Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PENTAHELIX DALAM


PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA
DI KOTA KUPANG

OLEH :

ALINA NUJUM
NIM: 1910010052

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Proposal dengan judul “Penerapan Model Pentahelix
Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata di Kota Kupang” dengan baik.
Dalam rangkaian proses penulisan Proposal ini, tidak sedikit tantangan
yang penulis hadapi, namun semuanya dapat dilewati berkat cinta kasih Tuhan
Yesus yang disampaikan melalui segala bentuk dukungan dari banyak pihak yang
tentunya sangat besar artinya bagi penulis, untuk itu dengan kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Prof.Dr.drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, selaku Rektor Universitas Nusa
Cendana Kupang.
2. Dr. Apriana Fanggide, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Nusa Cendana.
3. Fransina W. Ballo, SE., ME, selaku Ketua Prodi Program Studi Ekonomi
Pembangunan.
4. Ir. Marthen R. Pellokilla, MP.,Ph.D, selaku pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk, dan
saran bagi penyelesaian proposal penelitian
5. Novi Theresia Kiak SE.,ME, selaku dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk, dan
saran bagi penyelesaian proposal penelitian
6. Dr.I Komang Arthana SE.,M.Si.,Ak.,CfrA selaku penguji yang telah
memberikan kritikan dan saran dalam menyelesaikan proposal penelitian.
7. Bapa, Mama, Kaka Armin dan Adik Dino serta singkatnya seluruh
keluarga dan kerabat yang telah banyak memberikan bantuan fisik dan
psikis bagi penulis.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun
telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya disadari pula bahwa hasil peneitian ini masih membutuhkan
perbaikan. Oleh sebab itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan

ii
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga tulisan ini
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca.
Kupang, September 2023

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

Table of Contents
OLEH :..................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................5
DAFTAR TABEL................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................7
1.1 Latar Belakang......................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................6
2.1 Kajian Teoritis.......................................................................................................6
2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi..........................................................................6
2.1.2 Pariwisata...............................................................................................................9
2.2 Kajian Empiris....................................................................................................17
2.3 Kerangka Berpikir..............................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................22
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................22
3.2 Pendekatan Penelitian.........................................................................................22
3.3 Jenis dan Sumber Data.......................................................................................22
3.3.1 Jenis Data.............................................................................................................22
3.3.2 Sumber Data........................................................................................................23
3.4 Fokus Penelitian..................................................................................................23
3.5 Informan Penelitian............................................................................................23
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................24
3.7 Teknik Analisis Data...........................................................................................25
3.7.1 Analytichal Hierarchy Process (AHP)...............................................................25
3.7.2 Analisis Deskriptif...............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................29

iv
DAFTAR GAMBAR

Diagram 1.1 Potensi Daya Tarik Wisata (DTW) di Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2022.....................................................................2
Grafik 1.2 Jumlah Kunjungan Wisata Mancanegara dan Domestik di
Wilayah Kota Kupang Tahun 2018-2022.................................3
Gambar 2.1 Skema Penta-Helix....................................................................15
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir.....................................................................21

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu........................................................ 17


Tabel 3.1 Model Tabulasi Data Untuk Tujuan Utama……………. 26
Tabel 3.2 Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Pemerintah….. 27
Tabel 3.3 Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Swasta………. 27
Tabel 3.4 Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Masyarakat….. 27

Tabel 3.5 Model Tabulasi Untuk Sub Tujuan Akademisi…………. 27

Tabel 3.6 Model Tabulasi Untuk Sub Tujuan Media……………… 27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang semakin penting
dalam perekonomian global. Di banyak negara, termasuk Indonesia,
pariwisata telah menjadi salah satu sumber utama pendapatan nasional dan
lapangan kerja. Pariwisata juga seringkali dipersepsikan sebagai mesin
penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di
suatu negara, tanpa terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada
kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang
lebih luas bagi suatu negara. Dalam menghadapi persaingan global yang
semakin ketat, pemerintah dan pemangku kepentingan sektor pariwisata perlu
terus berinovasi dan mengembangkan strategi yang efektif untuk
meningkatkan daya tarik dan daya saing destinasi pariwisata mereka. Potensi
pada sektor pariwisata Indonesia sangat luar biasa banyak dan beragam,
mulai dari pariwisata alam dan pariwisata adat atau kebudayaan. Hampir
setiap wilayah di Indonesia berpotensi untuk dijadikan pariwisata (Suwena
dan Widyatmaja 2010).
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang
cukup beragam adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Potensi pariwisata di
Nusa Tenggara Timur sangatlah besar dan dapat menyaingi wisata-wisata
yang ada di daerah-daerah lain seperti Jawa, Bali, dan Sulawesi. Dengan
potensi yang begitu besar, tentunya investor akan mulai berdatangan, baik
untuk mendirikan hotel, menyelenggarakan paket wisata, ataupun
memanfaatkan bisnis terkait pariwisata. Berdasarkan data dari Dinas
Pariwisata Provinsi NTT, jumlah potensi Daya Tarik Wisata (DTW) di
Provinsi NTT sebanyak 1.582 DTW dengan rincian sebagai berikut:

1
Diagram 1.1
Potensi Daya Tarik Wisata (DTW) di Provinsi Nusa Tenggara Timur

800 751 100.00


700 720 90.00
600 80.00
500 70.00
400 60.00
300 50.00
200 40.00
100 30.00
0 20.00
10.00
0.00
45.51 47.47 111
7.02

DTW AlamDTW BudayaDTW Buatan


Potensi DTW di NTTPersentase Potensi DTW (%)

