Disusun Oleh :
11200840000048
EKONOMI PEMBANGUNAN
2023
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................23
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................24
D. Manfaat Penelitian...................................................................................24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................26
A. Landasan Teori.........................................................................................26
1. Pertumbuhan Ekonomi........................................................................26
2. Teori Pertumbuhan ekonomi...............................................................27
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi........................................................30
4. Pembangunan berkelanjutan...............................................................32
5. Tujuan 7 Energi bersih dan terjangkau – Jumlah Pengguna listrik . 36
6. Tujuan 8, Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi – Laju
pertumbuhan PDRB pertenagakerja...................................................40
7. Tujuan 9 – Laju PDB Industri Manufaktur.........................................45
8. Tujuan 10 – Rasio Gini........................................................................49
9. Tujuan 17– Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan
komunikasi..........................................................................................54
B. Penelitian Terdahulu................................................................................57
C. Hubungan Antar Variabel........................................................................68
1. Hubungan Jumlah Penggunaan Listrik Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi..............................................................................................68
2. Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi..............................................................................................70
3. Hubungan Industri Manufaktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi....72
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
produktifitas dari pemanfaatan sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu
wilayah atau suatu negara. Sumber daya potensial dimaksud adalah sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya finansial. Peningkatan produktifitas
dapat diproduksi dengan hasil yang optimal dari kapasitas sumberdaya yang
ditentukan oleh faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi.
hayati, serta perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Pada saat ini,
sudah sepatutnya kita menyadari bahwa sumber daya alam yang terbatas perlu
digunakan dengan bijaksana agar dapat dijaga untuk generasi mendatang. (Sovia
et al., 2015).
1
Jakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat sebagai ibu kota
negara dan pusat ekonomi, politik, dan budaya Indonesia. Hal ini sebagian besar
diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk DKI Jakarta
akan mencapai 10,67 juta jiwa pada tahun 2022, peningkatan tipis 0,66% dari 10,6
juta jiwa pada tahun sebelumnya. Jumlah ini setara dengan 3,87% dari total
populasi Indonesia, yaitu 275,77 juta jiwa pada tahun 2022. Jika diurutkan pada
2
Adam Smith dan Malthus adalah orang pertama yang membahas betapa
sumber ekonomi tetap atau tidak bervariasi, sumber kemajuan teknologi tidak ada,
dan produksi pangan tidak dapat memenuhi tekanan pertumbuhan penduduk yang
antar penduduk untuk saling berinteraksi secara global. Namun, tingkat urbanisasi
yang baik akan menimbulkan masalah baru. Hal ini menjadi tantangan bagi
perencana wilayah perkotaan. Salah satu tantangan yang serius adalah tantangan
lingkungan. Menurut Li, S dan Yong Ma (2014) ada hubungan antara laju
tingkat urbanisasi dan perubahan dalam kualitas lingkungan hidup. Daerah "titik
balik" umumnya muncul dekat tingkat urbanisasi 60%. Selain itu, tingkat
3
Umumnya, pada tingkat pembangunan ekonomi yang lebih tinggi, kondisi
0
-2 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
-4
-6
menunjukkan fluktuasi dan tren pemulihan terutama setelah kontraksi pada tahun
2020 akibat pandemi COVID-19. Pemulihan ini didukung oleh berbagai faktor,
(yoy). Prakiraan tersebut didorong oleh beberapa faktor yaitu meredanya jumlah
4
Jakarta, serta pelaksanaan berbagai kegiatan MICE dan event baik dalam skala
utama pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta pada 2022 masih bersumber dari
konsumsi rumah tangga. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha (LU)
perekonomian DKI Jakarta pada 2022 akan ditopang oleh pertumbuhan beberapa
LU utama yaitu industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan reparasi
5
mereka. Sejalan dengan pendapat Sudarmadji keberlanjutan adalah kegiatan
memenuhi kebutuhan saat ini sebagai proses pertukaran utama antara masyarakat
kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun
yaitu pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam satu kerangka kerja
Programme, 2015).
negara anggota PBB, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta. Proses ini
tahun 2030 . Pada September 2015, dalam Sidang Umum PBB, 193 negara
Berkelanjutan, yang mencakup 17 SDGs dan 169 target. SDGs mulai berlaku pada
6
Program SDGs di Indonesia menjadi sangat penting untuk
terutama terjadi dalam perebutan sumber daya alam, menghadapi masalah inflasi,
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada di bawah angka 6%. Kondisi
khususnya dalam pilar ekonomi yang mempertimbangkan alam dan sumber daya.
berkelanjutan dan adil, dengan prinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mencakup poin (7) Energi Bersih dan Terjangkau, (8) Pekerjaan Layak dan
7
Kesenjangan, dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Pada intinya, bertujuan
kerja dan usaha, inovasi, industri inklusif, infrastruktur memadai, energi bersih
kesempatan kerja yang produktif dan decent. Dalam kaitan ini termasuk tujuan
inovasi yang didukung infra- struktur yang ramah lingkungan dan berdaya tahan
Kesenjangan yang merupakan Goal baru, berperan penting untuk diselesaikan dan
dan partisipatif. Prinsip no one left behind sangat terkait dengan pelaksanaan
8
Tujuan pembangunan berkelanjutan Pembangunan ekonomi yang inklusif
andal, dan tersedia untuk semua. Maka dari itu, agar energi bersih tetap tersedia
dan berkelanjutan, pemanfaatan energi harus dilakukan secara efisien dan sebisa
ini terus berbenah dalam memperbaiki sistem penataan kota guna membuat Kota
perkotaan. Pertama adalah pada konsumsi energi. Pada 2016 saja, jika melihat
daerah atau 255 miliar setara barrel minyak (sbm) diserap oleh sektor transportasi.
