknologi. Negara Islam modern
harus mampu memberikan infrastruktur sosial ekonomi untuk
kemajuan industri, ilmu pengetahuan, komunikasi, transportasi, dan
bahkan layanan kesehatan. Akibatnya, karena semakin banyak
kebutuhan masyarakat dalam suatu negara, maka negara dapat
mengumpulkan pajak untuk meningkatkan pendapatan mereka dan
membiayai seluruh pengeluaran mereka yang semakin meningkat
setiap saat (Rahman, 2016).
Negara-negara Islam modern dapat mengutip pajak
pendapatan, pajak kekayaan, pajak penjualan, bea cukai, pajak dari
investor, pajak properti, pajak hadiah dan lainnya (Chaudhry,
2012). pendapatan suatu daerah perlu mengamati beberapa hal
diataranya sebagai berikut:

3
1. Pajak harus dipungut bukan untuk kepentingan kelas
penguasa, tetapi untuk kepentingan genting, kebutuhan
mendesak dan kebutuhan aktual negara.
2. \Hasil pemungutan harus dipergunakan dengan sebaik-
baiknya dan diumumkan secara adil untuk kepentingan
semua orang dan kepentingan umum tanpa diskriminasi.
3. Dalam menetapkan tarif pajak, prinsip keadilan, kewajaran
dan ketidakberpihakan harus digunakan dalam
penghitungan dan pemungutan pajak.
4. Ketika tujuan penarikan pajak telah tercapai, maka
penarikan maka harus segera dihentikan.
5. Aturan dan hukum perpajakan harus konsisten dan tidak
menentang dengan aturan Islam.
Pungutan harta yang terdapat dalam Fiqh Islam yang
identik dengan konsep pajak negara modern yaitu Zakat. Zakat
merupakan suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta
tertentu yang diperuntukan guna memenuhi kebutuhan orang orang
yang membutuhkan (Qardhawi, 2011). Zakat mampu menciptakan
pertumbuhan baik dari aspek material maupun spiritual bagi
masyarakat yang membutuhkan.
2.2.4 Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah indikator pendukung dalam merealisasikan
keharusan suatu daerah untuk mampu mendanai pembangunan
daerah. PAD adalah suatu penerimaan yang bertujuan untuk

3
menambah kas daerah semaksimal mungkin agar dapat membantu
pelaksanaan pembangunan daerah dan juga dapat meningkatkan
dan mengatur situasi ekonomi sosial penggunaan jasa.
2.2.5 Indikator Pendapatan Asli Daerah
Indikator pendapatan asli daerah dalam Undang-Undang
No.33 Tahun 2004 sebagai berikut:
1. Pajak daerah
Pajak daerah digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintah daerah dalam bidang pembangunan daerah dengan
iuran yang diterima oleh orang pribadi atau pemerintah daerah
secara wajib tanpa adanya kompensasi langsung berimbang yang
dapat dikenakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah penerimaan daerah yang diterima
oleh pemerintah daerah dari imbalan pemberian izin atau jasa
tertentu yang secara khusus diberikan kepada orang pribadi atau
badan.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain
devisien, bagian laba dan penjualan saham milik daerah.
4. Pendapatan Asli Daerah lain-lain yang sah
Pendapatan Asli Daerah lain lain yang sah dapat meliputi
hasil penjualan kekayaan daerah yang diklasifikasikan menurut
objek pendapatan antara lain yaitu, jasa giro, keuntungan yang

3
berupa nilai dari penukaran mata uang, pendapatan bunga, dan
imbalan maupun bentuk lainnya dari pengadaan dan penjualan oleh
pemerintah.

2.3 Dana Alokasi Umum


2.3.1 Pengertian Dana Alokasi Umum (DAU)
Sesuai Peraturan perundang-undangan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2005 mengenai Dana Perimbangan. Dana Alokasi Umum
(DAU) merupakan dana APBN yang di distribusikan untuk
membantu memeratakan keuangan seluruh daerah dan mendanai
kebutuhan belanja dengan tujuan demi tercapainya pelaksanaan
desentralisasi. Machmud & Radjak (2018) menyatakan dana
transfer dari pemerintah pusat seharusnya digunakan secara efektif
dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Dana Alokasi Umum adalah penopang inti
dalam pendanaan APBD, sebagian besar untuk pengeluaran belanja
pegawai guna menekan biaya pembangunan.
Awaniz (2011) mendefinisikan bahwa dana alokasi umum
merupakan suatu jenis transfer dana antar pemerintahan pusat dan
daerah yang tidak terikat dengan kegiatan pengeluaran tertentu.
Dana alokasi umum ini bertujuan untuk mengganti transfer berupa
subsidi daerah inpres dan otonom. Tujuan dari alokasi ini yaitu
memeberikan dana yang memadai kepada pemerintah daerah untuk
mampu menerapkan kewajibannya. Penggunaan DAU sebagai
terjemahan tanpa syarat ditentukan oleh daerah itu sendiri. Namun,

3
Keputusan Pemerintah No. 104 Pasal 15 Tahun 2000 menyatakan
bahwa penggunaan DAU bertujuan untuk pemerataan peluang
keuangan daerah dalam rangka memberikan pelayanan dasar
kepada penduduk.
Dana alokasi umum adalah jenis transfer uang antar tingkat
pemerintahan yang tidak terkait dengan program pengeluaran.
Tujuan alokasi ini adalah untuk menutup kesenjangan anggaran dan
meratakan kemampuan anggaran antar daerah sehingga total dana
yang dialokasikan di masing-masing daerah tidak sama (Munir,
2017:8). Transfer pemerintah pusat penting bagi pemerintah
daerah. Hal ini untuk memastikan terpenuhinya standar pelayanan
publik minimal di seluruh wilayah. Transfer tersebut
mencerminkan kapasitas keuangan yang tidak setara dari ekonomi
daerah.
2.3.2 Peran Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) memegang peranan yang
sangat penting dalam tahap pembangunan. Transferan yang tinggi
melalui Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting untuk
menstabilkan keuangan pemerintah daerah dan memastikan bahwa
standar pelayanan publik minimum terpenuhi di seluruh negeri.
Pemerintah daerah dapat menggunakan dana ini untuk memberikan
layanan kepada masyarakatnya.
2.3.3 Indikator Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum yang diterima oleh masing-masing
daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 104 Tahun 2000