Tahun 2022
Sumber: NTT Dalam Angka 2023 (Diolah)

Data diatas menunjukkan bahwa ada banyak potensi daya tarik wisata di
provinsi NTT yang dapat dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun
mancanegara. Tentunya dengan hal ini pemerintah harus mempersiapkan
fasilitas yang baik agar dapat membuat wisatawan merasa nyaman. Namun
bukan hanya pemerintah saja yang mempersiapkan fasilitas bagi wisatawan
yang datang, pihak swasta pun harus mempersiapkan fasilitas yang layak dan
memadai bagi wisatawan. Pemerintah saat ini sedang membuat program Visit
Indonesia yaitu program yang ingin menarik wisatawan untuk datang dan
mengunjungi wisata yang ada di Indonesia. Tentunya dengan kegiatan ini
dapat meningkatkan pendapatan negara dan juga mempromosikan pariwisata
yang di Indonesia.
Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi sekaligus daerah transit bagi
sektor pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Timur, memiliki keunggulan
mutlak dalam mengembangkan potensi pariwisata di wilayahnya. Sehingga
hal ini akan berdampak langsung pada tingginya jumlah kunjungan
wisatawan di Kota Kupang baik wisatawan mancanegara maupun domestik.
Berikut adalah data jumlah kunjungan wisata mancanegara maupun domestik
di wilayah Kota Kupang selama lima tahun terakhir.

2
Grafik 1.2
Jumlah Kunjungan Wisata Mancanegara
dan Domestik di Wilayah Kota Kupang Tahun 2018-2022
272,000 270,743

270,000
268,063
268,000

266,000 265,408

264,000 262,781

262,000
260,179
260,000

258,000
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik (Jiwa)

Sumber: RPJMD Kota Kupang 2017-2022

Berdasarkan grafik 1.2 tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan


wisata di Kota Kupang selama periode 2018 hingga 2022 menunjukan
pergerakan yang meningkat. Pada tahun 2018-2019 persentase jumlah
kunjungan wisata di Kota Kupang sebesar 1% dengan total kunjungan 2019
yaitu 262,781 dari tahun 2019 sampai tahun 2020 sebesar 0,99% dengan
jumlah kunjungan wisatawan sebesar 265,408 dan pada tahun 2021
presentase kunjungan wisata kembali meningkat hanya sebesar 1%. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa jumlah kunjungan pariwisata di Kota Kupang
setiap tahun hanya berkisaran 0,99% sampai 1%. Hal ini menunjukan bahwa
pariwisata di kota Kupang masih belum berjalan secara optimal. Salah satu
kerangka kerja yang semakin populer dalam pengembangan sektor pariwisata
adalah Model Pentahelix.
3 pariwisata
Pentahelix merupakan perluasan dari strategi tiga helix dengan
melibatkan berbagai elemen lembaga masyarakat atau non-profit dalam
rangka mewujudkan inovasi (Lindmark: 2009). Model ini mengidentifikasi
lima stakeholder utama yang terlibat dalam pengembangan pariwisata, yaitu
pemerintah (government), akademisi (academia), industri (industry),
masyarakat (community), dan media. Model ini menekankan pentingnya
3
peran aktif dari kelima pihak ini dalam pengambilan keputusan, perencanaan,
dan pelaksanaan strategi pengembangan pariwisata.
Model pentahelix dalam pengembangan potensi pariwisata memiliki
berbagai peran diantaranya, Pemerintah memiliki peran utama dalam
merancang kebijakan, peraturan, dan standar untuk mengelola dan mengatur
industri pariwisata.

Namun, meskipun ada pemahaman yang semakin baik tentang


pentingnya Model Pentahelix, belum ada banyak penelitian yang mendalam
tentang penerapannya dalam konteks sektor pariwisata di Indonesia
1
. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Model
Pentahelix dapat diterapkan dengan efektif dalam mengembangkan sektor
pariwisata di Indonesia khususnya di wilayah Kota Kupang.
Penelitian ini akan menganalisis peran masing-masing pihak dalam
Model Pentahelix, mengevaluasi tingkat keterlibatan mereka dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan strategi, serta mengidentifikasi
hambatan dan peluang dalam penerapan model ini. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pemangku
kepentingan sektor pariwisata, pemerintah, dan peneliti dalam upaya
meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor pariwisata Indonesia.
Dengan demikian, penelitian ini memiliki relevansi yang signifikan dalam
konteks pengembangan ekonomi di Kota Kupang dan dapat membantu
menciptakan landasan yang lebih kuat untuk pengambilan keputusan
strategis dalam pengembangan sektor pariwisata.
Kota Kupang dipilih sebagai lokasi penelitian karena dilihat dari potensi
yang ada di wilayah ini yang relatif banyak dan beragam. Selain itu
keberadaan Kota Kupang sebagai daerah transit bagi para wisatawan untuk
menjangkau wisata di pulau timor dan provinsi NTT secara umum. Kondisi
sarana dan prasarana yang baik juga menjadi faktor pendukung bagi
pengembangan potensi pariwisata Kota Kupang. Namun potensi-potensi
pengelolaannya

1
Prosiding Seminar Intelektual, #8 Muda, and Metode Mitigasi, “Peran Model Pentahelix Dalam
Pengembangan Pariwisata Di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika,” Universitas Trisakti. WIDYA
PUTRI SEPTADIANI (2022): 22–31.

4
belum optimal sebab kurangnya peran aktif dari stakeholder dalam pentahelix
pariwisata. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pentahelix
Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata di Kota Kupang”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran stakeholder pentahelix dalam pengembangan potensi
pariwisata di Kota Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk menganalisis peran stakeholder pentahelix dalam pengembangan
potensi pariwisata di Kota Kupang?