Angka ini lebih tinggi daripada sektor industri dan rumah tangga yang kurang dari
1 persen. Sektor industri mengonsumsi 770 ribu sbm dan sektor rumah tangga
listrik di DKI Jakarta mencapai 32.779,2 giga watt hour (Gwh) dengan 4,4 juta
9
pelanggan. Listrik tersebut dikonsumsi mayoritas untuk kebutuhan rumah tangga,
yakni sebesar 13.199 Gwh atau hampir 40 persen dari total konsumsi. Sementara
itu, jumlah pelanggan listrik DKI Jakarta hanya 9,9 persen dari total konsumen di
Pulau Jawa atau sebesar 6,11 persen pelanggan nasional, konsumsinya mencapai
industri manufaktur terhadap PDB nasional (Oktora, 2021). Selain itu, rendahnya
industri di Pulau Jawa tercatat di bawah produktivitas tenaga kerja di luar Jawa
aglomerasi industri manufaktur besar dan sedang di DKI Jakarta antara tahun 1975-
1998 yang diteliti oleh Sonny Harry S, terdapat faktor skala ekonomi dalam
pada lokasi yang berdekatan. Hal ini dapat membawa dampak menurunnya biaya
10
aglomerasi (BPS DKI Jakarta). Selain itu, statistik industri manufaktur Provinsi
DKI Jakarta tahun 2020 menunjukkan bahwa kontribusi industri manufaktur terus
mengalami penurunan, dari sekitar 20,5% rata-rata terhadap PDB menjadi 18,57%
Keempat, Jakarta memiliki PDB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Gini Jakarta yang mencapai 0.41 pada
tahun 2019, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 0.39.
wilayah perkotaan dan pedesaan. Hal ini dapat memengaruhi akses dan
(TIK) yang tinggi, namun masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan
dengan pembangunan TIK terbesar nasional pada 2022 dengan skor 7,64 dari 10.
Meskipun begitu, capaian DKI Jakarta pada 2022 mengalami penurunan dari
sebelumnya yang sebesar 7,66 poin pada 2021. DKI Jakarta juga terpilih menjadi
provinsi dengan pembangunan TIK nasional tertinggi di tahun 2022. Selain itu, DKI
11
Jakarta memiliki pembangunan teknologi, informasi, dan komunikasi yang tinggi,
namun terdapat ketimpangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya untuk memastikan pemerataan akses dan
perkotaan dan pedesaan, yang dapat memengaruhi akses dan pemanfaatan teknologi
Salah satu yang perlu diisi adalah perubahan paradigma pembangunan pedesaan
kearifan lokal, di mana keduanya akan saling menguatkan satu sama lain. Selain itu,
perlu adanya upaya untuk memastikan pemerataan akses dan pemanfaatan teknologi
ekonomi yang belum mencapai target dan masih dibawah ekspektasi. Hal tersebut
12
dikarenakan pemanfaatan indikator-indikator makroekonomi masih belum
tingkat konsumsi masih lemah, jumlah angkatan kerja yang menganggur masih
sejak 2015. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 6,8%.
Sedangkan, pertumbuhan terendah terjadi pada 2020, yakni 0,4%. Pemerintah pun
13
memperkirakan konsumsi listrik per kapita di dalam negeri akan meningkat pada
2023. Jumlahnya di proyeksi tumbuh 13,9% menjadi 1.336 kWh. Ini dipicu oleh
tahun depan.
DKI Jakarta telah mencapai rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2022,
yang berarti setiap rumah tangga di DKI Jakarta memiliki akses ke listrik . Hal ini
ekonomi suatu negara atau wilayah. Semakin tinggi konsumsi listrik, maka
ekonomi yang kuat di wilayah tersebut. Terdapat penelitian sejenis yang telah
dilakukan dan menjadi salah satu acuan dalam penelitian ini, yaitu penelitian oleh
14
terhadap pertumbuhan ekonomi. Peneliti juga menemukan hubungan kasualitas
timbal balik antara konsumsi listrik dan pertumbuhan ekonomi. Ameyaw et al.
hasilnya menyatakan bahwa ada kausalitas searah berjalan dari PDB untuk
konsumsi listrik.
terjangkau dan bersih, perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien dan
produktif, yang pada gilirannya dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan dan
pekerjaan layak (SDGs ke-8) juga dapat mendukung pencapaian energi bersih dan
sumber daya yang diperlukan untuk investasi dalam teknologi energi bersih.