3
tentang Dana Perimbangan dipengaruhi oleh beberapa indikator,
antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk yang ada di daerah.
2. Besaran Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan setiap
tahun.
3. Alokasi dasar yang berupa jumlah PNS yang ada di daerah.
4. Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima dari pemerintah
pusat dalam setahun.
5. Luas dari wilayah daerah tersebut.
2.3.4 Ketentuan Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut Undang-Undang Pasal 33 Pasal 27 tahun 2004,
terdapat beberapa ketentuan dalam aturan penghitungan Dana
alokasi Umum (DAU) diantaranya sebagai berikut:
1. Besaran porsi Dana Alokasi Umum antara provinsi dengan
kabupaten/kota dihitung berdasarkan bandingan
kepentingan dan keperluan atas wewenangan provinsi dan
kabupaten/kota.
2. Penetapan Dana Alokasi Umum (DAU) paling sedikit 26%
dari total pendapatan bersih sesuai APBN.
3. Dalam hal penentuan proporsi belum dapat dihitung secara
kuantitatif, proporsi Dana Alokasi Umum antara provinsi
dan kabupaten/kota ditetapkan dalam imbangan 10% dan
90%.
4. Besaran dana alokasi umum yang dimaksud dalam poin 1 di
tentukan berdasarkan APBN.

3
2.4 Penelitian terkait
Wulan Fauzyni melakukan penelitian di tahun 2013 yang
berjudul “Analisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana
alokasi khusus (DAK), dana bagi hasil (DBH) pajak/bukan pajak
terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota provinsi jawa
tengah tahun 2003-2011”. Studi ini bertujuan untuk melihat
pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di
provinsi Jawa Tengah. Analisis desentralisasi fiskal difokuskan
pada indikator pengeluaran, yang merupakan rasio total
pengeluaran pemerintah daerah terhadap total pengeluaran
pemerintah pusat Studi ini menggunakan data panel dan alat
analisis Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau dikenal juga
sebagai Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana bagi hasil dan
dana aliokasi umum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
dalam wujud desentralisasi fiskal di provinsi Jawa Tengah.
Denny Wijarnako melakukan penelitian di tahun 2015 yang
berjudul “Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi
umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK) terhadap
pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota provinsi jawa tengah
periode 2012-2013”. Jenis penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif, jenis data yang digunakan menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan kabupaten/kota yang berupa
neraca, laporan realisasi anggaran, dan APBD di kabupaten/kota
Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota

3
pada periode 2012-2013. Populasi penelitian adalah pemerintah
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, dan sampel yaitu 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Analisis data
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh singifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nerpi Handayani melakukan penelitian di tahun 2017 yang
berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung menurut Perspektif
Ekonomi Islam”. Jenis dan sumber data menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan data sekunder yang berupa time series dengan
periode pengamatan 2003-2015, variabel penelitian terdiri dari
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi dan variabel
independen pendapatan asli daerah. Pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, data yang terkumpul dianalisis
menggunakan regresi linier sederhana. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pendapatan asli daerah memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan penelitian ini,
pemerintah didorong untuk mengembangkan sektor-sektor yang
berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
diantaranya sektor agraris, sektor perikanan dan sektor pariwisata.
Fadilah melakukan penelitian di tahun 2017 yang berjudul
“Pengaruh pendapatan asli daerah, belanja modal dan dana
perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi jawa timur
tahun anggaran 2010-2015”. Penelitian ini merupakan penelitian

3
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data panel
dengan model terpilih adalah Fixed Effect Model (FEM). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, belanja
modal dan dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Erlinda
Siagian melakukan penelitian di tahun 2018 yang berjudul
“Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum
(DAU), dana alokasi khusus (DAK) terhadap pertumbuhan
ekonomi di provinsi yogyakarta tahun 2010-2016”. Desain
penelitian ini data korelasional yang bersifat kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota di
Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010-2016. Teknik pengumpulan
data menggunakan metode dokumentasi. Uji prasyarat analisis data
menggunakan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji hipotesis menggunakan
analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini membuktikan PAD memiliki pengaruh positif
dan signifikan dan DAU memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan DAK berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sulfadli melakukan penelitian di tahun 2019 yang berjudul
“Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar”. Data dalam penelitian
ini bersumber dari data Laporan Realisasi APBD Kota Surakarta
2008-2012 yang diunduh dari website Badan Pusat Statistik (BPS)

3
Kota Makassar. Metode analisis data yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
pendapatan asli daerah memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dana perimbangan
memiliki berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Kartini, Ita Pingkan, Jacline melakukan penelitian di tahun
2019 yang berjudul “Pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sulawesi Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten dan Kota Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian
ini menggunakan metode analisis regresi data panel dengan periode
penelitian tahun 2012-2015. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Dana alokasi umum
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Anita Sri Wahyuni melakukan penelitian di tahun 2020 yang
berjudul “Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan
dana alokasi umum terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta. Data dalam penelitian ini bersumber dari data Laporan

4
Realisasi APBD Kota Surakarta triwulanan 2011-2018 yang
diunduh dari website Direktorat Jendral Perimbangan dan Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta. Metode analisis data yang
digunakan adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendapatan secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dana alokasi umum
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Secara simultan pendapatan asli daerah dan
dana alokasi umum berpenagruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Muhammad Ridwan Manulusi, Bahar Sinring dan A.M
Hasbi melakukan penelitian di tahun 2021 yang berjudul “Pengaruh
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi
Sulawesi Selatan”. Jenis data yang digunakan adalah data
Sekunder. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data
yang didapat bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Selatan
dari tahun 2015-2019. Metode Analasis menggunakan teknik
statistik deskriptif dan regresi data panel RStudio 4.0.4 untuk
analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan
asli daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dana alokasi umum memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pada

4
dana alokasi khusus memiliki pengaruh positif akan tetapi tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk memudahkan dalam melihat persamaan dan
perbedaan penelitian penulis dengan peneliti terdahulu dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terikat
Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
1 Wulan Teknik Hasil Variabel Variabel
Fauzyni analisis data: penelitian ini Independen: Independen:
(2013). Regresi data menunjukkan Pendapatan Dana
panel dan bahwa Asli Daerah Alokasi
alat analisis pendapatan Variabel Khusus,
Fixed Effect asli daerah, Dependen: Dana Bagi
Model dana bagi hasil Pertumbuha Hasil
(FEM). dan dana n Ekonomi
Variabel alokasi khusus
Independen: berpengaruh
PAD, DAK, terhadap
DBH. pertumbuhan
Variabel ekonomi
Dependen: dalam wujud
Pertumbuhan desentralisasi
Ekonomi. fiskal di
provinsi Jawa
Tengah.