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
diantaranya:
1) Bagi Pemerintah Daerah Kota Kupang
Sebagai dasar informasi bagi pemerintah dalam upaya mengembangkan
potensi wisata serta dalam pengambilan kebijakan pada masa yang akan
datang.
2) Bagi Program Studi Ekonomi Pembangunan
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang perencanaan
pembangunan khususnya bagi upaya pengembangan potensi pariwisata
di daerah Kota Kupang.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk menambah wawasan peneliti dan sebagai kajian empiris bagi
penelitian selanjutnya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan
ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah
hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang
berhubungan dengan pengolahan barang industri, pertanian dan
perdagangan (Badudu, 2001).
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam
penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam
jangka panjang (Sukirno, 1996 dalam Saerofi, 2005). Berdasarkan definisi
ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu
proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah
dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses
pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat
berlangsung untuk jangka panjang.
Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap
daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas
yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga keseluruhan
pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka
mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang
terjadi terus menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan
hakikat dari proses dan sifat pembangunan itu mencerminkan adanya
terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat
saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita
riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan
total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan
jumlah

6
penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan
jumlah penduduk.
Secara umum permasalahan pokok pembangunan di Indonesia dalam
konteks penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2004-2009 adalah (Yuliadi, 2009):
a) Tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
b) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
c) Kesenjangan pembangunan antar kelompok, wilayah dan daerah di
Indonesia.
d) Menurunnya kualitas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup.
e) Rendahnya penegakkan hukum dan keadilan.
f) Tingginya angka kejahatan dan masih adanya potensi konflik
horizontal.
g) Ancaman separatisme dan rendahnya kemampuan Hankam.
h) Kelembagaan demokrasi yang masih lemah.
Untuk mengamati dan menganalisis permasalahan pembangunan dan
bagaimana kebijakan yang diambil, maka pembahasan dilakukan menurut
kelompok dan bidang-bidang pembangunan.
Indonesia sebagai negara yang kaya dengan SDA namun memiliki
keterbatasan dalam kualitas SDM perlu merumuskan strategi kebijakan
untuk dapat mewujudkan tiga tujuan pembangunan nasional (triple bottom
line) secara simultan yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkesinambungan, pemerataan kesejahteraan kepada seluruh rakyat secara
adil, dan terpeliharanya kelestarian lingkungan dan SDA. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut perlu dirumuskan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang mencakup (Yuliadi, 2009):
a. Peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara
berkelanjutan melalui penggunaan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk menghasilkan produk yang kompetitif.

7
b. Implementasi tata ruang wilayah secara konsisten untuk
mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendukung
ketahanan pangan nasional.
c. Program diversifikasi pangan nasional melalui pengembangan
pangan non beras untuk meningkatkan alternatif pangan rakyat
menuju swasembada pangan.
d. Pengembangan industri manufaktur yang mengandung nilai tambah
(value added) yang tinggi sekaligus dapat menyerap tenaga kerja
serta mendorong kegiatan ekonomi terkait.
e. Pengembangan industri pendukung untuk memperkuat struktur
industri nasional yang kokoh dan stabil bagi pengembangan sektor-
sektor ekonomi terkait.
f. Peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan dan penerapan Iptek
dalam kegiatan bisnis dan ekonomi.
g. Adanya dukungan politik (political will) dari semua unsur
pemerintah yang terkait untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan kegiatan ekonomi.

Meningkatkan etos kerja baik pada pengusaha maupun pekerja untuk


menciptakan iklim kerja yang kondusif serta secara simultan mencegah
dan memerangi setiap praktek yang dapat merusak sistem ekonomi seperti
KKN, illegal logging, dan sebagainya.
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional
yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik
ekonomi maupun non-ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan
yang minimal dan pasti ada menurut Todaro (1983) dalam Suryana (2000)
adalah:
a) Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau
pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup seperti
perumahan, kesehatan dan lingkungan.
b) Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi
pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih
baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya
manusiawi,
8
yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi,
akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik
individu maupun nasional.
c) Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua
individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap
budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain
dan negara lain, tetapi dari sumber-sumber kebodohan dan
penderitaan.

Ada empat model pembangunan yaitu model pembangunan ekonomi


yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja,
penghapusan kemiskinan dan model pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar (Suryana, 2000). Berdasar atas model
pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup,
peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru
dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup
minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas
maksimal.
2.1.2 Pariwisata
1) Pengertian pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-
usaha yang terkait di bidang tersebut2. Pariwisata adalah serangkaian
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga
atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain
dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja
atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud
bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal
semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang penting, yaitu:

2
“Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan,”
Https://Jdih.Baliprov.Go.Id/Uploads/Produk-Hukum/P.

9
perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan
berbagai aktivitas wisatanya3.
Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional. Tak
bisa dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para
praktisi dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai (Ashoer, Kusuma & Dewi 2020). Definisi
pariwisata memang tidak dapat sama persis diantara para ahli. Berikut
adalah beberapa pengertian pariwisata.
a. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
b. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat
yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk
menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
2) Dampak Sektor Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks,
yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam
aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis,
aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis dan aspek-aspek
yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang
mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-
satunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek
ekonomisnya.
Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan
baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berdampak atau ikut serta
secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berdampak serta

3
I Made Sudiarta et al., “Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat,” Business and Accounting Education Journal 2, no. 1 (2021): 22–31.