Selain itu, penciptaan pekerjaan di sektor energi bersih, seperti energi terbarukan,
ekonomi.
Development Goals (SDGs) pernah dilakukan oleh Beatte Littig dan Erich
keberlanjutan yang didasarkan pada konsep kebutuhan dan kerja, sebagai proses
15
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga
PDRB per tenaga kerja dapat mencerminkan sejauh mana peningkatan output
Jika laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja meningkat, ini berarti bahwa
cenderung menurun. Hal ini dapat berimplikasi pada penurunan pendapatan per
kapita dan perlambatan penurunan kemiskinan. Untuk mencapai SDGs ke-8, DKI
16
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan penciptaan pekerjaan yang layak,
yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri, yang pada
alas kaki di Jawa Timur. Mereka menemukan bahwa inovasi teknologi dapat
masyarakat desa terhadap pasar dan layanan keuangan, yang pada gilirannya dapat
Industri yang kuat dan infrastruktur yang baik dapat menciptakan lapangan kerja,
17
ekonomi dan pekerjaan layak (SDGs ke-8) juga dapat mendukung pencapaian
layak dapat membantu membangun tenaga kerja yang terampil dan inovatif, yang
Dalam konteks DKI Jakarta, pemerintah telah berupaya untuk mencapai kedua
ekonomi (SDGs ke-8) dan perkembangan industri, inovasi, dan infrastruktur (SDGs
sementara industri yang kuat dan infrastruktur yang baik dapat menciptakan
yang lebih baik. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan
18
industri disini adalah industri manufaktur.Industri Manufaktur diyakini
sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the
industri manufaktur di DKI Jakarta bahkan mencapai minus 10,36 persen, yang
sebagian besar dipengaruhi oleh pandemi COVID-19. Namun, pada tahun 2021,
tantangan.
dan teknologi informasi, dapat memfasilitasi akses ke pasar dan peluang kerja, yang
19
dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan.
industri dan inovasi. Selain itu, pengurangan kesenjangan pendapatan juga dapat
industri.
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0.38
0.37
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pada Badan Pusat Statistik, Data menunjukkan bahwa Rasio Gini di DKI
Jakarta cenderung konstan dari tahun 2018 hingga 2022, menunjukkan adanya
kestabilan relatif dalam distribusi pendapatan di wilayah tersebut. Akan tetapi pada
Aksi Daerah (RAD) TPB Provinsi DKI Jakarta menunjukkan adanya upaya dalam
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah ukuran yang digunakan untuk
menilai sejauh mana suatu wilayah atau negara telah memanfaatkan teknologi
ini biasanya mencakup berbagai aspek, seperti infrastruktur TIK, akses dan
penggunaan TIK oleh individu dan bisnis, serta keterampilan TIK. (Napitupulu et
al., 2022).
telah meraih posisi tertinggi di bidang teknologi dan informasi dari tahun 2015-
2022, serta dianggap sebagai salah satu provinsi terbaik dalam menerapkan konsep
21
Smart City untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Program Jakarta
Smart City, yang telah ada sejak tahun 2014, menggunakan TIK untuk
melayani masyarakat yang lebih baik. Dengan slogan "open cities for smarter
cities," program ini mengukuhkan bahwa Jakarta adalah kota yang terbuka akan
informasi dan data yang mereka punya, sehingga membuat masyarakat semakin
distribusi barang dan jasa dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Indeks
demikian, DKI Jakarta telah aktif menggunakan TIK, terutama dalam konsep Smart
nomor 17.
partisipasi masyarakat dalam ekonomi digital .Namun, masih ada tantangan dalam
daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
22
internasional, untuk memobilisasi dan membagi pengetahuan, keahlian, teknologi,
ke-17.
data dan indikator yang diperlukan untuk mengukur pencapaian target SDGs.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 8,11% indikator yang serupa dan 10,36%
indikator proxy yang digunakan, sementara sebagian besar indikator lainnya masih
perlu dikembangkan. Data pada DKI Jakarta juga menunjukkan bahwa pengguna
menurun dari tahun sebelumnya, pada industri manufaktur DKI Jakarta mengalami
perlambatan, memiliki ketimpangan pendapatan yang tinggi akan tetapi DKI Jakarta
yang dihadapi.
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami kenaikan positif akan tetapi faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan pada pilar ekonomi SDGs ada yang menghambat
23
pertumbuhan ekonomi yang seharusnya, selain itu ketersediaan dan kualitas data
konteks pilar ekonomi. Ditambah masih jarang dan terbatasnya penelitian yang
Goals (SDGs), terutama pada goals 7, 8, 9, 10, dan 17 di DKI Jakarta. Dengan
negara dengan pusat ekonomi dan populasi yang padat seperti DKI Jakarta. Dengan
demikian, penelitian ini memiliki potensi untuk membuka wawasan dan solusi
24
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran SDGs dalam Pilar ekonomi (nomor 7,8,9,10 dan 17)
25
C. Tujuan Penelitian
Jakarta
DKI Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
26
berkelanjutan di DKI Jakarta. Misalnya, penelitian ini dapat memberikan
sektor tersebut.
3. Untuk Masyarakat
27
28
29
30
31