4
Tabel 2.1 -

Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian

2 Denny Sumber Hasil dari Variabel Variabel


Wijanar Data: penelitian ini Independen: Independen:
ko Data menunjukkan Pendapatan Dana
(2015) Sekunder bahwa PAD, Asli Daerah, Alokasi
Variabel DAU dan Dana Khusus
Independen: DAK Alokasi
PAD, DAU, berpengaruh Umum
DAK. singifikan Variabel
Variabel terhadap Dependen:
Dependen: pertumbuhan Pertumbuha
Pertumbuhan ekonomi. n Ekonomi
Ekonomi.

3 Nerpi Teknik Hasil Variabel Teknik


Handay Analisis penelitian Independen: Analisis
ani Data: membuktikan Pendapatan Data:
(2017) Regresi bahwa Asli Daerah, Regresi
Linier pendapatan Variabel Linier
Sederhana asli daerah Dependen: Sederhana.
Variabel memiliki Pertumbuha
Independen: pengaruh n Ekonomi
Pendapatan terhadap
Asli Daerah pertumbuhan
Variabel ekonomi.
Dependen:
Pertumbuhan

4
Tabel 2.1 -
Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
Ekonomi.

4 Fadillah Teknik Hasil Variabel Variabel


(2017) analisis data: penelitian Independen: Independen:
Regresi data menunjukkan PAD Belanja
panel bahwa Variabel Modal,
Variabel pendapatan Dependen: Dana
Independen: asli daerah, Pertumbuha Perimbanga
PAD, belanja modal n Ekonomi n
Belanja dan dana
Modal, Dana perimbangan
Perimbangan berpengaruh
Variabel positif dan
Dependen: signifikan
Pertumbuhan terhadap
Ekonomi. pertumbuhan
ekonomi di
Provinsi Jawa
Timur
5 Erlinda Sumber Hasil Variabel Variabel
Siagian Data: penelitian ini Independen: Independen:
(2018) Data membuktikan PAD, DAU Dana
Sekunder PAD dan DAU Variabel Alokasi
Variabel memiliki Dependen: Khusus
Independen: pengaruh Pertumbuha
PAD, DAU, positif dan n Ekonomi
DAK. signifikan
Variabel terhadap

4
Tabel 2.1 -
Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
Dependen: pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi,
Ekonomi. sedangkan
DAK
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
6 Sulfadli Teknik Hasil Variabel Variabel
(2019) Analisis penelitian ini Independen: Independen:
Data: membuktikan Pendapatan Dana
Regresi bahwa Asli Daerah Perimbanga
Linier pendapatan Variabel n
Berganda asli daerah Dependen:
Variabel memiliki Pertumbuha
Independen: pengaruh n Ekonomi
Pendapatan positif dan
Asli Daerah, tidak
Dana signifikan
Perimbangan terhadap
Variabel pertumbuhan
Dependen: ekonomi. Dana
Pertumbuhan perimbangan
Ekonomi. memiliki
berpengaruh

4
Tabel 2.1 -
Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
positif dan
tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
7 Kartini, Teknik Hasil Variabel Variabel
Ita analisis data: penelitian ini Independen: Independen:
Pingkan Analisi menunjukkan Pendapatan Belanja
, Jacline regresi data bahwa Asli Daerah, Modal
(2019) panel pendapatan Dana
Variabel asli daerah Alokasi
Independen: berpengaruh Umum
PAD, DAU, negatif dan Variabel
dan Belanja signifikan Dependen:
Modal terhadap Pertumbuha
Variabel pertumbuhan n Ekonomi
Dependen: ekonomi.
Pertumbuhan Sedangkan
Ekonomi. Dana alokasi
umum
menunjukkan
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.

4
Tabel 2.1 -

Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian

8 Anita Sumber Hasil Variabel Objek


Sri Data: penelitian ini Independen: Penelitian:
Wahyun Data menunjukkan Pendapatan Kota
i (2020) Sekunder bahwa PAD Asli Daerah, Surakarta
Variabel secara parsial Dana
Independen: berpengaruh Alokasi
PAD, DAU positif dan Umum
Variabel signifikan Variabel
Dependen: terhadap Dependen:
Pertumbuhan pertumbuhan Pertumbuha
Ekonomi. ekonomi. n Ekonomi
DAU secara
parsial
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Secara
simultan PAD
dan DAU
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.

4
Tabel 2.1 -

Metode Hasil
No Peneliti Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
9 M. Teknik Hasil Variabel Variabel
Ridwan Analisis penelitian ini Independen: Independen:
Manulus Data: regresi menunjukkan Pendapatan Dana
i, Bahar data panel bahwa PAD Asli Daerah, Alokasi
Sinring RStudio dan DAU Dana Khusus
dan 4.0.4 memiliki Alokasi
A.M Variabel pengaruh Umum
Hasbi Independen: positif Variabel
(2021) PAD, DAU, signifikan Dependen:
dan DAK terhadap Pertumbuha
Variabel pertumbuhan n Ekonomi
Dependen: ekonomi.
Pertumbuhan Namun pada
Ekonomi. DAK memiliki
pengaruh
positif akan
tetapi tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Sumber: Data diolah (2021)

4
2.5 Kerangka Berfikir
2.5.1 Keterkaitan Antara Pendapatan Asli Daerah dan
Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi
Islam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Daerah yang
pertumbuhan ekonomi nya positif mempunyai kemungkinan
mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah. Chen Lu et., al.
(2013) menyatakan bahwa pemerintah daerah perlu menerapkan
beberapa kebijakan dalam perencanaan pembangunan
berkelanjutan di setiap daerah. Adanya kenaikan Pendapatan Asli
Daerah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
menjadi lebih baik di bandingkan sebelumnya. Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh indikator yang menjadi tolak
ukur tingkat pertumbuhan ekonomi ialah Produk Domestik
Ragional Bruto (PDRB). Angka PDRB atas dasar konstan yaitu
PDRB yang sudah mengeliminasi faktor inflasi untuk melihat
kenaikan pendapatan yang riil.
Pendapatan asli daerah (PAD) dapat bersumber dari
penerimaan yang di peroleh dalam sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah (Mardiasmo, 2011:1). Oleh karena itu agar pajak menjadi
sumber utama pendapatan asli daerah yang berdampak pada
pertumbuhan ekonomi, maka sistem perpajakan harus rangkai