10
dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi
pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta
manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh.
Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat
merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut.
Dampak pariwisata saat ini antara lain adalah: pertama, dampak
ekonomi yaitu, sebagai sumber devisa negara; kedua, dampak sosial
yaitu, sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; dan yang terakhir
adalah dampak kebudayaan yaitu, memperkenalkan kebudayaan dan
kesenian. Ketiga poin diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
a. Dampak Ekonomi
Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal
dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama
perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan
minum, cenderamata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga,
mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang
pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah
sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan
sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan
akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang
pembangunan lain.
Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan
peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir
karena adanya kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan
sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang
kehidupan rumah tangganya. permintaan wisatawan. Dengan
demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka
peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel,
wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain.
Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan

11
b. Dampak Sosial
Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga
kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin
banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia
penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol
adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata,
instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil.
Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak
langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan.
c. Dampak Kebudayaan
Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.
Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian,
peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga
menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh
karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar
modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan dan
dikembangkan4.
3) Konsep Pengembangan Ekonomi Pariwisata
Pengembangan Ekonomi Pariwisata (Tourism Economic
Development-TED) adalah konsep yang menekankan kepada
pemberdayaan komunitas untuk lebih memahami nilai-nilai dan aset
yang mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, ragam kuliner,
gaya hidup (Ali Hasan, 2018). Dalam konteks pembangunan
pariwisata, komunitas secara mandiri memobilisasi aset dan nilai
tersebut menjadi daya tarik utama bagi pengalaman berwisata
wisatawan. Melalui konsep TED, setiap individu dalam komunitas
diarahkan untuk menjadi bagian dalam rantai ekonomi pariwisata,
untuk itu para individu diberi pengetahuan dan keterampilan untuk

4
Rudi Biantoro and Samsul Ma’rif, “Pengaruh Pariwisata Terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi
Masyarakat Pada Kawasan Objek Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang,” Jurnal Teknik
PWK 3 (2014): 2014, http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk.

12
mengembangkan small business dengan ragam produk (barang dan
jasa) yang layak ditawarkan ke pasar.
Definisi pengembangan ekonomi pariwisata (tourism economic
development, TED) yang paling lazim digunakan adalah: TED = f
(sumber daya alam, tenaga kerja, modal, investasi, kewirausahaan,
transportasi, komunikasi, teknologi, ukuran, pasar, situasi ekonomi
internasional) (Dragulanescu, and Ivan, 2012). Dengan demikian
bahwa pengembangan ekonomi pariwisata dilakukan dengan

1) Menggunakan potensi sumber daya manusia dan fisik setempat


untuk menciptakan peluang baru dan merangsang kegiatan
ekonomi berbasis local
2) Melalui proses kolektif untuk menciptakan kondisi yang lebih
baik bagi pertumbuhan ekonomi pariwisata dan penciptaan
lapangan kerja,
3) Untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan
membangun kekuatan masa depan ekonomi pariwisata, dan
4) Mampu beradaptasi dengan perubahan pasar yang semakin
kompetitif.
TED sebagai konsep memperhitungkan dan menempatkan
keberlanjutan sosial-budaya, lingkungan dan politik komunitas
(Kantar, and Svrznjak, 2017). Pembangunan ekonomi pariwisata
berfokus pada pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan,
budaya, lingkungan dan pengembangan lintas sektor ekonomi yang
mendukung kegiatan pariwisata secara berkelanjutan
TED merekomendasikan sebuah proses integrasi, kolaborasi,
strategi dan alat (tool) pemberdayaan komunitas dalam pembangunan
ekonomi, pengembangan dan pemasaran sumber daya local dan
budaya komunitas (Prihatno dan Ali Hasan, 2016; Martin, Morales,
and Sinclair, 2008). Artinya mobilisasi pembangunan pariwisata itu
diinisiasi oleh masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat mulai dari proses perencanaan, pengordinasian,

13
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi manfaat ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan dalam upaya menciptakan lapangan kerja dan
memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi di desanya. Prinsip
penerapannya adalah kerjasama stakeholder akan menentukan
keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal.

2.1.3 Model Pentahelix


Salah satu sektor yang sudah mencoba menerapkan konsep
kerjasama Penta-Helix adalah sektor pariwisata. Hal tersebut ditunjukan
dengan adanya Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan, bahwa untuk menciptakan orkestrasi dan memastikan
kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan untuk menciptakan pengalaman
dan nilai manfaat kepariwisataan agar memberikan keuntungan, manfaat
pada masyarakat dan lingkungan, maka diperlukan pendorong sistem
kepariwisataan melalui optimasi peran academic, business, community,
government and media (ABCGM)5.
Unsur Penta-Helix ini semula berupa Triple-Helix dengan unsur-unsur
Academics, Business Sector, Government, yang kemudian ditambahkan
dengan satu unsur, Civil Society (atau komunitas dalam penelitian ini),
menjadi Quadruple-Helix, untuk mengakomodasi perspektif masyarakat,
dalam hal ini merupakan “masyarakat berbasis media dan budaya” yang
juga telah menjadi bagian menyeluruh dari inovasi di Abad-21 kini
Model kerjasama Penta-Helix tersebut bertujuan untuk melakukan
optimasi peran dari unsur Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan
Media sebagai pendorong perubahan sosial yang dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Skema Penta-Helix
sendiri tergambar dalam ilustrasi di bawah ini:

5
“Permenpar-No-14-Tahun-2016,” Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Details/171159/Permenpar-No-
14-Tahun-2016.

14
Gambar 2.1
Skema Penta-Helix

Sumber: Pengembangan Pariwisata Berbasis Model Kolaborasi (2023)


1) Akademisi
Akademisi pada pada konteks perubahan sosial dapat berperan
sebagai konseptor. Seperti misalnya melakukan penelitian dengan
tujuan untuk membantu pengembangan potensi wisata, dalam hal
identifikasi potensi daya tarik wisata dan peluang pengembangan usaha
di wilayahnya. Tidak hanya itu, akademisi juga dapat membantu di
dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan para
pengembangan potensi wisata. Dalam hal ini, akademisi merupakan
sumber pengetahuan dari pengembangan desa wisata yang mencakup
konsep-konsep, teori-teori, dan model-model pengembangan terbaru
serta relevan dengan kondisi potensi daya tarik wisata dan peluang
usaha yang ada di desa.
2) Bisnis
Bisnis atau juga dapat disebut sebagai sektor swasta pada konteks
pengembangan wisata ini dapat berperan sebagai enabler. Sektor swasta
merupakan entitas yang melakukan proses bisnis dalam menciptakan
nilai tambah dan mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam hal ini, sektor swasta dapat berperan sebagai enabler di dalam
menghadirkan infrastruktur teknologi, modal, dan berbagai fungsi
lainnya yang berkaitan dengan pengembangan produk dan pemasaran

15
dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai subjek
perubahan sosial itu sendiri.
3) Komunitas
Pada konteks perubahan sosial, komunitas dapat berperan
sebagai akselerator. Dalam hal ini komunitas merupakan orang-orang
yang memiliki minat yang sama dan relevan dengan pengembangan
potensi yang akan dikembangkan. Bertindak sebagai perantara atau
menjadi penghubung antar pemangku kepentingan untuk membantu
masyarakat dalam keseluruhan proses perubahan sosial dan
memperlancar proses usahanya. Selain itu, komunitas juga memiliki
peran untuk mempromosikan produk atau layanan yang diproduksi oleh
masyarakat.
4) Pemerintah
Pemerintah dalam konteks perubahan sosial harus berperan
sebagai regulator sekaligus kontroler yang memiliki peraturan dan
tanggung jawab dalam perubahan sosial tersebut. Dalam hal ini, peran
pemerintah melibatkan semua jenis kegiatan seperti perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, promosi, alokasi keuangan,
perizinan, pengembangan dan pengetahuan, kebijakan inovasi publik,
dukungan untuk jaringan inovasi, dan kemitraan antara sektor publik
dengan swasta. Pemerintah juga memiliki peran
sebagai koordinator bagi para pemangku kepentingan yang
berkontribusi pada perubahan sosial yang ingin dicapai oleh
masyarakat.
5) Media
Media dalam konteks pengembangan desa wisata juga menjadi
penting karena perannya sebagai expander. Media berperan dalam
mendukung publikasi dalam promosi produk dan layanan yang
dihasilkan oleh masyarakat yang ingin melakukan perubahan sosial.
Tidak hanya itu, media juga berfungsi untuk membangun brand
image dari perubahan sosial tersebut. Sehingga orang lain dapat lebih
mudah untuk mengakses informasi tentang perubahan sosial yang
sedang

16
dilakukan oleh masyarakat. Kemudahan akses informasi itulah yang
kemudian menjadi salah satu faktor pendukung bagi datangnya para
kolaborator baru yang bisa mendukung perubahan sosial yang sedang
dilakukan oleh masyarakat6.
2.2 Kajian Empiris
Temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan
hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam
sebuah penelitian. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu
dijadikan acuan adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Sebagai bahan pertimbangan dalam
penelitian ini, akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu berupa
jurnal yang pernah peneliti baca diantaranya:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul, Penulis dan Metode Hasil
Tahun Penelitian Penelitian
1. Resa Vio Vani dkk. Menggunakan Potensi wisata di kota
Pentahelix Dalam pendekatan Pekanbaru dapat berkembang
Mengembangkan Potensi deskriptif dengan pesat apabila seluruh
Wisata di Kota kualitatif stakeholder berkolaborasi
Pekanbaru dengan baik dilihat dari
(2020) korelasi antar unsur model
pentahelix
2 Khusniyah Menggunakan Hasil penelitian yaitu
Implementasi Model pendekatan diperlukan koordinasi dan
Pentahelix Sebagai deskriptif kolaborasi aktor pentahelix
Landasan Pengembangan kualitatif untuk mengimplementasi pada
Potensi Pariwisata Di pariwisata Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri
(2020)
3 Dian Kagungan, Menggunakan Hasil dan rekomendasi yang
Noverman Duadji, Intan pendekatan penting dari penelitian ini
Fitri Meutia deskriptif adalah kolaborasi model
Kolaborasi Model kualitatif Pentahelix dalam
Pentahelix Dalam pengembangan Desa Wisata
Kebijakan Pengembangan Harapan Jaya perlu
Industri Pariwisata Di mendapatkan perhatian
Kabupaten Pesawaran khusus, dan kurangnya
komunikasi
6
Dian Kagungan, Noverman Duadji, and Intan Fitri Meutia, “Kolaborasi Model Pentahelix Dalam
Kebijakan Pengembangan Industri Pariwisata Di Kabupaten Pesawaran,” LPPM-UNILA
Institutional Repository (2021).