4
dengan prinsip yang tepat agar adil, efisien dan efektif (Azubike &
Onukwube, 2019). Dalam pengelolaan pendapatan asli daerah yang
efektif dan efisien dapat menaikkan pertumbuhan perekonomian
pada daerah tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Gachanja (2012) yang membuktikan bahwa pendapatan asli daerah
dari sektor pajak dengan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
positif.
Pendapatan negara atau daerah dalam Islam memiliki suatu
prinsip yang harus ditekuni agar tercapainya tujuan akhir yaitu
Falah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Ketentuan pendapatan dalam Islam harus sesuai dan sejalan dengan
Al-Quran dan Hadits. Beberapa bentuk pendapatan dalam Islam di
antaranya Fay’I, Jizyah, Ushr dan Kharaj. Pendapatan asli daerah
dari sektor pajak dalam Islam harus sesuai dengan kemampuan
tiap-tiap masyrakat dan harus di distribusikan secara adil kepada
mereka yang mampu membayarnya (Chaudhry, 2012).
Tujuan utama dari ekonomi Islam ialah kesejahteraan dalam
mencapai Falah. Terwujudnya kesejahteraan menurut Islam dalam
pendapatan asli daerah harus terpenuhinya fasilitas umum yang
dapat membantu masyarakatnya dalam memenuhi kehidupan
sehari-hari. Pertumbuhan ekonomi dalam Islam diharuskan
memperhatikan hal-hal yang menjadi karakteristik pertumbuhan
ekonomi diantaranya keadilan, tanggung jawab, mencukupi dan
realisitis (Rahman, 2016).

5
Sejumlah peneliti menemukan bukti kuat bahwa Pendapatan
Asli Daerah secara signifikan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah (Dewi, 2013; Ulfi & Endrawati, 2010). Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Putri (2015) di Jawa Tengah,
yang menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ada pada daerah
tersebut. Selain itu dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Illyas & Siddiqi (2010) di Pakistan, menjelaskan bahwa pendapatan
pemerintah daerah dari berbagai sektor berdampak baik pada
pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut.
Bertolak belakang dengan penelitian di atas yang
menjelaskan bahwa pendapatan asli daerah mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, penelitian yang dilakukan oleh Prakarsa &
Noor (2013) malah menemukan bukti bahwa pendapatan asli
daerah tidak mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini memperlihatkan bahwa penarikan pajak dan retribusi daerah
yang dilakukan pemerintah daerah justru menghambat
pertumbuhan ekonomi daerah.
2.5.2 Keterkaitan Antara Dana Alokasi Umum dan
Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi
Islam
Jika ternyata PAD berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi, maka terdapat kemungkinan kuat bahwa Dana Alokasi
Umum (DAU) juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
dikarenakan nilai DAU pada umumnya Iebih besar dibandingkan

5
kontribusi PAD Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Dana Alokasi
Umum (DAU) berasal dari dana APBN yang di alokasikan oleh
pemerintah pusat untuk membantu pemerintah daerah dalam
mendanai pelaksanaan desentralisasi. pengalokasian dana nya
menekankanpada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Pengalokasian dana ke daerah melalui bagi hasil
berdasarkan daerah produksi cenderung menimbulkan ketimpangan
antar daerah, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
daerah. Pengalokasian DAU ke daerah dengan potensi anggaran
tinggi tetapi keperluan keuangan daerahnya rendah, maka akan
menerima anggaran DAU yang relatif kecil. Di sisi lain, daerah
yang potensi anggarannya kecil tetapi kebutuhan keuangannya
tinggi mendapat anggaran DAU yang relatif besar. Identifikasi
kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
rangka pembangunan daerah, yang tercermin dari total penerimaan
APBD dikurangi biaya pegawai.
Dana alokasi umum yang merupakan bagian dari dana
perimbangan dalam Islam ialah suatu bentuk penerapan dari konsep
distribusi yang adil dengan tujuan agar tidak terjadinya
penumpukan harta dalam suatu wilayah tertentu. Agar kegiatan
pengalokasian mampu berlangsung dengan adil sesuai ajaran Islam
harus adanya transparansi dalam penyaluran alokasi dana dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Distribusi yang sesuai
dengan ajaran ekonomi Islam mampu memenuhi kebutuhan di

5
setiap daerah yang akan berdampak pada terpenuhinya kebutuhan
masyarakat secara adil.
Keterkaitan Dana Alokasi Umum (DAU) dan pertumbuhan
ekonomi menjadi perhatian sejumlah peneliti. Diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Mawarni et al. (2013) meyimpulkan
bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gunandara &
Dwirandra (2014) yang menyatakan bahwa dana perimbangan
termasuk dana alokasi umum didalamnya memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun tidak semua hasil penelitian sejalan dengan
penelitian yang lain. Seperti penelitian oleh Widianto et al. (2016)
yang membuktikan DAU memiliki pengaruh yang negatif terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hasil tersebut
membuktikan bahwa ada beberapa hasil penelitian yang bertolak
belakang dengan penelitian lain. Selain itu penelitian Tahar &
Zakhiya (2011) menunjukkan bahwa hubungan dana alokasi umum
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dikarenakan dana alokasi umum yang di dapat oleh daerah tidak
digunakan untuk menignkatkan perekonomian. Akan tetapi dana
alokasi umum tersebut digunakan untuk pengeluaran rutin yang
berakibat pada pengalokasian yang tidak sesuai sasaran.