17
No Judul, Penulis dan Metode Hasil
Tahun Penelitian Penelitian
(2021) antar aktor mengenai desa
wisata Harapan Jaya.
4 Rizky Sagala Menggunakan Model Pentahelix Dalam
Model Pentahelix Dalam Pendekatan Pengembangan Kawasan
Pengembangan Kawasan Deskriptif Pariwisata Pantai Silalahi
Pariwisata Pantai Kualitatif Sebagai Kaldera Geopark Di
Silalahi Sebagai Kaldera Kecamatan Silahisabungan
Geopark Di Kecamatan Kabupaten Dairi Andreval
Silahisabungan Rizky Sagala
Kabupaten Dairi
Andreval
(2023)
5 Danang Wahyudi dkk Menggunakan Pemerintah Daerah
Tourist Village Metode mempunyai peran kunci dalam
Development Penta Helix Analytichal pola kerjasama Pentahelix
Based the Analytichal Hiearchy dengan nilai hasil sebesar
Hiearchy Process Process 0,447. Urutan kedua adalah
Approach (2020) (AHP) Masyarakat dengan nilai 0,165
kemudian urutan ketiga adalah
Akademisi dengan nilai 0,139.
Urutan keempat adalah pelaku
usaha dengan nilai 0,139 dan
terakhir peran Media dengan
nilai 0,105.
Sumber: Kompilasi Berbagai Jurnal, 2023

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan konsep untuk menjelaskan pengembangan
potensi pariwisata. Pembangunan pariwisata tidak pernah bisa berjalan sendiri,
perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak pemangku kepentingan dan
kebijakan, pengembangan potensi wisata. Model pentahelix menjadi tolak ukur
peneliti dalam melakukan penelitian, Pentahelix adalah konsep yang digunakan
dalam konteks pengembangan pariwisata dan pengelolaan destinasi pariwisata.
Konsep ini menyoroti lima kelompok pemangku kepentingan utama yang
berkontribusi dalam industri pariwisata.
Adapun kelima kelompok pemangku kepentingan ini yaitu yang Pertama
Pemerintah (Government): Pemerintah memiliki peran penting dalam
mengatur dan mengelola sektor pariwisata. Mereka membuat kebijakan,
regulasi, dan infrastruktur yang mendukung pariwisata, serta mempromosikan
dan mengembangkan destinasi wisata. Kedua Swasta/Bisnis: Kelompok ini

18
mencakup pelaku usaha pariwisata seperti hotel, restoran, agen perjalanan,
maskapai penerbangan, dan lain-lain. Mereka menyediakan layanan dan
infrastruktur yang dibutuhkan oleh wisatawan, serta berkontribusi dalam
menciptakan pengalaman wisata yang berkualitas. Ketiga Masyarakat
(Community): Masyarakat lokal adalah aset berharga dalam pengembangan
pariwisata. Mereka dapat menjadi tuan rumah yang ramah bagi wisatawan,
menyediakan produk lokal, dan memelihara warisan budaya. Pemberdayaan
masyarakat lokal dapat meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial dari
pariwisata. Keempat Akademisi (Academia): Akademisi, termasuk perguruan
tinggi dan lembaga penelitian, dapat memberikan pengetahuan, penelitian,
dan pelatihan yang relevan untuk mendukung pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan. Kelima Media (Media): Media memiliki peran penting dalam
mempromosikan destinasi pariwisata, menginformasikan wisatawan, dan
membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu destinasi. Media dapat
mempengaruhi daya tarik dan citra destinasi tersebut.
Sinergi antara kelima kelompok stakeholder ini dalam model Pentahelix
menciptakan keberlanjutan dan pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan.
Dengan berkomunikasi, berkolaborasi, dan mengambil keputusan bersama,
mereka dapat mencapai tujuan bersama diantaranya pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan, peningkatan pendapatan, pelestarian budaya,
dan perlindungan lingkungan. Pemerintah juga perlu mendengarkan masukan
dari masyarakat lokal dan industri pariwisata dalam merumuskan kebijakan
yang memadai. Industri perlu berkolaborasi dengan pemerintah untuk
memastikan infrastruktur dan layanan yang memadai. Media dapat membantu
mempromosikan destinasi pariwisata yang dikelola dengan baik oleh
pemerintah dan masyarakat. Akademisi dapat melakukan penelitian yang
mendukung keberlanjutan pariwisata, dan sebagainya. Dengan demikian,
hubungan pentahelix adalah kerangka kerja yang membantu menciptakan
sinergi di antara semua pemangku kepentingan ini untuk mencapai
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan sukses.

19
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis
data menggunakan Analitycal Hierarchy Process. Metode ini dikembangkan
untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam
pemecahan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, AHP digunakan untuk
menghitung bobot prioritas dari lima variabel utama dan bobot setiap
alternatif dari masing-masing variabel utama. Melalui pembobotan ini dapat
diketahui tingkat prioritas dari setiap variabel.

20
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir

Potensi Pariwisata

Wisata Alam Wisata Wisata


Buatan Budaya

Model Pentahelix

Metode AHP

Kemajuan Pariwisata di
Kota Kupang

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif kualitatif. Penulis menghimpun informasi dari responden
menggunakan wawancara dan kuisioner. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari dan menganalisis peran stakeholder pentahelix dalam pengembangan
potensi pariwisata di Kota Kupang.

3.2 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang merupakan
penelitian yang dilakukan untuk mencatat fenomena yang dilihat dan didengar
serta dibaca melalui wawancara (Bungin, Burhan 2008). Penelitian ini
berupaya memperoleh gambaran tentang pegembangan potensi pariwisata di
kota Kupang dengan menggunakan model pentahelix. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif, dengan tujuan agar dapat memberikan
penjelasan atau gambaran yang terjadi pada objek yang diteliti.

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
1) Data Kualitatif
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi terkait
program pemerintah dalam pengembangan potensi wisata di kota Kupang,
serta bagaimana strategi untuk meningkatkan potensi wisata melalui
wawancara dan observasi yang dilakukan
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah
wisatawan domestik dan mancanegara serta data jumlah objek wisata yang
terdapat di kota Kupang.

22
3.3.2 Sumber Data
Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan pengumpulan
sumber data dalam wujud data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil
pengumpulan sendiri (Sugiyono 2018). Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara terhadap berbagai
responden yang terlibat langsung dalam pengembangan potensi wisata di
kota Kupang meliputi Dinas Pariwisata, elemen masyarakat, para pebisnis,
akademisi dan media.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait
dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara
resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan
dengan penelitian (Sugiyono, 2018). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari Dinas Pariwisata kota Kupang serta dokumen RPJMD kota
Kupang.

3.4 Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini adalah mengamati dan mencari tahu bagaimana
penerapan model pentahelix dalam pengembangan potensi pariwisata di kota
Kupang berdasarkan program yang telah dirancang, serta mengumpulkan data
wawancara dan melakukan observasi terhadap responden yang terlibat
langsung dalam pengembangan wisata di kota Kupang.

3.5 Informan Penelitian


Penentuan informan penelitian menggunakan teknik purposive yaitu
informan penelitian ditentukan dengan sengaja oleh peneliti berdasarkan
pertimbangan bahwa informan yang diteliti merupakan key person atau orang
kunci yang benar-benar memahami masalah yang diteliti dan kebenaran
datanya dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku (Sugiyono 2018). Sesuai dengan model Pentahelix yang menjadi
menjadi

23
acuan peneliti dalam menentukan informan penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Dinas Pariwisata, berjumlah 2 orang responden yang terdiri atas kepala


dinas pariwisata dan kepala bidang pengembangan sumber daya pariwisata
dan ekonomi kreatif. Responden ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
lembaga ini memiliki kaitan langsung dengan fokus penelitian ini yaitu
pengembangan pariwisata di Kota Kupang.

2. Swasta/Bisnis, berjumlah 2 orang responden. Responden ini dipilih karena


memiliki kaitan yang erat dalam sektor pariwisata dimana responden ini
berperan dalam penyediaan jasa layanan umum.

3. Masyarakat, berjumlah 2 orang responden. Reponden ini dipilih karena


masyarakat menjadi pelaku dalam pelaksanaan program pengembangan
pariwisata.

4. Akademisi, berjumlah 1 orang responden yaitu dosen Universitas yang


melakukan penelitian dalam pengembangan pariwisata

5. Media

Media, berjumlah 1 orang reponden. Reponden ini dipilih karena media


berperan dalam hal melakukan promosi dan publikasi tempat pariwisata.

6. Wisatawan

Wisatawan, berjumlah 2 orang reponden. Responden ini dipilih karena


dalam hal ini wisatawan adalah subjek utama sebagai penikmat,

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono 2018). Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sangat
diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan
24
permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
2. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
3. Dokumentasi
Menurut Hamidi metode dokumentasi adalah informasi yang
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun
dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan
gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian dan dokumen
penting lainya yang berkaitan dengan penelitian.

25
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analytichal Hierarchy Process (AHP)
Analisis ini digunakan untuk memberikan pembobotan terhadap setiap
faktor dan variabel yang digunakan dalam penelitian. Proses
pembobotan indikator dan subindikator menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Pembobotan terhadap setiap variabel dilakukan
berdasarkan persepsi responden yang dipilih dalam penelitian. Persepsi ini
diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada setiap responden
(Khairani dan Hidayat, 2015:76).
1. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Survei primer, dalam penelitian ini di peroleh data yang bersumber


dari kelima stakeholder yakni Dinas Pariwisata atau Pemerintah
Daerah, Pebisnis/Swasta, masyarakat, Akademisi, serta Media terkait
pengembangan potensi pariwisata di Kota Kupang. Selain itu, juga
untuk mengetahui pendapat narasumber, yang nantinya akan
memberikan bobot atas perbandingan relatif antara kriteria untuk
digunakan dalam AHP
2. Survei sekunder, untuk memperoleh data terkait nilai dari sub tujuan
yang telah ditentukan
2. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan penyusunan data ke dalam bentuk tabel.

Dalam penelitian ini, proses tabulasi data berdasarkan perbandingan nilai

dalam metode AHP dengan berpedoman pada Model Pentahelix. Berikut

ini disajikan model tabulasi data AHP:

26
Tabel 3.1
Model Tabulasi Data Untuk Tujuan Utama
Tujuan Utama PM SW MK AK MD
PM 1 a b c d
SW 1/a 1 1/b a a
MK 1/b 1/d 1 c b
AK 1/c 1/c 1/c 1 c
MD 1/d 1/a 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)

Keterangan
PM: Pemerintah
SW: Swasta
MK: Masyarakat
AK: Akademisi
MD: Media
Tabel 3.2
Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Pemerintah
Sub Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
PM
Kriteria 1 1 a b
Kriteria 2 1/a 1 1/b
Kriteria 3 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)

Tabel 3.3
Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Swasta
Sub Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
SW
Kriteria 1 1 a b
Kriteria 2 1/a 1 1/b
Kriteria 3 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)

Tabel 3.4
Model Tabulasi Data Untuk Sub Tujuan Masyarakat
Sub Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
MK
Kriteria 1 1 a b
Kriteria 2 1/a 1 1/b
Kriteria 3 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)

27
Tabel 3.5
Model Tabulasi Intuk Sub Tujuan Akademisi
Sub Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
AK
Kriteria 1 1 a b
Kriteria 2 1/a 1 1/b
Kriteria 3 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)