5
2.5.3 Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Perspektif Islam
Optimalisasi pelaksanaan PAD dan DAU memerlukan
upaya dan kerjasama masyarakat dan pemerintah untuk
menghindari potensi hambatan dalam meningkatkan pelaksanaan
anggaran PAD dan DAU. Kebijakan optimalisasi penerimaan PAD
dan DAU pemerintah meliputi pelaksanaan tugas sesuai jabatan.
Pendapatan suatu daerah dalam Islam didasarkan pada prinsip-
prinsip yang harus diikuti untuk mencapai Falah, yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keputusan
pemungutan pajak harus sesuai dengan ketentuan Al-Qur'an, yang
tidak membebani masyarakat. Ketika mendefinisikan sistem pajak
dalam Islam, harus konsisten dengan kemampuan mereka yang
dapat melaksanakannya dan harus didistribusikan secara adil di
antara mereka yang mampu membayar. Upaya pemerintah untuk
menetapkan tujuan tidak boleh terlalu membebani rakyat
(Chaudhry, 2012).
Menurut ajaran Islam, kesejahteraan adalah tujuan ekonomi
Islam untuk mencapai Falah. Kekayaan berupa pendapatan asli
daerah dicapai dengan menggunakan indikator yang dilakukan oleh
instansi pemerintah seperti kesehatan, infrastruktur, pendidikan dan
indikator lainnya yang dapat membantu masyarakat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pembangunan ekonomi adalah
istilah yang digunakan secara sinonim dengan pertumbuhan

5
ekonomi, kemakmuran ekonomi dan pembangunan ekonomi. Teori
Schumpeter membuat perbedaan yang lebih umum antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi mengacu pada negara maju, dan pembangunan ekonomi
mengacu pada negara berkembang.
Pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan produktif yang erat
kaitannya dengan pemerataan distributif. Namun, dalam Islam,
pertumbuhan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga aktivitas
manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan aspek
material dan spiritual untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan
untuk mengatasi masalah kehidupan manusia. Kemudian, Islam
melihat peningkatan kekayaan sesuai dengan metode dan
persyaratan distribusi untuk mewujudkan keadilan sosial.
Jadi dalam Islam pertumbuhan ekonomi harus
memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan karakteristik
pertumbuhan ekonomi Islam. Al-Tariqi (2004) memaparkan bahwa
karakteristik dalam ekonomi Islam harus memenuhi aspek
keadilan, bertanggung jawab, mencukupi dan realistis.
Terpenuhinya Karakteristik pertumbuhan ekonomi dalam Islam
mencerminkan keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dari segala aspek secara merata.

5
Kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
Sumber: Data diolah (2021)
Pendapatan Asli
2.6 Daerah (PAD)Hipotesis
Pengujian Pertumbuh
X1
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang
an terkait,
Dana Alokasi
maka hipotesis penelitian sebagai berikut: Ekonomi
1. Umum (DAU)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum
X2 secara simultan mempengaruhi Pertumbuhan
(DAU)
Ekonomi
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
3. Dana Alokasi Umum (DAU) mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi

5
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan


Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang
digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel bebas yang
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
terhadap Pertumbuhan ekonomi bersifat kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2018:8) Pendekatan Kuantitatif yaitu metode yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, kemudian digunakan untuk
meneliti pada populasi dan sampel tertentu, dan pengumpulan data
akan menggunakan instrumen penelitian, selanjutnya analisis data
yang bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan
pendekatan kuantitatif yang menyajikan data dalam bentuk angka,
dimulai dengan pengumpulan data, interpretasi data, dan
pengungkapan hasil penelitian ini dalam angka.

3.2 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Situmorang (2010:2) data sekunder merupaka
data yang diperoleh dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau
yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain, biasanya sumber tidak
tidak langsung yang berupa data dokumentasi dan arsip-arsip
resmi. Maka data sekunder pada penelitian ini berupa data yang
meliputi data keuangan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja

5
Daerah (APBD) yakni data Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Alokasi Umum (DAU). Selain itu juga meliputi data Produk
Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB atas dasar harga
konstan Tahun 2016-2020).
Data adalah fakta dan angka yang relatif tidak berarti bagi
pengguna, dan data akan diubah menjadi informasi yang berarti
bagi pengguna. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui Badan
Pusat Statistik Provinsi Aceh dalam angka tahun 2016-2020.

3.3 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan
metode dokumen. Bentuk dari teknik pendokumentasian yang
merekam peristiwa masa lalu seperti menulis, menggambar, atau
monumen seseorang (Sugiyono, 2018). Data yang dikumpulkan
dan digunakan dalam penelitian ini adalah data Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Aceh Tahun 2016-2020.

3.4 Operasional Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Dependen
Sugiyono (2018:59) mendefinisikan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Kuncoro (2013:50) mendefinisikan variabel terikat
adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah
pengamatan. Pengamat akan dapat memprediksikan ataupun

5
menerangkan variabel dalam variabel dependen beserta
perubahannya yang terjadi kemudian. Adapun variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi (Y).
1. Pertumbuhan Ekonomi sebagai (Y)
Dalam perspektif Islam dalam Islam pertumbuhan ekonomi
harus memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan karakteristik
pertumbuhan ekonomi Islam. Al-Tariqi (2004) memaparkan bahwa
karakteristik dalam ekonomi Islam harus memenuhi aspek
keadilan, bertanggung jawab, mencukupi dan realistis.
Terpenuhinya Karakteristik pertumbuhan ekonomi dalam Islam
mencerminkan keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dari segala aspek secara merata. Dalam kaidah
ekonomi Islam pertumbuhan ekonomi sama hal nya dengan
pendapatan dan penerimaan, yang mana tujuan akhir dari kedua hal
tersebut ialah mewujudkan maslahah demi terciptanya Falah atau
kesejahteraan dalam masyakarat.
Menurut Adisasmita (2013:1) Pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu upaya yang bertujuan meningkatkan kapasitas
produksi untuk mencapai penambahan output, yang diukur
menggunakan PDRB atas dasar harga konstan, dengan
menggunakan harga tahun tertentu sebagai tahun dasar untuk
menghilangkan inflasi (Dwirandra, 2013).
3.4.2 Variabel Independen
Sugiyono (2018:59) menyatakan variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

5
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Kuncoro (2013:50)
mendefenisikan variabel bebas adalah variabel yang dapat
mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai hubungan yang positif ataupun negatif bagi variabel
dependen nantinya. Variasi dalam variabel dependen merupakan
hasil dari variabel independen. Adapun variabel independen dalam
penelitian ini yaitu Pendapatan Asli Daerah ( X1) dan Dana Alokasi
Umum ( X2).
1.
Pendapatan Asli Daerah ( X1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan
daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retrebusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan kelulusan pada daetah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
disentralisasi.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, pengertian Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang dihasilkan di suatu
daerah, yang dipungut berdasarkan undang-undang dan menurut
aturan setempat. Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada di daerah tersebut.
Semakin tinggi peran PAD dalam struktur keuangan daerah, maka
semakin besar pula kemampuan keuangan daerah untuk
melakukan kegiatan pembangunan daerah (Firdausy, 2018: 119).

6
Negara Islam modern harus mampu memberikan
infrastruktur sosial ekonomi untuk kemajuan industri, ilmu
pengetahuan, komunikasi, transportasi, dan bahkan layanan
kesehatan. Akibatnya, karena semakin banyak kebutuhan
masyarakat dalam suatu negara, maka negara dapat mengumpulkan
pajak untuk meningkatkan pendapatan mereka dan membiayai
seluruh pengeluaran mereka yang semakin meningkat setiap saat
(Rahman, 2016).
Indikator pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang
No.33 Tahun 2004 bersumber dari:
a. Pajak daerah digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintah daerah dalam bidang pembangunan daerah
dengan iuran yang diterima oleh orang pribadi atau
pemerintah daerah secara wajib tanpa adanya kompensasi
langsung berimbang yang dapat dikenakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Retribusi daerah adalah penerimaan daerah yang diterima
oleh pemerintah daerah dari imbalan pemberian izin atas
jasa tertentu yang secara khusus diberikan kepada pribadi
atau badan.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dipisahkan antara lain devisien, bagian laba dan penjualan
saham milik daerah.
d. Pendapatan Asli Daerah lain-lain yang sah dapat meliputi
hasil penjualan kekayaan daerah yang diklasifikasikan

6
menurut objek pendapatan antara lain yaitu, jasa giro,
keuntungan yang berupa nilai dari penukaran mata uang,
pendapatan bunga, dan imbalan maupun bentuk lainnya dari
pengadaan dan penjualan oleh pemerintah.
2.
Dana Alokasi Umum ( X2)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005
Tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah
dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana alokasi
umum merupakan suatu jenis transfer dana antar pemerintahan
pusat dan daerah yang tidak terikat dengan kegiatan pengeluaran
tertentu. Dana alokasi umum ini bertujuan untuk mengganti
transfer berupa subsidi daerah inpres dan otonom. Tujuan dari
alokasi ini yaitu memeberikan dana yang memadai kepada
pemerintah daerah untuk mampu menerapkan kewajibannya.
Penggunaan DAU sebagai terjemahan tanpa syarat ditentukan oleh
daerah itu sendiri. Namun, Keputusan Pemerintah No. 104 Pasal 15
Tahun 2000 menyatakan bahwa penggunaan DAU bertujuan untuk
pemerataan peluang keuangan daerah dalam rangka memberikan
pelayanan dasar kepada penduduk (Awaniz, 2011).
Dana Alokasi Umum (DAU) memegang peranan yang
sangat penting dalam tahap pembangunan. Transferan yang tinggi
melalui Dana Alokasi Umum (DAU) sangat penting untuk
menstabilkan keuangan pemerintah daerah dan memastikan bahwa

6
standar pelayanan publik minimum terpenuhi di seluruh negeri.
Pemerintah daerah dapat menggunakan dana ini untuk memberikan
layanan kepada masyarakatnya.
Dana Alokasi Umum yang diterima oleh masing-masing
daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Jumlah penduduk yang ada di daerah.
2. Besaran Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan setiap
tahun.
3. Alokasi dasar yang berupa jumlah PNS yang ada di daerah.
4. Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima dari pemerintah
pusat dalam setahun.
5. Luas dari wilayah daerah tersebut
Untuk memudahkan dalam melihat operasional variabel
dalam penelitian ini maka dapat di lihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Penelitian
Skala
No. Variabel Definisi Indikator
Pengukuran
1 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Rasio
Ekonomi (Y) Ekonomi Ekonomi
merupakan suatu diukur
upaya yang menggunakan
bertujuan PDRB atas
meningkatkan dasar harga

6
Tabel 3.1 -
Skala
No. Variabel Definisi Indikator
Pengukuran
kapasitas produksi (Dwirandra,
untuk mencapai 2013).
penambahan
output.
2 Pendapatan Pendapatan Asli a. Pajak Rasio
Asli Daerah Daerah daerah
( X1) merupakan b. Retribusi
pendapatan yang daerah
dihasilkan di c. Hasil
suatu daerah, pengelolaan
yang dipungut kekayaan
berdasarkan daerah yang
undang-undang dipisahkan
dan menurut d. Pendapatan
aturan setempat Asli Daerah
lain-lain
yang sah
3 Dana Alokasi Dana Alokasi a. Jumlah Rasio
Umum ( X2) Umum adalah penduduk
dana yang berasal yang ada di
dari APBN yang daerah.
dialokasikan b. Besaran
dengan tujuan Pendapatan
pemerataan Asli Daerah
keuangan antar setiap tahun.
daerah untuk c. Alokasi
membiayai dasar berupa
kebutuhan jumlah PNS

6
Tabel 3.1 -
Skala
No. Variabel Definisi Indikator
Pengukuran
pengeluaran dalam
dalam rangka daerah.
pelaksanaan d. Dana Bagi
desentralisasi Hasil
(DBH) yang
diterima
dari
pemerintah
pusat dalam
setahun.
e. Luas
dari
wilayah
daerah
tersebut
Sumber: Data diolah (2021)

3.5 Metode Analisis Data


Data dianalisis menggunakan analisis regresi data panel
(pooled data). Menurut Winarno (2011: 91) Data panel atau pooled
data merupakan data yang terdiri atas data seksi silang (beberapa
variabel) dan data runtut waktu (berdasar waktu). Data panel pada
penelitian ini terdiri dari data time series (runut waktu) selama
periode tahun 2016-2020 (n = 5) dan data kerat silang (cross
section data) yang diambil dari 23 kabupaten kota di Provinsi
Aceh.