Tabel 3.6
Model Tabulasi Intuk Sub Tujuan Media
Sub Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
MD
Kriteria 1 1 a b
Kriteria 2 1/a 1 1/b
Kriteria 3 1/b 1/d 1
Sumber: Peneliti 2023 (diolah)
3. Tahap Analisis
Tahap analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi bobot prioritas atau
tingkat kepentingan pada masing-masing kriteria. Untuk eigenvector
perhitungan didasarkan pada matriks perbandingan berpasangan antar sub
kebijakan, sedangkan untuk eigenvalue perhitungan didasarkan pada matriks
perbandingan berpasangan antar kriteria kebijakan pada sub kebijakan.
Metode yang digunakan dalam identifikasi ini adalah Analytical Hierarchy
Process (AHP), dimana metode tersebut digunakan sampai dengan penentuan
hirarki kriteria atau membandingkan tingkat kepentingan relatif antar
kebijakan. Berikut tahapan perhitungan bobot dari matriks berpasangan.
Sebagai ilustrasi akan dilakukan perhitungan bobot pada matriks
perbandingan berpasangan antar sub kebijakan.

1) Membuat tabel matriks perbandingan berpasangan

2) Menjumlahkan kolom matriks perbandingan berpasangan dari masing-


masing elemen

3) Membuat tabel nilai kriteria dengan cara membagi nilai baris dan kolom
pada tabel matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah setiap
kolom

4) Menjumlahkan setiap baris elemen dalam array nilai kriteria dibagi


dengan jumlah elemen untuk mendapatkan prioritas

28
5) Mengalikan baris dan kolom dari matriks perbandingan berpasangan
dengan nilai prioritas, dan hasilnya dijumlahkan tiap baris. Dari hasil ini
didapatkan tabel untuk jumlah setiap baris

6) Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya


dijumlahkan, kemudian bagi dengan jumlah elemen maka akan
didapatkan nilai dari λ maks

7) Setelah mendapatkan nilai λ maks, maka akan dilakukan proses


perhitungan nilai Concistency Index (CI) yang ditunjukkan pada
persamaan CI=
λmaks−n
n−1
Dimana n adalah banyaknya elemen yang terdapat pada matriks

8) Tahapan terakhir adalah menghitung Concistency Ratio (CR) yang


CI
mana akan dijelaskan pada persamaan 𝐶𝑅=
RI

Dimana RI merupakan Random Concistency Index. Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, maka hasil perhitungan data dapat dibenarkan.

3.7.2 Analisis Deskriptif


Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari
data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga
menghasilkan gambaran mengenai Penerapan model Pentahelix dalam
pengembangan potensi pariwisata di kota Kupang.

29
DAFTAR PUSTAKA
Ashoer, Kusuma, Dewi & Dkk. (2020). " Ekonomi Pariwisata" Cetakan 2021.
Penerbit Yayasan Kita Menulis

Biantoro, Rudi, Dan Marif. (2018). “Pengaruh Pariwisata Terhadap Karakteristik


Sosial E konomi Masyarakat Pada Kawasan Objek Wisata Candi
Borobudur Kabupaten Magelang.” Jurnal Teknik PWK. Http://Ejournal-
S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Pwk.

Bintoro, Tjokroamdjojo. (1990). " Perencanaan Pembangunan" Cetakan 12.


Jakarta: Haji Massagung

Bungin, Burhan. (2008). "Penelitian Kualitatif". Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Kagungan, Dian, Duadji, And Meutia. (2021). “Kolaborasi Model Pentahelix


Dalam Kebijakan Pengembangan Industri Pariwisata Di Kabupaten
Pesawaran.” Jurnal LPPM-UNILA Institutional Repository (2021).
Http://Repository.Lppm.Unila.Ac.Id/34746/1/Full%20paper%20artikel%
20IICIS%202021..Pdf

Made I. S., Suharsono, Tripalupi, Dan Irwansyah. “Analisis Dampak


Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat.” Business And Accounting Education Journal 2, No. 1
(2021): 22–31.

Sadono, Sukirno. (2006). " Ekonomi emPbangunan" Edisi Kedua. Penerbit


Prenada Media Group

Septadiani W. P. (2022). “Peran Model Pentahelix Dalam Pengembangan


Parawisata Di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.” Jurnal
Universitas
Trisakti.Https://Journal.Trisakti.Ac.Id/Index.Php/Sim/Article/Download/
16328/9318/54188

Sondang P. Siagan. (2016). " Administasi Pembangunan". Jakarta: Bumi Aksara

30
Sugiyono. (2006). " Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif" Cetakan ke-4.
Penerbit Alfabeta

Suwena Dan Widyatmaja. (2010). "Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata" Edisi


Revisi 2017. Pustaka Larasan

"Permenpar-No-14-Tahun-2016. Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata


Berkelanjutan".Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Details/171159/Permenpar-
No-14-Tahun-2016.

“Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.”


Https://Jdih.Baliprov.Go.Id/Uploads/Produk-Hukum/P.

Bps.Go.Id. (2023, 14 Februari). “NTT Dalam Angka”. Diakses Pada 18 Mei 2023.
https://Ntt.Bps.Go.Id/Publication/2022/02/25/Cc3b48ec498e16518636e415/
Provinsi-Nusa-Tenggara-Timur-Dalam-Angka-2022.html

Universitas Gajah Mada (2023, 4 juni). "Skema Penta-Helix". Diakses Pada 4 Juni
2023. https://chub.fisipol.ugm.ac.id/2021/09/01/penta-helix-dan-perubahan-
sosial/

Pemerintah Kota Kupang (2023, 21 Mei). “RPJMD Kota Kupang”. Diakses Pada
21 Mei 2023. http://bkppd.kupangkota.go.id/profil/rpjmd

31

Anda mungkin juga menyukai