6
Model dengan data cross section :
Yi : α + β Xi + Ɛi ; i = 1,2,…,N
(3.1)
N : Banyaknya data cross section
Model dengan data time series :
Yt : α + β Xt + Ɛi ; t = 1,2,…,T
(3.2)
T : Banyaknya data time series
Melihat data panel merupakan gabungan antara data cross section
dan data time series maka model yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut:
Yit : α + β Xit + Ɛit ; i = 1,2,…,N; t = 1,2,…,T (3.3)

Keterangan :
N : Banyaknya data cross section
T : Banyaknya data time series
N X T : Banyaknya data panel (Baltagi, 2008: 11).
Pada penelitian ini, belanja modal diukur dengan
menggunakan natural log (Ln) belanja modal. Penggunaan natural
log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi
fluktuasi data yang berselisih. Maka model persamaan yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Laju Pertumbuhan LPDRBit = α + β1 LNPADit + β2 LNDAUit + eit

6
Dimana:
PDRBit : Laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan
daerah i pada periode t
LNPADit : Pendapatan Asli Daerah di daerah i pada periode t
LNDAUit : Dana Alokasi Umum di daerah i pada periode t
β1dan β2 : Koefisien regresi LNPADit LNDAUit
i : Kabupaten/kota (1, 2, …, 23)
t : Tahun (2016-2020)
e : Error term
3.5.1 Estimasi Model Regresi
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan untuk
mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu pendekatan
model Common Effect, Fixed Effect Dan Random Effect
(Widarjono, 2009:30).
1. Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common
Effect)
Estimasi Common Effect merupakan teknik dimana i
menunjukkan subjek (cross section) dan t menunjukkan periode
waktu (Gujarati, 2012:28-31). Model ini tidak dapat membedakan
varians antara silang tempat dan titik waktu karena
memiliki intercept yang tetap, dan bukan bervariasi secara random
(Kuncoro et al., 2012).

6
2. Slope Konstan tetapi Intersep Berbeda Antar Individu
(Fixed Effect)
Model regresi Fixed Effect adalah model
dengan intercept berbeda-beda untuk setiap subjek (cross section),
tetapi slope setiap subjek tidak berubah seiring waktu (Gujarati,
2012:28-31). Model Fixed Effect Metode penilaian data panel yang
menggunakan variabel dummy untuk mengidentifikasi perbedaan
intercept. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan
intercept antar individu namun intercept sama antar waktu (time
invariant). Disamping itu, model ini juga memperkirakan bahwa
koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dari waktu ke
waktu.
3. Estimasi Dengan Pendekatan Efek Random (Random
Effects)
Memasukkan variabel dummy dalam model Fixed Effect
membawa konsekuensi mengurangi derajat kebebasan (degree of
freedom) yang pada akhirnya mengurangi efesiensi parameter.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan variabel
gangguan (error terms) dikenal sebagai metode random effects.
Namun, ketika menganalisis menggunakan efek random, ada satu
syarat bahwa objek data silang yang digunakan harus lebih besar
dari jumlah koefisien.

6
3.5.2 Pemilihan Model Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini terdapat uji yang di lakukan Untuk
menentukan teknik evaluasi data panel yang paling tepat untuk
memilih manakah model yang terbaik, yaitu :

1. Uji statistic F (Uji Chow)


Uji ini dilakukan untuk memilih antara Pooled least Square
atau fixed effect yang terbaik dalam mengestimasi regresi data
panel. Hipotesis pada pengujian ini adalah :
H0 : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya
diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5%.
2. Uji Hausman
Pengujian ini membandingkan fixed effect dengan random
effect dalam menentukan model yang terbaik untuk digunakan
sebagai regresi data panel (Gujarati, 2012:28-31). Hausman test
menggunakan program yang serupa dengan Chow test yaitu
program Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test
adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect

6
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5%.
3. Uji lagrange multiple (LM)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model Random
Effect lebih baik dari pada metode Pooled Least Square. Uji LM ini
didasarkan pada distribusi chi-square dengan degrre of freedom
sebesar jumlah variabel independen.
H0 : Pooled Least Square
H1 : Random Effect Model
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,
H0 diterima jika P-value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang
digunakan sebesar 5%.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan pengujian asumsi statistik
yang harus dilakukan pada metode analisis regresi berganda dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen baik
secara parsial maupun simultan (Ghozali & Ratmono, 2017).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji asumsi klasik
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji model regresi
variabel residual memiliki distribusi normal atau tidak normal.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki nilai

7
residualnya terdistribusi secara normal. Cara mengindentifikasi
apakah residual memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak
normal yaitu dengan cara menganalisis grafik dan uji statistik.
Pengujian normalitas yanng di gunakan adalah uji Jarque-Bera
(Ghozali & Ratmono, 2017:165)

Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Statistik Pengujian dengan Uji Jarque-Bera (JB) 5%.
H0 ditolak jika JB < 0,05. Sebaliknya, H1 diterima jika JB > 0,05.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji mengetahui
ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik, dengan cara
melihat atau atau tidaknya pengaruh linear antar variabel.
Pengujian gejala multikoliniearitas dalam model regresi panel
dilakukan dengan membandingkan nilai adjusted-R2 yang
dihasilkan dari proses regresi dengan nilai koefisien korelasi (r)
antara sesama variabel independen. Multikolinearitas terjadi
apabila nilai korelasi di atas 0,90 dan apabila nilai korelasi di
bawah 0,90 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas
(Ghozali, 2016:103).
3. Uji Heteroskodastisitas
Uji Heteroskodastisitas digunakan untuk menguji
ketidaksamaan varian nilai residuan satu pengamatan dengan

7
pengamatan yang lain dalam regresi. Uji Heteroskodastisitas
dilakukan dengan uji Glejser dengan kriteria nilai probabilitas <
0,05 maka terjadi heteroskedastisitas, namu apabila nilai
probabilitas > 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas (Ghozali &
Ratmono. 2017:108).

3.6 Uji Hipotesis


3.6.1 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)
Uji Statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh antara
satu variabel independen terhadap variabel dependen, dengan
syarat menganggap baha variabel lainnya konstan (Ghozali &
Ratmono, 2017:62). Pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan
membandingkan tingkat signifikan sebesar 0,05 atau α = 5%
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Ho ditolak, H1 diterima apabila nilai signifikan <0,05
berarti variabel independen secara parsial atau individu
berpengaruh terhadap variabel dependen
2. Ho diterima, H1 ditolak yaitu apabila nilai signifikan >0,05
berarti variabel independen secara parsial atau individu
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.6.2 Uji Hipotesis Secara Simultan atau Bersama-Sama (Uji
Statistic F)
Ghozali dan Ratmono (2017:62) mengutarakan bahwa Uji
statistik memperlihatkan apakah seluruh variabel independen dalam
penelitian ini memiliki pengaruh secara simultan atau bersama-

7
sama terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini dapat
dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F Tabel pada
signifikan 0,05 atau α = 5%. Kriteria pengujian ini sebagai berikut:
1. Jika F hitung < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya variabel independen secara simultan memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya variabel independen secara simultan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur
kemampuan model da;am menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 sampai 1. Jika nilai
mendekati 1 artinya variabel independen menunjukkan sebagian
informasi untuk memperkirakan variabel dependen. Namun jika
nilai determinasi mendekati 0 artinya kemampuan variabel-variabel
independen dalam mendeskripsi variabel sangat terbatas (Ghozali
& Ratmono, 2017:63).

7
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2013). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi:


pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan
wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Al-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. (2004). Ekonomi Islam:
Prinsip, Dasar dan Tujuan. Yogyakarta: Magistra Insania
Press.
Anita Sri W. (2020). Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana
alokasi umum terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta. Jurnal STEI Ekonomi, 20(20).
Aries, D. (2012). Hubungan Keuangan Pusat-Daerah elemen-
elemen penting hubungan keuangan pusat-daerah. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Awaniz, B. N. (2011). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah
di Eks Karesidenan Pekalongan (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Badan Pusat Statistik. (2020). Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Triwulan IV-2019. Berita Resmi BPS Aceh 5 Februari.
. (2020). Statistik Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2019. Katalog
BPS: 720300211.
Badrudin, R. (2011). Effect of fiscal decentralization on capital
expenditure, growth, and welfare. Economic Journal of
Emerging Markets, 3(3), 211-223.
Baltagi, B. (2008). Econometric Analysis of Panel Data. John
Wiley & Sons
Djaenuri, M. A. (2012). Hubungan Keuangan Pusat – Daerah.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Fadillah (2007). Pengaruh pendapatan asli daerah, belanja modal
dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi
provinsi jawa timur tahun anggaran 2010-2015. Jakarta:
UINSH.
Fauzyni, W. (2013). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD). dana Alokasi Khusus (DAK), dana Bagi Hasil

7
(DBH) Pajak/Bukan Pajak terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Jakarta: UINSH
Firdausy, C. (2018). Kebijakan dan strategi peningkatan
pendapatan asli daerah dalam pembangunan nasional.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ghozali (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2017). Analisis Multivariat dan
Ekonometrika dengan Eviews 10. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Gujarati, D. N., (2012). Dasar-dasar Ekonometrika. Terjemahan
Mangunsong, R. C., Salemba Empat, buku 2, Edisi 5,
Jakarta
Handayani, N. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung
Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Doctoral dissertation,
UIN Raden Intan Lampung).
Huda, N. (2017). Ekonomi Pembangunan Islam. Prenada Media.
Indonesia, R. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
33 tahun 2004 tentang. Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Karim, A. A. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, edisi
ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, A., Riduwan. & E. A. K. (2012).Cara menggunakan dan
memaknai path analysis (analisis jalur). Bandung:
Alfabeta.
Kuncoro, M. (2013). Metode riset untuk bisnis dan
ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Lopez, L., & Weber, S. (2017). Testing for Granger causality in
panel data. The Stata Journal, 17(4), 927-984.
Machmud, J., & Radjak, L. I. (2018). Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten
Gorontalo. Journal of Accounting Science, 2(1), 17-32.
Mamuka, K. K., Rorong, I. P. F., & Sumual, J. I. (2019). Pengaruh
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di

7
provinsi sulawesi utara. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 19(03).
Manulusi, M. R., Sinring, B., & Hasbi, A. M. (2021). Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Paradoks:
Jurnal Ilmu Ekonomi, 4(3), 533-541.
Mardiasmo, M. B. A. (2011). Perpajakan (Edisi Revisi). Penerbit
Andi.
Maryati, Ulfi dan Endrawati.2010. “Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi:
Studi Kasus Sumatera Barat”. Jurnal Akuntansi &
Manajemen, 5(2).
Modebe, N.J., Regina G. Okafor, Onwumere, & Imo G. Ibe.
(2012). Impact of Recurrent and Capital Expenditure on
Nigeria’s Economic Growth. European Journal of
Business and Management, 4(19), 66-74.
Munir, D. (2004). Kebijakan dan manajemen keuangan daerah.
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia.
Negara, B. A. K., & Indonesia, D. P. R. R. (2020). Penelaahan Atas
Dana Keistimewaan Yogyakarta.
Nuraini, I. (2017). Kualitas pertumbuhan ekonomi daerah
kabupaten/kota di jawa timur. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 15, 79-93.
Penthury, M.A. (2011). Flypaper Effects Anomaly Of West Papua
Capital Public Expenditure. Economic Journal Of
Emerging Markets, 3(3), 289-297.
Prakarsa, F. D., & Noor, I. (2013).Analisis Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Pengeluaran Pemerintah Daerah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi kasus di
Kabupaten Kota Jawa Timur Tahun 2008-2012). Jurnal
Perspek Ekonomi dan Pembangunan Daerah, 2(2), 1-12.
Putri, Z. E. (2015). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Uumum (DAU) dan Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota
Propinsi Jawa Tengah. Esensi: Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 5(2), 173-186.

7
Rahman, K. (2016). Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Ditinjau Dalam
Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Di Kota Bandar
Lampung Tahun 2010-2015) (Doctoral dissertation, UIN
Raden Intan Lampung).
Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta
Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2004 tentang. Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Jakarta.
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 28 tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta
Saad, W. dan Kamel Kalakech. (2009). The Nature of Government
Expenditure and its Impact on Sustainable Economic
Growth. Middle Eastern Finance and Economics, 1(4),39-
47.
Sadono, S. (2008). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada.
Sharif, M. C. (2012). Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.
Siagian, E. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi DI
Yogyakarta Tahun 2010-2016. Yogyakarta: UNY.
Sugiyono (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Bandung.
Sulfadli (2019). Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Makassar. Jurnal Kritis, 3(1), 2579-7875.
Taha, R., & Loganathan, N. (2008). Causality between tax revenue
and government spending in Malaysia. The International
Journal of Business and Finance Research, 2(2), 63-73.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2012). Economic development.
Eleventh edition. United States: Addison Wesley.
Widarjono, A. (2009). Ekonometrika pengantar dan
aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia.

7
Widarjono, A. (2013). Ekonometrika Pengantar Dan Aplikasinya:
Regresi sederhana. (Edisi Ke-4). Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Wijanarko, D., & Atwal Arifin, D. (2015). Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Periode 2012-2013 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Winarno, W. W. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika
dengan Eviews. (Edisi Ke-3). Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Qardawi, Y. (2011). Hukum zakat. Jakarta: Litera Antarnusa.

7
7

Anda mungkin juga menyukai